Anda di halaman 1dari 10

LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

DOSEN PENGAMPUH

Ilham Khairi Siregar S.pd,,M.pd

DISUSUN OLEH

MOH. FADEL POMANTO

111421028

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

GORONTALO 2022
PETA KONSEP

LANDASAN FILOSOFIS

MAKNA,FUNGSI DAN PRINSIP-PRINSIP FILOSOFIS BK

HAKIKAT MANUSIA

TUJUAN, TUGAS KEHIDUPAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN


A. Makna, Fungsi, Prinsip-Prinsip Filosofis Bimbingan dan Konseling

“Landasan” di dalam (KBBI) diartikan sebagai alas, dasar, atau tumpuan. Adapun istilah
landasan sebagai dasar dikenal pula sebagai fundasi. Mengacu kepada pengertian tersebut, kita
dapat memahami bahwa landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik
tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal; atau suatu fundasi tempat berdirinya sesuatu hal.

“Filosofis” ,  berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas suku kata philein/philos yang
artinya cinta dan sophos/Sophia yang artinya kebijaksanaan, hikmah, ilmu, kebenaran, jadi
filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan Secara maknawi filsafat dimaknai sebagai
suatu pengetahuan yang mencoba untuk memahami hakikat segala sesuatu untuk mencapai
kebenaran atau kebijaksanaan.

Sikun Pribadi mengartikan filsafat sebagai suatu “usaha manusia untuk memperoleh
pandangan atau konsepsi tentang segala yang ada, dan apa makna hidup manusia di alam
semesta ini”. Dapat diartikan juga sebagai perenungan atau pemikiran tentang kebenaran,
keadilan, kebaikan, religi, serta sosial-budaya (Yusuf, 2010).

Berarti landasan filosofis bimbingan dan konseling adalah asumsi filosofis yang


dijadikan titik tolak dalam rangka studi dan praktek bimbingan dan konseling, asumsi tersebut
adalah jawaban menyangkut pertanyaan tentang apakah makna hidup itu? Dari mana asal
manusia dan ke mana perginya?, Siapa manusia itu? Dan pertanyaan sulit lainnya.

Fungsi filsafat dalam kehidupan manusia, yaitu bahwa :

(1) setiap manusia harus mengambil keputusan atau tindakan,

(2) keputusan yang diambil adalah keputusan diri sendiri,

(3) dengan berfilsafat dapat mengurangi salah faham dan konflik, dan

(4) untuk menghadapi banyak kesimpangsiuran dan dunia yang selalu berubah. Dengan
berfilsafat seseorang akan memperoleh wawasan atau cakrawala pemikiran yang luas sehingga
dapat mengambil keputusan yang tepat.
Keputusan tersebut mempunyai konsekuensi tertentu yang harus dihadapi secara penuh tanggung
jawab. Oleh karena itu, keputusan yang diambil akan terhindar dari kemungkinan konflik dengan
pihak lain, bahkan sebaliknya dapat mendatangkan kenyamanan atau kesejahteraan hidup
bersama, walaupun berada dalam iklim kehidupan yang serba kompleks.(Yusuf, 2010).

Makna dan fungsi filsafat dalam kaitanya dengan layanan bimbingan dan konseling,
Prayitno dan Erman Amti (dalam Yusuf, 2010) mengemukakan pendapat Belkin (1975) yaitu
bahwa, “Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan atau tindakan yang semuanya
diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana. Untuk itu diperlukan pemikiran filsafat tentang
berbagai hal yang tersangkut-paut dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Pemikiran dan
pemahaman filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi pelayanan bimbingan dan konseling
pada umumnya, dan bagi konselor pada khususnya, yaitu membantu konselor dalam memahami
situasi konseling dalam mengambil keputusan yang tepat. Disamping itu pemikiran dan
pemahaman filosofis juga memungkinkan konselor menjadikan hidupnya sendiri lebih mantap,
lebih fasilitatif, serta lebih efektif dalam penerapan upaya pemberian bantuannya.

B. Hakikat manusia menurut para ahli


 Menurut Sigmund Freud
 Freud  memandang  manusia sebagai makhluk yang deterministik, yaitu
sebuah gagasan yang menyebut bahwa kegiatan manusia pada dasarnya
ditentukan kekuatan irasional, kekuatan alam bawah sadar, dorongan biologis,
dan insting pada saat berusia enam tahun pertama kehidupannya.

 Passons
Passons (Robert L.Gibson dan Marianne H. Mitchel, 1986: 121)
mengemukakan delapan asumsi tentang hakikat manusia menurut kerangka
kerja teori konseling Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perls (1884-
1970) sebagai berikut:
 Individu memiliki kepribadian yang utuh, menyeluruh, bukan terdiri
dari bagian-bagian badan, emosi, pikiran, sensasi, dan persepsi.
Individu dapat dipahami apabila dilihat dari keterpaduan semua
bagian-bagian tersebut.
 Individu merupakan bagian dari lingkungannya. Oleh karena itu
individu baru dapat dipahami apabila memperhatikan konteks
lingkungannya.
 Individu memilih bagaimana dia merespon rangsangan internal
maupun eksternal. Individu adalah aktor bukan reaktor.
 Individu kemampuan potensial untuk menyadari secara penuh semua
sensasi, pikiran, emosi, dan persepsinya.
 Individu memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan, sebab dia
menyadarinya.
 Individu memiliki kapasitas untuk membangun kehidupannya secara
efektif.
 Individu tidak dapat mengalami masa lalu dan masa yang akan
datang, tetapi dia hanya dapat mengalami masa sekarang.

  Back (Blocher,1974)
mengemukakan pandangan tentang hakikat manusia, yaitu:
 Manusia bertanggungjawab terhadap perbuatannya sendiri. Dia
mempunyai pilihan dan harus melakukan pilihan untuk dirinya sendiri.
 Manusia harus memandang atau memperhatikan orang lain sebagai
bagian dari dirinya, dan perhatiannya ini direfleksikan dalam
pergaulan dengan warga masyarakat yang lebih luas.
 Manusia eksis di dunia nyata,dan hubungan dengan dunianya di satu
sisi merupakan ancaman yang dalam banyak hal tidak dapat
merubahnya.
 Hidup yang bermakna harus menghilangkan ancaman yang dihadapi,
baik pisik maupun psikis. Tujuannya adalah untuk membebaskan
manusia dari ancaman, sehingga dapat mencapai perkembangan yang
optimum.
 Setiap manusia memiliki pembawaan dan pengalaman yang unik,
sehingga memungkinkan berprilaku yang berbeda satu sama lainnya.
 Manusia berprilaku sesuai dengan pandangan subjektifnya tentang
realitas.
 Secara alami manusia tidak dapat dikatakan “baik” atau “buruk”
(jahat).
 Manusia mereaksi situasi secara menyeluruh tidak bersifat serpihan
(seperti hanya intelektual atau emosional).

 B.F. Skinner dan Watson


 (Gearld Corey, terjemahan E.Koeswara,1988) mengemukakan tentang
hakikat manusia, yaitu :
 Manusia dipandang memiliki kecendrungan –kecendrungan positif dan
negatif yang sama.
 Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan
social budayanya. Dalam arti bahwa lingkungan merupakan
pembentuk utama keberadaan manusia.
 Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari.
 Manusia tidak memiliki kemampuan untuk membentuk nasibnya
sendiri.

 Carl Rogers
 (Gerald Corey,terjemahan E.Koeswara,1988:91), merupakan tokoh terapi
konseling Client Centered mengemukakan tentang hakikat manusia, yaitu :
 Manusia menurut kodratnya adalah rasional
 Manusia berkecendrungan merusak dirinya maupun terhadap orang
lain kecuali jika telah menjalani sosialisasi.
 Manusia tersosialisasi dan bergerak ke muka
 Manusia berjuang untuk berfungsi penuh
 Manusia memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang mendalam
 Manusia dipercayai karena kooperatif dan konstruktif.
 Aliran Humanistik
 memiliki pandangan yang optimistik terhadap hakikat manusia. Para ahli teori
humanistic (May, Maslow,Frankl, dan Jourard) mempunyai keyakinan tentang
hakikat manusia, sebagai berikut:
 Manusia memiliki dorongan bawaan untuk mengembangkan diri
 Manusia memiliki kebebasan untuk merancang atau mengembangkan tingkah
lakunya, yang dalam hal ini manusia bukan pion yang diatur sepenuhnya oleh
lingkungan.
 Manusia adalah mahluk rasional dan sadar,tidak dikuasai oleh ketidaksadaran,
kebutuhan irrasional, atau konflik.

C. Tujuan, tugas kehidupan dan nilai-nilai pendidikan

Secara naluriah manusia memiliki kebutuhan untuk hidup bahagia,sejahtera, nyaman dan
menyenangkan. Prayitno dan Erman (dalam yusuf, 2010) mengemukakan model witney sweeney
tentang kebahagiaan dan kesejahteraan hidup serta upaya mengembangkan dan
mempertahankannya sepanjang hayat. Menurut mereka ciri-ciri hidup sehat ditandai dengan 5
kategori tugas kehidupan, yaitu:

a. Spiritualitas; 

Agama sebagai sumber inti bagi hidup sehat. Dimensi dari aspek spiritual adalah; kemampuan
manusia memberikan arti kepada kehidupannya, optimisme terhadap  kejadian-kejadian yang
akan datang dan diterapkannya nilai-nilai dalam hubungan antar orang serta  dalam pembuatan
keputusan.

b. Pengaturan diri;

Seseorang yang  mengamalkan hidup  sehat pada dirinya terdapat sejumlah ciri, termasuk rasa
diri berguna,  pengendalian diri,  pandangan   realistik,  spontanitas  dan  kepekaan  emosional,
kemampuan rekayasa intelektual, pemecahan masalah, dan kreativitas, kemampuan humor,
kebugaran jasmani   dan   kebiasaan   hidup  sehat,  maka  orang  mampu   mengkoordinasikan
hidupnya  dengan  pola  tingkah  laku yang bertujuan,  melalui  pengarahan, pengendalian dan
pengelolan diri sendiri.

c. Bekerja;

Dengan bekerja orang akan memperoleh keuntungan ekonomis, psikologis  (percaya diri dan
merasa  berguna) dan  sosial (tempat bertemu dengan orang lain,  persahabatan dan  status)
kesemuanya akan menunjang kehidupan yang sehat bagi diri sendiri dan orang lain.

d. Persahabatan;

Persahabatan memberikan 3 keutamaan kepada hidup yang sehat, yaitu :

1) Dukungan emosional, kedekatan, perlindungan, rasa aman, kegembiraan.

2) Dukungan keberadaan, penyediaan kebutuhan fisik, bantuan keuangan. 

3) Dukungan informasi, pemberian data yang diperlukan, petunjuk peringatan, nasehat.

e. Cinta;

Dengan  cinta  hubungan  seseorang  dengan  orang lain cenderung menjadi sangat intim, saling 
mempercayai,  saling  terbuka,  saling  bekerjasama, dan  saling  memberikan  komitmen  yang 
kuat. 

Paparan tentang hakikat, tujuan, dan tugas kehidupan manusia di atas sebagai hasil olah pikir
para ahli, mempunyai implikasi kepada layanan bimbingan dan konseling, dalam hal ini terutama
terkait dengan perumusan tujuan bimbingan dan konseling, dan cara pandang konselor terhadap
konseli yang sebaiknya didasarkan pada harkat dan martabat manusia. 

Sedangkan menurut Sukmadinata, 2007 Aliran filsafat juga memiliki pandangan tentang hakikat
manusia, tujuan hidup manusia dan implikasinya terhadap bimbingan konseling yaitu sebagai
berikut:

a. Idealisme;
Idealisme merupakan faham filsafat yang mengakui adanya dunia ide di samping dunia riil
dimana sekarang kita berada. Dunia ide ini merupakan dunia rohani, spiritual yang bersifat abadi,
sedang dunia riil merupakan dunia materi yang dapat diamati dengan indra, dunia ini bersifat
fana..Tujuan kehidupan manusia adalah mencari kebenaran dan kebahagiaan spiritual yang abadi
yakni dunia ide.Bimbingan konseling diarahkan pada pengembangan anak dan remaja agar
menguasai nilai-nilai, hidup sejalan dengan nilai-nilai moral dan estetika.

b. Realisme;

Realisme merupakan faham filsafat yang lebih menekankan dunia nyata, kenyataan tunduk pada
hukum alam yang bersifat universal.Manusia berusaha menemukan hukum universal melalui
penelitian empiris dan fakta yang telah dibuktikan dalam penelitian menjadi acuan dalam
kehidupan manusia. tujuan kehidupan manusia adalah mengembangkan dan menyempurnakan
pemahamannya tentang alam melalui kajian dan penelitian ilmiah.

c. Pragmatisme

Pragmatisme memandang kenyataan atau kehidupan selalu berubah.Dalam kehidupan manusia


selalu berinteraksi dengan lingkungan.Interaksi ini yang membuat manusia berubah atau
lingkungannya yang berubah.Pragmatisme tidak mengakui kebenaran yang universal atau
kebenaran mutlak. Kebenaran hanyalah generalisasi atau prinsip tentatif yang menjadi pegangan
dalam berinteraksi dengan lingkungan yang akan diuji dalam penelitian selanjutnya. Konsep
pragmatisme tentang nilai sangat situasional.

d. Eksistensialisme

Konsep eksistensialisme lebih menekankan pada aspek pribadi dan sosial. Pendidikan dan
bimbingan diarahkan pada menimbulkan perubahan-perubahan pribadi dan sosial. Bimbingan
dan konseling diarahkan pada pengembangan kepribadian anak agar memiliki secara pribadi
maupun sosial. Bagi bangsa indonesia yang menjadi landasan filosofis bimbingan dan konseling
adalah pancasila, yang nilai-nilainya sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan yang
bermartabat. Maka pembuatan program bimbingan dan konseling harus merujuk kepada nilai-
nilai yang Terkandung dalam kelima sila pancasila.

Anda mungkin juga menyukai