JEAN-PAUL SARTRE
OLEH :
Jean-Paul Sartre adalah filosof utama aliran filsafat abad ini yang disebut
eksistensialisme. Sartre sendirilah yang membentuk kata ini. Sartre lahir di Paris tahun
1905. Ia belajar pada perguruan tinggi elit Ecole Normale Superieure, kemudian menjadi
guru di beberapa SMA. Selama dua tahun ia belajar di Jerman dimana ia kemudian juga
sebagai tahanan perang.
Masa besar Sartre adalah tahun lima puluhan. Ia menjadi filosof yang sangat populer
di Eropa, khususnya di Perancis. Eksistensialisme Sartre menjadi aliran yang menekankan
individualitas dan autensitas manusia masing-masing yang tidak mau diseragamkan
menurut selera massa. Orang eksistensialis itu orang yang menetukan sendiri norma-
norma dan nilai-nilai hidupnya, yang tidak sekadar membebek pada apa yang dianggap
biasa. Bagi orang muda, eksistensialisme menyediakan kemungkinan untuk
mengungkapkan identitasnya berhadapan dengan masyarakat yang, dalam rangka
pembangunan pasca perang menekankan kenormalan dan keseimbangan.
Sartre adalah seorang sastrawan yang bagus, tetapi juga seorang filosof yang
berpikir secara mendalam, yang terutama dipengaruhi oleh pemikir-pemikir Jerman, oleh
Hegel dan Heidegger, dan kemudian oleh Karl Marx. Dengan cukup jelas dapat dibedakan
dua tahap dalam pemikiran Sartre. Karya utama tahap pertama adalah L’Etre et le Neant,
essai d’Ontologie Phenomenologique (Keberadaan dan ketiadaaan esai tentang ontologi
fenomenologis), sebuah tulisan panjang dan berat yang diselesaikan pada tahun 1943. Tiga
tahun kemudian, terbit L’Existentialisme est un humanisme (Eksistensialisme dan
humanisme). Tahap pertama itulah tahap eksistensialismenya. Pada akhir tahun 50-an,
Sartre semakin berpaling pada Marxisme (untuk sementara waktu ia juga menjadi anggota
Partai Komunis Perancis). Karya tahap itu adalah Critique de la raison dialectique (Kritik
atas cara berpikir dialektis). Sebuah etika yang dijanjikan Sartre sejak bukunya yang
pertama tidak pernah ditulisnya.
Sartre berada dalam kontak erat dengan pelbagai pemikir utama Perancis seperti
Merleau-Ponty, dan Simone de Beauvoir yang dengannya ia hidup bersama selama dua
puluh tahun terakhir hidupnya. Sartre sangat aktif dalam gerakan anti-perang Vietnam dan
berpartisipasi dalam revolusi mahasiswa bulan Mei 1968. Ia meninggal pada tahun 1980.
B. Etika Jean-Paul Sartre
a) Eksistensialisme dan kerangka fenomenologis
Eksistensi manusia itu menurut L’Etre et le Neant, ditentukan oleh dua dimensi, yaitu
Dengan latar belakang itu kita dapat mengerti jalur pemikiran Sartre. Aku
adalah kesadaran diri dan sebagai itu aku berlawanan total dengan alam objektif,
dengan alam etre-en-soi. Aku hanya ada sebagai penyangkalan realitas, aku adalah
yang bukan-objek, aku tanpa realitas. Aku mempertahankan diri dengan
“meniadakan” yang lain.
b) Kebebasan
Keadaan itu menurut Sartre disertai perasaan putus asa dan absurd, tak masuk
akal. Memang, kalau tak ada Tuhan, eksistensiku, kenyataan bahwa aku menemukan
diri dalam dunia, merupakan rahasia yang tak terselami. Aku tidak tahu mengapa aku
ada, aku menemukan diri bereksistensi.
Pada tahap kedua situasi itu, Sartre melihat bahwa mereka memiliki
kebersamaan berhadapan dengan dia: mereka bersama dalam ketidaktahuan satu
dengan yang lain, sedangkan ia mengetahui mereka. Mereka bekerja dengan tenang,
sedangkan Sartre merasakan diri sebagai outsider. Seakan-akan mereka bekerjasama
melawan Sartre (kita dapat membayangkan, andai kata mereka melihat bahwa Sartre
mengamati mereka, mereka masing-masing akan menjadi sadar dari cara Sartre
melihat-lihat, bawa di seberang tembok masing-masing ada juga orang yang diamati
Sartre, jadi seorang “rekan” objek pengamatan, kemudian mereka bertemu dan
bersama-sama menyindir Sartre).
Tahap ketiga adalah tindakan nyata yang mengubah situasi itu. Sartre dapat
melakukan: (1) secara aktif menghubungi mereka, (2) membiarkan diri dilihat oleh
mereka, atau (3) secara pasif terus saja mengamati mereka. Alterantif pertama dan
kedua akan mengubah baik Sartre sendiri maupun si pekerja dan si tukang kebun,
mereka akan berinteraksi.
Dinamika ke arah perubahan sosial itu tampak dengan lebih jelas dalam konteks
kelompok dan sejarah. Begitu misalnya, pada waktu Revolusi Perancis, individu-
individu sebuah massa rakyat di Paris yang merasa diancam oleh sepasukan kavaleri
raja yang muncul mendadak-pihak ketiga- bersatu dalam menghadapi pasukan itu.
Mereka mengorganisasikan diri, memreka siap untuk memberikan perlawanan, artinya
untuk bertindak bersama: Rakyat bangkit melawan rajanya. Ancaman bersama
mempersatukan dan dengan demikian menciptakan potensi-potensi perubahan sosial
[1976, 351ss].
II. Analisis Etika Jean-Paul Sartre
A. Pemetaan
Individu bebas membuat pilihan atau keputusan moral dan tidak membenarkan
pilihan atau keputusannya dipengaruhi orang lain. Eksistensialisme juga dikaitkan
dengan pilihan moral (First Hand Choice) yaitu membuat pilihan terus dari akal
rasional berdasarkan kepada sesuatu keputusan moral yang sentiasa berubah, tidak
universal, bersifat subjektif, tidak mutlak, tidak kekal dan individualistik. Contohnya,
seseorang individu tidak dilahirkan terus untuk menjadi guru, tetapi merupakan pilihan
individu tersebut untuk menjadi guru atau pekerjaan lain. Begitu juga dengan pelaksaan
tindakan lain oleh seseorang yang dirasakan yakin dan betul untuk dilaksanakan. Aspek
ini mementingkan kebebasan individu untuk memilih tanpa dipengaruhi oleh faktor lain
tetapi masih dalam konteks rasional membuat pemilihan.
Etika Sartrean ini bisa dikategorikan dalam etika Deontologi, Berbeda dengan
deontologikal peraturan (Kantian) yang condong kearah prinsip kewajiban,
deontologikal Sartrean adalah deontologikal tindakan dimana eksistensialisme
bermaksud kebebasan moral bertindak tanpa amanah, paksaan dan larangan yaitu
merangkumi aspek kebebasan; kebebasan jasmani, kebebasan kehendak dan kebebasan
moral. Eksistensialisme berasal daripada perkataan existent yang bermaksud wujud
atau ada.