Setelah masa kejayaan idealism Jerman yang diakhiri pada masa George Wilhelm
Friedrich Hegel, yang kemudian Hegelian-hegelian pecah menjadi dua yakni Hegelian kiri dan
Hegelian kanan. Hegelian kanan memiliki sikap konservatif sedangkan Hegelian kiri lebih
progresif dan memiliki pendirian yang agak ekstrim terhadap agama dan politik.
Idealism Jerman, Hegel, dikritik oleh Soren Aabye Kierkegaard asal Denmark. Alasan
utama kritik Kierkegaard adalah abstraksionalisme Hegel yang seolah-olah meremehkan
keberadaan manusia konkret.
Reaksi kiergaard terhadap idealism Hegel juga dipengaruhi oleh situasi kemasyarakatan
Denmark saat itu yakni sulitnya mencarikan solusi kehidupan sosial keagamaan saat itu, agama
Kristen bersifat secular yang banyak dipengaruhi oleh filsafat idealism Hegel. Sehingga
menghasilkan aliran filsafat eksistensialisme yang menekankan pada individualitas manusia dan
manusia konkret.
Kategori filsafat Kiergaard adalah individualitas, akan tetapi tidak seperti filsuf lainnya
yang menekankan pada bing, akan tetapi pada individual human existence. Pandangannya
terhadap pendidikan, dia sangat menolak pendidikan/sekolah kejuruan karena pendidikan jenis
tersebut sangat mengarahkan siswa atau peserta didik kearah pandangan kehidupan duniawi
(secular).
Satre adalah pencetus aliran filsafat eksistensialisme yang pemikirannya lebih pada
kebebasan manusia, manusia bebas memilih apa yang di inginkan dan apa yang tidak di
inginkan. Ia berpendapat bahwa manusia dalam kesehariannya mendahului eksistensinya berbeda
dengan benda lain.
Sartre adalah salah satu filsuf yang menyebabkan eksitensialisme, yang tidak lepas
dari pengaruh tradisi rasionalisme dan idealism dan Descartes hingga Kant, dari Hegel
hingga fenomenologi abad XX. Terutama sangat dipengaruhi oleh Hegel, Husserl hingga
Karl Mark.
Filsafat yang dibangun oleh Sartre adalah minat yang begitu besar terhadap “manusia”
yakni bagaimana ‘cara ber-ada-nya” manusia. Dengan kata lain eksistensi adalah
adanya keterbukaan, eksistensi mendahului esensi (existence precedes essence).
Berbeda dengan benda-benda lainnya yaitu “ada”nya adalah sekaligus sebagai esensinya.
Dan menurutnya kebenaran objektif berasal dari individual itu sendiri bukan dari orang lain
dan sudah mutlak adanya.
Sedangkan beberapa filsuf lain hanya melihat dari teori dan konsepsi dalam mencari
kebenaran, oleh karena itu sangat penting untuk menciptakan eksistensi dari teoritis dan
konsepsi dalam diri masing-masing orang.
3. Martin Buber
Menurutnya eksistensi manusia tidak murni dari manusia itu sendiri dan eksistensi manusia
ada karena relasi antar individu dengan orang lain.
Ia memiliki sebuah pemikiran yaitu tentang prinsip dialogis, dimana manusia memiliki
sebuah relasi yang fundamental dan berbeda antara manusia dengan tuhannya. Ia juga menulis
sebuah buku yang berisikan tentang sebuah asumsi dasar yang diperlukan dalam pendidikan
karakter.
4. Martin Heidegger
Menurutnya eksistensialisme lebih dikenal sebagai bentuk dari gaya berfilsafat, pokok
utamanya yaitu membahas tentang manusia dengan mahluk yang lain.
Jadi, eksistensialisme yaitu salah satu hubungan yang berkaitan pada filosofi dengan apa
yang ada di sekitar kita. Contohnya seperti dengan tetangga, sanak saudara dll
5. Karl Jasper
Ia mempunyai pemikiran yang berbeda yaitu tentang "kebenaran ajaib" menurutnya manusia
mempunyai kebebasan yang luas tetapi kebebasan manusia itu pasti ada batasannya.
Batasan-batasan itu adalah : penderitaan, perjuangan, bersalah, dan kematian. Jadi, setiap
manusia itu pasti mempunyai kebebasan mau melakukan apa saja yang mereka inginkan akan
tetapi jika manusia sudah tiada atau mati kebebasan yang ia miliki akan hilang karena
eksistensinya sudah tidak ada.
6. Paul Tilich
7. Marcel
Jadi, kita tidak boleh egois mementingkan kepentingan pribadi, kita juga harus melihat orang
di sekitar kita, lingkungan sekitar dan keadaan di sekitar kita. Ia juga mengartikan filsafat
eksistensialisme yaitu sebuah filsafat dengan metode-metode klasik yang jarang adanya.