Anda di halaman 1dari 49

PERKEMBANGAN FISIK DAN Maryana, M.Psi.

, Psikolog
KOGNITIF DI MASA REMAJA
SIFAT-SIFAT REMAJA
Pada tahun 1904, G. Stanley Hall mengajukan pandangan “badai dan stress” (strom
and stress) untuk menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa bergejolak
yang diwarnai oleh konflik dan perubahan suasana hati (mood)
Meskipun demikian, ketika Daniel Offer dan koleganya (1988) mempelajari citra diri
remaja di Amerika Serikat, Australia, Bangladesh, Hungaria, Israel, Italia, Jepang,
Taiwan, Tuki dan Jerman Barat, ditemukan bahwa minimal 73% dari remaja
memperlihatkan citra diri yang sehat.
Sikap masyarakat umum yang terbentuk terhadap remaja dapat merupakan hasil
kombinasi dari pengalaman pribadi, gambaran yang diberikan oleh media, maupun
gambaran objektif mengenai perkembangan remaja yang normal yang diberikan
oleh sumber lain (Feldman & Elliot, 1990).
Banyak orang dewasa yang menakar persepsinya terhadap remaja berdasarkan
ingatan mereka mengenai pengalaman mereka sendiri ketika remaja.
Para orang dewasa kini menganggap remaja sebagai sosok yang lebih bermasalah,
kurang rasa hormat, lebih memikirkan diri sendiri, lebih asertif, dan lebih berjiwa
petualang dibandingkan generasi mereka.
Sebagian besar remaja mencoba melakukan negosiasi berkaitan dengan waktu
yang dibutuhkan untuk akhirnya berhasil menjadi seorang dewasa yang matang,
namun cukup banyak juga yang tidak berhasil (Lerner, Roeser, & Phelps, 2009).
Perbedaan etnik, budaya, gender, sosial-ekonomi, usia dan gaya hidup
mempengaruhi perlintasan hidup aktual dari setiap remaja (Schlegel 2009; Swanson,
Edwards & Spencer, 2010).
Remaja yang hidup di jaman sekarang dihadapkan pada berbagai pilihan gaya
hidup yang ditawarkan melalui media; dan kini banyak remaja yang tergoda untuk
menggunakan obat terlarang dan melakukan aktivitas seksual di usia yang sangat
dini.
• Pubertas
PERUBAHAN FISIK • Otak
• Seksualitas Remaja
PUBERTAS
Pubertas (puberty) adalah sebuah periode di mana kematangan fisik berlangsung
cepat, yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh, yang terutama berlangsung
di masa remaja awal
Pubertas bukanlah suatu peristiwa tunggal dan terjadi secara tiba-tiba. Kita
mengetahui waktunya seorang anak laki-laki atau perempuan akan memasuki masa
pubertas; meskipun sulit menentukan awal dan akhir masa pubertasnya.
KEMATANGAN SEKSUAL, TINGGI DAN BERAT TUBUH

Urutan perkembangan karakteristik pubertas pria adalah sebagai berikut:


meningkatnya ukuran penis dan testis, keluarnya rambut kemaluan yang lurus,
perubahan sedikit pada suara, ejakulasi pertama (biasanya terjadi ketika
melakukan masturbasi atau mimpi basah), munculnya rambut kemaluan yang kaku,
terjadinya pertumbuhan maksimal, tumbuhnya rambut di ketiak, perubahan suara
yang lebih terlihat jelas, dan pertumbuhan rambut di wajah.
Bagaimana urutan perubahan fisik pada pubertas perempuan? Payudara membesar
atau rambut kemaluan muncul, tumbuh rambut di ketiak, bertambah tinggi serta
pinggul melebar melebihi bahu, menarche (menstruasi pertama). Awalnya siklus
menstruasi mungkin sangat tidak teratur.
Pertambahan berat tubuh terjadi bertepatan dengan masa pubertas. Di awal
remaja, remaja perempuan cenderung lebih berat dan lebih tinggi dibandingkan
remaja laki-laki; meskipun demikian pada usia 14 tahun, berat tubuh remaja laki-laki
melampaui berat tubuh remaja perempuan, demikian juga Sebagian besar remaja
laki-laki cenderung mengejar ketinggian atau lebih tinggi dibandingkan perempuan.
Growth spurt pada perempuan terjadi dua tahun lebih awal dibandingkan pada
laki-laki. Rata-rata awal growth spurt pada perempuan adalah 9 tahun; untuk laki-
laki adalah 11 tahun.
Rata-rata puncak perubahan di masa pubertas terjadi pada usia 11.5 tahun untuk
perempuan dan 13.5 tahun untuk laki-laki
PERUBAHAN HORMONAL

Di masa ramaja, konsentrasi hormone-hormone tertentu dapat meningkat secara


dramatis.
Testosteron adalah hormone yang diasosiasikan dengan perkembangan genital,
bertambahnya tingi tubuh, dan perubahan suara pada laki-laki
Estradiol adalah hormone yang diasosiasikan dengan perkembangan payudara,
uterus, dan kerangka pada perempuan.
Berdasarkan hasil sebuah studi, pada masa pubertas, level testosterone meningkat
delapan belas kali lipat pada laki-laki namun hanya dua kali lipat pada
perempuan; estradiol meningkat delapan kali lipat pada perempuan namun hanya
dua kali lipat pada laki-laki (Nottelmann dkk, 1987)
WAKTU DAN VARIASI DALAM PUBERTAS

Pada Sebagian besar anak laki-laki, pubertas mungkin dimulai di usia 10 tahun atau
paling lambat usia 13 ½ tahun. Akhir masa pubertas, paling awal terjadi pada usia
13 tahun atau paling lambat usia 17 tahun.
Rentang normal ini cukup luas; dari dua anak laki-laki dengan usia kronologis yang
sama, yang satu mungkin telah menyelesaikan rangkaian pubertasnya sebelum yang
satu lagi memulainya.
Bagi anak perempuan, menarche dikatakan normal jika muncul pada usia 9 hingga
15 tahun. Saat ini semakin banyak anak perempuan yang memulai masa
pubertasnya di usia 8 hingga 9 tahun.
Precocious Pubertay adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan terjadinya
pubertas dan perkembangannya yang sangat cepat.
Precocious puberty biasanya diobati dengan menekan sekresi gonadotropic, yang
akan menunda secara temporer perubahan pubertas.
Pengobatan ini diberikan karena anak-anak yang mengalami precocious puberty
akan cenderung memiliki tubuh yang tidak tinggi, kapabilitas seksual awal, serta
potensi terlibat dalam perilaku yang tidak pantas secara usia (Blakemore,
Barrenbaum, & Liben, 2009)
CITRA TUBUH

Secara umum, bila dibandingkan dengan anak laki-laki, anak perempuan kurang
puas dengan tubuhnya dan memiliki citra tubuh yang lebih negative selama pubertas
(Bearman dkk, 2006)
Seiring dengan berlangsungnya perubahan di masa pubertas, anak perempuan
sering merasa tidak puas dengan tubuhnya sehubungan dengan meningkatnya jumlah
lemak; sementara itu anak laki-laki menjadi lebih puas ketika melewati masa
pubertas sehubungan dengan meningkatnya otot.
OTAK
Dengan menggunakan pemindai otak fMRI, peneliti menemukan bahwa otak remaja
mengalami perubahan struktur yang signifikan (Bava dkk., 2010; Lenroot dkk.,
2009). Corpus callosum, dimana serat optic menghubungkan hemisphere otak
sebelah kiri dengan sebelah kanan, semakin tebal pada masa remaja, sehingga
meningkatkan kemampuan remaja dalam memproses informasi (Giedd, 2008).
Korteks prefrontal akan terus berkembang hingga dewasa awal, kira-kira pada usia
18 hingga 25 tahun, dimana amygdala –tempat emosi seperti rasa marah –
berkembang lebih awal daripada korteks prefrontal.
SEKSUALITAS REMAJA
Remaja adalah masa eksplorasi dan eksperimen seksual, masa fantasi dan realitas
seksual, masa mengintegrasikan seksualitas ke dalam identitas seseorang
Mayoritas remaja dapat mengembangkan identitas seksual yang matang, meskipun
sebagian besar diantara mereka mengalami masa yang rentan dan membingungkan.
Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa remaja yang sering menonton tayangan
seksual cenderung untuk memulai hubungan seksualnya lebih awal dibandingkan
remaja yang sedikit menonton tayangan seksual (Brown & Stasburger, 2007).
Mengembangkan Sebuah Identitas Seksual
Menguasai perasaan seksual dan membentuk rasa identitas seksual merupakan
proses yang bersifat multiaspek dan Panjang. Hal ini mencakup kemampuan belajar
untuk mengelola perasaan seksual (seperti ketergugahan dan ketertarikan seksual),
mengembangkan bentuk intimidasi yang baru, serta mempelajari keterampilan untuk
mengelola tingkah laku seksual agar terhindar dari konsekuensi yang tidak
diinginkan.
Identitas seksual remaja mencakup aktivitas, minat, gaya perilaku, dan indikasi yang
mengarah pada orientasi seksual (Buzwell & Rosenthal, 1996)
Faktor-faktor Risiko dalam Perilaku Seksual Remaja
Banyak remaja yang secara emosi tidak siap untuk mengatasi pengalaman seksual,
khusunya di masa remaja awal. Aktivitas seksual awal juga berkaitan dengan
perilaku berisiko lainnya seperti menggunakan obat terlarang, kenakalan remaja,
dan masalah-masalah di sekolah (Dryfoos & Barkin, 2006).
Sebuah studi mengungkapkan bahwa penyalahgunaan alcohol, menarche awal, dan
komunikasi antara orangtua dan anak yang buruk terkait dengan perilaku intim
seksual remaja perempuan (Hipwell dkk., 2010)
Penelitian lainnya terhadap siswa sekolah menengah mengungkapkan bahwa prestasi
akademis yang baik merupakan faktor pelindung yang baik untuk menjaga anak
laki-laki dan perempuan dari hubungan seksual dini (Laflin, Wang, & Barry, 2008)
Kehamilan Remaja
Kehamilan remaja menciptakan risiko Kesehatan baik pada bayi maupun ibu. Bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang masih remaja cenderung memiliki bobot yang rendah – ini
merupakan faktor utama yang menyebabkan kematian pada bagi – maupun masalah-
masalah neurologis dan penyakit pada bayi (Chedraui, 2008).
Ibu yang masih remaja seringkali putus sekolah. Meskipun ada diantara mereka yang
melanjutkan sekolahnya di kemudian hari, secara ekonomi mereka biasanya tidak dapat
menyusul para wanita yang menunda memiliki anak hingga usia dua puluhan.
Sebuah studi longitudinal menemukan bahwa anak-anak dari ibu yang memiliki anak
pertamanya ketika berusa belasan tahun memiliki skor yang rendah di dalam tes prestasi dan
lebih bermasalah dibandingkan anak-anak dari ibu yang melahirkan anak pertamanya
ketika dewasa (Hofferth & Reith, 2002)
ISU-ISU MENGENAI KESEHATAN • Kesehatan Remaja
• Penggunaan dan

REMAJA Penyalahgunaan Narkoba


• Gangguan Makan
KESEHATAN REMAJA
Masa remaja merupakan masa kritis untuk mengembangkan perilaku yang relevan
terhadap Kesehatan (Nyaronga & Wickrama, 2009; Ozer & Irwin, 2009). Banyak
perilaku yang berkaitan dengan buruknya kebiasaan dan kematian dini di masa
dewasa dimulai ketika remaja.
Olahraga
Olahraga terkiat dengan sejumlah hasil fisik yang positif pada remaja. Salah satunya adalah
bahwa olahraga secara teratur berdampak positif terhadap status berat badan remaja.
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa olahraga teratur dari usia 9 hingga 16 tahun
dikaitkan dengan berat badan ideal pada anak perempuan (McMurray dkk, 2008).
Hasil positif lainnya dari olahraga adalah penurunan tingkat trigliserida, tekanan darah,
serta diabetes tipe II (Butcher dkk, 2008).
Penelitian lain melaporkan bahwa tingkat olahraga yang rendah berkaitan dengan gejala
depresi pada remaja (Sund, Larsson, & Wichstrom, 2010). Penelitian lainnya menemukan
bahwa aktivitas fisik terkiait dengan rendahnya penggunaan obat terlarang pada remaja
(Delisle dkk, 2010)
Pola Tidur
Seperti halnya olahraga, tidur memiliki dampak yang sangat besar terhadap Kesehatan
seseorang.
Remaja yang tidak cukup tidurnya (delapan jam atau kurang) pada hari sekolah cenderung
merasa mudah lelah atau mengantuk, lebih mudah tersinggung dan berubah perasaannya,
tertidur di sekolah, depresi, dan meminum minuman berkafein dibandingkan rekannya yang
cukup tidur.
Mary Carskadon dkk. (2004, 2006; Jenni & Carskadon, 2007; Tarokh & Carskadon, 2008)
telah mengadakan sejumlah penelitian terhadap pola tidur remaja.
Mereka menemukan bahwa, ketika diberi kesempatan, remaja akan tidur malam rata-rata
selama 9 jam 25 menit. Namun, kebanyakan remaja tidur kurang dari 9 jam, terutama selama
hari biasa. Kekurangan tidur ini akan berusaha dibayar pada akhir minggu oleh remaja.
Peneliti juga menemukan bahwa remaja yang lebih tua cenderung lebih mengantuk
sepanjang hari dibandingkan remaja yang lebih muda. Mereka berteori bahwa rasa
kantuk ini bukanlah akibat dari tekanan pekerjaan sekolah atau sosial. Sebaliknay
penelitian itu menyimpulkan bahwa jam biologis remaja mengalami pergeseran
ketika mereka semakin dewasa sehingga menunda periode terjaga sekitar satu jam.
Pergeseran waktu dalam pelepasan hormone melatonin pada malam hari, yaitu
hormone yang membuat tidur yang diproduksi oleh kelenjar pineal, aganya
mempengaruhi penundaan tidur ini.
Melatonin dikeluarkan sekitar pukul 9.30 malam pada remaja yang lebih muda,
sedangkan pada remaja yang lebih tua, sekitar 1 jam kemudian.
Penyebab Utama Kematian di Kalangan Remaja
Ada tiga penyebab utama kematian pada remaja, yaitu kecelakaan, pembunuhan,
dan bunuh diri.
Kebiasaan mengemudi yang ceroboh, seperti melampaui batas kecepatan, tidak
mejaga jarak, serta mengemudi di bawah pengaruh alcohol atau obat-obatan,
menjadi penyebab utama kecelakaan dibandingkan kurangnya pengalaman.
PENGGUNAAN DAN
PENYALAHGUNAAN NARKOBA
Sebuah studi longitudinal terhadap individu-individu berusia 8 hingga 42 tahun
menemukan bahwa apabila seseorang mulai minum minuman keras di usia dini, akan
meningkatkan risiko menjadi peminum berat di usia paruh baya (Pitkanen, Lyria, &
Pulkkinen, 2005)
Orangtua berperan penting dalam mencegah remaja untuk menyalahgunakan obat.
Peneliti telah menemukan bahwa pengawasan orangtua terkait dengan masalah
perilaku remaja yang rendah, termasuk penyalahgunaan obat terlarang (Fietcher,
Steinberg, & William-Wheeler, 2004; Tobler & Komro, 2010).
Penelitian menemukan bahwa semakin sering remaja makan malam Bersama
keluarganya, semakin sedikit mereka terlibat dalam masalah remaja, termasuk
dalam penyalahgunaan obat terlarang (Sen, 2010)
Memilki teman di jejaraing sosial sekolah mereka atau memiliki lebih sedikit teman
yang menyalahgunakan obat terlarang terkait dengan tingkat penyalahgunaan obat
yang rendah (Ennet dkk., 2006)
Keberhasilan Pendidikan pun menjadi penyangga yang kuat terhadap timbulnya
masalah obat-obatan pada remaja. Sebuah analisis oleh Jerald Bachman dan
koleganya (2008) mengungkapkan bahwa keberhasilan Pendidikan dasar sangat
mengurangi kecenderungan remaja terhadap obat terlarang, termasuk konsumsi
alcohol, merokok, dan berbagai obat-obatan terlarang
GANGGUAN POLA MAKAN
Anorexia Nervosa
Adalah gangguan pola makan dengan ciri-ciri selalu berusaha untuk kurus yang
dilakukan dengan cara menahan lapar.
Anorexia Nervosa merupakan sebuah gangguan yang serius yang dapat
menyebabkan kematian
Tiga karakteristik utama pada penderita Anorexia Nervosa:
1. Memiliki berat tubuh kurang dari 85 persen orang yang disebut normal, dilihat
dari usia dan tinggi tubuh
2. Memiliki ketakutan yang intens terhadap penambahan berat tubuh. Ketakutan ini
tidak hilang meskipun berat tubuh sudah berkurang
3. Memiliki gambaran yang salah mengenai bentuk tubuhnya
Meskipun sudah sangat kurus, mereka memandang dirinya terlalu gemuk.
Penderitaannya tidak pernah menganggap dirinya cukup kurus. Biasanya mereka
sering menimbang berat tubuhnya, seringkali menggunakan alat ukur tubuh dan sering
memandang tubuhnya sendiri dengan kritis di depan cermin.
Anorexia Nervosa 10 kali lebih banyak dialami oleh wanita dibandingkan pria
Anak dari seorang ibu yang menderita Anorexia Nervosa berisiko menjadi penderita
pula (Striegel-Moore & Bulik, 2007)
Masalah dalam fungsi keluarga semakin terbukti terkait dengan munculnya anorexia
pada remaja perempuan (Benninghoven dkk, 2007), dan sebuah penelitian terbaru
mengindikasikan bahwa terapi keluarga sering kali merupakan pengobatan yang
paling efektif bagi anak perempuan penderita anorexia (Bulik dkk, 2007)
Media seringkali menggambarkan tubuh yang kurus sebagai sesuatu yang indah
dalam pilihan model fashion mereka, sehingga banyak remaja perempuan yang
berusaha untuk kurus dan sangat berkontribusi terbentuknya Anorexia
Bulimia Nervosa
Adalah gangguan makan di mana individu secara konsisten mengikuti pola makan
berlebihan dan membersihkannya (binge and purge)
Para penderita bulimia ini makan terus menerus, kemudian mengosongkan perut
dengan cara membuat dirinya muntah-muntah atau menggunakan obat pencahar.
Seperti penderita anorexia, Sebagian besar penderita bulimia sering memikirkan
makanan, sangat takut menjadi gemuk, depresi atau cemas, dan memiliki citra tubuh
yang salah.
Sebuah penelitian menemukan bahwa penderita bulimia berlebihan menilai berat
dan bentuk tubuh mereka, dan penilaian yang berlebihan ini terkait dengan depresi
yang lebih tinggi dan percaya diri yang rendah (Hrabosky dkk, 2007)
Tidak seperti penderita anorexia, orang yang makan terus menerus biasanya
memiliki rentang berat tubuh normal, yang membuat penderita bulimia sulit dideteksi
• Teori Piaget
KOGNISI REMAJA • Egosentrisme Remaja
• Pemrosesan Informasi
TEORI PIAGET
Tahap Operasional Formal
Pemikiran operasional formal lebih bersifat abstrak dibandingkan pemikiran
operasional konkret. Pemahaman remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman-
pengalaman yang actual dan konkret. Mereka mampu merekayasa menjadi seakan-
akan benar-benar terjadi, terhadap berbagai situasi atau peristiwa yang murni
masih berupa kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau proposisi-proposisi abstrak,
dan mencoba bernalar secara logis terhadapnya.
Kualitas abstrak pemikiran di tahap operasional formal pada remaja terbukti pada
kemampuan mereka untuk memecahkan masalah secara verbal.
Indikator lain yang memperlihatkan kualitas abstrak dari pemikiran remaja adalah
meningkatnya tendensi untuk berpikir mengenai pikiran itu sendiri.
Pemikiran yang menyertai sifat dasar abstrak dari pemikiran formal operasional
adalah pemikiran yang banyak mengandung idealisme dan kemungkinan, khususnya
di awal tahap formal operasional, ketika asimilasi mendominasi.
Remaja terlibat di dalam berbagai spekulasi mengenai karakteristik-karakteristik
ideal-kualitas yang mereka inginkan terdapat pada diri maupun pada orang lain.
Cara berpikir semacam itu seringkali menggiring remaja untuk membandingkan
dirinya dengan orang lain menurut standar ideal tersebut. Disamping itu pemikiran
mereka sering kali bersifat fantasi mengenai kemungkinan-kemungkinan di masa
depan.
Selain berpikir abstrak dan idealistic, remaja juga berpikir logis. Remaja cenderung
memecahkan masalah melalui trial and error.
Tipe pemecahan masalah menuntut penalaran-hipotesis-deduktif (hypothetical-
deductive reasoning), mencakup penciptaan sebuah hipotesis dan melakukan deduksi
terhadap implikasinya, yang memungkinkan untuk menguji hipotesis. Dengan
demikian, pemikir formal operasional mengembangkan hipotesis mengenai cara
memecahkan masalah dan secara sistematis melakukan deduksi terhadap Langkah
terbaik yang harus diikuti untuk memecahkan masalah.
Evaluasi Terhadap Teori Piaget
Pada kenyataannya hanya terdapat sepertiga remaja awal yang mencapai
pemikiran operasional formal.
Pendidikan dalam logika ilmu dan matematika dapat meningkatkan perkembangan
operasional formal.
Budaya dan Pendidikan memberikan dampak yang lebih kuat terhadap
perkembangan kognitif dibandingkan sebagaimana yang diyakini oleh Piaget
(Holzman, 2009; Sternberg & Williams, 2010).
Piaget menyatakan tahapan sebagai struktur pemikiran yang menyeluruh, yang
mengandung sejumlah aspek yang muncul secara bersama-sama. Meskipun demikian,
Sebagian besar ahli perkembangan kontemporer sepakat bahwa perkembangan
kognitif itu tidak berupa tahapan seperti yang diyakini oleh Piaget (Kuhn, 2009).
Disamping itu, anak-anak dapat dilatih untuk bernalar pada tahap kognitif yang
lebih tinggi, dan sejumlah kemampuan kognitif dapat muncul lebih awal
dibandingkan yang diperkirakan oleh Piaget (Aslin, 2009; Diamond, Casey, &
Munakata, 2011; Spelke & Kinzier, 2009)
EGOSENTRISME REMAJA
Egosentrisme Remaja adalah meningkatnya kesadaran diri pada remaja
David Elkind (1976) berpendapat bahwa egosentrisme remaja mengandung dua
komponen utama – imaginary audience dan personal feble
Audiens Imajiner (imaginary audience) adalah keyakinan remaja bahwa orang lain
berminat pada dirinya sebagaimana ia berminat pada dirinya sendiri, termasuk juga
tingkah laku menarik perhatian – berusaha untuk diperhatikan, terlihat, serta berada
“di panggung”
Fabel Pribadi (personal fable) adalah bagian dari egosentrisme remaja yang
mengandung penghayatan bahwa dirinya unik dan tidak terkalahkan
Penghayatan remaja bahwa pribadi mereka unik dapat membuat mereka merasa
bahwa tidak seorang pun yang dapat memahami perasaan mereka sebenarnya.
Dalam usaha mereka untuk memperoleh penghayatan mengenai keunikan pribadi ini,
remaja dapat menjadi seorang ahli kisah mengenai dirinya yang dipenuhi dengan
fantasi, menenggelamkan dirinya ke dalam sebuah dunia yang jauh dari kenyataan.
Fabel pribadi seringkali muncul dalam buku harian remaja
PEMROSESAN INFORMASI
Menurut Kuhn (2009), kognitif terpenting yang berlangsung pada remaja adalah
peningkatan di dalam fungsi eksekutif, yang melibatkan aktivitas kognitif dalam
tingkat yang lebih tinggi seperti penalaran, mengambil keputusan, memonitor cara
berpikir kritis, dan memonitor perkembangan kognitif seseorang.
Peningkatan di dalam fungsi eksekutif membuat remaja dapat belajar secara lebih
efektif dan lebih mampu menentukan bagaiman memberikan perhatian, mengambil
keputusan, dan berpikir kritis.
Mengambil Keputusan
Masa remaja adalah masa di mana seseorang dihadapkan pada situasi yang lbeih
banyak melibatkan pengambilan keputusan
Seberapa kompetenkah pengambilan keputusan remaja itu? Berdasarkan hasil riset
diketahui bahwa remaja yang lebih tua lebih kompeten dibandingkan remaja yang
lebih muda; remaja yang lebih muda juga lebih kompeten dibandingkan anak-anak.
Dibandingkan anak-anak, remaja yang lebih muda cenderung lebih menghasilkan
berbagai pendapat yang berbeda, menelaah sebuah situasi berdasarkan berbagai
perspektif, mengantisipasi konsekuensi dari keputusan, serta mempertimbangkan
kredibilitas sumber.
Seorang remaja yang dalam kondisi tenang mampu mengambil keputusan secara
bijaksana, dapat mengambil keputusan yang tidak bijaksana ketika emosinya
sedang tinggi (Paus, 2009; Steinberg, 2008). Dalam kondisi demikian, emosi
seringkali menghambat kemampuan mengambil keputusan.
Satu usalan untuk menjelaskan pengambilan keputusan remaja adalah model proses
ganda (dual-process model), yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan
dipengaruhi oleh dua system kognitif – analitis dan pengalaman – yang saling
berkompetisi (Klacyznski, 2001; Reyna & Farley, 2006)
Model proses ganda ini menekankan bahwa system pengalaman lah – memonitor
dan mengelola pengalaman actual – yang bermanfaat dalam pengambilan
keputusan remaja, bukan system analitis.
Keterlibatan remaja dalam analitis kognitif tingkat tinggi yang reflektif dan
mendetail mengenai suatu keputusan tidak akan bermanfaat, terutama dalam
konteks dunia nyata dan berisiko tinggi.
Meskipun demikian, beberapa ahli kognisi remaja berpendapat bahwa dalam
beberapa kasus remaja dapat mengambil manfaat dari system analitis dan
pengalaman (Kuhn, 2009)
Remaja membutuhkan lebih banyak kesempatan untuk melatih dan mendiskusikan
pengambilan keputusan yang realistis
Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
pengambilan keputusan pada remaja adalah menyediakan lebih banyak
kesempatan kepada mereka untuk terlibat dalam bermain peran dan pengambilan
keputusan dengan kelompok teman sebaya.
Berpikir Kritis
Masa remaja adalah periode transisi yang penting di dalam perkembangan berpikir
kritis (Keating, 1990)
Seandainya keterampilan dasar (seperti keterampilan literasi dan matematika) tidak
dikembangkan semasa kanak-kanak, maka keterampilan berpikir kritis tidak
cenderung untuk matang di masa remaja
Para remaja yang kurang mengembangkan keterampilan dasar semacam itu, kurang
memiliki peluang untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Perubahan kognitif yang memungkinkan peningkatan berpikir kritis di masa remaja
dapat mencakup:
1. Meningkatnya kecepatan, otomatisasi, dan kapasitas dalam memproses informasi,
yang memungkinkan penggunaan informasi yang diperoleh untuk dimanfaatkan
bagi tujuan-tujuan lain
2. Isi pengetahuan yang lebih luas di berbagai bidang
3. Meningkatnya kemampuan untuk mengkonstruksikan kombinasi baru dari
pengetahuan
4. Penggunaan strategi atau prosedur secara lebih luas dan spontan dalam
mengaplikasikan atau memperoleh pengetahuan, seperti perencanaan,
mempertimbangkan berbagai alternatif, dan pengawasan kognitif
• Transisi dari Sekolah Dasar

SEKOLAH ke Sekolah Menengah


• Aktivitas Ekstrakurikuler
• Service Learning
TRANSISI DARI SEKOLAH DASAR KE SEKOLAH
MENENGAH
Tahun pertama di sekolah menengah pertama dapat menyulitkan bagi sejumlah siswa
(Anderman & Anderman, 2010; Elmore, 2009)
Dibandingkan dengan perasaan mereka sebagai siswa kelas enam, siswa kelas tujuh merasa
kurang puas dengan sekolah, kurang memiliki komitmen terhadap sekolah, dan kurang
menyukai gurunya.
Transisi menuju sekolah menengah pertama berlangsung ketika banyak perubahan terjadi
secara stimultan.
Perubahan-perubahan ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan pubertas dan citra tubuh;
munculnya pemikiran operasional formal, termasuk perubahan dalam kognisi sosial;
meningkatnya tanggung jawan dan menurunnya ketergantungan pada orangtua; memasuki
struktur sekolah yang lebih besar dan impersonal; perubahan dari satu guru ke banyak guru
serta perubahan dari kelompok rekan sebaya yang kecil dan homogen menjadi kelompok
rekan sebaya yang lebih besar dan heterogen
Disamping itu, dimasa transisi dari sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama,
para siswa mengalami fenomena top-dog, berubah dari siswa yang paling tua,
paling besar, dan paling kuat di sekolah dasar, menjadi siswa yang paling muda,
paling kecil, dan paling lemah di sekolah menengah pertama.
AKTIVITAS EKSTRAKURIKULER
Peneliti menemukan bahwa berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler terkait
dengan nilai yang lebih tinggi, keterlibatan sekolah, tidak putus sekolah,
meningkatkan kemungkinan meneruskan kuliah, meningkatnya harga diri, dan juga
menurunkan tingkat depresi, kenakalan remaja, dan penyalahgunaan obat terlarang
(Fredricks & Eccles, 2010; Mahoney dkk, 2009)
SERVICE LEARNING
Sevice learning adalah suatu bentuk Pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan
tanggung jawab sosial dan layanan kepada masyarakat
Dalam service learning, para siswa melakukan aktivitas-aktivitas seperti mengajar (menjadi
tutor), membantu orang tua, bekerja di rumah sakit, membantu di pusat penitipan anak, atau
membersihkan tanah kosong menjadi tempat bermain
Tujuan penting dari service learning adalah bahwa remaja tidak terlalu berpusat pada diri
sendiri (self centered) dan lebih termotivasi untuk menolong orang lain (Sherrod & Lauckhardt,
2009)
Para peneliti menemukan bahwa service learning dapat memberikan sejumlah keuntungan
kepada para siswa. Peningkatan perkembagnan remaja terkait service learning mencakup
nilai yang membaik, penetapan tujuan yang lebih baik, harga diri yang lebih tinggi, merasa
lebih mampu berbuat sesuatu bagi orang lain, dan meningkatkan kecenderungan para
remaja itu untuk menjadi sukarelawan di masa depan (Hart, Matsuba, & Atkins, 2008)

Anda mungkin juga menyukai