Anda di halaman 1dari 5

KONSEP DIRI (PENGENALAN DIRI)

1. SIAPAKAH AKU
Menurut Sokrates seorang filsuf Yunani, hidup pada abad ke IV, ada empat pertanyaan manusia
hal yang selalu ditanyakan manusia dari zaman ke zaman:

Apakah yang boleh saya harapkan (What may I hope)

Apa yang dapat saya ketahui (What can I know)

Apakah yang harus saya perbuat (What can I do )

Apakah saya (Who am I)

Dia berkata, membuat pernyataan: Ketahuilah dirimu, sangat penting karena disitulah
permulaan pengetahuan. Makna pernyataan tersebut sangat mendalam bagi manusia dan
kehidupannya, apa gunanya mengetahui segala sesuatu, tetapi tidak mengetahui diri sendiri.
Pengetahuan bukan di luar, tetapi dimulai dari pengenalan tentang diri sendiri. Maka untuk
mengetahui sesuatu, harus dimulai dari pengenalan akan diri sendiri. Pengenalan diri adalah
langkah awal yang diperlukn seorang manusia untuk dapat menjalankan kehidupan ini secara
efektif, berdaya guna, dan bernakma.
1.

Pengertian konsep diri.

Konsep diri dianggap sebagai komponen kognitif (pengetahuan) dari diri social secara
kesluruhan, yang memberikan penjelasan tentang bagaimana seorang manusia memahami
perilaku, emosi, dan motivasinya sendiri. Hal ini merupakan jumlah keseluruhan dari keyakinan
individu tentang dirinya sendiri. Calhoun dan Acocella menulis bahwa konsep diri adalah,
pandangan manusia tentang diri sendiri yang meliputi dimensi pengetahuan tentang diri sendiri,
pengharapan mengenai diri sendiri, dan penilaian tentang diri sendiri baik secara fisik, psikis,
social, intelektual, moral maupun spiritual.
Pada dasarnya konsep diri bukan merupakan factor hereditas (bawahan/keturunan), tetapi factor
yang dipelajari, dan terbentuk melalui pengalaman dengan orang lain.
Konsep diri adalah gambaran yang mencakup enam (6) segi kehidupan; yaitu fisik, psikis, social,
intelektual, moral, dan spiritual yang didapati dari hasil interaksi dengan orang lain dan
lingkungannya.
2.

Makna Konsep Diri.

Makna konsep diri, dibahas secara ontology (hakikat) tentang keberadaan manusia yang dibatasi
pada dua bagian, yaitu:

Makna konsep diri menurut persfektif umum.


Seorang manusia pada usia 30 thn, belum mempunyai apa-apa, dikarenakan diusia sebelum 30
thn, manusia belum melewati tahap perkembangan psikis yang signifikan (penting/berarti) dan
belum dapat mengintegrasikan (menyatukan) tiga aspek dalam dirinya yaitu :
(1) Aku diri; Aku yang seperti aku pahami. Setiap individu mempresepsi dirinya sesuai dengan
kehendaknya, setiap individu memiliki pemahaman tentang dirinya berdasarkan siapa dan apa
dirinya.
(2) Aku social: Aku yang dipahami oleh orang lain yang ada disekitar aku. Cara orang lain
memahami diri sendiri, turut mempengaruhi dan membentuk persepsi individu tentang dirinya.
(3) Aku ideal; Aku yang aku inginkan. Gambaran seseorang mengenai penampilan dan
kepribadian yang didambakannya.
Komulasi dari ketiga makna konsep diri ini yang membentuk cara seseorang mengenal dan
memahami dirinya. Ada orang yang kuat aku diri atau kuat aku social, dan ada juga orang
yang kuat aku ideal. Ada juga orang yang hanya memiliki aku diri, tanpa memiliki aku social,
Contohnya; saya adalah saya, ya begini saja, saya hanya ingin jadi orang biasa-biasa saja
Akhirnya jadilah ia orang yang biasa-biasa saja.
Jika tidak berhati-hati terhadap ketiga hal tersebut, maka manusia bisa salah mengenal orang lain
begitu sebaliknya. Jadi menurut pandangan umum pemahaman konsep diri merupakan proses
yang fluktuatif (kurang mantap/turun naik) dan berubah-ubah sesuai situasi dan kondisi zaman.
Pengenalan diri seseorang adalah proses dan bertahap, oleh karena itu dibutuhkan kesadaran
intelektual yang berkesinambungan dan proses analis (penyelidikan) diri yang terus berlanjut.
Makna Konsep diri menurut perspektif Kristen.
Seorang manusia tidak mungkin mengenal diri secara benar, kecuali orang tersebut mengenal
Allah terlebih dahulu. Pernyataan Iman Kristen Takut akan Tuhan, adalah permulaan
pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan (Amsal 1:7). Mengenal dan
menghormati Allah merupakan titik awal dari hikmat, bijaksana yang tertinggi. Berlandaskan
landasan berpikir teosentris, makna konsep diri manusia menurut iman Kristen adalah sebagai
berikut :
Manusia adalah hasil ciptaan Allah.
1. Ciptaan Unik. Keunikan manusia ciptaan khusus untuk maksud khusus. Manusia
berkebudayaan, bersejarah, berlinguistik, berbicara, berpikir, berasa dan berkarsa. Allah
menaruh potensi dalam diri manusia yang tidak ada pada binatang dan ciptaan lain.
2. Ciptaan yang terakhir. Kalau kita lihat urutan penciptaan, setelah segala sesuatu
diciptakan Allah, barulah diciptakan manusia. Ini berarti manusia diciptakan lebih tinggi
daripada materi, dan diciptakan dengan tujuan berkuasa (mengelolah/mengatur) dan

menikmati segala sesuatu yang telah diciptakan sebelumnya. Dalam konteks inilah
manusia harus berjuang dalam kasih karunia Allah untuk menemukan kehormatan
(dignity) sebagai mahluk ciptaan terakhir dan mulia.
3. Manusia sebagai Gambar dan Rupa Allah.
Dalam Kej. 1:26-27 dinyatakan secara jelas konsep diri manusia berlandaskan gambar dan rupa
Allah. Secara terminology, gambar dan rupa Allah mengacu juga kepada kata peta dan teladan
Allah. Artinya Allah menganugrahkan kuasa, kemampuan sebagai representative (perwakilan)
Allah untuk mengusahakan dan mengelola alam ciptaan-Nya sepanjang sejarah manusia. Ada
empat cakupan makna konsep diri manusia sebagai gambar dan rupa Allah,
1. Allah adalah sumber
2. Allah adalah tujuan hidup manusia
3. Manusia harus meneladani Allah
4. Manusia seperti Allah tetapi bukan Allah
Mnusia harus bersekutu dengan Allah (tidak bisa memisahkan diri dari Allah).

Pola Konsep Diri


a. Konsep diri yang salah.
Orang yang memiliki konsep diri yang salah menunjukan karakterristik sebagai berikut :
(1) Negatif terhadap kritik. Kurang mampu menerima kritik sebagai proses refleksi diri dan suka
melakukan kritik secara berlebihan terhadap orang lain.
(2) Bersikap responsive terhadap pujian. Bersikap berlebihan terhadap tindakan yang telah
dilakukan, sehingga merasa segala tindakannya perlu mendapat penghargaan.
(3) Cenderung merasa tidak tidak disukai orang lain (perasaan subyektif bahwa setiap orang
sekitarnya memandang dirinya negative
(4) Mengalami hambatan dalam intraksi dengan lingkungan sosialnya. Merasa kurang mampu
dalam berinteraksi dengan orang lain.
Dasar-dasar konsep diri yang salah terbentuk dari dua hal :
Antroposentris, yaitu manusia sebagai pusat dari segala sesuatu bahkan melebihi Allah, di mana
manusia memposisikan diri sebagai Allah atau mengilahkan dirinya.

Egosentris, yaitu cinta diri sendiri, keinginan mementingkan dan memuaskan diri sendiri,
memanfaatkan orang lain bahkan nama Allah untuk keuntungan dan kepentingan diri sendiri.
b. Konsep Diri yang benar.
1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang yang mempunya percaya diri,
sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi (tidak lari
dari masalah) dan percaya setiap masalah ada jalan keluar.
2. Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia dilahirkan tidak dengan
membawa pengetahuan dan kekayaan, sehingga ia selalu rendah hati, tidak sombong,
tidak mencela atau tidak meremehkan siapapun, namun selalu menghargai orang lain.
3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Menerima pujian tanpa kehilangan citra diri yang
bersahaja, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi
meremehkan orang lain.
4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta
perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat.
5. Mampu memperbaikki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang
tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu mengoreksi diri sendiri sebelum
mengoreksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar berguna
bagi lingkungannya.
Dasar konsep diri yang benar adalah :
1. Teosentris, yaitu menempatkan Allah sebagai pusat dari segala sesuatu, tunduk pada
otoritas Allah, menjalankan firman-Nya, dan hidup mengandalkan Allah.
2. Penerimaan diri sebagai mahluk ciptaan Allah yang mulia dan terhormat.
Pengenalan diri adalah sarana untuk mencapai tujuan hidup. Oleh karena kalau seseorang dapat
menjawab pertanyaan siapa saya? Maka pertanyaan selanjutnya adalah Saya ingin menjadi apa
? Jawaban atas pertanyaan tersebut tentunya beragam, sesuai dengan peran yang dimainkan,
namun dapat dicermati dalam salah satu aspek peran manusia yaitu manusia pembelajar.
Pengenalan Diri (Self Image)
Pengenalan diri, citra diri (self Image), adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia,
sebab pengenalan diri menentukan seseorang berpikir, bersikap dan bertindak. Menurut
Aristoteles ada empat persoalan umum yang dihadapi manusia, antara lain
Siapakah saya (Who am I)
2. Mengenal Diri

Pertanyaan, siapakah saya sering ditanyakan oleh manusia yang belun mengenal dan menerima
dirinya. Kalau dikaji, dbalik pertanyaan ini masih ada tiga pertanyaan lain;

siapa yang bertanya (subyek)

bertanya kepada siapa (obyek)

saya itu siapa (isi pertanyaan)

Intinya yang bertanya tidak mengerti, dan yang ditanya juga tidak mengerti. Jadi yang tidak
mengerti berharap mendapat pengertian, dari yang tidak mengerti siapa saya. Satu lingkaran
yang tidak putus-putusnya ditanyakan orang yang belum mengenal dirinya, dan akan bertanya,
dan terus bertanya mengapa, mengapa, dan akhirnya menyalahkan dan menuduh Tuhan
tidak adil. Pengenalam diri penting agar bisa mengatasi kendala dan hambatan-hambatan, sebab
diri setiap manusia ada kekurangan dan kelebihan.

Anda mungkin juga menyukai