Anda di halaman 1dari 24

PRAKTIK BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok


Mangement Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. DYP Sugiharto, M.Pd., Kons
Dr. Ali Murtadho

Disusun oleh :
A MURSAL 0106519045
ISTI KHAIRUNISA 0106519002
KOMARA YUSUF NUR M 0106519037

PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang akuntabilitas bimbingan dan konseling di sekolah


sehingga konselor sekolah dapat menunjukkan tugasnya sebagai personel instrumental dalam
mencapai kompetensi siswa yang optimal. Salah satu model kegiatan akuntabilitas adalah
model MEASURE yang dikembangkan oleh Stone dan Dahir (2016), sebagai proses
akuntabilitas enam langkah yang membantu konselor sekolah untuk mengimplementasikan
komponen akuntabilitas ke dalam program bimbingan dan konseling. Saran dalam penelitian
ini adalah bagi konselor sekolah untuk mengadakan Pelatihan Dalam-Layanan untuk
membantu mereka meningkatkan keterampilan mereka dalam akuntabilitas.

Evaluasi program merupakan suatu


PENDAHULUAN
proses sistematis untuk mengumpulkan
Bimbingan merupakan bagian dari dan menganalisa informasi tentang
program pendidikan yang membantu efisiensi, efektivitas, dan pengaruhnya
peserta didik. Seperti dikemukakan terhadap program dan layanan (Boulmetis
Mortensen & Schmuller dalam Ali, dkk. & Dutwin, 2000 dalam Coker,
(2007: 174) bahwa: Guidance may be Astramovich & Hoskins, tanpa tahun).
defined as that part of the total educational Evaluasi program merupakan alat yang
program that helps provide the personal berharga untuk konselor sekolah karena
opportunities and specialized staff services dianggap sebagai jenis penelitian tindakan
by which each individual can develop to yang diarahkan untuk memonitoring dan
the fullest of his abilities and capacities in memperbaiki program/layanan. Evaluasi
terms of the democratic idea. Peserta didik ini dapat dilakukan pada skala yang lebih
sebagai warga sekolah membutuhkan kecil, dapat direncanakan dan
bantuan karena berada dalam tahap dilaksanakan oleh praktisi, dan dapat
perkembangan, dimana peserta didik digunakan untuk mengkomunikasikan
mengalami kesulitan dan hambatan akibat dampak program terhadap prestasi belajar
dari kurangnya pemahaman terhadap diri siswa dan variabel lain yang berkaitan.
sendiri dan juga lingkungannya. Oleh Isu akuntabilitas merupakan sebuah
karena itu, dibutuhkan layanan bimbingan dialog professional yang urgent (Dahir, &
dan konseling yang dapat mengakomodir Stone 2003). Konselor sekolah dalam
kebutuhan peserta didik. Seperti model kerangka bimbingan konseling
bimbingan dan konseling perkembangan. komprehensif diminta untuk menunjukkan
kinerja mereka dan kontribusinya terhadap
keberhasilan peserta didik, terutama akuntabilitas terus muncul. Akuntabilitas
prestasi akademik peserta didik. Selain itu merupakan tanggung jawab profesi yang
konselor sekolah diminta untuk berlanjut. Ada beberapa tema dominan
menceritakan apa yang mereka lakukan, yang memiliki dalam literature
dan menunjukkan bagaimana hasil kinerja akuntabilitas sebagai kondisi prasyarat
mereka terhadap perubahan peserta didik. yang harus dicapai dalam akuntabilitas.
Akuntabilitas dimaksudkan sebagai Tema pertama berhubungan dengan
pendokumentasian efektifitas melalui pola pikir bahwa individu memiliki
pengukuran hasil dari kegiatan profesional, akuntabilitas. Banyak orang yang
pada umumnya meliputi beberapa menggapnya sebagai ancaman. Literature
kegiatan, yaitu: menjelaskan bahwa penting untuk
menyingkirkan pikiran dari fobia
akuntabilitas dari ketakutan terus menerus.
1. Identifikasi kebutuhan
Apa yang diperlukan adalah pola pikir
2. Merumuskan tujuan berdasarkan
bahwa menjadi akuntabel hanyalah sebuah
kebutuhan
bagian dari bimbingan dan konseling yang
3. Melaksanakan program untuk
dilakukan di sekolah. Ini adalah cara
memenuhi kebutuhan
bahwa pekerjaaan ini bisa ditingkatkan dan
4. Mengukur hasil program
efektivitas ditunjukkan.
5. Menggunakan hasil pengukuran untuk
Tema kedua berfokus kepada hasil
memodifikasi dan memperbaiki
bimbingan dan koseling di sekolah.
program
Kebanyakan rencana berisi hasil dari
6. Menyampaikan hasil pada orang tua
program bimbngan dan konseling dapat
atau wali, kepala sekolah, guru,
berkuntribusi kepada evelauasi dalam
komite sekolah dan sejawat (Isaacs,
program dan efektivitas kepada sebuah
2003, Myrick, 2003).
program. Tema bahwa berbicara
akuntabilitas saja tidak cukup. Penting
Pada saat ini orang mungkin berpikir untuk dingat bahwa mengekspresikan
bahwa ini topic tidak lagi memerlukan tentang akuntabilitas itu tidak cukup tetapi
perhatian yang professional karena studi juga harus bertindak. Ini adalah waktu
empiris telah menunjukkan bahwa untuk konselor sekolah menerima
bimbingan dan konseling tidak membuat tantangan dan bagaimana menjawab
perbedaan dalam kehidupan peserta didik. tantangan dengan menggunakan
Topic terus muncul kembali karena kebijaksanaan.
Myrick, 2003 (dalam diltz and historik dimana konsep akuntabilitas itu
kimberly, 2010)  mendefinisikan digunakan. Tapi definisi ini kemudian
akuntabilitas sebagai jawaban atas menjadi seragam mengikuti arus besar
tindakan seseorang, terutama dalam hal demokrasi liberal, baik dilihat dari sisi ide,
menetapkan tujuan, melaksanakan prinsip maupun institusi yang diperlukan
prosedur, dan menggunakan hasil untuk di dalam membangun akuntabilitas publik.
perbaikan program. Ini melibatkan Akuntabilitas berasal dari bahasa
pengaturan tujuan, mendefinisikan apa inggris “accountability” berasal dari dua
yang sedang dilakukan untuk menemui kata, yaitu “account” (rekening, laporan
mereka, dan mengumpulkan informasi atau catatan) dan “ability” (kemampuan).
yang mendukung setiap hasil prestasi yang Akuntabilitas bisa diartikan sebagai
diklaim. kemampuan menunjukkan laporan atau
catatan yang dapat
METODE dipertanggungjawabkan.
Metode yang digunakan dalam
J.B. Ghartey menyatakan bahwa
pembahasan tentang Akuntabilitas Dalam
akuntabilitas ditujukan untuk mencari
Manajemen Bimbingan Konseling ini
jawaban atas pertanyaan yang
dengan menggunakan pendekatan
berhubungan dengan stewardship yaitu
deskriptif. Data dioperoleh melalui
apa, mengapa, siapa, ke mana, yang mana,
beberapa sumber seperti penulisan jurnal
dan bagaimana suatu pertanggungjawaban
ilmiah, artikel, yang telah teruji
harus dilaksanakan. Sementara itu Ledvina
kevalidanya serta dianalisis dengan
V. Carino mengatakan bahwa akuntabilitas
penalaran sehingga akan mudah
merupakan suatu evolusi kegiatan-kegiatan
ditafsirkan oleh pembaca.
yang dilaksanakan oleh seorang petugas
yang berada pada jalur otoritasnya. Setiap
A. Pengertian Akuntabilitas orang harus benar-benar menyadari bahwa
setiap tindakannya bukan hanya akan
memberi pengaruh pada dirinya sendiri
Definisi akuntabilitas dapat berada saja. Akan tetapi, ia harus menyadari
pada  rentang yang luas di antara berbagai bahwa tindakannya juga akan membawa
ekstrem pandangan. Dari tradisional ke dampak yang tidak kecil pada orang lain.
modern, konservatif ke liberal, atau Sebagai Tenaga Profesional
bahkan kapitalis ke sosialis. Tema ini konselor adalah penyandang profesi
sungguh bergantung pada kondisi sosio- pendidik yang menguasai dan
mewujudkan praktik keprofesionalannya. klien. Prinsip ini mengandung arti bahwa
Realisasi  dari berbagai hal tersebut di atas rumusan perilaku yang hendak dicapai,
terwujud di dalam kegiatan konselor dalam sistem intervensi psikoedukatif dan
rangka memberikan pelayanan kepada assessment merupakan komponen yang
sasaran layanan. Pelayanan yang terkait dalam akuntabilitas bimbingan dan
dimaksudkan itu tentulah tidak dilakukan konseling
secara acak dan insidental, melainkan Akuntabilitas dimaksudkan sebagai
memenuhi berbagai ketentuan standar pendokumentasian efektifitas melalui
profesional dalam bidang bimbingan dan pengukuran hasil dari kegiatan profesional,
konseling. padaumumnya meliputi beberapa kegiatan,
Dari beberapa pengertian di atas, yaitu:
maka yang di maksud dengan akuntabilitas
dalam bimbingan dan konseling adalah
1. identifikasi kebutuhan
perwujudan kewajiban konselor/guru
2. merumuskan tujuan berdasarkan
BK/guru pembimbing atau unit organisasi
kebutuhan
(bimbingan dan konseling) untuk
3. melaksanakan program untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan
memenuhi kebutuhan
sumber daya dan pelaksanaan kebijakan
4. mengukur hasilprogram
yang dipercayakan kepadanya dalam
5. menggunakan hasil pengukuran
rangka pencapaian tujuan yang telah
untuk memodifikasi dan
ditetapkan melalui media
memperbaiki program
pertanggungjawaban berupa laporan
6. menyampaikan hasil pada orang
akuntabilitas kinerja secara
tuaa tau wali, kepala sekolah, guru,
periodik.  Dalam hal ini konselor/guru
komite sekolah dan sejawat (Isaacs,
BK/guru pembimbing berkewajiban untuk
2003, Myrick, 2003).
menjawab dan menjelaskan kinerja dari
tindakannya atau badan yang
membawahinya kepada pihak-pihak yang Menurut Astramovich dan Coker
memiliki hak untuk meminta jawaban atas (2007), akuntabilitas mempersyaratkan
kewenangan yang telah diberikan untuk adanya evaluasi program karena melalui
mengelola sumber daya tertentu. evaluasi program konselor dapat
Sumber daya yang dimaksud di atas melakukan perencanaan dan pelaksanaan
adalah terfokus kepada prestasi akademik, program yang lebih baik serta
perkembangan pribadi/sosial, dan karir memperbaiki praktik Bimbingan dan
Konseling. Akuntabilitas adalah cara
dalam memberikan informasi kepada
pembimbing untuk menjawab secara
pihak-pihak lain disekolah serta
periodik setiap pertanyaan-
masyarakat tentang efektifitas pelayanan
pertanyaan yang berhubungan
Bimbingan dan Konseling.
dengan bagaimana mereka
Akuntabilitas memerlukan kegiatan
menggunakan kewenangan mereka
sistemik dalam pengumpulan, analisis
dalam melakukan praktik layanan
serta penggunaan data yang merupakan
Bimbingan dan Konseling secara
elemen penting dalam memahami
komprehensif.
perkembangan potensi konseli serta dalam
2. Konsekuensi yaitu public/klien
merancang strategi untuk mengetahui
mempunyai hak untuk mengetahui
efektifitas pelayanan dan
kebijakan-kebijakan yang diambil
mendokumentasikan tentang kontribusi
oleh pihak yang mereka (klien) beri
program Bimbingan Konseling dalam
kepercayaan (konselor) tentang
mendukung
program pelayanan, metode
Keberhasilan siswa (Stone & Dahir, 2003).
assessment, penilaian, penggunaan
data (using data) dan tindak lanjut
layanan yang telah diberikan
B. Syarat Akuntabilitas
kepadanya. Kedua hal tersebut di
atas adalah ide pokok dalam
membangun public trust.

Untuk menjamin terciptanya


akuntabilitas yang baik, maka dalam
akuntabilitas itu sendiri wajib memiliki:

1. Kemampuan menjawab yaitu (istilah


C. Tujuan Akuntabilitas Bimbingan
yang bermula dari responsibilitas)
dan Konseling
adalah berhubungan dengan tuntutan
bagi para konselor/guru BK/guru
membantu guru BK/konselor
memperoleh wawasan dan
Akuntabilitas adalah salah satu alat
meningkatkan keterampilan konseling.
terbesar yang digunakan konselor
Dengan melaksanakan akuntabilitas
untuk memperjelas peran profesional
program, Pine percaya bahwa guru
mereka. Melalui langkah-langkah
BK/konselor akan meningkatkan
akuntabilitas, guru BK/konselor akan
kompetensi dan akan mendapatkan
mampu menunjukkan signifikansi
bukti untuk mengetahui teknik
mereka dalam membantu siswa untuk
konseling mana yang bemberikan hasil
mencapai tujuan akademis,
yang bermanfaat. Selanjutnya, Gysbers
pribadi/sosial, dan karir (Paolini,
(dalam Paolini, 2015) mengemukakan
2015).
akuntabilitas adalah cara untuk
Menggunakan praktik akuntabilitas
meningkatkan kredibilitas guru
dapat menghubungkan program
BK/konselor sekolah dan sarana untuk
konselor sekolah dengan pencapaian
menunjukkan efektivitas program BK
akademik semua siswa. Strategi
sekolah
akuntabilitas memiliki tiga tujuan:

D. Proses Akuntabilitas

1. untuk memantau perkembangan


siswa dan menutup kesenjangan
prestasi,
Stone dan Dahir (2016)
2. untuk menilai dan mengevaluasi mengembangkan program MEASURE
program, sebagai proses akuntabilitas enam
langkah agar guru BK/konselor
3. untuk menunjukkan efektivitas
sekolah dapat mengimplementasikan
program konseling sekolah komponen akuntabilitas kedalam
(Young & Kaffenberger, dalam program BK. MEASURE membantu
Paolini, 2015). guru BK/konselor untuk menetapkan
tujuan pada awal tahun ajaran baru
sekolah dan memungkinkan untuk
menilai efektivitas kemampuan untuk
Pine (Shertze & Stone, 1R989)
menambahkan bahwa akuntabilitas
mencapai tujuan ini pada akhir tahun diseluruh elemen dan dengan
ajaran, serta membuat guru karakteristik atau situasi siswa.
BK/konselor tetap fokus dan di jalur.
4. Stakholders. Guru BK/Konselor
MEASURE adalah singkatan Mission,
Elements, Analyze, Stakeholders, sekolah harus mengidentifkasi
Unite, Reanalyze, and Educate. stakholder untuk membantu dalam
Langkah-langkahnya dijelaskan
mengimplementasikan program
sebagai berikut :
BK adalah konselor sekolah, guru,
administrator, psikolog sekolah,
pekerja sosial sekolah, staf
1. Mission. Guru BK/Konselor administrasi, orangtua, atau
sekolah menyelaraskan program anggota masyarakat.
BK dengan misi sekolah dan tujuan 5. Unite. Ini adalah langkah dimana
dalam rencana perbaikan sekolah. rencana aksi dikembangkan.
Langkah ini akan membantu guru Rencana aksi harus mencakup hasil
BK/Konselor bisa dilihat sebagai yang diinginkan, informasi yang
bagian integral dari tim diperlukan, strategi yang
kepemimpinan sekolah. diperlukan, sumber daya yang
2. Elements. Guru BK/Konselor dibutuhkan, dan siapa yang akan
sekolah mengidentifikasi data mengimplementasikan program
mana yang relevan dan BK.
dikumpulkan. Guru BK/Konselor 6. Reanalyze. Langkah ini
dapat menggunakan data sekolah memungkinkan Guru BK/Konselor
yang ada atau mengumpulkan data sekolah untuk memeriksa apa yang
sendiri. berhasil dan apa yang perlu diubah
3. Analyze. Setelah elemen data atau dimodifikasi.
terpilah, data harus dianalisis yaitu 7. Educate. Guru BK/Konselor
memeriksa data dengan cara yang mempublikasikan hasil dari
berbeda, termasuk memilah data program BK yang merupakan
langkah penting dalam proses
akuntabilitas. Guru BK/Konselor perilaku yang diamati dan
sekolah menginforamasikan dirasakan oleh klien.
kepada stakholder, termasuk siswa 3. Kegiatan konselor harus
tentang apa yang ditemukan dan dinyatakan sebagai biaya, bukan
apa yang akan dilakukan prestasi.
selanjutnya dalam program. 4. Sistem akuntabilitas harus
dibangun untuk mempromosikan
pelayanan yang efektif profesional
dan pengembangan diri, bukan
untuk melemparkan dan
E. Kriteria Akuntabilitas
menyalahkan atau menghukum
kinerja yang buruk.
5. Dalam rangka mempromosikan
pelaporan yang akurat, laporan
Kriteria adalah ukuran yang
kegagalan dan hasil yang tidak
menjadi dasar penilaian atau
diketahui harus diizinkan dan tidak
penetapan sesuatu. Agar sistem
pernah dihukum.
akuntabilitas bimbingan membawa
6. Semua pengguna dari sistem
hasil yang di kehendaki ada tujuh
akuntabilitas harus terwakili dalam
kriteria yang harus dipenuhi
perancangan.
(Krumboltz, dalam Gibson & Mitchell
7. Sistem akuntabilitas itu sendiri
1981). Hal tersebut adalah sebagai
harus dilakukan evaluasi dan
berikut:
modifikasi.
1. Dalam rangka untuk menentukan
Pemerintah menyusun alat ukur
domain tanggung jawab konselor,
untuk mengukur kinerja pelayanan
tujuan umum konseling harus
publik secara eksternal melalui
disetujui oleh semua pihak.
Keputusan Menpan No.
2. Prestasi konselor harus dinyatakan
25/KEP/M.PAN/2/2004 tentang
dalam hal penting yaitu perubahan
Pedoman Umum Penyusunan Indeks
Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan 5. Tanggung jawab petugas
Instansi Pemerintah, yang di dalamnya pelayanan, yaitu kejelasan
terdapat 14 indikator kriteria wewenang dan tanggung jawab
pengukuran kinerja petugas dalam penyelenggaraan
organisasi/kelembagaan sebagai dan penyelesaian pelayanan.
berikut: 6. Kemampuan petugas pelayanan,
1. Prosedur pelayanan, yaitu yaitu tingkat keahlian dan
kemudahan tahapan pelayanan ketrampilan yang dimiliki petugas
yang diberikan kepada masyarakat dalammemberikan/menyelesaikan
dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan kepadamasyarakat.
pelayanan. 7. Kecepatan pelayanan, yaitu target
2. Persyaratan pelayanan, yaitu waktu pelayanan dapat
persyaratan teknis dan diselesaikan dalam waktu yang
administratif yang diperlukan telah ditentukan oleh unit
untuk mendapatkan pelayanan penyelenggara pelayanan.
sesuai dengan jenis pelayanannya. 8. Keadilan mendapatkan pelayanan,
3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan
yaitu keberadaan dan kepastian dengan tidak membedakan
petugas yang memberikan golongan/status masyarakat yang
pelayanan (nama, jabatan serta dilayani.
kewenangan dan tanggung 9. Kesopanan dan keramahan
jawabnya). petugas, yaitu sikap dan perilaku
4. Kedisiplinan petugas pelayanan, petugas dalam memberikan
yaitu kesungguhan petugas dalam pelayanan kepada masyarakat
memberikan pelayanan, terutama secara sopan dan ramah serta
terhadap konsistensi waktu kerja saling menghargai dan
sesuai ketentuan yang berlaku. menghormati.
10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu
keterjangkauan masyarakat
terhadap besarnya biaya yang Furqon dan Badrujaman (2014)
ditetapkan oleh unit pelayanan. memaparkan bahwa akuntabilitas
11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu merupakan suatu keadaan dinamis
kesesuaian antara biaya yang yang dipengaruhi oleh komponen-
dibayarkan dengan biaya yang komponen yang dipandang sebagai
telah ditetapkan. indikator yang menjadi dasar untuk
12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu mengukur akuntabilitas. Komponen-
pelaksanaan waktu pelayanan komponen akuntabilitas adalah
sesuai dengan ketentuan yang menerima tanggungjawab,
telah ditetapkan. komunikasi, penjelasan kepada
13. Kenyamanan lingkungan, yaitu stakeholder umpan balik, dan
kondisi sarana dan prasarana perbaikan program.
pelayanan yang bersih, rapi, dan 1. Menerima tanggungjawab.
teratur sehingga dapat Menurut Bavly sebagaimana
memberikan rasa nyaman kepada dikutip oleh Wood Jr. dan
penerima pelayanan. Winston (dalam Furqon &
Badrujaman, 2014) akuntabilitas
Keamanan pelayanan, yaitu menyiratkan adanya penerima
terjaminnya tingkat keamanan tanggungjawab, dalam hal ini
lingkungan unit penyelenggara adalah pelaksana program.
pelayanan ataupun sarana yang Menerima tanggungjawab berarti
digunakan sehingga masyarakat siap menghadapi kenyataan, tidak
merasa tenang untuk mendapatkan menyembunyikan suatu
pelayanan terhadap resiko-resiko yang kebenaran, berani mengakui
diakibatkan dari pelaksanaan kekurangan dalam program.
pelayanan. 2. Komunikasi. Komunikasi antara
pengelola program dan
stakeholder merupakan indikator
penting dalam akuntabilitas
F. Komponen Akuntabilitas
(Levinson dalam Furqon & terhadap program; dampak
Badrujaman, 2014). Sejalan program terhadap pencapa
dengan pandangan ini, Ryan kompetensi siswa dalam bidang
(dalam Furqon & Badrujaman, pribadi-sosial, akademis dan karir;
2014) mengemukakan bahwa perbaikan program dan intervensi
akuntabilitas dapat dipandang melalui kinerja yang ditampilkan
sebagai respon terhadap kebutuhan konselor; serta perbaikan program
dan harapan stakeholder terkait melalui asesmen kebutuhan.
dengan program. 4. Mekanisme umpan balik.
3. Penjelasan kepada stakeholder Akuntabilitas menuntut adanya
mengenai program. Penjelasan mekanisme umpan balik yang
mengenai program kepada memungkinkan stakeholder dapat
stakeholder merupakan komponen memberikan masukan kepada
penting dalam akuntabilitas. Para pengelola program. Menurut
ahli belum sepakat tentang jenis Emergency Capacity Building
infomasi yang mau disampaikan Project (dalam Furqon &
kepada stakeholder. Menurut Badrujaman, 2014) penetapan
Myrick (dalam Furqon mekanisme umpan balik
&Badrujaman, 2014) informasi memungkinkan masyarakat
yang dijelaskan kepada sebagai penerima layanan
stakeholder meliputi standar atau menjelaskan kepada lembaga-
tujuan program, proseatr yang lembaga apakah program tersebut
digunakan untuk mencapai tujuan, memenuhi kebutuhan dan harapan.
dan hasil yang dicapai dalam 5. Perbaikan program. Emergency
program. Sementara Sink (dalam Capacity Building Project (dalam
Furqon dan Badrujaman, 2014) Furqon & Badrujaman, 2014)
mengkaji empat bidang dimensi menjelaskan bahwa menanggapai
akuntabilitas yang atau melakukan perubahan
dikomunikasikan yakni audit didasarkan pada umpan balik yang
diterima.Sejalan dengan hal ini, 1. Faktor Pendukung
Steenberger dan Smith (dalam
Furqon & Badrujaman, 2014)
memaparkan bahwa adanya
perbaikan yang kontinu a) Kepemimpinan yang memberi
merupakan kunci akuntabilitas. teladan.
b) Mendiskusikan program-
program yang akan
dilaksanakan dengan benar dan
tuntas. Sehingga dapat
ditentukan dengan jelas apa
tujuan yang akan dicapai dan
apa pula indikator kinerjanya.
G. Faktor Pendukung dan
Penghambat Pelaksanaan
Akuntabilitas Bimbingan dan
Konseling 1) Ciptakan koordinasi yang
baik inter dan antar unit
terkait.
2) Rumuskan standar kerja
Dalam pelaksanaan akuntabilitas yang jelas.
dalam bimbingan dan konseling 3) Komunikasikan pada semua
sangat tergantung pada faktor-faktor pihak tujuan dan makna
dari luar yang akan menghambat akuntabilitas.
ataupun mendukung pelaksanaan
akuntabilitas tersebut. Menurut A
Muri Yusuf (dalam Amirah Diniaty,
2012) faktor tersebut antara lain:
2. Faktor Penghambat. Accountability Bridge Model
dirancang untuk membantu konselor
sekolah dalam perencanaan,
Kegagalan implementasi
penyampaian, dan penilaian terhadap
akuntabilitas banyak ditentukan oleh :
efektivitas dan dampak dari layanan
yang diberikan. Dalam model ini,
Evaluasi konseling bagi ke dalam dua
a) Rendahnya kesadaran tentang
siklus, dimana yang pertama adalah
akuntabilitas.
siklus evaluasi program konseling dan
b) Kurangnya kemauan untuk
siklus evaluasi konteks konseling. Dua
menerapkan akuntabilitas.
siklus tersebut merupakan proses
c) Penurunan nilai-nilai normal.
penyempurnaan berkelanjutan dari
d) Faktor budaya.
layanan berdasarkan pada hasil,
e) Rendahnya kualitas
umpan balik dari pemangku
petugas/pejabat.
kepentingan, dan kebutuhan dari siswa
f) Krisis lingkungan.
yang dilayani.
g) Kelemahan hukum tentang
Pertama, siklus evaluasi program
akuntabilitas.
konseling yang di dalamnya terdapat
h) Usangnya teknologi.
perencanaan dan pelaksanaan strategi,
Rendahnya standar hidup
intervensi, dan program, pemantauan
masyarakat
dan penyempurnaan program-
program, dan penilaian terhadap hasil
identifikasi sebelumnya. Terdapat
empat tahap dalam siklus ini:

H. Accountability Bridge Model


(Model Jembatan Akuntabilitas)
pelaksanaan atau penyampaian
layanan ditentukan oleh masukan
Pada tahap perencanaan program, (input) dari siklus evaluasi konteks.
informasi dikumpulkan selama proses Dalam tahapan pemantauan program
penilaian kebutuhan dan identifikasi dan perbaikan, konselor sekolah
tujuan layanan, serta perencanaan dan menentukan apakah perlu dibuat
pengembangan program konseling dan penyesuaian untuk program atau
layanan. Pada tahap ini, konselor intervensi yang didasarkan pada data
sekolah mengidentifikasi intervensi awal dan umpan balik.
dan program yang akan dilaksanakan Kemudian, dalam tahap penilaian
serta sumber daya yang dibutuhkan hasil dari siklus evaluasi program,
untukmengimplementasikannya.  Pada konselor sekolah mengumpulkan dan
tahap ini juga, konselor sekolah perlu menganalisis data akhir untuk
untuk merencanakan hasil yang akan menentukan hasil dari intervensi dan
dicapai. Sarana untuk menilai hasil program yang telah dilaksanakan.
yang dicapai pada layanan yang Pada tahap ini, konselor sekolah yang
diberikan konselor dapat mencakup mengalami keterbatasan pengetahuan
instrumen pra dan pasca pemberian dan pelatihan tentang metode
layanan (pre-post instruments), penelitian mungkin perlu
indikator kinerja, dan daftar cek. berkonsultasi dengan kolega atau
Selain itu, terdapat data sekolah, data supervisor untuk membantu konselor
laporan diri, dan data observasi dapat menganalisis data tersebut.
digunakan (Gysbers & Henderson, Penggunaan perangkat lunak
2000; Studer & Sommers, 2000). (software) program untuk analisis data
Selama tahap pelaksanaan (misalnya, SPSS, SAS, Microsoft
program, konselor sekolah Excel) dapat membantu mempercepat
melaksanakan program  dan layanan. interpretasi dan penyajian data.
tahap ini kadang-kadang disebut
sebagai evaluasi formatif karena
Jembatan akuntabilitas dalam kebutuhan sehingga tujuan program
model menunjukan hubungan dari dapat memenuhi kebutuhan siswa
hasil program kepada pemangku yang dilayani.
kebijakan (stakeholders). Tenaga Selama tahap umpan balik dari
Administrasi, orang tua, personil stakeholder, konselor sekolah secara
sekolah, siswa, konselor sekolah aktif mengumpulkan umpan balik
lainnya, serta guru yang mewakili berdasarkan hasil yang disampaikan.
beberapa stakeholders yang mungkin Ketika pihak yang terlibat merasa
memiliki sumbangsih dalam bahwa mereka mempunya andil dalam
menentukan keberhasilan siswa. perencanaan dan pelaksanaan dari
Berkomunikasi dengan stakeholder layanan, mereka lebih cenderung
secara proaktif dapat membantu mendukung upaya untuk
konselor sekolah dalam memperoleh meningkatkan layanan tersebut (Ernst
dukungan untuk pelaksanaan layanan & Hiebert, 2002). Setelah umpan
dan juga meningkatkan permintaan balik, konselor sekolah merencanaan
untuk jasa yang diberikan oleh strategis yang meliputi pengujian dan
konselor (Ernst & Hiebert, 2002). kemungkinan revisi terhadap misi dan
Penyampaian hasil evaluasi dapat tujuan dari program konseling di
berupa laporan, ringkasan, presentasi, sekolah secara keseluruhan. Tahap ini 
dan diskusi. merupakan representasi dari konteks
Siklus evaluasi konteks konseling sekolah di mana program konseling
merupakan siklus kedua dalam model. dilaksanakan, dan memperkirakan
Siklus ini mencakup perolehan umpan dampak program tersebut terhadap
balik dari stakeholder dan keseluruhan misi dan tujuan sekolah.
menggunakan umpan balik serta hasil Tahapan penilaian kebutuhan
yang diperoleh dalam penilaian itu memberikan informasi penting bagi
untuk merencanakan program yang konselor sekolah untuk mendesai
sedang dilaksanakan. Selain itu, pada ulang dan mengubah program
siklus ini dilakukan penilaian konseling sekolah secara keseluruhan
dan layanan-layanan yang ditawarkan dimulai lagi dengan informasi dari
di dalamnya. Penilaian kebutuhan siklus evaluasi konteks konseling ke
mencakup bukan saja kebutuhan tahap perencanaan program pada
populasi, dalam hal ini adalah siswa, siklus evaluasi program konseling.
tetapi juga kebutuhan stakeholders
yang lain, seperti petugas
administrasi, orang tua, dan guru.
Penilaian kebutuhan secara
I. Hambatan Dalam Evaluasi
komprehensif dapat dilakukan dengan
Program
mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber dan direncanakan
dengan tujuan yang jelas (Royse,
Thyer, Padgett, & Logan,2001).
Ada beberapa hambatan potensial
Identifikasi dari tujuan layanan
dalam melakukan evaluasi program
harus didasarkan pada hasil
yang konselor sekolah hadapi.
sebelumnya dari layanan konseling,
Berdasarkan literatur yang
perencanaan umpan balik dari
berhubungan dengan evaluasi program
stakeholders, dan perencanaan
konseling menunjukan  bahwa
strategis dan hasil penilaian kebutuhan
kurangnya minat dan kemampuan
(need assessment). Komponen utama
konselor sekolah untuk mengevaluasi
dari implementasi program adalah
layanan konseling secara sistematis
menciptakan intervensi dan strategi
(Whiston, 1996).
yang memiliki tujuan yang jelas. Jika
Melakukan evaluasi program
program yang dilaksanakan tidak
membutuhkan beberapa keahlian
memiliki mengidentifikasi tujuan,
dalam metode penelitian dasar,
maka program tersebut tidak dapat
biasanya konselor menerima sedikit
memadai untuk menilai
pelatihan untuk mempersiapkan
efektivitasnya. Setelah tujuan layanan
mereka untuk melakukan penelitian
telah ditetapkan, siklus evaluasi
mereka dalam setting profesional
(Whiston, 1996).  Coker, Astramovich mendukung gagasan bahwa program
dan Hoskins (2006) melakukan yang mereka lakukan efektif (Lusky &
penelitian terhadap 28 konselor Hayes, 2001). Coker, Astramovich
sekolah dengan menjawab pertanyaan dan Hoskins (2006) percaya bahwa
yang meliputi jenis-jenis dengan melakukan evaluasi program,
instruksional, jika ada, mereka konselor juga dapat bekerja lebih
diterima dalam program pelatihan efektif dengan berfokus lebih pada
untuk melakukan evaluasi program. upaya pencegahan dan intervensi yang
Para Sebagian besar peserta pelatihan, telah terbukti efektif daripada
15 (53,6%), tidak menerima pelatihan menghabiskan waktu mereka terlibat
dalam melakukan evaluasi program dalam tugas-tugas tambahan yang
selama mereka kuliah. Dari peserta tidak secara langsung mendatangkan
yang tersisa, 12 (42,9%) diindikasikan manfaat dan hasil bagi siswa.
menerima beberapa evaluasi program Waktu juga merupakan
selama kuliah di tingkat pascasarjana, keterbatasan yang diidentifikasi oleh
dan 1 (3,6%) tidak jelas (Astramovich, Coker, Astramovich dan Hoskins
Coker, & Hoskins di tekan). (2006). Ketika ditanya apakah
Potensi hambatan lain dalam evaluasi program terlalu memakan
melakukan evaluasi program adalah waktu untuk dilakukan, dari 28
kurangnya kepercayaan diri konselor peserta respon tersebut dibagi,
sekolah, mungkin karena merasa menjadi 9 (32,1%) setuju atau sangat
kurangnya kemampuan mereka untuk setuju, 9 (32,1%) menyatakan
mengumpulkan dan menganalisis data ketidakpastian / netral, dan 10 (35,7%)
dan kemudian memanfaatkan temuan tidak setuju atau sangat tidak setuju
mereka terhadap program konseling (Astramovich et al., di tekan).
(Isaacs, 2003). Konselor yang lain Konselor tentu mengalami fenomena
mengakui mereka takut untuk dimana terlalu banyak hal untuk
melakukan evaluasi program karena melakukannya, sedangkan terlalu
khwatir temuan mereka mungkin tidak sedikit waktu untuk melakukannya.
Beberapa konselor sekolah juga kerja yang dikembangkan oleh Coker,
mengalami apa yang mereka anggap Astramovich dan Hoskins (2006)
sebagai kurangnya dukungan dari menyatakan bahwa dapat membantu
tenaga administrasi untuk melakukan dalam memfasilitasi kedua program
evaluasi program. The Transforming untuk melakukan dan
School Counseling Initiative (TSCI) mempublikasikan hasil evaluasi.
menyatakan bahwa konselor sekolah
memiliki peran penting dan sentral
dalam peningkatan prestasi siswa.
TCSI mendorong administrator untuk
memandangan konselor sekolah bukan
sebagai personel pendukung yang
berperan sebagai penyelesai
masalah/krisis yang terjadi, tetapi juga J. Implikasi
bertindak proaktif dan merupakan
pemain kunci dalam tim pendidik
yang tujuannya adalah untuk
memberikan persiapan akademik yang Dengan penekanan pada
baik untuk semua siswa (Education akuntabilitas baik dalam pendidikan
Trust, 2002). secara umum dan konseling di
Jika konselor sekolah ingin sekolah, secara khusus, konselor
mengatasi beberapa hambatan dalam sekolah tidak bisa lagi
pelaksanaan evaluasi program, mempertanyakan perlunya melakukan
pertama, konselor sekolah harus evalusi program-program yang
memiliki pengetahuan dasar yang mereka lakukan. Dengan
cukup untuk memanfaatkan strategi konseptualisasi dari evaluasi program
yang berpengaruh pada program sebagai proses yang berkolaborasi,
konseling di sekolah. Model jembatan konselor sekolah mungkin lebih
akuntabilitas merupakan kerangka tertarik dan termotivasi untuk
berpartisipasi dalam evaluasi program. 3. Melakukan identifikasi klien yang
The Accountability Bridge Model selama ini kebutuhannya belum
memberikan konselor sekolah terpenuhi.
kerangka untuk melibatkan 4. Merancang metode yang singkat
stakeholder, dengan bersikap proaktif untuk operasional kegiatan rutin.
dan menunjukkan dampak dari 5. Melakukan tukar pendapat dengan
program yang mereka laksanakan, dan staf untuk meningkatkan
memanfaatkan evaluasi praktis dan pencapaian tujuan dan mencari
metode penilaian untuk menganalisis solusi terhadap masalah-masalah
hasil dari pelaksanaan program yang berkembang
tersebut. Krumboltz (1974) juga mencatat
bahwa kemampuan melakukan
akuntabilitas menjamin upaya
konselor untuk membangun sistem
Gibson & Mitchell (1981) akuntabilitas yang memiliki kontribusi
menjelaskan bahwa akuntabilitas akan untuk diri mereka sendiri.
memungkinkan konselor untuk, sebagi
Lebih lanjut Gibson & Mitchell,
berikut:
1981, mengungkapkan bahwa dengan
melaksanakan akuntabilitas, konselor
belajar bagaimana untuk membantu
klien lebih efektif dan efisien,
konselor akan mendapatkan:

1. Mendapatkan umpan balik tentang 1. Banyak masalah yang


hasil kerja mereka. penyelesaiannya dilakukan
2. Metode konseling dapat dipilih berdasarkan
berdasarkan keberhasilan yang kecakapan/kompetensi yang
telah ditunjukkan.
mendorong adanya pengakuan Schmidt, J. J. (2003) mengemukakan
dari penerima layanan; bahwa adapun masalah akuntabilitas
2. Meningkatnya dukungan berawal dari keengganan beberapa
keuangan. konselor untuk menjelaskan
3.  Lebih baik dalam hubungan akuntabilitas itu sendiri karena:
kerja dengan profesional
lainnya.
4.  Diakui berdiri professional.
5. Tingkat kepuasan terhadap a. Kekurangan perencanaan
layanan terus-menerus waktu untuk melakukan
dilakukan yang diarahkan assessment program yang
kepada sasaran perbaikan (baik mereka telah programkan;
program maupun b. Adanya pertentangan
implementasinya) dan adanya antara bagaimana
penghargaan yang lebih mantap. melakukan pengukuran
dan apa yang harus
dilakukan oleh konselor;
c. Keragu-raguan tentang
perbedaan antara research
dan akuntabilitas;
d. Belum maksimalnya
pelaksanaan akuntabilitas
K. Masalah dan Solusi dari personil BK terhadap
atasannya hingga atasan
belum melihat keuntungan
dan manfaat dari
1. Masalah pelayanan BK yang
diberikan terhadap siswa.
e. Adanya ketakutan a. Membantu konselor
mengenai hasil assessment mendapatkan data yang
(yang buruk) dilakukan dapat bermanfaat dalam
oleh konselor. perencanaan
pengembangan profesi;
b. Membantu konselor untuk
membuat laporan yang
2. Solusi sebenarnya dengan nilai
yang seimbang di sekolah;
c. Meningkatkan kesadaran
personil BK untuk
Berhubung masalah terbesar terletak melakukan akuntabilitas
pada sumber daya manusia terhadap kinerja yang
(bimbingan telah dilakukannya, agar
dan konseling) itu sendiri, maka solusi pihak sekolah dapat
yang ditawarkan juga adalah terfokus mengetahui manfaat
kepada peningkatan kualitas kinerja pelayanan yang diberikan.
sumber daya manusia (bimbingan dan Mempersilahkan konselor
konseling) melalui serangkaian untuk berpartisipasi dalam
pelatihan dan pendidikan lanjutan penelitian dengan
yang meminjamkan standar
berbasis profesi. Hal ini juga sejalan baku (kredibilitas) dan
dengan apa yang diungkapkan validitas untuk bekerja di
Schmidt, J. J. (2003) yaitu maksud sekolah.
dari
tujuan dari pelatihan mengenai
evaluasi yang berkaitan dengan
akuntabilitas adalah:

SIMPULAN
Akuntabilitas BK adalah
pertanggungjawaban guru BK/konselor
Ali, M. dkk. (2007). Ilmu dan aplikasi
kepada stakeholders dan/atau pengguna
pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press.
jasa BK untuk menunjukkan efektivitas
American School Counselor Association.
program BK sekolah yang memberikan
(2004b). Ethical standards for school
dampak positif bagi kehidupan siswa counselors. Retrieved April 20, 2018, from
berdasarkan data. Akuntabilitas http://www.schoolcounselor.org/content.
asp?contentid=173
diintegrasikan ke dalam model untuk
mendorong konselor menggunakan data Dahir, C.A. & Stone, C.B. 2009. School
Counselor Accountability: The
untuk menunjukkan bagaimana siswa Path to Social Justice and Systemic
berkembang dan mendapat manfaat Change.
sebagai hasil dari program konseling Diniaty, A. (2012). Evaluasi Bimbingan
sekolah. Konseling. Pekanbaru: Zanafa
Publishing.
Kegiatan akuntabilitas harus
berdasarkan data sehingga dapat Erford, Bradley T(ed). 2010. Orientation
To The Counseling Profession
memberikan informasi tentang efektivitas Advocacy, Ethics, and essential
kegiatan BK di sekolah. Data yang harus Profession Foundation.New Jersey:
Pearson Education Ltd
dikumpulkan untuk menunjukkan
akutabilitas program BK di sekolah adalah Fairchild,T.N. (1993).Accountability
Practices of School Counselors:
hasil laporan, standar kinerja konselor
1990 National Survey. The School
sekolah, audit program. Salah satu model Counselor, 40, 363–374.
kegiatan akuntabilitas adalah model Gibson, R. L., & Mitchell, M. H. (1981).
Introduction to Counseling and
MEASURE yang dikembangkan oleh
Guidance (2nd ed). New York: Mc
Stone dan Dahir (2016), sebagai proses Millan Publishing.
akuntabilitas enam langkah yang
Gysbers, N. C., & Henderson, P. (1994).
membantu guru BK/konselor sekolah
Developing and Managing Your
untuk mengimplementasikan komponen School Guidance Program(2nd ed.).
akuntabilitas ke dalam program BK. Alexandria,VA: American
MEASURE adalah singkatan Mission, Counseling Association.

Elements, Analyze, Stakeholders, Unite, Gysbers, N. C., & Henderson, P. (2005).


Reanalyze, and Educate. Developing and Managing your
School Guidance Program(4th ed).

DAFTAR PUSTAKA
Upper Saddle River, NJ: Merrill Prentice
Hall.
Alexandria,VA: American
Counseling Association.

Gysbers, N. C., & Henderson, P. (2006).


Developing and Managing Your
School Guidance and Counseling
Program (4th ed.). Alexandra,VA:
American Counseling Association.

Isaacs.M.L., 2003. Datadriven Decision


Making The Engin of Counselor
Accountability. Proffesional
School Counseling, 6.288-296.

Myrick. R.D., 2003. Accountability.


Counselor Count. Proffesional
School Counseling, 6. 174-18`
Perusse, R., & Goodnough, G. E. (Eds.).
(2004). Leadership, Advocacy,And
Direct Service Strategies For
Professional School Counselors.
Pacific Grove, CA: Thomson
Learning/Brooks/Cole.

Stone,C.B.&Dahir,C.A.(2003).
Accountability: A
M.E.A.S.U.R.E.of the impact
school counselor shaveon student
achievement. Professional School
Counseling, 6, 214-222.
Sexton,T. L.,Whiston, S. C., Bleuer, J.
C.,& Walz,G.R. (1997). Integrating
Outcome Research Into Counseling
Practice And Training.
Alexandria,VA: American
Counseling Association.
Stone, C. B., & Dahir, C. A. (2007).
School Counselor Accountability: a
Measure of Student Success (2nd ed.).

Anda mungkin juga menyukai