Anda di halaman 1dari 11

RESUME

Disusun oleh :
Nama : 1. Andi Putri CAW 502020005
2. Lissa Ratna R. 502020026

Mata Kuliah : Filsafat Hukum

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG


BAB 1
MANUSIA DAN FILSAFAT

A. Hidup dan Manusia


Manusia adalah makhluk. Dengan kemampuan berpikir manusia meneliti segala hal
mulai dari yang ada di dalam dirinya, di luar dirinya, bahkan sampai ke luar angkasa
untuk kepentingannya. Berpikir adalah salah satu kekhasan manusia dibandingkan
makhluk hidup lainnya. Manusia dalam keberadaannya mampu memahami bahwa ia
dapat bertindak sebagai subjek maupun objek dari pengamatannya sendiri.
Manusia adalah salah satu ciptaan Tuhan (makhluk) dan Tuhan adalah satu-
satunya pencipta (Khaliq). Selain Tuhan semuanya adalah ciptaan, baik yang ada
di bumi maupun yang ada di langit.

B. Jiwa
Manusia adalah makhluk yang terdiri dari dua unsur besar, yaitu tubuh (raga) dan
roh (jiwa). Tubuh manusia adalah apa yang tampak di sana terdapat semua organ
dan Indra yang dengannya manusia berproses, bertumbuh dan berkembang. Pada
sisi lain manusia memiliki roh atau jiwa, yang tidak tampak namun inilah sumber
hidup manusia. Di sinilah terdapat akal dan hati yang digunakan untuk berpikir dan
beraksi maupun bereaksi terhadap keadaan dirinya dan sekitarnya. Manusia sering
disebut mikrokosmos, karena dalam diri manusia ditemukan semua tingkat benda
yang ada di dunia ini. Manusia adalah makhluk multidimensional, badannya
termasuk dunia benda, jiwanya atau rohnya bertendensi terhadap dunia benda dan
dunia makhluk hidup. Menurut Aristoteles setiap makhluk yang hidup mempunyai
daya hidup yang disebut jiwa (anima).
Jasad manusia menurut para sufi hanyalah alat, perkakas atau kendaraan bagi
rohani dalam melakukan aktivitasnya. Manusia pada hakikatnya bukanlah jasad
lahiri yang diciptakan dari unsur-unsur materi, melainkan rohani yang berada di
dalam dirinya. Oleh karena itu para sufi tidak banyak membahas tentang jasad,
dibandingkan dengan pembahasan mereka tentang roh (ar-ruh), jiwa (an-nafs), akal
(al-aql) dan hati nurani atau jantung (al-qalb).
Jiwa atau roh adalah bagian penting dari manusia. Kemudian kita bertanya: apakah
manusia terdiri dari dua eksistensi, yaitu tubuh dan jiwa? Atau keduanya adalah
satu jua?, Atau kita hendak mengibaratkan bahwa jiwa itu laksana udara yang
ditiupkan mengisi balon? Apakah jika ditusuk jarum dan balon pecah, maka balon
itu mati atau balon itu hanya sekedar dimensi saja, sebagai ruang dan waktu yang
ditempati sedang udara sebagai jiwanya. Atau mengibaratkan sebagai komputer
yang akan hanya bekerja bila telah dialiri listrik. Kalau aliran listrik itu padam,
maka semua komponen komputer itu pun berhenti bekerja dan mati.
Jiwa adalah penggerak utama dari tubuh. Jiwa adalah hidup itu sendiri. Namun jika
keduanya berpisah, maka keduanya kehilangan fungsi. Mata hanya alat untuk
melihat, tanpa jiwa ia tidak melihat, yang melihat adalah jiwa. Telinga tidak
mendengar tanpa jiwa, hidung tidak mencium tanpa jiwa. Demikian pula otak tidak
berpikir dan berkeinginan, yang berpikir adalah jiwa yang disebut akal, sedang
yang ingin adalah jiwa yang disebut hati.

C. Akal
Adanya manusia karena adanya akal, keberadaan akal lah yang membuat manusia
ada, karena akal yang berpikir bahwa aku (manusia) ada. Aku ada karena aku
berpikir, atau aku berpikir karena aku ada. Keduanya dijalankan oleh akal. Apa itu
akal? Sama seperti manusia yang merupakan dwi tunggal tubuh dan roh (jiwa dan
raga). Tubuh menyediakan organ bernama otak dan jiwa menyediakan akal. Otak
Einstein, meski diawetkan tidak akan mampu berpikir seperti saat ia masih hidup,
karena akalnya telah pergi bersama jiwanya. Begitupun sebaliknya, akalnya tidak
bisa berfikir karena ia telah berpisah dengan otak sebagaimana tubuhnya, jadi
akal terletak pada jiwa manusia yang bersama dengan hati duduk berdampingan
laksana sebuah neraca yang menyeimbangkan hidup manusia.
Akal merupakan bagian terpenting dari manusia. Kita bisa menyebut orang lain
dengan kata "hilang akal" yang berarti orang yang tidak bertindak tanpa
pemikiran. Sering pula disebut dengan ungkapan "tidak masuk akal" untuk hal
yang kita pikir tidak mungkin atau hal yang bertentangan dengan kewajaran. Lalu
timbul pertanyaan apa akal itu dan di mana akal itu? Saat kita menanyakan
pertanyaan itulah akal ada. Akal lah yang membuat kita berpikir, akalah yang
bertanya dan mencari jawaban.
Akal bukan hanya berfungsi sebagai alat bertahan hidup. Lebih dari itu, akal
berguna untuk mencapai kesempurnaan manusia. Memenuhi kebutuhan
hidupnya, bahkan melebihi kebutuhannya. Membangun peradaban dan
kebudayaan yang tinggi melebihi makhluk lainnya. Akal memiliki kebebasan
mutlak dalam berpikir, hanya ketika pikiran itu diucapkan dengan lisan maka
memiliki arti yang terbatas. Yang membatasinya adalah kemampuan verbal. Jika
pikiran itu dituangkan dalam bentuk tulisan maka terbatas pada ketersediaan
kosakata. Sementara jika pikiran itu dikerjakan dengan perbuatan maka akan
dibatasi oleh aturan dan kepatutan.
Pada dasarnya dalam diri manusia itu terdapat tiga kekuatan yakni kekuatan akal,
kekuatan marah, dan kekuatan syahwat. Kekuatan akal akan membawa orangnya
kepada hakikat, menjauhkan daripada yang batil, tunduk kepada hukum,
menerima perintah dan menjauhi larangan. Sementara kekuatan marah adalah
kekuatan yang akan menyuruh kita untuk menangkis dan bertahan, mengajak
mencapai kekuasaan dan kemenangan, dan kadang-kadang menyuruh bangga,
sombong dan takabur
Sedangkan kekuatan syahwat merupakan kekuatan yang mengajak kita
melepaskan kehendak hati, mencapai kelezatan, menyuruh lalai, menyuruh
lengah, sehingga lupa memikirkan akibat.

D. Hati
Seperti halnya akal, hati adalah bagian non ragawi dari manusia dan memiliki
peranan yang sangat penting nya dengan akal. Hati adalah tempat kemauan dan
rasa dari manusia yang menilai. Bahkan keduanya merupakan teman seiring
sejalan yang kadang seirama namun tak jarang bersitenggang. Kadang bekerja
sama dan kadang saling berebut peran dan saling menjatuhkan. Hati adalah
tempat bagi "pertimbangan". Saat akal memikirkan dan merenungkan, hatilah
yang menentukan akal agar tidak jatuh dan terjebak atau melenceng dari tujuan
utama akal, yaitu memikirkan kebaikan dan kemanfaatan dan hasil pikir akal.
Sejatinya akal dan hati harus seimbang dalam menimbang sesuatu. Jika salah satu
mendominasi atau menguasai maka akan terjadi ketidak harmonisan dalam diri
manusia itu sendiri. Jika akal saja yang dominan, maka manusia akan terjebak
menjadi orang yang realistis, oportunis, dan materialis. Iya akan bertindak sesuai
dengan kenyataan saja, sesuai perhitungan untung rugi dan kepentingan dirinya
sendiri. Jika hati yang dominan maka manusia akan terjebak menjadi orang yang
realistis, romantis, dan melakonis. Ia akan bertindak berdasarkan pertimbangan
rasa saja, terlalu mengedepankan keyakinan dan menolak atau menerima
keberadaan tanpa mencari pembuktian dan mengabaikan kenyataan yang
tampak, maka nilai kemanusiaan manusia akan hilang jika akal dan hatinya atau
salah satunya tidak bekerja.
Hati adalah tempat berpusatnya keinginan. Dalam hati juga terdapat nafsu,
bayangkan bila ada manusia yang tanpa nafsu layaknya orang yang terbaring
lemah karena sakit keras. Ditawarkan kepadanya segala makanan nikmat atau
kegiatan yang menyenangkan maka hampir pasti jawabannya adalah tidak mau.
Maka ada benarnya pepatah bijak "kita baru sadar nikmat apa yang kita miliki saat
ia telah hilang". Tidak ada lagi nikmat makanan bila lidah telah pahit. Tidak
berguna nikmat pakaian mahal kalau hanya dipakai untuk berbaring di bangsal
rumah sakit. Satu-satunya yang tersisa adalah kasih sayang keluarga dan simpati
sahabat dan karib kerabat. Saat terbaring lemah itulah, yang harus kita antisipasi
saat masih sehat.
Hati berperan menjaga etika manusia dalam berpikir dan bertindak bukan hanya
untuk kebaikan atau kenikmatan diri, melainkan juga untuk kebaikan bagi sesama
dan dengan alam. Nah itu manusia harus menjaga hubungan baik antar sesama
manusia, hubungan baik dengan Tuhan, serta hubungan baik dengan alam,
dengan tidak merusaknya.

E. Hubungan Manusia dengan Filsafat


Sering terdengar pada ungkapan masyarakat bahwa filsafat merupakan bidang
yang membingungkan, aneh, rumit, sulit dipahami apa kegiatan bagi orang yang
kurang kegiatan. Pendapat-pendapat yang sedemikian itu tidak dapat dikatakan
benar, karena selama kita masih hidup secara sadar dan dapat menggunakan
pikiran, kemauan, dan rasa kita, maka kita tidak dapat terhindar dari kegiatan
berfilsafat dan senantiasa berfilsafat.
Kesadaran ini dapat kita amati dari cara pandang orang-orang yang ada di sekitar
kita. Bila ditemukan ada orang yang di dalam hidupnya begitu mengagungkan
matter, maka dalam kategori filsafat orang seperti itu dalam hidupnya
berpandangan filsafat materialisme, jika ada orang yang begitu memandang tinggi
kenikmatan dan kesenangan dalam hidupnya, maka filsafat yang dimiliki orang
tersebut ialah filsafat hedonisme, sementara jikalau seseorang berpandangan
bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara semestinya menaruh
kepedulian yang besar terhadap kebebasan individu, maka orang itu berfilsafat
liberalisme, demikian juga jika seseorang dalam pandangannya haruslah
memisahkan kehidupan kenegaraan dan kehidupan agama, maka orang tersebut
menganut filsafat sekularisme, jikalau ada orang yang begitu mengutamakan akal,
maka orang itu memiliki pandangan filsafat rasionalisme. Dari kenyataan
sedemikian maka sebenarnya filsafat itu mudah untuk dimengerti.

Bab 2
Filsafat Umum

A. Filsafat
Filsafat merupakan terjemahan atas istilah "phlisophia" (filosofia) yang berangkat
dari bahasa Yunani, hasil padanan dari dua istilah yakni, "philo" berarti "cinta"
dan "Sophia" yang berarti "kebijaksanaan". Dari pertemuan dua istilah tersebut,
maka philosophia diarahkan untuk menunjuk kepada sebutan atas "cinta
terhadap kebijaksanaan" (love of wisdom). Sementara menurut KBBI, filsafat
berarti: "pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat
segala yang ada, sebab, asal mula dan hukumnya".
Filsafat merupakan refleksi kritis, berlainan dengan ilmu yang berlangsung
berhubungan dengan dunia nyata atau dunia pengalaman (dunia empiris). Filsafat
membutuhkan proses refleksi, yaitu perenungan dan pendalaman tentang arti
dan makna yang dialami secara kritis dan rasional. Filsafat adalah hukum tau yang
ada di dalam dan di luar hidup yang diterjemahkan kehidupan untuk tahu akan
ada, tahu untuk mengetahui apakah tahu itu? Mengapa mencari tahu? Di mana
tahu? Kapan dan sampai kapan tahu itu ada? Bagaimana mengartikan tahu? Dan
siapakah yang tahu dan terlebih untuk apakah tahu itu sendiri?.
Oleh karena itu ada ungkapan dari Jujun S. Suriasmantri yang memandang
bahwa"ada manusia yang tahu kalau dia tahu, ada manusia yang tahu dan
ketidaktahuannya, ada manusia yang tidak tahu kalau dia tahu dan ada manusia
yang tidak tahu dan ketidaktahuannya".
Filsafat meneliti sesuatu hal dan atau kejadian yang timbul dimulai dari
keberadaan benda atau hal itu. Selanjutnya menyelidiki kejadian sebelum adanya
benda atau kejadian itu, saat sedang terjadi dan kesudahannya. Dengan kata lain
kita bisa menyimpulkan bahwa filsafat meneliti proses terjadinya sesuatu melalui
dimensi sebelum, saat, dan sesudah yang ke semuaanya itu terjadi di dalam
proses filsafat.

B. Empat Ruang Besar dalam Filsafat (Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan


Teleologi)
Ontologi berada pada ruang penyelidikan atas rahasia keberadaan dan kejadian
sesuatu sampai pada hakikat sesuatu atau menuju pada esensinya. Sementara
ruang epistemologi berperan dalam menyelidiki jalan untuk menuju kepada
hakikat dengan menggunakan metode-metode ataupun tidak dalam mencapai
suatu kebenaran atas sesuatu. Selanjutnya, aksiologi menduduki ruang untuk
menyelidiki nilai dari sesuatu. Sedangkan teleologi memiliki ruang untuk
menyelidiki pencapaian atau tujuan dari pengetahuan atas sesuatu itu.
1. Ontologi merupakan salah satu kajian ke filsafat tani yang membahas
keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Dalam ontologi terdapat dua bagian
penting yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika khusus memiliki
daya jelajah penyelidikan terhadap filsafat alam, filsafat manusia, dan filsafat
ilmu.
a. Metafisika umum mempersoalkan hakikat yang ada secara umum. Dalam
metafisika umum, dipertanyakan mengenai
-apa sesuatu itu?
-bagaimana penggolongan keberadaan atas sesuatu itu!
-bagaimana sifat dan keberadaan sesuatu itu!

b. Metafisika Khusus
Metafisika khusus mengalir pada pembahasan atas filsafat alam, filsafat manusia,
filsafat ketuhanan.
-filsafat alam menghantarkan manusia akan eksistensi alam semesta. Mulai dari
strukturnya, awal penciptaannya dan isi di dalamnya, sampai akhirnya
dimusnahkan karena alam tidak kekal.
-filsafat manusia berkutat dalam diri manusia. Mulai dari penciptaannya sampai
pada kematiannya, yang mana Manusia masih tetap ada karena hanya tubuhnya
yang mati atau kematian ragawi bisa juga disebut kiamat kecil.
-filsafat ketuhanan masalah ketuhanan adalah masalah yang sedikit pelik dan
pengetahuan tentang Tuhan biasanya hanya dikuasai oleh orang tertentu
semacam nabi atau orang-orang suci.
2. Epistemologi
Isilah pistimologi berasal dari bahasa Yunani, yang merupakan hasil padanan dari
dua kata, yaitu episteme yang berarti pengetahuan, dan logos yang berarti
pikiran, teori, atau ilmu. Jadi epistemologi berarti pikiran atau teori tentang
pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Istilah lain juga biasa digunakan, yaitu teori
pengetahuan (theory of knowledge) atau filsafat pengetahuan (philosophy of
knowledge).
Epistemologi dalam filsafat terangkai pada logika, dialektika dan filsafat ilmu.
a. Filsafat penalaran (logika) sebagai cabang epistemologi berkaitan dengan
kegiatan berpikir yang secara khusus dalam berpikir yang bertujuan. Menurut Ar
Razi (865-925), logika adalah seni berpikir lurus nan teratur. Objek materiil logika
adalah pemikiran, sedangkan objek formalnya adalah kelulusan berpikir. Logika
merupakan alur cara berpikir. Cara berpikir setiap orang tentu saja berbeda sesuai
dengan tingkatan intelektual dan seberapa banyak ia memikirkan suatu
persoalan.
Logika merupakan bagian filsafat yang membahas mengenai hakikat ketetapan
cara penyusunan pikiran yang dapat menggambarkan ketetapan berpengetahuan.
Logika tidak mempersoalkan kebenaran sesuatu yang dipikirkan, tetapi
membatasi diri pada ketepatan susunan berpikir yang menyangkut pengetahuan.
b. Dialeka Sejak masa Plato, pemikiran filosofis senantiasa dicirikan dengan sifat
dialektis. Socrates sendiri berfilsafat dengan dialektik yang artinya dialog.
Dialektika secara etimologis, dalam kata Yunani, berarti suatu sendi berdiskusi
dengan aturan-aturan khusus atau "seni berdebat"atau disebut juga seni
penyelidikan kebenaran opini. Dengan berdialektika, maka dapat dimaknai bahwa
segala sesuatu itu akan berubah (panta rei).
Dialektika dikembangkan sebagai metode filsafat yang begitu populer oleh
George Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831). Metode ini menganut paham
bahwa jalan atau cara untuk memahami kenyataan diperoleh dengan mengikuti
gerakan atau dinamika pemikiran-pemikiran atau konsep-konsep. Dialektika
mencurahkan perhatiannya pada masalah hukum umum tentang gerak,
perubahan, dan perkembangan. Jika dapat berpikir secara benar maka seorang
manusia akan memahami seluruh perkembangan sejarah pemikiran termasuk di
dalamnya manusia mampu memahami struktur, proses genetis kenyataan,
metode dan teori atau sistem sebagai unsur-unsur integral yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
c. Filsafat ilmu sebagai cabang dari epistemologi menurut the liang Gie filsafat
ilmu adalah tempat segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan
mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu
dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan kajian
filsafat mengenai cara dan metode agar suatu pengetahuan dapat menjadi ilmu.
Ilmu menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan itu.
3. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan tentang nilai. Persoalan
utama pada nilai tersebut ada pada hakikat nilai itu sendiri, kriterianya dan
keberadaan suatu nilai. Nilai dapat diartikan sebagai sifat yang melekat. Aksiologi
bisa disebut theory of value, yang merupakan bagian dari filsafat yang
memperhatikan masalah baik dan buruk, benar dan salah yang mencoba
merumuskan teori secara konsisten untuk perilaku etis. Filsafat mempertanyakan
apa yang baik itu dengan konsep "seharusnya" atau "sepatutnya". Aksi lagi
menyelidiki sikap tindakan dan perbuatan manusia dalam kehidupan dari sudut
pandang nilai dan keindahan hasil budaya dari cinta rasa manusia dalam seni.

4. Teleologi
Dihormati dari makna etimologi, teleologi terdiri dari dua kata yaitu "teleo" yang
artinya tujuan dan "logos"yang artinya ajaran. Perenungan filsafat mendapati
tujuannya pada arti eksistensialisme, fenomenologi, nihilisme, dan kesatuan
tekad (ahadiat).
a. Eksistensialisme atau keberadaan sesuatu merupakan perwujudan tentang apa
yang tampak dari pembahasan ontologi, yaitu mengartikan yang ada sesuai
dengan arti positifnya. Maksudnya dikatakan ada bila telah berbentuk nyata dan
bisa ditangkap oleh indra manusia. Sesuatu yang secara metafisik ada tidak dan
belum tentu ada bila belum dinyatakan ada dalam eksistensi.
b. Fenomenologi dikenal sebagai metode yang mengajak kesadaran kita kembali
kepada objek itu sendiri (fenomena). Istilah fenomenologi berasal dari kata
phenomenom dan logos. Fenomena sendiri dimengerti sebagai sesuatu yang
sedang menampakan dirinya dalam bentuk manifestasi kepada kesadaran.
Fenomenologi membatasi keberadaan dalam bentuk kejadian, peristiwa dan
kenyataan yang didapat dari hasil pengamatan manusia dalam dunianya.
Hubungan manusia dengan dunianya laksana tubuh dan jiwa, dinamai dunia
tempat manusia tinggal digerakkan oleh manusia yang berperan sebagai jiwa.
Dalam hubungan manusia dengan dunia di kehidupan sehari-hari manusia
berinteraksi dalam dunia sebagai ruang geraknya. Hubungan keduanya adalah
hubungan saling ketergantungan manusia bersifat independen dalam bertindak
dan berpikir, namun dalam kebebasannya itu terdapat ketergantungan dengan
dunianya.
c. Nihilisme adalah memahami dan menerapkan dirinya sebagai sesuatu, bukan
lagi sebagai perenung tentang adanya sesuatu, tetapi kesadaran keberadaan
dirinya, dunianya, Tuhannya, ruang dan waktu yang melingkupinya. Milisma
mengartikan pemahamannya dalam lingkaran waktu yang ada. Jika lingkaran
waktu yang ada maka selain itu adalah kosong belaka nihil.
d. Ahadiyat adalah menyatukan ke semua tujuan tadi. Ibarat permainan bola, gol
adalah tujuan akhir proses menggiring, menendang, mengoper, melewati barisan
pertahanan lawan dan melakukan trik-trik dengan tujuan memasukkan bola ke
gawang. Semua proses tadi akan sia-sia jika tidak ada tercipta goal. Semua hanya
tontonan, hanya usaha, hanya peluang sedang gol tidak tercapai. Gol dalam
filsafat adalah kesatuan tekad (ahadiyat). Satu adalah tujuan akhir pengetahuan
manusia, semua proses perenungan melewati jalan perdebatan dan jalur logika,
mencari hakikat, menerapkan jalan tarekat pencarian, menetapkan nilai
pemikiran dan kenyataan, semua usai saat bertemu tujuan utama, satu.

Anda mungkin juga menyukai