Masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan
berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Secara umum remaja dibagi
menjadi dua bagian yakni awal masa remaja dan akhir masa remaja. Masa remaja
dimulai pada usia 13-16 tahun yakni awal masa remaja dan usia 16-17 tahun yakni
akhir masa remaja dimana merupakan periode yang sangat singkat. Anak remaja laki-
laki lebih lambat matang daripada anak perempuan sehingga remaja laki-laki
mengalamiperiode awal remaja yang lebih singkat sehingga sering kali remaja laki-laki
nampak kurang matang dibandingkan remaja perempuan. (Elizabeth B. Hurlock,
1991)7.
Menurut Neil J. Salkind. (2006)8 fase perkembangan fisik remaja diawali saat masa
puberitas tiba meliputi awal masa remaja (usia 10-14 tahun), sebagian remaja mulai
mengalami lonjakan pertumbuhan fisik dan mulai pematangan seksual yang
mengakibatkan terjadinya perubahan yang signifikan di semua domain fungsi. Masa
remaja Tengah (usia 14-17 Tahun) Pembangunan fisik Kebanyakan remaja mengalami
terus meningkat di spesialisasi keterampilan motorik kasar, massa otot, kekuatan, dan
daya tahan cardiopulmonary. beberapa remaja mungkin menemukan kesulitan untuk
menyesuaikan diri somatik pertumbuhan menyembur, yang dapat mengakibatkan
kejanggalan sementara atau kecanggungan. Beberapa pemuda dapat menjadi sangat
prihatin tentang kenaikan normal mereka berat badan dan ukuran. Hal ini dapat
mengakibatkan diet yang berlebihan dan olahraga, membersihkan, atau tindakan
pengendalian berat badan patogen lainnya. Motor, Visual, dan Pembangunan auditory
Semua keterampilan di domain ini sepenuhnya dikembangkan di akhir masa remaja
tengah, dengan pengecualian dari menjepit pegang, yang terus berkembang pada akhir
masa remaja. Sedangkan Akhir Masa remaja (usia 17-21 tahun) Selama tahap
perkembangan, remaja menghadapi lulus SMA, tes penempatan, dan sering kegiatan
perguruan tinggi atau pilihan karir. Pada akhir masa remaja akhir, yang paling muda
mencapai penuh fisik, kognitif, sosial, dan kematangan emosional, dan sebagian besar
masalah emansipasi pada dasarnya diselesaikan. Pembangunan fisik Spesialisasi
keterampilan motorik kasar, keuntungan di kekuatan, dan kapasitas aerobik
sepenuhnya dikembangkan; Namun, beberapa remaja dapat terus berkembang
kecepatan dan peningkatan ukuran; perubahan ini terjadi pada tingkat yang lebih
lambat dibandingkan dengan selama masa remaja tengah, dan betina terus menumpuk
massa lemak. Mereka Visi sepenuhnya dikembangkan.9
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya perkembangan fisik pada diri remaja
yaitu terjadinya produksi hormon yang sangat banyak yakni zat-zat kimia yang sangat
kuat yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan dibawa keseluruh tubuh
oleh aliran darah (Dyk, 1993) konsentrasi hormone-hormon tertentu meningkat secara
dramatis selama masa remaja (Rabin & Chrousos, 1991; Susman & Dorn, 1991).
Adapun hormone tersebut yaitu hormon testosteron (testosterone) ialah suatu
hormone yang berkaitan dengan perkembangan alat kelamin, pertambahan tinggi dan
perubahansuara pada anak laki-laki. Sedangkan hormon estradiol ialah suatu hormon
yang berkaitan dengan perkembangan buah dada, Rahim, dan kerangka pada anak-
anak perempuan.10
Perubahan secara fisiologis ditandai oleh 2 komponen. Menurut Counts et al., 1987, dua
komponen tersebut yaitu adrenarche dan gonadarche, yang dianggap peristiwa
independen dikontrol oleh mekanisme terpisah yakni komponen pertama pubertas,
adrenarche (kebangkitan kelenjar adrenal), dimulai antara usia 6 dan 9 tahun.
Adrenarche merupakan maturasi dari korteks adrenal yang ditandai dengan peningkatan
sekresi androgen adrenal yaitu dehydroepiandrosterone (DHEA),
dehydroepiandrosterone sulfat (DHEAS) dan androstenedion meningkat hormonal awal
adrenal androgen sekresi terjadi sebelum perubahan fisik eksternal, seperti itu
pengembangan rambut kemaluan. Komponen kedua pubertas, gonadarche, adalah
reaktivasi yang dari hipotalamus-hipofisis gonadotropin-gonadal ( hasilnya kematangan
fisik pengembangan karakteristik seksual primer (Testis dan ovarium) dan karakteristik
seksual sekunder Rambut kemaluan, rambut tubuh, dan pertumbuhan genital dan
payudara). Itu puncak dari gonadarche dan fungsi reproduksi menarche untuk anak
perempuan dan anak laki-laki spermarche untuk. dimulai pada usia 8-10 tahun untuk
anak perempuan dan 10-11tahun pada anak laki-laki. 11 sedangkan menurut suntrock
(1983) bahwa perubahan hormonal dan perubahan tubuh pada remaja ini terjadi rata-
rata 2 tahun lebih awal pada anak perempuan usia 10,5 tahun dari pada anak laki-laki
12.5 tahun.
Perubahan dan perkembangan fisik pada remaja tidaklah sama dan terdapat perbedaan
individual, yakni terjadinya penurunan dalam laju pertumbuhan dan perkembangan
internal lebih menonjol daripada perkembangan ekternal yang secara normal akan
terjadi disetiap diri remaja. Menurut Santrock (1983)13 ada 4 perubahan tubuh yang
paling menenjol pada remaja perempuan yakni : Pertambahan tinggi badan yang cepat,
Menarche (Menstruasi) ,Pertumbuhan buah dada, Pertumbuhan rambut kemaluan.
Sedangkan 4 perubahan yang menonjol pada remaja laki-laki yakni : pertambahan tinggi
badan yang cepat, pertumbuhan penis, pertumbuhan testis, pertumbuhan rambut
kemaluan.
Awal masa puber anak laki-laki, suara mulai menurunkan; kumis mulai tumbuh anak laki-
laki, yang melibatkan pematangan organ reproduksi dan menyertainya karakteristik
seksual sekunder. Dalam perempuan, menstruasi pertama terjadi pada akhir masa
pubertas. Pada akhir pubertas, individu menjadi mampu reproduksi. 14 (Resource Book.
2005) menurut Elizabeth B Hurlock (1980) mengemukakan bahwa ada 2 aspek
perubahan dan perkembangan fisik yang dialami remaja yakni :
Pertumbuhan meningkat cepat dan mencapai puncak kecepatan. Pada fase remaja awal
(11-14 tahun)karakteristik seks sekunder mulai tampak, seperti penonjolan payudara
pada remaja perempuan, pembesaran testis pada remaja laki-laki, pertumbuhan rambut
ketiak, atau rambut pubis. Karakteristik seks sekunder ini tercapai dengan baik pada
tahap remaja pertengahan (usia 14-17 tahun) dan pada tahap remaja akhir (17-20 tahun)
struktur dan pertumbuhan reproduktif hampir komplit dan remaja telah matang secara
fisik.
Menurut Abu Ahmadi (2007:5), psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah
tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya
dengan situasi sosial.
Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan,
pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri
atas bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita
merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri
menjadi manusia yang kita harapkan (Desmita, 2010:164).
a. Memberi contoh atau teladan tentang sikap jujur dan bertanggung jawab
dalam menjalankan peranannya masing-masing;
b. Menciptakan iklim kehidupan sosial yang harmonis, jauh dari gejolak atau
konflik;c. Menciptakan lingkungan hidup yang bersih, tertib, sehat dan indah
c. Memberikan kesempatan kepada remaja untuk berpendapat, mengajukan
gagasan, atau berdialog;
d. Memfasilitasi remaja untuk mewujudkan kreativitasnya, baik dalam bidang
olahraga, seni,maupun bidang keilmuan;
e. Memberikan informasi kepada remaja tentang orang-orang sukses, dan
bagaimana mencapai kesuksesannya tersebut;
f. Menampilakan perilaku yang sesuai dengan karakter atau nilai-nilai akhlak
mulia;
g. Memberi contoh dalam bersikap dan berperilaku yang terkait dengan nilai-
nilai budaya nilai cinta tanah air, patriotisme dan nasionalisme.
Karena remaja hidup dalam suatu kelompok individu yang disebut keluarga,
salah satu aspek penting yang dapat mempengaruhi perilaku remaja adalah
interaksi antar anggota keluarga. Harmonis atau tidaknya, intensif atau
tidaknya interaksi antar anggota keluarga akan mempengaruhi perkembangan
sosial remaja yang ada didalam keluarga (Mohammad Ali dkk., 2010: 95).
Kehidupan manusia dimulai dari masih dalam kandungan tidak terlepas dari
adanya pertumbuhan dan perkembangan yang dialami, hingga terjadi adanya
siklus akhir yang disebut dengan kematian.Masa remaja dengan istilah “puber”
memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri dengan fase pertumbuhan dan
perkembangan sebelum dan sesudahnya karena merupakan masa pancaroba, masa
pencarian diri atau peralihan dari masa kanak- kanak menuju masa dewasa yang
lebih matang ditinjau dari segi fisik-biologik, kognitif, dan psikologi.
Secara harfiah, pubertas berasal dari bahasa Latin pubescence (yang berarti
togrow hairy„tumbuhnya bulu-bulu‟, seperti bulu disekitar kelamin, ketiak,
danmuka. Secara istilah, pubertas berarti proses pencapaian kematangan seksual
dan kemampuan untuk bereproduksi (Syamsu Yusuf L.N. dkk., 2011:77).
Pubertas (puberty) ialah suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual
terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja.Kematangan seksual
merupakan suatu rangkaian dari perubahan-perubahan yang terjadi pada masa
remaja, yang ditandai dengan perubahan pada ciri-ciri seks primer (primary sex
characteristics) dan ciri-ciri seks sekunder (secondary sex characteristics).
Meskipun perkembangan ini biasanya mengikuti suatu urutan tertentu, urutan dari
kematangan seksual tidak sama pada setiap anak dan terdapat perbedaan
individual dalam umur dari perubahan-perubahan tersebut (Desmita, 2010:192).
Masa puber atau remaja inilah yang berlangsung paling lama diantara fase
yang lain dan merupakan inti seluruh masa pemuda. Karena itu, masa pemuda
sering juga disebut masa remaja. Anak perempuan disebut gadis remaja dan anak
laki-laki disebut bujang remaja atau remaja saja.
1. Perkembangan Seksualitas
Fenomena kehidupan remaja yang sangat menonjol adalah terjadinya
peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas.Hal ini ditunjukan
dengan aktivitasnya yang sudah mulai tertarik terhadap lawan jenis dan mulai
mengungkapkan perasaannya melalui tindakannya untuk memikat
pasangannya tersebut.Desmita (2010:222) mengemukakan bahwa terjadinya
peningkatan perhatian remajaterhadap kehidupan seksual ini sangat
dipengaruhi oleh faktor perubahan-perubahan fisik selama periode
pubertas.Terutama kematangan organ-organ seksual dan perubahan-
perubahan hormonal, mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual
dalam diri remaja.Dorongan seksual remaja ini sangat tinggi, dan bahkan
lebih tinggi dari dorongan seksual orang dewasa.Sebagai anak muda yang
belum memiliki pengalaman tentang seksual, tidak jarang dorongan-dorongan
seksual ini menimbulkan ketegangan fisik dan psikis.Remaja memasuki usia
subur dan produktif. Artinya secara fisiologis, mereka telah mencapai
kematangan organ-organ reproduksi, baik remaja laki-laki maupun remaja
wanita.Kematangan organ-organ reproduksi tersebut, mendorong individu
untuk melakukan hubungan sosial baik dengan sesama jenis maupun dengan
lawan jenis.Mereka berupaya mengembangkan diri melalui pergaulan, dengan
membentuk teman sebayanya (peergroup). Pergaulan bebas yang tidak
terkendali secara normatif dan etika/moral antarremaja yang berlainan
jenisakan berakibat pada terjadinya hubungan seksual diluar nikah
(sexpremarital) (Agoes Dariyo, 2004:89).
D. Perkembangan Bahasa
Sebagai alat komunikasi dan mengerti dunianya, kemapuan berbahasa lisan
pada remaja akan berkembang karena selain terjadi oleh pematangan dari
organ-organ bicara dan fungsi berpikir, juga karena lingkungan ikut membantu
mengembangkannya.
Ada 4 tugas yang perlu diperhatikan pengembangannya yakni :
1. Mengerti pembicaraan orang lain
2. Menyusun dan menambah perbendaharaan kata
3. Menggabungkan kata menjadi kalimat
4. Pengucapan yang baik dan benar
Pada masa ini nampak ke-Remajaan dimana segala hal ditanya. Didalam segi
berpikir, remaja berda pada tahap pra-operasional dan egosentris. Dengan
bertambahnya usia, egosentrisme akan berkurang dan ditambah dengan
kefasihan berbicara. Kemampuan ini diperlukan karena pada usia ini mulai
diperkenalkan yang harus menyesuaikan diri dengan peraturan dan disiplin
sekolah serta program-program dalam berbagai bidang pengembangan.
E. Perkembangan Moral
Moral dan perilaku keagamaan adalah aspek yang berkembang pada diri
individu melalui interaksi antara aktivitas internal dengan pengaruh stimulus
eksternal. Pada awalnya seorang anak belum memiliki pengetahuan mengenai
moral tertentu atau tentang apa yang dipandang baik atau tidak baik oleh
kelompok sosialnya. Selanjutnya, dalam interaksinya dengan lingkungan anak
mulai belajar mengenai berbagai aspek kehidupan yang berkaitan dengan
moral dan perilaku keagamaan nya. Dalam konteks ini, lingkungan merupakan
faktor yang besar pengaruhnya bagi perkembangan moral dan perilaku
keagamaan individu. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
perkembagan moral dan perilaku keagamaan individu mencakup aspek
psikologi, sosial, dan budaya baik yang terdapat dalam lingkungan keluarga,
sekolah maupun masyarakat. Kondisi psikologis, pola interaksi, pola
kehidupan beragama, berbagai sarana rekreasi yang tersedia dalam lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat akan mempengaruhi perkembangan moral
dan perilaku keagamaan individu yang tumbuh dan berkembang di dalamnya
(Frandika. 2014)
Remaja yang tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat yang penuh rasa aman secara psikologis, pola
interaksi yang demokratis, pola asuh bina kasih, dan relegius dapat diharapkan
berkembang menjadi remaja yang memiliki nilai luhur, moralitas tinggi, serta
sikap dan perilaku keagamaan yang terpuji. Sebaliknya, individu yang tumbuh
dan berkembang dalam kondisi psikologis yang penuh konflik, pola interaksi
yang tidak jelas, pola asuh yang penuh otoriter dan permisif, dan kurang
relegius, maka harapan agar anak dan remaja berkembang menjadi individu
yang memiliki nilai-nilai luhur, moralitas tinggi, sikap dan perilaku
keagamaan yang terpuji menjadi diragukan (Mohammad Asrori, 2008:164-
165) dalam Frandika (2014).
Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan
usaha untuk mencari perlindungan. Tipe moral yang juga terlihat pada remaja
juga mencakupi:
a). Self-directive, taat terhadap agama atau moral berdasarkan pertimbangan
pribadi.
b). Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik.
c). Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama.
d). Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral.
e). Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan masyarakat
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja:
1. Faktor tingkat harmonisasi hubungan antara orang tua dan anak
2. Faktor lingkungan memegang peran penting terutama lingkungan
masyarakat. Diantara segala urusan lingkungan sosial yang berpengaruh,
yang tampaknya sangat penting adalah unsur lingkungan berbentuk
manusia yang langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai
perwujudan dari nilai-nilai tertentu.
3. Tingkat penalaran. Perkembangan moral yang sifatnya penalaran menurut
Kohlberg, dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana
dikemukakan oleh piaget. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang
makin tinggi pula tingkat moral seseorang (Yusuf, 2011)
F. Perkembangan Spiritual
Spiritual adalah suatu ragam konsep kesadaran individu akan makna hidup,
yang memungkinkan individu berpikir secara kontekstual dan transformatif
sehingga kita merasa sebagai suatu pribadi yang utuh secara intelektual,
emosional, dan spiritual. Kecerdasan sepiritual merupakan sumber dari
kebijaksanaan dan kesadaran akan nilai dan makna hidup, serta
memungkinkan secara kreatif menemukan dan mengembangkan nilai-nilai dan
makna baru dalam kehidupan individu. Kecerdasan spiritual juga mampu
menumbuhkan kesadaran bahwa manusia memiliki kebebasan untuk
mengembangkan diri secara bertanggungjawab dan mampu memiliki wawasan
mengenai kehidupan serta memungkinkan menciptakan secara kreatif karya-
karya baru. Oleh karena itu, perkembangan spiritual adalah meningkatnya
identifikasi dengan jiwa dan pengalaman akan jiwa atau prinsip/ asas Tuhan
YME di dalam diri kita.
Menurut Baharuddin (2009) perkembangan spiritual dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
1. Faktor internal
Faktor Internal pada perkembangan spiritual juga berupa faktor keturunan
yaitu berupa pembawaan dimana faktor ini merupakan karakteristik dari
orang itu sendiri, dasar pemikiran dari individu berdasarkan kepercayaan
dan budaya yang dimilikinya.
2. Faktor eksternal
Faktor Eksternal dapat berupa keluarga yang sangat menentukan pula
dalam perkembangan spiritual remaja karena orang tua memiliki peran
yang sangat penting sebagai pendidik atau penentu keyakinan yang
mendasari anak. Kemudian pendidikan keagamaan yang diterapkan di
sekolah juga dapat menjadi faktor penentu perkembangan spiritual remaja,
karena dengan adanya pendidikan spiritual remaja akan mulai berfikir
secara logika dan menentukan apa yang baik dan tidak bagi dirinya. Selain
itu, adanya budaya yang berkembang di masyarakat akan mempengaruhi
perkembangan spiritual remaja. Baik perkembangan yang bersifat positif
atau negatif, itu semua tergantung bagaimana remaja berinteraksi dengan
masyarakat tersebut.
G. Perkembangan Kemandirian
Menurut Masrun (dalam Yessica, 2008) faktor yang mempengaruhi
kemandirian adalah:
1. Pola asuh orang tua Remaja yang mempunyai kemandirian tinggi adalah
remaja yang orang tunya dapat menerima secara positif.
2. Usia Remaja akan berusaha melepaskan diri dari orang tuanya, dalam hal
ini berarti individu cenderung tidak akan meminta bantuan kepada orang
lain dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.
3. Pendidikan Pendidikan yang dialami oleh seseorang tidak harus berasal
dari sekolah atau pendidikan formal, akan tetapi bisa juga berasal dari luar
sekolah atau non formal. Pendidikan ini secara tidak langsung teleh
membawa individu kepada suatu bentuk suatu usaha dari lingkungan
keluarganya ke dalam kelompok teman sabayanya sehingga terlihat
adanya kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan tenyata
semakin tinggi kemandirian seseorang.
4. Urutan kelahiran Urutan kelahiran dalam suatu keluarga tentunya
memiliki ciri tersendiri bagi setiap anak yang disebabkan karena adanya
perlakuan dan perhatian yang berbeda.
5. Jenis kelamin Wanita mudah dipengaruhi, sangat pasif, merasa kesulitan
dalam memutuskan sesuatu, kurang percaya diri dan sangat tergantung.
6. Intelegensi Remaja yang cerdas akan memiliki metode yang praktis dan
tepat dalam setiap memecahkan masalah yang sedang dihadapinya,
sehingga akan dengan cepat mengambil keputusan untuk bertindak.
Kondisi ini menunjukan adanya kemandirian setiap menghadapi masalah
yang sedang dihadapinya.
7. Interaksi sosial Remaja memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan
lingkungan sosial, serta mampu menyesuaikan diri dengan baik akan
mendukung perilaku yang bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan
segala permasalahan yang dihadapinnya.
3. Masalah Psikologis
Masa remaja merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia
dan terjadi perkembangan identitas pribadi, sistem nilai moral , etika,
perasaan harga diri dan pengembangan body image. Masa remaja terjadi
pertumbuhan dan perkembangan secara dramatis dalam siklus kehidupan.
Dampak psikologis yang dialami remaja terhadap perubahan bentuk tubuh
berpengaruh terhadap sikap yang dilakoni remaja (Elizabeth B. Hurlock,
1991). Perubahan psikologis remaja menyebabkan remaja disibukan
dengan tubuh mereka dan mengembangkan citra individual mengenai body
image (Jhon W. Santrok, 2002).
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1991) Ada beberapa dampak psikologis
yang dialami remaja terhadap perubahan bentuk tubuh yang dialaminya
terhadap sikap yang dilakoninya yakni:
a. Penampilan, perubahan perubahan yang meningkatkan penarnpilan diri
seseorang akan diterima dengan senang hati dan mengarah sikap yang
menyenangkan. sedangkan perubahan- perubahan yang mengurangi
penampilan diri akan ditolak, dan segala cara akan diusahakan untuk
menutupinya.
b. Perilaku, kalau perubahan-perubahan perilaku seperti yang terjadi
selama masa puberitas dan usia lanjut, hal ini akan berpengaruh pada
sikap terhadap perubahan-perubahan yang kurang menyenangkan. Hal
sebaliknya terjadi kalau perubahan-perubahan yang menyenangkan,
misalnya ketidak berdayaan masa bayi berkembang secara bertahap
menuju kemandirian masa kanak-kanak.
DAFTAR PUSTAKA
https://promkes.kemkes.go.id/content/?p=1510
Yessica, Loretta Intan. (2008). Fenomena Kemandirian pada Anak Tunggal. skripsi
dipublikasikan. Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata.
Abu Ahmadi, 2007. Psikologi Sosial, Cetakan Ke-3/Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta. Agoes Dariyo. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Alex Sobur. 2011. Psikologi Umum: Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka
Setia.
Neil J. Salkind. 2006 , Encyclopedia of human development. the United States of America. Sage
Publications, Inc. p. 28
Wong, D.L. (2003). Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Alih bahasa: Monica Ester; editor edisi
bahasa Indonesia, Sari Kurnianingsih. Edisi 4. Jakarta: EGC. Hal. 199.