Anda di halaman 1dari 15

AGAMA DALAM

PANDANGAN PSIKOLOG
Friedrich Wilhelm Nietzsche
 Teorinya “theory of unbelief” teori kekafiran (Tuhan
telah mati)
 Ia ditinggal mati ayahnya Ludwig Neitzsche (pendeta)
pada usia 35 tahun karena sakit-sakitan.
 Ketika itu usianya 4 tahun padahal pada waktu itu ia
masih sangat terikat secara emosional pada ayahnya
sehingga terguncang sangat terguncang karena
kehilangan figur ayah.
 Dari hal inilah akhirnya muncul teori diatas (tuhan
telah mati)
 Ia tidak percaya adanya tuhan karena naluri tak
sadarnya yang akibat guncangan jiwanya setelah
ditinggal mati ayahnya
 Agama menurut  Nietzsche adalah penyangkalan arti hidup,
dan institusi penyangkalan diri hidup manusia.
 Menurut  Nietzsche inti hidup adalah kehendak akan
pengusahaan.  
 Maka manusia bisa menemukan dirinya melalui menyangkal
Tuhan dan agama.
 Tuhan sudah mati,  kata Nietzsche, dan manusia harus berani
menghadapi itu dengan bangkit menjadi manusia Ubermensch
(mempunyai kehendak untuk berkuasa mengatasi masalah)
 Nietzsche  menyatakan bahwa agama berasal dari rasa takut
pada alam semesta dan laluhur nenek moyang bangsa-bangsa.
SIGMUND FREUD
 Sigmund Freud  mengatakan bahwa agama
adalah tempat pelarian, pelarian manusia
bersifat kekanak-kanakan, dalam artian
manusia melarikan diri kedalam dunia
khayalan, karena tidak mampu menghadapi
fakta kesulitan-kesulitan di dunia ini.  
 Agama adalah ilusi (boleh jadi sesuai atau
bertentangan dengan realitas), delusi (sesuatu
yang bertentangan dengan realitas), kompulsif
neurotis (keinginan untuk terus melaksanaan
ritual-ritual keagmaan)
 Sigmund Freud menyatakan agama adalah
ilusi, proyeksi, dari keinginan infantil akan dunia
idial.
 Tuhan Allah dianggap sebagai Ayah, yang
 berfungsi melindungi dan menghibur anak-
anaknya yang tidak mampu berdikari dan
mandiri.
 Agama ditandai dua ciri yaitu kepercayaan
pada tuhan dan ritual
 Sigmund Freud  menyatakan "dan seluruh
kebaktian dengan segala ritusnya  dan upacara
melakukannya itu adalah ['neurose"] paksaan. 
 Freud menulis dalam The Future of an Illusion :
Gagasan-gagasan agama muncul dari
kebutuhan yang sama seperti yang
memunculkan pencapaian peradaban lainnya,
yakni dari desakan untuk mempertahankan diri
melawan kekuatan alam yang lebih perkasa
dan menaklukkan (kepercayaan agama
hanyalah) ilusi, pemuasan dari keinginan
manusia yang paling tua, dan paling penting
 Kepercayaan pada tuhan berakar pada pengalaman
universal kanak-kanak, pada usia dini anak
menganggap orang tua (bapak) sebagai orang yang
Mahatahu dan Mahakuasa.
 Pemeliharaan, kasih sayang dan perlindungan yang
diberikannya membuat anak menjadi nyaman,
tentram, damai dan menciptakan surga bagi anak.
 Ketika kekuatan alam dan situasi hidupnya
membangkitkan ketidakberdayaan, kerinduan akan
ayah muncul dalam penghayalan citra tuhan sebagai
ayah yang mengayomi dan melindungi.
 Oleh karena itulah Freud memandang bahwa agama
adalah ilusi.
 Sifat ritual agama adalah sebagai mekanisme
pertahanan dalam menghadapi impuls yang
selalu muncul.
 Oleh karena itu ritual agama adalah perilaku
kompulsif dan menjadikannya obsesif neurosis.
 Orang beragama menderita delusi psikotis
(sakit jiwa karena percaya dan menginginkan
sesuatu yang bertentangan dengan realitas)
Erik Fromm
 Menurut Fromm (1950) agama adalah “sistem
pemikiran dan tindakan apa pun yang dimiliki
bersama sebuah kelompok yang memberikan
individu kerangka orientasi dan objek pengabdian
 Kunci spiritualitas yang sehat adalah menolak
semua agama otoriter dan kepercayaan pada
kekuatan yang lebih besar dari diri kita sendiri,
seperti yang terjadi pada agama Kristen tradisional.
 Tunduk pada otoritas agama mengarah pada
kebencian dan intoleransi, serta mengganggu
latihan akal manusia.
 Kita harus menerima agama humanistik
"berpusat di sekitar manusia dan kekuatannya
”di mana Tuhan dipahami hanya sebagai
simbol kekuasaan manusia, "apa yang
berpotensi atau seharusnya menjadi manusia"
 Sudut pandang Fromm mirip dengan
pandangan psikolog rasionalis dan ateis Albert
Ellis (1985), yang melihat sebagian besar
agama sebagai bentuk penyakit mental karena
promosi ketergantungan dan ide-ide irasional
yang seharusnya
B.F. SKINNER
 Agama sebagai perilaku yang diperteguh
 Keragaman pengalaman beragama terjadi
karena diikuti oleh stimuli yang memperteguh
 Peneguhan muncul dari para tokoh agama,
pengendali lain yang berkuasa, dan peneguhan
yang tidak disengaja atau direncanakan
 Ritual perilaku agama muncul karena adanya
peneguhan
WILLIAM JAMES
 Agama sebagai jalan menuju keunggulan manusia
 Agama adalah perasaan, tindakan, dan pengalaman
individu dalam kesunyian sejauh mereka melihat
dirinya dihadapan yang maha apa yang dianggap
sebagai ilahi (yang Mahaagung)
 Agama bukan hasil dari kebiasaan, imitasi dan tradisi
tapi hasil dari kehusyukan dan kesungguhan.
 Sikap beragama sebagai kepercayaan adanya
ketertiban tak terlihat dan keinginan kita untuk hidup
serasi dengan ketertiban lain.
 Hubungan manusia dengan agama akan mengaktifkan
energi spiritual dan menggerakkan karya spiritual,
menggairahkan semangat hidup, meluaskan
kepribadian, memperbaharuai daya hidup, dan
memberikan makna kemuliaan.
 Menurut James, pengalaman keagamaan bersifat
unik dan membuat setiap individu mampu untuk
menyadari:
 Pertama, bahwa dunia merupakan bagian dari
sistem spiritual yang dengan sendirinya
memberikan nilai bagi dunia inderawi;
 Kedua, bahwa tujuan utama manusia adalah
menyatukan dirinya dengan alam yang lebih tinggi
itu;
 Ketiga, bahwa keyakinan agama membangkitkan
semangat baru dalam hidup;
 Keempat, bahwa agama mengembangkan
kepastian rasa aman dan damai serta
menyegarkan cinta dalam hubungan kemanusiaan.
C.G. JUNG
 Agama sebagai jalan menuju keutuhan
 Agama dapat berperan positif dalam
penyembuhan psikologis
 Tradisi agama dengan mitosnya, cerita, ritual
dan citra keagamaan yang menampakkan
arketip sangatlah membantu mempercepat
individuasi.
 Artinya hubungan terbuka antara kekuatan
sadar dan taksadar sangat penting untuk
integrasi kepribadian. Tanda spiritual sejati.

Anda mungkin juga menyukai