MODUL PERKULIAHAN
U001700009
Pendidikan Anti
Korupsi dan ETIK
UMB
Mengenal Potensi Diri
Abstrak Sub-CPMK
Manusia adalah makhluk yang tak Setelah mempelajari modul ini diharapkan
pernah berhenti berpikir. Mungkin mahasiswa mampu menemahami dan
hanya pada saat tidur saja kita menjelaskan mengenai:
berhenti berpikir. Dari berpikir 1. Diri
itulah manusia menjadi ada, 2. Konsep diri
sebagaimana dikatakan filosof 3. Pembukaan diri
Rene Descartes: “Aku berpikir, 4. Faktor penghambat dalam mengenal diri
maka aku ada”. Berpikir
merupakan proses kreatif untuk
menemukan berbagai hal, berbagai
realitas kehidupan, termasuk untuk
memikirkan siapa manusia itu
sendiri.
03
Puji Rahayu, SE. M.Ak
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi
MENGENALI POTENSI DIRI
A. Pengantar
Jika seseorang tidak dapat atau tidak percaya
terhadap dirinya sendiri, tentu saja
tidak ada orang lain yang mau
mempercayai dirinya
Ted W. Engstron).
Manusia adalah makhluk yang tak pernah berhenti berpikir. Mungkin hanya pada
saat tidur saja kita berhenti berpikir. Dari berpikir itulah manusia menjadi ada,
sebagaimana dikatakan filosof Rene Descartes: “Aku berpikir, maka aku ada”
(Hadiwijono, 1994). Berpikir merupakan proses kreatif untuk menemukan berbagai hal,
berbagai realitas kehidupan, termasuk untuk memikirkan siapa manusia itu sendiri.
Namun demikian, penelaahan terhadap siapa manusia belum pernah usai, semakin
manusia berpikir tentang dirinya, maka semakin menemukan “lorong gelap” yang tak
berkesudahan.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang unik, tidak saja dilengkapi dengan panca
indera, tetapi juga dilengkapi dengan akal-pikiran. Itulah yang membedakan manusua
dengan makhluk lain. Banyak para pemikir yang berpendapat bahwa manusia selamanya
akan menjadi misteri, atau manusia adalah rahasia Tuhan. Kerapkali manusia atau kita
dapat mengetahui berbagai hal dari kompleksitas kehidupan sosial yang tanpa batas,
tetapi kita amat terbatas untuk meneliti diri sendiri. Pepatah yang mengatakan: “semut
Bait sajak di atas melukiskan upaya manusia untuk mengenal dirinya sendiri
dengan berbagai keterbatasan yang ada pada diri manusia itu sendiri. Pengenalan diri
akan menimbulkan rasa menghargai diri sendiri, dan menyayangi diri sendiri sehingga
terbentuk citra diri yang positif. Lebih jauh dari itu, mengenal diri akan mendekatkan kita
kepada Sang Pencipta. Sebuah hadits mengemukakan: Siapa yang mengenal dirinya, ia
akan mengenal Tuhannya”. Sungguh, mengenal diri merupakan jembatan yang dapat
menghubungkan kita dengan Tuhan.
Menurut Muslimin (2004:226), mengenal diri amatlah penting yang
memungkinkan kita dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan diri, serta bagaimana
menempatkan diri di tengah-tengah masyarakat. Mengenal diri diharapkan menjadi
semacam jembatan yang akan mengantarkan seseorang kepada gerbang kesukesan.
Salah satu cara untuk mengenal diri (siapa diri kita) yaitu melalui pendekatan komunikasi.
Feedback (umpan balik) yang diberikan pihak lain amat berguna untuk mengetahui diri
kita yang sesungguhnya.
Pada suplemen 1 (satu) etik ini, kita akan mendiskusikan tentang mengenal diri
dari berbagai aspeknya. Suplemen ini diharapkan akan menambah pokok bahasan
pertama dalam buku Etika Membangun Sikap Profesionalisme Sarjana (Buku wajib UMB).
Mengenal Diri
Secara sederhana, mengenal diri berarti tahu tentang dirinya sendiri yang pada
gilirannya akan melahirkan konsep diri. Konsep diri memiliki pengaruih besar dalam
hidup seseorang. Konsep diri yang baik akan berakibat baik (positif) terhadap dirinya
sendiri, dan sebaliknya apabila konsep dirinya buruk (negatif) berakibat buruk pula
terhadap dirinya (Triwidodo, 2004:40).
Konsep Diri
Setelah seseorang mengenal dirinya sendiri, maka akan sampai kepada apa yang disebut
dengan konsep diri (self cocept). Diri adalah suatu susunan konsep hipotetis yang
merujuk kepada perangkat kompleks dari karakteristik proses fisik, perilaku, dan
kejiwaan seseorang.
Menurut Calhoun (1990), sekurang-kurangnya kita dapat melihat lima aspek dari
diri, yaitu:
1. Tentang fisik diri, tubuh dan semua aktivitas biologis yang berlangsung di dalamnya.
2. Suatu area luas yang bisa kita sebut diri sebagai proses: suatu aliran akal pikiran,
emosi, dan perilaku kita yang konstan.
3. Diri sosial, yaitu suatu konsep yang penting bagi ahli-ahli sosial. Diri sosial terdiri dari
akal pikiran dan perilaku yang kita ambil sebagai respons secara umum terhadap
orang lain dan masyarakat.
4. Konsep diri, yaitu suatu pandangan pribadi yang dimiliki seseorang tentang dirinya
masing-masing. Konsep diri anda adalah apa yang terlintas dalam pikiran anda
masing-masing saat anda berpikir tentang ”saya”.
5. Citra diri, apa yang anda inginkan.
Konsep diri tidak dibawa manusia sejak lahir, melainkan diajarkan melalui proses sosial di
masyarakat. Konsep diri diperoleh melalui hubungan antarsesama. Kita mengetahui
bahwa kita ini dan itu, atau pintar – bodoh, karena umpan balik dari orang lain. Konsep
diri ada dan berkembang melalui proses interaksi (Syam, 2009:54).
Idealnya, pengembangan diri harus dilakukann secara terencana dan terarah sehingga
seseorang mencapai kepribadian yang terbaik. Pengembangan diri pada dasarnya bukan
bersifat fisik, melainkan lebih bersifat psikis. Fisik bisa saja sangat terbatas, misalnya
cacat, tetapi potensi diri, potensi jiwa, dan potensi-potensi lainnya dapat terus
dikembangkan. Betapa banyak orang sukses dalam keadaan keterbatasan secara fisik,
tetapi itu tidak menjadi hambatan untuk meraih sukses.
Pengembangan diri dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Mengoptimalkan potensi diri. Setiap orang memiliki potensi diri yaqng telah
dianugrahkan oleh Tuhan. Namun demikian, potensi tersebut tidak akan berkembang
apabila yang bersangkutan tidak berusaha engembangkannya secara optimal.
2. Berpikir positif. Berpikir positif berarti kita memulai sesuatu dengan energi positif,
sehingga besar kemungkinan apa yang dipikirkan secara positif akan mencapai
keberhasilan.
Penutup
Diri kita siapa ? Apa kelemahan dan kekuatan kita ? Mau kemana kita berangkat
? Apa tujuan kita ? dan lain-lain, sepenuhnya sangat tergantung kepada diri kita sendiri.
Kita diberikan otonomi yang luas oleh Tuhan, asalakan apa yang kita pikirkan dan kita
perbuat dapat dipertanggung jawabkan secara etis, moral dan agama.
Suatu kesukssesan tidak datang dengan sendirinya, tetapi memerlukan kegigihan
kita untuk memperjuangkannya. Ikhtiar dan do’a menjadi senjata yang ”ampuh” dalam
meraih sukses. Di sisi lain, sukses pun salah satunya ditentukan oleh sejauhmana kiat
mengenal diri kita, terutama kekuatan dan kelemahan diri kita. Pun di sisi lain, sukses
berkaitan dengan kepercayaan yang diberikan oleh orang lain kepada kita.
Soft skills atau kecerdasan emosional memiliki korelasi dengan prinsip-prinsip dasar
kehidupan.Ya…. hidup harus meiliki prinsip, karena prinsip itulah yang akan menjadi
pegangan dalam cara berpikir, cara merasa, dan cara bertindak. Orang yang tidak
memiliki prinsip biasanya cenderung mudah dipengaruhi orang lain, sikapnya tidak jelas,
mudah berprasangka, bahkan mudah berpikir negatif.
Ada sepuluh (10) prinsip kehidupan yang bisa dijadikan sebagai pegangan, yaitu:
1. Memiliki keimanan terhadap Tuhan. Keimanan menjadi pondasi terkuat untuk
menghadapi kerasnya kehidupan, terlepas agamanya apa. Keimanan adalah sandaran
vertikal-spirirtual yang bisa membangkitkan kepercayaan diri dan menjadi rambu-
rambu untuk menentukan yang baik dan benar, halal atau haram, dan lain-lain.
2. Etika. Etika bisa dikatakan sebagai prinsip dasar dalam kehidupan sehari-hari. Kita
adalah zoon politicon, makhluk yang tidak bisa melepaskan diri dari orang lain. Artinya,
kita hidup, tumbuh dan berkembang karena kita bermasyarakat, hidup bersama-sama
Dalam dunia yang penuh persaingan saat ini, bergelar sarjana saja tidak cukup, tetapi
harus dilengkapi dengan sikap professional. Yang dimaksud profesional adalah orang
yang memiliki profesi atau pekerjaan yang dilakukan dengan memiliki kemampuan yang
tinggi dan berpegang teguh kepada nilai moral yang mengarahkan serta mendasari
(Sumber: https://sepositif.com/50-kata-kata-mengenali-potensi-diri-yang-sebenarnya)
Calhoun, James F., and Joan Ross Acocella, 1990. Psychology of Adjusment and
Human Relatipon, Third Editionship. New York: McGraw-Hill Publishing
Company.
Irawati, Dewi, 2003. Pengembangan Diri. Bandung: Akademi Sekretaris dan Manajemen
Ariyanti.
Muslimin, 2004. Hubungan Masyarakat dan Konsep Kepribadian. Malang: UMM Press.
Sarwono, sarlito Wirawan, 1997. Psikologi Sosial, Individu dan Teori-Teori Psikologi
Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
https://www.youtube.com/watch?v=77lrngyDNQc