Anda di halaman 1dari 7

PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN ILMU

MATERI VII
Mata kuliah: FILSAFAT ILMU

Oleh:

Oleh:
Dr. H. Mohamad Samsudin, M.A.

•Dosen Pendidikan Bahasa Arab STAI Nurul Iman Parung Bogor


•Asesor BAN SM Provinsi Banten
•Asesor Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek
•Instruktur Nasional Pelatihan Tindak Lanjut Hasil AKMI Kemenag
PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN ILMU 1

 Dengan akal pikiran yang dimiliki manusia selalu terdorong untuk mencari kebenaran dengan cara mengumpulkan ilmu
pengetahuan yang sebanyak-banyaknya. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, akan
tetapi secara garis besar dibedakan dalam dua cara, yakni: pendekatan nonilmiah dan pendekatan ilmiah
 Pendekatan Nonilmiah
 Kegiatan manusia dalam usaha mencari ilmu pengetahuan dan mencari kebenaran, terutama sebelum diketemukannya metode ilmiah,
dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya adalah:
 penemuan ilmu pengetahuan secara kebetulan,
 penemuan ilmu pengetahuan dengan menggunakan akal sehat (common sense),
 penemuan ilmu pengetahuan dengan menggunakan intuisi,
 penemuan ilmu pengetahuan melalui wahyu,
 penemuan kebenaran melalui usaha coba-coba (trial and error),
 dan lain sebagainya.
 Pendekatan Ilmiah
 pendekatan ilmiah merupakan suatu usaha untuk mencari ilmu pengetahuan dengan menggunakan cara-cara berpikir ilmiah yang didukung
dengan langkah-langkah tertentu yang bersifat sistematis. Setidaknya terdapat tiga pola pikir yang dikembangkan dalam pendekatan ilmiah,
yakni pola pikir induktif, pola pikir deduktif, dan pola pikir yang merupakan gabungan deduktif-induktif.
 Pola pikir induktif dikembangkan oleh penganut aliran empirisme. Aliran empirisme beranggapan bahwa kebenaran dan ilmu pengetahuan
hanya dapat diperoleh melalui pengalaman.
 Pola pikir deduktif sering dipergunakan oleh penganut aliran rasionalisme. Aliran rasionalisme mengatakan bahwa ide tentang kebenaran
tersebut sesungguhnya sudah ada. Akal pikiran manusia dapat mengetahui ide tentang pengetahuan dan tentang kebenaran tanpa harus
melihat dunia nyata
 Gabungan dari pola pikir deduktif dan pola pikir induktif yang kemudian melahirkan aliran convergency. Aliran convergency berpandangan
bahwa kebenaran akan dapat ditemukan melalui usaha berpikir yang ditindaklanjuti dengan usaha pencarian bukti-bukti dalam kehidupan
nyata
 Aliran convergency telah mendorong adanya metode ilmiah. Dalam metode ilmiah, kebenaran dapat diperoleh melalui kegiatan penelitian
yang dilakukan secara terencana, sistematis, dan terkontrol berdasarkan data-data empiris. Kebenaran yang diperoleh melalui pendekatan
ilmiah biasanya bersifat konsisten karena sesuai dengan sifatnya yang obyektif.
Instrumen Ilmu dan Pengetahuan 2

 Instrumen ilmu dan pengetahuan merupakan alat yang digunakan oleh manusia untuk
meperoleh ilmu dan pengetahuan, di antaranya:
1. Panca Indera
 Kedudukan kelima panca indera ini sangat penting dalam proses memperoleh pengetahuan meskipun indera
penglihatan (mata) dan pendengaran (telinga) seringkali disebut-sebut sebagai indera yang paling penting
 Kata Aristoteles; “ Kehilangan satu indera, kehilangan satu ilmu pengetahuan. “
2. Imajinasi
 Alam khayal atau imajinasi mampu menangkap bentuk-bentuk sesuatu dan warna yang diperoleh dari indera. Seperti:
Gunung emas yang tak ada di dunia nyata, dapat tertampung di alam khayal. Bidadari bersayap yang tak ada di dunia
nyata, dapat terbayang di alam khayal.
3. Akal
 Instrumen akal dibagi atas dua bagian; akal murni (rasio) dan konsep akal (hati). Perbedaannya terletak pada apa
yang diperolehnya.
 Akal murni menangkap hal-hal yang sifatnya universal, obyektif dan mutlak. Sedangkan hati menangkap hal-hal yang
sifatnya partikulir, subyektif dan relatif seperti perasaan senang, sedih, lapar, cinta, benci dan marah
 Persamaan keduanya terletak pada kemampuannya menangkap hal-hal yang abstrak atau tidak dapat diinderai
4. Logika
 Logika adalah sarana untuk berfikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan
 Berpikir logis artinya berfpkir sesuai dengan aturan-aturan berfikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar dari satu
Indera sebagai Instrumen Pengetahuan 3

 Indera sebagai sumber pengetahuan adalah pengetahuan yang diperoleh manusia


melalui kelima inderanya, yakni mata, hidung, perasaan (kulit), telinga dan lidah.
 Pengetahuan inderawi juga disebut pengetahuan empiris. Dalam aliran filsafat empirisme
dijelaskan, bahwa inderalah yang merupakan satu-satunya instrumen yang dapat
menghubungkan kita dengan alam. Tanpa indera, kemungkinan kita memandang alam ini
tidak ada atau masih samar
 Akal sebagai sumber pengetahuan tanpa melalui panca indera tidak dapat diresapi. Hal
ini sesuai apa yang dikatakan John Locke, bahwa pada akal tidak ada sesuatu sebelum
itu ada pada alat indera.
 Fungsi indera sebagai sumber pengetahuan terdiri dari :
 Indera bersama yang berfungsi untuk menerima kesan-kesan yang diperoleh panca indera luar
dan diteruskan ke indera batin.
 Indera penggambar berfungsi untuk melepaskan kesan-kesan yang diteruskan ke indera
bersama dari materinya.
 Indera perangka yang berfungsi mengatur gambar yang telah dilepaskan dari materi dengan
memisah-misahkan dan menghubungkan satu sama lain.
 Indera penggarap yang bertugas menangkap arti yang dikandung gambaran-gambaran itu.
 Indera pengikat yang berfungsi untuk menyimpan arti yang ditangkap oleh indera penggarap.
Imajinasi sebagai Instrumen Pengetahuan 4
 Berpikir merupakan aktivitas mental untuk melahirkan atau memformulasikan pengetahuan dengan
merujuk pada aturan berpikir atau konsep tertentu yang cenderung bersifat membatasi, bahkan mengikat.
 Sementara dalam berimajinasi proses mental kita tidak lagi diikat oleh hukum berpikir atau konsep
kebenaran tertentu, sehingga pikiran menjadi bebas untuk mencari wawasan pengetahuan baru
 Disadari atau tidak, peran imajinasi begitu besar dalam melahirkan teori-teori agung di bidang ilmu
pengetahuan. Ketika para ilmuwan sudah kehabisan ide untuk memecahkan suatu permasalahan—
karena logika telah menunjukkan keterbatasan-keterbatasannya, terkadang imajinasi bebas mereka
justru yang mempunyai peranan besar dalam pemecahan problem-problem keilmuan. Bahkan ilmuwan
sekaliber Einstein mengatakan, ”imajinasi lebih penting daripada pengetahuan”.
 Simone Weil menganggap bahwa imajinasi dan fiksi telah membentuk lebih dari tiga perempat kehidupan
nyata manusia
 Pengetahuan yang kita peroleh sebenarnya lahir dari imaji-imaji tentang segala hal yang telah kita cecap,
entah ia merujuk pada objek yang real ataupun yang imajiner. Imaji-imaji yang memenuhi ruang mental
kita itu menjadi semacam penyedia bahan baku bagi kegiatan merumuskan pengetahuan.
 Dalam konteks ini, antara imajinasi dan rasio sebenarnya saling mendukung. Sebagai salah satu potensi
intelek, imajinasi berfungsi sebagai pemecah kebuntuan ketika rasio tidak lagi mampu menyelesaikan
persoalan pengetahuan yang membekap kita. Dengan dayanya, imajinasi mampu membuat tautologi-
tautologi baru atas imaji-imaji yang memenuhi ruang mental kita yang tidak dapat dikerjakan oleh rasio.
Imajinasi membuat dunia hadir dalam banyak kemungkinan, sementara rasio membuat kemungkinan-
kemungkinan itu menjadi pengetahuan yang masuk akal.
Akal sebagai Instrumen Pengetahuan 5
 Akal, ratio (Latin) akal (bahasa Arab ‘aqli) budi (Sanskerta) akal budi (persatuan Arab dan
Sansekerta) Nous (Yunani) Rasion (Prancis) Reason (Inggris), adalah potensi rohaniah manusia
sanggup mengerti mengenai teori realita kosmis.
 Dalam epistemologi, juga didapatkan bahwa akal adalah sumber pengetahuan manusia, karena
manusia itu pandai berpikir maka ia berpengetahuan dan sekalian pengetahuannya dibentuk oleh
pikirannya.
 Penganut teori filsafat idealis menilai, bahwa pengetahuan akal melebihi pengetahuan
pengalaman, sedangkan rasionalis kritis, mengatakan bahwa akal mengolah pengalaman sambil
meresap pada obyek itu sendiri. Rasionalis berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak
pada akal.
 Rasionali tidak mengingkari pengalaman, melainkan pengalaman hanya dipandang sejenis
perangsang bagi pikiran, para penganut rasionalis yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak
pada ide manusia. Jika kebenaran mengandung makna ide yang sesuai dengan kenyataan, maka
kebenaran hanya dapat ada dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh lewat akal budi saja.
 Akal sebagai sumber pengetahuan dengan indera, saling berhubungan. Akal budi tidak dapat
menyerap sesuatu dan panca indera tidak memikirkan sesuatu. Bila keduanya bergabung maka
timbullah pengetahuan. Menyerap sesuatu tanpa dibarengi akal budi adalah kebutaan, dan pikiran
tanpa isi sama dengan kehampaan. Akal dan indera saling mengisi dalam memperoleh
pengetahuan, akal berperan sebagai pengolah apa yang telah diserap oleh indera.
 Plato mengatakan, bahwa manusia masuk dalam dua dunia yaitu dunia pengalaman dan dunia
ide (fungsi akal sebagai sumber pengetahuan)
Logika sebagai Instrumen Pengetahuan 6
 Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos yang berasal dari kata
benda logos. Kata logos berarti: sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (fikiran), kata,
atau ungkapan lewat bahasa. Kata logikos berarti mengenai sesuatu yang diutarakan, mengenai
suatu pertimbangan akal, mengenai kata, mengenai percakapan atau yang berkenaan dengan
ungkapan lewat bahasa
 Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran
yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
 Sebagai ilmu, logika disebut logike episteme atau dalam bahasa latin disebut logica scientia yang
berarti ilmu logika, namun sekarang lazim disebut dengan logika saja.
 Logika adalah cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga
sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana
ilmu, logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu,
 Secara terminologis logika didefinisikan teori tentang penyimpulan yang sah yang artinya sesuai
dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar,
yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.
 Logika sebagai instrumen ilmu pengetahuan obyek materialnya adalah berpikir (khususnya
penalaran/ proses penalaran). Namun, pemikiran manusia tidak dapat diamati. Oleh karena itu,
objek material ini tidak dapat dijadikan sebuah objek untuk dipelajari. Lalu, apa sesungguhnya
objek material logika itu? Objek material dari logika sebenarnya adalah manusia itu sendiri,
sedangkan objek formalnya ialah kegiatan akal budi untuk melakukan penalaran yang lurus, tepat,
dan teratur yang terlihat lewat ungkapan pikirannya yang diwujudkan dalam bahasa.

Anda mungkin juga menyukai