Anda di halaman 1dari 100

PERKEMBANGAN FISIK, KOGNITIF, SOSIAL, BAHASA DAN INTELEKTUAL

PESERTA DIDIK

A. Perkembangan Fisik Anak Usia Sekolah Dasar


Perkembangan fisik atau yang disebut juga pertumbuhan biologis (bio-logical growth)
merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan individu. Menurut Seifert dan Hoffnung,
(1994), perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti: pertumbuhan
otak, system saraf, organ-organ indrawi, pertumbuhan tinggi dan berat, dan lain-lain), dan
perubahan-perubahan dalam cara-cara individu dalam menggunakan tubuhnya (seperti
perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual), serta perubahan dalam
kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan dan sebagainya).
Bagi anak-anak usia sekolah dan remaja, pertumbuhan dan perkembangan fisik yang
optimal adalah sangat penting. Sebab pertumbuhan/ perkembangan fisik anak secara langsung
atau tidak langsung akan mempengaruhi perilaku sehari-hari. Secara langsung, pertumbuhan
fisik anak akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Sedangkan secara tidak
langsung, pertumbuhan/perkembangan fisik akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya
sendiri dan orang lain. Ini akan terlihat dari pola penyesuaian diri anak secara umum.
Anak sekolah dasar umumnya berusia 6-12 tahun. Secara fisik, anak SD memiliki
karakteristik sendiri yang berbeda dengan kondisi fisik sebelum dan sesudahnya.
1. Tinggi dan berat badan
Pertumbuhan fisik anak pada usia SD cenderung lebih lambat dan konsisten bila
dibandingkan dengan masa usia dini. Rata-rata anak usia SD mengalami penambahan berat
badan sekitar 2,5-3,5 kg, dan penambahan tinggi badan 5-7 cm pertahhun ( F.A Hadis 1996).
2. Proporsi dan bentuk tubuh

Anak SD kelas-kelas awal umumnya memiliki proporsi tubuh yang kurang seimbang.
Kekurangseimbangan ini sedikit demi sedikit mulai berkurang sampai terlihat perbedaannya
ketika anak mencapai kelas 5 atau 6. Pada kelas akhir lazimnya proporsi tubuh anak sudah
mendekati seimbang. Berdasarkan tipologi Sheldon (Hurlock 1980) ada tiga kemungkinan
bentuk primer tubuh anak SD yaitu :
a. Endomorph yakni yang tampak dari luar berbentuk gemuk dan berbadan besar.
b. Mesomorph yang kelihatannya kokoh, kuat dan lebih kekar
c. Ectomorph yang tampak jangkung, dada pipih, lemak dan seperti tak berotot
3. Otak
Bila dibandingkan dengan pertumbuhan bagian tubuh lain, pertumbuhan otak dan kepala
jauh lebih cepat. Menurut Santrock dan Yussen, sebagian besar pertumbuhan otak terjadi
pada usia dini. Menjelang umur lima tahun, ukuran otak anak mencapai 90% dari ukuran
otak dewasa. Kematangan otak yang dikombinasikan dengan pengalaman berinteraksi
dengan lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak.
Tahap perkembangan fisik
Awal dari perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat biologis (Allport, 1957).
Dalam taraf-taraf perkembangan selanjutnya, normalitas dari konstitusi, struktur, dan kondisi
jasmaniah seseorang akan mempengaruhi normalitas kepribadiannya, khususnya yang bertalian
dengan masalah body image, self concept, self-esteem dan rasa harga dirinya.

A. Perkembangan masa prenatal


Periode prenatal adalah periode yang pertama dilalui oleh setiap individu dan yang paling
singkat dari periode sebelumnya. Perkembangan pokok pada masa ini ialah perkembangan
fisiologis berupa pembentukan struktur tubuh. Masa bayi. Masa bayi dianggap sebagai masa
dasar, karena merupakan dasar paeriode kehidupan yang sesungguhnya karena pada masa
ini banyak pola, perilaku, sikap dan ekspresi emosi mulai terbentuk. Masa bayi berlangsung
dua tahun pertama setelah periode bayi lahir.

B. Masa anak-anak
1. Tinggi
Kenaikan tinggi pertahun adalah 2 sampai 3 inchi. Rata-rata anak perempuan sebelas
tahun mempunyai tinggi badan 58 inchi dan anak laki-laki 57,5 inchi.
2. Berat
Kenaikan berat lebih bervariasi daripada kenaikan tinggi, berkisar antara 3-5 pon per
tahun. Rata-rata anak perempuan sebelas tahun mempunyai berat 88,5 pon dan anak
laki-laki 85,5 pon.
3. Perbandingan tubuh
Beberapa perbandingan wajah yang kurang baik menghilang dengan bertambah
besarnya mulut dan rahang, dahi melebar dan merata, bibir semakin berisi, hidung
menjadi lebih besar dan lebih berbentuk. Badan memanjang dan menjadi lebih langsing,
leher menjadi lebih panjang, dada melebar, perut tidak buncit, lengan dan tungkai
memanjang, dan tangan dan kaki dengan lambat tumbuh membesar.
4. Kesederhanaan
Pebandingan tubuh yang kurang baik yang sangat mencolok pada masa akhir kanakkanak menyebabkan meningkatnya kesederhanaan pada saat ini. Disamping itu,
kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kecenderungan untuk berpakaian seperti
teman-teman tanpa memperdulikan pantas tidaknya, juga menambah kesederhanaan.
5. Pebandingan otot lemak
Selama akhir masa kanak-kanak, jaringan lemak berkembang lebih cepat daripada
jaringan otot yang perkembangannya baru mulai melejit pada awal pubertas. Anak yang
berbentuk endomorfik jaringan lemaknya jauh lebih banyak daripada jaringan otot
sedangkan pada tubuh mesomorfik keadaanya terbalik. Pada bentuk tubuh ektomorfik
tidak terdapat jaringan yang melebihi jaringan lainnya sehingga cenderung tampak
kurus.

6. Gigi
Pada permulaan pubertas, umumnya seorang anak sudah mempunyai 22 buah gigi tetap.
Keempat gigi terakhir, muncul selama masa remaja.
C. Masa Remaja
Masa remaja adalah masa datangnya pubertas (sebelas sampai empat belas tahun) sampai
usia sekitar delapan belas-masa tranisisi dari kanak-kanak ke dewasa. Secara umum
perubahan-perubahan fisik remaja sebagai berikut :
Perempuan
1. Pertumbuhan payudara (3 - 8 tahun)
2. Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (8 -14 tahun)
3. Pertumbuhan badan (9,5 - 14,5 tahun)
4. Menarche/menstruasi (10 16 tahun, kadang 7 thn)
5. Pertumbuhan bulu ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)
6. Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)
Laki-laki
1. Pertumbuhan testis (10 13,5 tahun)
2. Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (10 15 tahun)
3. Pembesaran badan (10,5 16 tahun)
4. Pembesaran penis (11 14,5 tahun)
5. Perubahan suara karena pertumbuhan pita suara (Sama dengan pembesaran penis)
6. Tumbuhnya rambut di wajah dan ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)
7. Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (Sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)
D. Masa Dewasa
Dewasa awal ini ada yang mengatakan mulai umur 18 tahun sampai 40 tahun, tapi ada
referensi lain yang mengatakan mulai 20-40 tahun. Masa dewasa awal yang merupakan
kelanjutan masa remaja yang sibuk mencari jati diri kini sudah lebih stabil dan mulai sibuk
dalam penempatan dirinya ditengah-tengah masyarakat. Secara phisik dewasa awal sudah
selesai dalam perkembangannya, tetapi kemampuan pisiknya semakin meningkat pada masa
ini. Atlet lari memiliki prestasi paling baik pada masa dewasa awal. Juga hampir semua
olahragawan berprestasi terbaik pada masa ini, karena kondisi kemampuan pisik paling
puncak adalah tahun-tahun sebelum mencapai usia 30an.

Pada puncak kemampuan fisik ini, tubuh cepat memulihkan dirinya ketika mengalami
cedera atau kelelahan. Tubuh memiliki kemampuan yang lebih kuat, dan terkadang jauh dari
kata letih. KEmampuan fisik yang maksimal ini akan sangat disayangkan kalau tidak
digunakan tetapi sebaliknya kita bermalas-malas tanpa mengerjakan apapun. Fisik yang lelah
akan segera memulihkan keadaannya, tetapi ada batas-batas yang harus diperhatikan. Fisik
yang terus dipaksa beraktivitas mungkin akan melewati batas pemulihannya bisa
mengakibatkan sakit pada masa penghujung masa dewasa awal ini atau pada masa dewasa
madya (40-60thn).
Selain merupakan puncak kemampuan fisik, pada dewasa awal juga mulai terjadi
penurunan kemampuan pisik. Kalau sudah terjadi penurunan kemampuan fisik dalam
beraktivitas maka kita perlu memperhatikan supaya bisa tetap memiliki tubuh yang sehat.
Makanan yang sehat dan bergizi serta olah raga yang teratur akan membantu menjaga
stamina tubuh. Porsi makanan yang diperlukan tubuh mada masa ini sebenarnya tidak
sebanyak makanan yang diperlukan tubuh pada masa remaja. Porsinya seharusnya semakin
berkurang, tetapi ketika orang-orang dewasa awal sudah mampu mandiri dan mampu
membeli makanan yang diinginkannya, maka hal inilah yang menyebabkan masa dewasa
awal sering bermasalah dengan berat badan.
B. Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah Dasar
Perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan
hubungan

anak

didik

dengan

lingkungannya.

Kecerdasan

merupakan

proses

yang

berkesinambungan yang membentuk struktur yang diperlukan dalam interaksi terus menerus
dengan lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu
masih bayi dan masa kanak kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal.

Menurut Piaget, dinamika perkembangan kognitif individu mengikuti dua proses, yaitu
proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam struktur kognitif yang sudah
ada dalam pikirannya. Struktur kognitif yang dimaksud adalah segala pengalaman individu yang
membentuk pola-pola kognitif tertentu. Jadi struktur kognitif seungguhnya merupakan kumpulan
dari pengalaman dalam kognisi individu.
Sedangkan menurut Piaget, proses asimilasi dan akomodasi terus berlangsung pada diri
seseorang. Dalam perkembangan kognitif, diperlukan keseimbangan antara kedua proses ini.
Keseimbangan itu disebut ekuilibrium yakni pengaturan diri secara mekanis yang perlu untuk
mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.
Pentingnya asimilasi dan akomodasi pada diri individu adalah agar individu mampu
beradaptasi dengan lingkungan dimana ia berada. Dalam beradaptasi dengan lingkungan, ada
kalanya individu cukup mengitegrasikan realitas luar dengan struktur kognitifnya yang sudah
ada, tetapi ada kalanya ia mesti mengubah struktur kognitif yang sudah ada atau bahkan
membuat struktur kognitif baru.
Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak SD
Jean Piageat, ilmuan prancis ini melakukan penelitian tentang perkembangan kognitif
individu sejak tahun 1920 sampai dengan 1964. Berdasarkan hasil penelitiannya, piageat
membagi proses perkembangan fungsi-fungsi dan prilaku kognitif ke dalam empat tahapan
utama yang secara kualitatif setiap tahapan menunjukan karakteristik yang berbeda-beda.
Tahapan perkembangan kognitif itu adalah periode sensori motorik, periode pra operasional,
periode operasional konkret, dan periode rasional formal.
1. Karakteristik Kognitif Periode Pra Operasional Anak Sekolah Dasar

Sebagian anak sd mungkin masih berada pada tahap pra operasional dengan proses berfikir
intuitif (4;0-7;0) sebab masih banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya ke sd pada
usia 5, 6 atau 7 tahun. Bahkan mungkin saja masih ada anak sd dengan pemikiran transduktif
seperti pada masa pra konseptual. Misalnya, suatu saat anak melihat tamu yang datang
kerumahnya dan ia memberi oleh-oleh kepada anak tersebut. Bagi anak yang masih berfikir
transduktif, ia akan menyimpulkan bahwa tamu adalah orang yang suka membawa oleh-oleh.
Meski pada umumnya berfikir transduktif seperti itu sudah hampir tidak terjadi pada setiap
anak sd, berfikir intuiktif adalah hal yang sangat mungkin terjadi terutama pada kelas-kelas
awal. Pada anak sd, hal ini ditandai oleh dominasi pengamatan yang bersifat egosentris,
yakni berfikir yang belum memahami cara orang lain memandang objek yang sama, sehingga
seperti searah (selancar). Perilaku yang tampak antara lain :
a. Self-centered dalam memandang dunianya
b. Dapat mengklasifikasi objek-objek atas dasar satu ciri yang sama, mungkin pula memiliki
perbedaan dalam hal yang lainnya.
c. Dapat melakukan koleksi benda-benda berdasarkan satu ciri atau kriteria tertentu
d. Dapat menyusun benda-benda, tetapi belum dapat menarik inferensi dari dua benda yang
tidak bersentuhan meskipun terdapat dalam susunan yang sama.
2. Karakteristik Kognitif Periode Operasional Konkret Pada Anak Sekolah Dasar
Umumnya anak usia sd berada pada periode operasional konkret. Periode ini dicirikan
pemikiran yang refelsibel, mulai mengkonserpasi pemikiran tertentu, adaptasi gambaran
yang menyeluruh, melihat suatu objek dari berbagai suatu pandang, mampu melakukan
seriasi, dan berfikir kausalitas.
a. Operasi berfikir revesibel anak usia SD
Pada anak usia sd sudah mulai berkembang kemampuan berfikir logis, yakni
berfikir yang menggunakan operasi-operasi logis tertentu. Operasi yang mereka gunakan
bersifat refeslibel artinya dapat dipahami dalam dua arah. Cara berfikir ini sangat tampak
dalam logika matematika sepertipada penjumlahan, pengurangan, dan persamaan.

Misalnya, bila A+B=C maka A=C-B atau B=C-A. Anak usia sd (7-12 tahun) sudah
mampu memahami logika matematika seperti ini dan logika ini selalu menganut unsur
kekekalan (konservasi). Oleh sebab itu, menurut piaget ciri utama periode oprasional
konkret adalah transportasi revesibel dan sistem kekekalan.
Dengan berfikir revesibel, anak mampu berfikir logis yang dapat digunakan dalam
memecahkan masalah yang di hadapinya. Tetapi pemikiran logis itu masih terlihat apaapa yang kelihatannya nyata. Artinya, dalam mengoprasikan logika berfikirnya masih
perlu dibantu oleh benda benda nyata atau dibawa keprilaku nyata. Misalnya, jika guru sd
kelas I ingin mengajarkan penjumlahan 2+4=6, maka guru sebaiknya menunjukan suatu
benda (seperti potongan lidi) dua dan empat buah lalu digabungkan dan dihitung satu
persatu. Yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran penjumlahan seperti ini adalah
jangan sampai menjumlahkan dua hal yang berbeda. Misalnya, 2+4=6 tetpi guru
memperlihatkan dua potong sapu lidi dan empat pensil. Meski pembelajaran penjumlahan
ini menggunakan benda konkret, pembelajaran ini keliru sebab potongn lidi dan pensil
merupakan dua hal berbeda. Kedua benda tersebut tidak dapat di jumlahkan.
b. Sistem kekekalan (konservasi) pemikiran pada anak usia SD
Hasil penelitian piaget menunjukan bahwa ada 6 perkembangan kekekalan pada
anak periode operasional konkret. Pertama, kekekalan bilangan yang muncul pada usia 56 tahun. Kedua, kekekalan subtensi yang muncul pada usia sekitar 7-8 tahun. Ketiga,
kekekalan panjang yang berkembang sekitar usia 7-8 tahun. Keempat, kekekalan luas
yang umumnya berkembang bersamaan dengan berkembangnya kekekalan panjang.
Kelima, kekekalan berat yang umumnya berkembang pada usia 9-10 tahun. Keenam,
kekekalan volume yang umumnya berkembang pada usia 11/12 tahun.
3. Ciri-Ciri Perkembangan Kognitif Lainnya Pada Anak Usia Sekolah Dasar
Ciri perkembangan kognitif lainnya pada anak usia sd adalah kemampuan :
a. Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh
b. Memandang sesuatu dari berbagai macam segi

c. Seriasi
d. Klasifikasi
e. Kausalitas
4. Karakteristik Kognitif Periode Operasional Formal Pada Anak Usia Sekolah Dasar
a. Mampu menoprasikan kaidah logika matematika berupa tambah, kurang, kali, bagi, serta
kombinasi dari keempat logika matematika tersebut.
b. Memprediksi sesuatu berdasarkan fakta dan data yang ada.
c. Mengkritisi sesuatu meskipun dalam bentuk sederhana.
d. Berfikir analitik dan sintetik
D. Implikasi Praktis Dalam Melakukan Stimuasi Perkembangan Kognitif Pada Anak
Sekolah Dasar
Implikasi dari teori piaget adalah bahwa dalam proses pembelajaran pendidik harus
memperhatikan tahapan perkembangan kognitif peserta didik. Materi dirancang sesuai
dengan tahapan perkembangan kognitif itu dan harus merangsang kemampuan berfikir
mereka. Tahap kemampuan berfikir sensorik mengimplikasikan bahwa bagi proses belajar
harus mencapai kerangka dasar kemampuan bahasa, hubungan tentang objek, kontrol skema,
kerangka berfikir, pembentukan pengertian dan pengenalan hubungan sebab akibat.
Berikut ini merupakan beberapa implikasi praktis teori perkembangan kognitif untuk
pembelajaran :
a. Pembelajaran tidak harus berpusat pada guru atau tenaga kependidikan, tetapi berpusat
pada peserta didik.
b. Materi yang dipelajari harus menantang dan menarik minat belajar peserta didik.
c. Pendidik harus terlibat bersama-sama peserta didik dalam proses pembelajaran.
d. Sekuensi (urutan) bahan pembelajaran dan metode pembelajaran harus menjadi
perhatian utama. Anak akan sulit memahami bahan pembelajaran jika sekuensi bahan
pembelajaran itu loncat-loncat.
e. Pendidik harus memperhatikan tahapan perkembangan kognitif peserta didik dalam
melakukan stimulasi pembelajaran.
f. Pada SD kelas awal pembelajaran seyogyanya dibantu benda konkret.
C. Perkembangan Sosial Anak Usia Sekolah Dasar
Syamsul Yusuf (2007) menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses

belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ;
meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki
kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari
berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirsakan sejak usia enam bulan, disaat itu
mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai
mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang
mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa :
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan.
Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang
sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan
dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
Dari kutipan diatas dapat dimengerti bahwa semakin bertambah usia anak maka semakin
kompleks perkembangan sosialnya, dalam arti mereka semakin membutuhkan orang lain. Tidak
dipungkiri lagi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri,
mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati
yang dimiliki oleh manusia.
Karakteristik Perkembangan Sosial Anak
A. Karakteristik Dan Ciri Tingkah Laku Sosial anak SD/MI
Periode Usia Sekolah
Minat terhadap kelompok makin besar, mulai mengurangi keikutsertaannya pada aktivitas
keluarga. Pengaruh yang timbul pada keterampilan sosialisasi anak diantaranya berikut ini:

1) Membantu anak untuk belajar bersama dengan orang lain dan bertingkah laku yang dapat
diterima oleh kelompok.
2) Membantu anak mengembangkan nilai-nilai sosial lain diluar nilainya.
3) Membantu mengembangkan kepribadian yang mandiri dengan mendapatkan kepuasan
emosional dari rasa berkawan
Menurut Hurlock mengemukakan ada beberapa pola perilaku dalam situasi sosial pada awal
masa anak-anak yaitu sebagai berikut: kerja sama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan
penerimaan social, simpati, empati, ketergantungan, sikap ramah, meniru, perilaku
kedekatan.
Tahapan Penerimaan Sosial
Perkembangan sosial yang di alami anak adalah proses penerimaan social. Berkenan
dengan penerimaan sosial Elizabeth B. Hurlock (1978) mengemukakan beberapa tahapan (stage)
dalam penerimaan kelompok teman sebaya adalah sebagai berikut:
1) Reward Cost Stage
Pada stage ini ditandai adanya harapan yang sama, aktivitas yang sama dan kedekatan.
2) Normative Stage
Pada stage ini ditandai oleh dimilik nilai yang sama, sikap terhadap aturan, dan sanksi yang
diberikan biasanya terjadi pada anak kelas 4 dan 5.
3) An Emphatic Stage
4) Pada Stage ini di miliknya pengertian, pembagian minat, self disclosure adanya kedekatan
yang mulai mendalam di kelas 6.
Bentuk-bentuk Perilaku Sosial Anak
Melalui pergaulan atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang
dewasa lainnya maupun teman bermainnya, anak Usia SD/MI mulai mengembangkan bentukbentuk tingkah laku sosial, diantaranya:
1) Pembangkangan (Negativisme)

Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan
disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak.
Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak memandang pertanda mereka anak yang
nakal, keras kepala, tolol atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya orang tua mau memahami
sebagai proses perkembangan anak dari sikap dependent menuju kearah independent.
2) Agresi (Agression)
Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi
merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi
kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang seperti ;
mencubit, menggigit, menendang dan lain sebagainya. Sebaiknya orang tua berusaha
mereduksi, mengurangi agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan
anak. Jika orang tua menghukum anak yang agresif maka egretifitas anak akan semakin
memingkat.
3) Berselisih (Bertengkar)
Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak
lain.
4) Menggoda (Teasing)
Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental
terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang
menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
5) Persaingan (Rivaly)
Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. yaitu
persaingan prestice (merasa ingin menjadi lebih dari orang lain).
6) Kerja sama (Cooperation)
Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain.
7) Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)
Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap bossiness.
Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.
8) Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya
9) Simpati (Sympathy)

Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang
lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak
Faktor yang dapat mengganggu proses sosialisasi anak, menurut soetarno berpendapat
bahwa ada dua faktor utama yang mempengaruhi perkembangan sosial anak, yaitu faktor
lingkungan keluarga dan faktor dari luar rumah atau luar keluarga. Penjelasan dari dua faktor
tersebut adalah:
1) Faktor Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan sosial anak. Diantara faktor
yang terkait dengan keluarga dan yang banyak berpengaruh terhadap perkembangan social
anak adalah hal-hal yang berkaitan dengan:
a. Status social ekonomi keluarga.
b. Keutuhan keluarga.
c. Sikap dan kebiasaan orang tua.
2) Faktor Lingkungan Luar Keluarga
Pengalaman sosial awal diluar rumah melengkapi pengalaman didalam rumah dan
merupakan penentu yang penting bagi sikap sosial dan pola perilaku anakSedangkan menurut
Elizabeth B. Hurlock (1978) menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
sosial anak, yaitu faktor pengalaman awal yang diterima anak. Pengalaman social awal
sangat menentukan perilaku kepribadian selanjutnya.
Sekolah juga mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi perkembangan sikap
sosial anak, karena selama masa pertengahan dan akhir anak-anak, Anak-anak menghabiskan
waktu bertahun-tahun di sekolah sebagai anggota suatu masyarakat kecil yang harus
mengerjakan sejumlah tugas dan mengikuti sejumlah aturan yang menegaskan dan
membatasi perilaku, perasaan dan sikap mereka (Santrock dalam Sinolungan)
Di sekolah, guru membimbing perkembangan kemampuan sikap, dan hubungan sosial
yang wajar pada peserta didiknya. Hubungan sosial yang sehat dalam sekolah dan kelas

seyogyanya diprogram, dikreasikan, dan dipelihara bersama-sama dalam belajar, bermain dan
berkompetisi sehat. Sekolah mengupayakan layanan bimbingan kepada peserta didik.
Bimbingan selain untuk belajar adalah untuk penyesuaian diri ke dalam lingkungan atau juga
penyerasian terhadap lingkungannya. Kepada siswa diajarkan tentang disiplin dan aturan
melalui keteraturan atau conformity yang disiratkan dalam tiap pelajaran (Sinolungan, 2001).
Pengaruh Perkembangan Sosial Terhadap Tingkah Laku
Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain.
Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari
hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang
lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau merahasiakannya.
Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis
terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak
sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan
keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam pikirannya.
Disamping itu pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa:
a. Cita-cita dan idealism yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa
memikirkan akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin
menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
b. Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain daalm
penilaiannya.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat
orang lain, maka sikap ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah sangat kecil rasa
egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.

D. Perkembangan Bahasa Anak Usia Sekolah Dasar


Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan,
pendapat, perasaan dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama, kemudian
kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna dan mengikuti aturan atau
tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat, Bahasa dapat dibedakan
menjadi 3, yaitu bahasa lisan, bahasa tulis, dan bahasa isyarat.
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi untuk orang lain. Dalam pengertian
ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam
bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan
menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik muka. Bahasa merupakan
faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan.
Bahasa merupakan anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dengan-Nya manusia dapat
mengenal atau memahami dirinya, sesama manusia, alam ,dan penciptaannya serta mampu
memposisikan dirinya sebagai makhluk berbudaya dan mengembangkan budayanya. Bahasa
sangat erat kaitannya dengan perkembangan berfikir individu. Perkembangan pikiran individu
tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun
pendapat, dan meanrik kesimpulan.
Perkembangan pikiran itu bisa dimulai pada usia 1,6- 2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat
menyusun kalimat dua atau tiga kata. Laju perkembangan itu sebagai berikut:
1. Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif, seperti Bapak makan
2. Usia 2,0 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif (menyangkal), seperti Bapak tidak
makan.
Tugas-Tugas Perkembangan Bahasa

Dalam berbahasa, anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok
yang satu sama lainnya saling berkaitan. Apabila anak berhasil menuntaskan tugas yang satu,
maka berarti juga ia dapat menuntaskan tugas-tugas yang lainnya. Keempat tugas itu adalah
sebagai berikut:
1. Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Bayi memahami bahsa
orang lain bukan memahami kata-kata yang diucapkannya, tetapi dengan memahami
kegiatan / gerakan atau bahasa tubuhnya.
2. Pengembangan perbendaharaan kata, berkembang secara lambat pada usia 2 tahun pertama,
kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra- sekolah dan terus meningkat setelah
anak masuk sekolah.
3. Penyusunan kata-kata menjadi kalimat, pada umumnya berkembang pada usi 2 tahun. Bentuk
kalimat pertama adalah kalimat tunggal dengan disertai bahasa tubuh untuk melengkapi cara
berpikirnya. Contohnya anak menyebut bola sambil menunjuk bola itu dengan jarinya.
Kalimat tunggal itu berarti tolong ambilkan bola untuk saya. Seiring dengan
meningkatnya usia anak dan keluasan pergaulannya, tipe kalimat yang diucapkannya pun
semakin panjang dan kompleks.
4. Ucapan, merupakan hasil belajar melalui peniruan terhadap suara-suara yang didengar anak
dari orang lain( terutama orang tuanya). Pada usia bayi, antara 11-18 bulan, pada umumnya
mereka belum dapat berbicara atau mengungkapkan kata-kata secara jelas, sehingga sering
tidak dimengerti maksudnya. Kejelasan ucapan itu baru tercapai ketika usia 3 tahun.
Tipe Perkembangan Bahasa
Ada dua tipe perkembangan bahas anak yaitu sebagai berikut: 1. Egocentric speech Yaitu anak
berbicara kepada dirinya sendiri. 2. Socialized speech Yang terjadi ketika berlangsung kontak
antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini dibagi kedalam
lima bentuk:

1. Adapted information, disini terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang
2.
3.
4.
5.

dicari.
Critism, yang menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain.
Command (perintah), request (permintaan), threat (ancaman)
Questions ( pertanyaan)
Answers (jawaban) Berbicara monolog atau egocentric speech berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan berpikir anak yang apada umumnya dilakukan oleh anak
berusia 2-3 tahun. Sementara yang socialized speech mengembangkan kemampuan
penyesuaian sosial.

Perkembangan Bahasa Anak


Keterampilan dalam berbahasa memiliki 4 aspek atau ruang lingkup, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Keterampilan mendengarkan
Keterampilan berbicara
Keterampilan membaca
Keterampilan menulis
Di sekolah dasar, keterampilan mendengarkan meliputi kemampuan memahami bunyi

bahasa, perintah, dongeng, drama, petunjuk, denah, pengumuman, beruta, dan konsep materi
pelajaran. Keterampilan berbicara meliputi kemampuan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
informasi secara lisan mengenai perkenalan, tegur sapa,pengenalan benda, fungsi anggota tubuh,
kegiatan bertanya, percakapan, berita, deklamasi, memberi tanggapan, pendapat/saran, dan
diskusi. Keterampilan membaca meliputi ketrampilan memahami teks bacaan melalui membaca
intensif dan sekilas. Keterampilan menulis meliputi kemampuan menulis permulaan, dikte,
mendeskripsikan benda, mengarang, menulis surat, undangan, dan ringkasan paragraf.

Pola Perkembangan Bahasa Anak


Anak dikatakan siap atau matang berbicara dan belajar bahasa apabila aspek motorik bicara
(koordinasi otot bicara) dan aspek mental bicara (kemampuan berpikir) anak sudah mulai
berfungsi dengan baik. Pada saat anak mulai masuk sekolah merupakan masa yang paling baik
untuk belajar bahasa. Anak selalu bertanya mengenai segala yang dilihat dan ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. Anak mulai membangun kosakata yang biasanya merupakan kata benda,
kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata merangkai/pengganti dari apa saja yang dijumpai
anak dalam kehidupan sehari-hari khususnya mengenai warna, waktu, uang, dan kata popular
yang digunakan kelompok anak atau teman sebaya.
Selanjutnya perkembangan bahasa dengan pembentukan kalimat, dimulai dengan kalimat
sederhana menjadi kalimat lengkap.Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan berbicara atau
berbahasa anak semakin baik. Tahapan-tahapan Umum Perkembangan Kemampuan Berbahasa
Seorang Anak, Yaitu:
a.

Babling Pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia
akan mengeluarkan suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan
telah dapat dibedakan sesuai dengan keinginan atau perasaan si bayi.

b.

Lalling Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun belum jelas.
Bayi mulai dapat mendengar pada usia 2 s/d 6 bulan sehingga ia mulai dapat mengucapkan
kata dengan suku kata yang diulang-ulang, seperti: ba.ba, ma..ma.

c.

Echolalia Di tahap ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru suarasuara yang di dengar dari lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah
atau isyarat tangan ketika ingin meminta sesuatu.

d.

True Speech Bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan
atau biasa disebut batita. Namun, pengucapannya belum sempurna seperti orang dewasa.
Perkembangan bahasa anak usia dini terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode
Prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun).

Mulai periode linguistik inilah mulai hasrat anak mengucapkan kata kata yang pertama, yang
merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua. Periode linguistik terbagi dalam tiga fase
besar, yaitu:
1.

Fase satu kata atau Holofrase Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk
menyatakan pikiran yang kompleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya
tanpa pcrbedaan yang jelas. Pada umumnya kata pertama yang diurapkan oleh anak adalah
kata benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.

2.

Fase lebih dari satu kata Fase dua kata muncul pada anak berusia sekkar 18 bulan. Pada
fase ini anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Setelah dua
kata, muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Orang tua
mulai melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana.

3.

Fase ketiga adalah fase diferensiasi Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung
antara usia dua setengah sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar
dan berkembang pesat. Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah,
memberitahu dan bentuk-bentuk kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan gaya
dewasa.

Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Semenjak anak masih
bayi string kali menyadari bahwa dengan mempergunakan bahasa tubuh dapat terpenuhi
kebutuhannya. Namun hal tersebut kurang mengerti apa yang dimaksud oleh anak. Oleh karena
itu baik bayi maupun anak kecil stlalu berusaha agar orang lain mengcrti maksudnya. Hal ini
yang mendorong orang untuk belajar berbicara dan membuktikan bahwa berbicara merupakan
alat komunikasi yang paling efektif dibandingkan dengan bentuk-bcntuk komunikasi yang lain
yang dipakai anak sebelum pandai berbicara. Potensi Anak Berbicara didukung oleh Beberapa
Hal :
1. Kematangan alat berbicara. Kemampuan berbicara juga tergantung pada kematangan alatalat berbicara. Misalnya tenggorokan, langit-langit, lebar rongga mulut dan Iain-lain dapat
mempengaruhi kematangan berbicara. Alat-alat tersebut baru dapat berfungsi dengan baik
setelah sempirpa dan dapat membentuk atau memproduksi suatu kata dengan baik scbagai
permulaan berbicara.
2. Kesiapan berbicara. Kesiapan mental anak sangat berganrung pada pertumbuhan dan
kematangan otak. Kesiapan dimaksud biasanya dimulai sejak anak berusia antara 12-18
bulan, yang discbut teachable moment dari perkembangan bicara. Pada saat inilah anak
betul-betul sudah siap untuk belajar. bicara yang sesungguhriya. Apabila tidak ada gangguan
anak akan segera dapat berbicara sekalipun belum jelas maksudnya.
3. Adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak. Anak dapat membutuhkan suatu model
tertentu -agar dapat melafalkan kata dengan tepat untuk dapat dikombinasikan dengan kata
lain sehingga menjadi suatu kalimat yang berarti. Model tersebut dapat diperoleh dari orang
lain, misalnya orang tua atau saudara, dari radio yang sering didengarkan atau dari TV, atau
actor film yang bicaranya jelas dan berarti. Anak akan mengalami kesulitan apabila tidak

pernah memperoleh model scbagaimana disebutkan diatas. Dengan scndirinya potcnsi anak
tidak dapat berkembang sebagaimana mestinya.
4. Kesempatan berlatih. Apabila anak kurang mendapatkan latihan keterampilan berbicara
akan timbul frustasi dan bahkan sering kali marah yang tidak dimengerti penyebabnya oleh
orang tua atau lingkungannya: Pada gilirannya anak kurang memperoleh motivasi untuk
belajar berbicara yang pada umumnya disebut anak ini lamban bicaranya.
5. Motivasi untuk belajar dan berlalih. Memberikan motivasi dan melatih anak untuk berbicara
sangat penting bagi annk karena untuk memenuhi kebutuhannya untuk memanfaatkan
potensi anak. Orang tua hendaknya selalu berusaha agar motivasi anak untuk berbicara
jangan terganggu atau tidak mendapatkan pengarahan.
6. Bimbingan. Bimbingan bagi anak sangat. penting untuk mengembangkan potensinya. Oleh
karena itu hendaknya orang tua suka memberikan contoh atau model bagi anak, berbicara
dengan pelan yang mudah diikuti oleh anak dan orang tua siap memberikan kritik atau
mcmbetulkan apabila dalam berbicara anak berbuat suatu kesalahan. Bimbingan tersebut
sebaiknya selalu dilakukan secara terus menerus dan konsisten sehingga anak tidak
mengalami kesulitan apabila berbicara dengan orang lain.
Langkah-langkah untuk membantu perkembangan bahasa anak :
1. Membaca. Buatlah kegiatan membaca menjadi menyenangkan dan menarik bagi anak dan
lakukanlah setiap hari.
2. Berbicaralah mengenai kegiatan sederhana yang orang tua dan anak lakukan dengan
menggunakan bahasa yang sederhana.
3. Perkenalkan kata-kata baru pada anak setiap hari, dapat berupa nama-nama tanaman, nama
hewan ataupun nama makanan yang disiapkan baginya.
4. Cobalah untuk tidak menyelesaikan kalimat anak. Berikan kesempatan baginya untuk
menemukan sendiri kata yang tepat yang ingin dia sampaikan.
5. Berbicaralah pada anak setiap hari, dan pandanglah mereka ketika berbicara atau
mendengarkan mereka. Biarkan mereka tahu bahwa mereka sangat penting.

Berikut beberapa cara untuk menstimulasi agar perkembangan bicara batita semakin lancar dan
ia gemar bicara:
a. Ceritakan kesibukan Anda. Omongkan dengan lantang apa saja yang sedang Anda kerjakan
dan lemparkan pertanyaan-pertanyaan untuk batita. Teruslah bicara, walaupun Anda nampak
konyol karena batita tak bisa menjawab, usul Pam Quinn, terapis wicara di RS Rehabilitasi
Schwab, Chicago.
b. Jadi role model. Bila batita Anda mengatakan cucu untuk susu, gunakan pengucapan
yang benar ketika Anda merespon, Ini susumu. Kembangkan penguasaan bahasanya
dengan menambahkan kata-kata baru, misalnya Susumu warnanya putih, enak sekali.
Strategi ini tak hanya akan menambah jumlah kosa katanya tapi juga mengajarkan cara
kombinasi kata. Namun hindari mengoreksi ucapannya. Menunjukkan kesalahan anak bisa
membuatnya tak nyaman. Bahkan anak seusia itupun dapat mulai merasa bahwa apapun yang
dilakukannya selalu salah di mata ibu, kata Pam lagi.
c. Berlagak bodoh. Beri batita kesempatan untuk meminta dan mengungkapkan
kebutuhannya sebelum Anda memberikan padanya. Contohnya, saat bermain, ia
menggulirkan bola dan Anda tahu ia ingin anda mengembalikan bola itu padanya, pura-pura
saja Anda tidak mengerti, berikan ekspresi wajah bingung dan bertanya, Ibu harus apa?
Jeda seperti ini akan menyemangatinya untuk berkomunikasi.
d. Tetap nyata. Hindari untuk mengucapkan kata berlebihan atau berbicara dalam bahasa silang
atau bahasa pergaulan yang tak dimengerti balita usia 1-2 tahun. Orangtua wajib berbicara
dalam kalimat-kalimat reguler dan dalam bahasa yang benar, yang akan membantu anak
mengerti cara memadukan kata menjadi kalimat yang bermakna.
Keterlambatan dan bahaya (gangguan) di dalam perkembangan bicara pada anak. Apabila
anak tidak diberikan rangsangan (stimulasi) didorong untuk berceloteh, hal ini akan menghambat

penggunaan didalam berbahasa/kosa kata yang baik dan benar. Kekurangan dorongan tersebut
merupakan penyebab serius keterlambatan berbicara anak terlihat dari fakta bahwa apabila orang
tua tidak hanya berbicara kepada anak mereka tetapi juga menggunakan kosa kata yang lebih
luas dan bervariasi.

Gangguan/bahaya didalam perkembangan bicara pada anak yaitu :


1.
2.
3.
4.

Kelemahan didalam berbicara (berbahasa) kosa kata.


Lamban mengembangkan suatu bahasa/didalam berbicara.
Sering kali berbicara yang tidak teratur.
Tidak konsentrasi didalam menerima suatu kata (bahasa) dari orang tua/guru.

Kesalahan yang umum didalam pengucapan/bahasa (berbicara) pada anak yaitu :


1. Menghilangkan satu suku kata/lebih biasanya terletak ditengah-tengah kata contohnya :
buttfly padahal butterfly.
2. Mengganti huruf/suku kata seperti tolly padahal Dolly, handakerchief padahal
handkerchief.
3. Menghilangkan huruf mati yang sulit untuk diucapkan oleh anak contohnya : w,s,d, dan g.
4. Huruf-huruf hidup khususnya O yang paling sulit dikatakan anak (diucapkan).
5. Singkatan gabungan huruf mati yang sulit diucapkan oleh anak contohnya : st, sk, dr, fl,
str.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Meskipun pada umumnya pola perkembangan keterampilan berbahasa anak sama, namun
tetapada perbedaan individual.berikut ini adalah beberapa faktor penyebab perbedaan tersebut:
1. Kesehatan Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara dibandingkan dengan anak yang
kurang sehat, sebab perkembangan aspek aspek motorik dan aspek mental berbicaranya lebih
baik sehingga lebih siap untuk belajar berbicara.
2. Kecerdasan Anak yang memiliki kecerdasan tinggi, akan belajar berbicara lebih baik dan
memiliki penguasaan bahasa erat kaitannya dengan kemampuan berpikir.

3. Jenis kelamin Anak perempuan lebih dalam belajar bahasa daripada anak laki-laki, baik
dalam pengucapan, kosa kata maupun keseringan berbahasa.
4. Keluarga Semakin banyak jumlah anggota keluarga akan semakin sering anak mendengar
dan berbicara. Demikian pula anak pertama lebih baik perkembangan berbicaranya karena
orang tua lebih banyak memiliki waktu untuk berbicara dan berbahasa.
5. Keinginan dan Dorongan Komunikasi Semakin kuat keinginan dan dorongan untuk
berkomunikasi dengan orang lain terutama teman sebaya, akan semakin kuat pula usaha anak
untuk berbicara dan berbahasa.
6. Kepribadian Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dan memiliki kepribadian yang
baik cenderung memiliki kemampuan bicara dan berbahasa lebih baik daripada anak yang
mengalami masalah dalam penyesuaian.
Kalau saja guru tahu latar belakang masalah perilaku muridnya, maka ia akan merasa iba
dan kasihan
Saya pribadi tidak setju dengan judul diatas karena cap atau label nakal mudah sekali
diberikan guru jika ia merasa tidak sanggup mengendalikan perilaku siswanya. Siswa yang nakal
kebanyakan akan menanggung cap tersebut selama tahun-tahun ia berada di sekolah yang sama.
Jika seorang anak mendapat cap nakal di tahun pertama ia bersekolah maka lazimnya cap itu
akan melekat terus.
Uniknya ukuran nakal tiap guru berbeda-beda. Bagi seorang guru yang mengajar di sekolah
yang berbasiskan agama maka semua anak jalanan atau yang hidupnya di jalan akan dikatakan
sebagai anak nakal. Tidak heran karena di sekolah tsb segala perkataan anak dijaga dan
diperhatikan. Anak tidak boleh berkata kasar dan sebagainya. Sedangkan untuk anak yang hidup
di jalan, bahasa sehari-hari mereka memang kata-kata yang menurut kita kasar dan tidak pada
tempatnya.

Dengan demikian mari sebagai pendidik mulai untuk mengurangi memberi cap negatif.
Karena cap negatif sangat relatif dan punya standar dan ukuran berbeda.Hal yang bisa guru
lakukan adalah mendekonstruksi kembali cap anak nakal.
Menurut saya tidak ada yang namanya anak nakal, yang ada adalah:
a. Anak yang kurang kasih sayang orang tua. Ia berulah negatif di kelas karena ia perlu
perhatian. Bagi anak seperti ini, teriakan marah guru seperti belaian dikupingnya karena
dirumah ia bahkan jarang ada yang memperhatikan
b. Anak yang terkena bully dari saudara atau teman sepermainannya. Tipe anak seperti ini akan
melakukan hal yang sama pada anak lainnya karena ia adalah korban dan berusaha untuk
membalas dendam
c. Anak yang kedua orang tuanya mengalami masalah perkawinan. Baginya kehidupan sudah
tidak nyaman lagi. Kedua orang tua yang seharusnya melindungi sedang berkonflik hal ini
yang menjadikannya tidak fokus saat di kelas dan menjadikannya biang onar di kelas.
Daftar diatas bisa bertambah lagi dengan sederet hal lain yang bisa dipandang sebagai penyebab
dari kenakalan seorang anak.
Jika di kelas anda ada anak yang berkategori nakal ini saran saya:
a. Stop ucapkan atau hentikan cap nakal pada anak tersebut. Katakan saya pikir yang orang
lain katakan tentang kamu itu tidak benar, menurut saya kamu lebih baik dari yang orang
bilang dengan demikian anak tersebut merasa ada orang yang masih percaya padanya.
b. Cari terus info lengkap mengenai tara belakang keluarga atau info apapun demi membuat
anda jadi lebih pengertian dan sabar dalam menghadapi perilakunya
c. Tetap bersabar dan berdoa untuk anak tersebut. Ucapkan nama anak tersebut dalam doa
ketika anda selesai beribadah, maka saat menghadapi ulahnya saya yakin guru akan
dikaruniai kesabaran.

d. Beri ia kepercayaan. Mulai dari yang kecil, biarkan ia membawakan barang-barang anda ke
ruang guru sampai jadikan ia pemimpin dalam suatu kesempatan di kelas.
e. Tangkap basah saat ia berbuat baik, puji ia saat itu juga, atau dengan tulisan dengan secarik
kertas.
f. Saat menegur katakan minggu ini kamu sudah banyak kemajuan, kenapa sekarang kok
berulah yang negatif lagi?
g. Katakan saya bangga kamu bisa berubah bukan saya senang kamu bisa berubah. Jika
anda katakan senang maka ia akan berubah demi menyenangkan anda sebagai gurunya.
Sementara perasaan bangga dari guru murni terjadi karena guru bangga akan sikap yang
muridnya perbuat.
h. Katakan saya percaya kamu pasti bisa memilih hal yang paling baik untuk diri mu sendiri
dan bisa berubah.
Menghentikan sikap anak yang negatif hanya bisa dimulai dengan strategi dengan
menggunakan pendekatan hati. Jika setahun bersama anda ia belum juga berubah percayalah di
tahun berikutnya ia akan berubah, jika belum berubah juga percayalah bahwa ia akan ingat ada
satu guru yaitu anda yang selalu percaya padanya.

E. Perkembangan Intelek Anak Usia Sekolah Dasar


a. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget anak usia antara 5-7 tahun memasuki tahap operasi konkret (concrete
operations) yaitu pada waktu anak dapat berikir secara logik mengenai segala sesuatu. Pada
umumnya mereka pada tahap ini sampai kira-kira II tahun.
b. Berpikir Operasional
Melakukan berbagai bentuk operasional yaitu kemampuan aktivitas mental sebagai
kebalikan dari aktivitas jasmani. Pada tahap operasionak konkret anak-anak sudah mulai

bekerja denga angka-angka, mengetahui konsep-konsep waktu dan ruang dan dapat
membedakan kenyataan dengan hal-hal yang bersifat fantasi.
Anak-anak usia sekolah lebih dapat berpikir secara logik dari pada waktu mereka masih
muda. Menurut Piaget seorang anak pada periode perkembangan initelah mampu
menggunakan simbol untuk melakukan sesuatu.
Pada periode berpikir ini pula anak-anak mulai mampu melakukan Perpisahan mereka
memperhitungkan berbagai aspek yang ada sebelum mengambil suatu kesimpulan dan tidak
lagi hanya terpukau kepada satu aspek saja seperti pada pemikiran praoperasional. Mereka
meningkatkan pengertian bahwa adanya sudut pandangan orang lain memungkinkan mereka
untuk berkomunikasi secara efektif dan memungkinkan mereka untuk bersikap lebih luwes
dalam sikap moral mereka.

c. Konservasi
Konservasi adalah salah satu kemampuan yang penting yang dapat mengembangkan
berbagai opemasi pada tahap konkret. Dengan kata lain konservasi adalah kemampuan
untuk mengenal atau mengetahui bahwa dua bilangan yang sama akan tetap sama dalam
substansi berat atau volume selama tidak ditambah atau dikurangi.
Anak pada usia sekolah dasar sudah mampu melakukan konservasi karena sudah
memahami konsep bolak-balik (reversibility) konsep bahwa ia dapat mengembalikan benda
kebentuknya yang semula tanpa (ditambah atau dikurangi).
Menurut Piaget, kemampuan konservasi di mungkinkan untuk berkembang jika sistem
syaraf sudah cukup matang dan mendukung kemampuan. Selain itu anak dapat melakukan
konservasi adalah anak yang nilai rapornya lebih tinggi, IQ nya tinggi kemampuan
verbalnya baik, dan ibu yang aktif jadi, disini tampaklah suatu peningkatan kualitatif cara
berpikir anak.
d. Seriasi (Runtunan)

Seriasi juga adalah satu ciri perkembangan kognitif anak usia sekolah, yaitu memahami
suatu seri posisi, seriasi ini juga berlaku untuk berbagai dimensi, yaitu dimensi tinggi,
panjang atau ukuran, Artinya anak usia SD mampu menyusun benda mulai dari yang paling
tinggi sampai yang paling rendah.
e. Klasifikasi dari Obyek-obyek
Yaitu kemampuan untuk memilih sub kelompok.
f. Konsep Angka

F. Perkembangan Moral / Keagamaan


Pada awal masa kanak-kanak, biasanya anak-anak akan mengidentifikasi dengan ibunya dan
ayahnya atau orang lain yang dekat dengannya. Sedangkan masa-masa selanjutnya
perkembangan pergaulan dan pandangan anak-anak mulai mengedintifikasi dirinya dengan
tokoh-tokoh, pahlwan-pahlawan, pimpinan masyarakat. Sejalan tambahan usia anak, biasanya
anak mulai membrontak pada disiplin yang diterapkan dirumah atau disekolah. Berikut ini
beberapa proses pembentukkan prilaku moral dan sikap anak.

MULTIPEL INTELEGENT (KECERDASAN MAJEMUK)


A. Konsep Kecerdasan
Multiple Intelligence adalah teori kecerdasan majemuk yang dipaparkan Prof. Howard
Gardner. Multiple intelligence atau kecerdasan majemuk pada dasarnya adalah sebuah konsep
yang menunjukkan kepada kita bahwa potensi anak-anak kita, khususnya jika dikaitkan dengan
kecerdasan,ternyata banyak sekali. Memahami multiple intelligence bukanlah untuk membuat
anak-anak kita menjadi hebat. Namun,konsep tersebut, paling tidak dapat membantu kita untuk
memahami bahwa anak-anak kita itu menyimpan potensi yang luar biasa.
Pengertian dari kecerdasan menurut Howard Gardner adalah suatu kemampuan untuk
memecahkan masalah dan menciptakan produk yang mempunyai nilai budaya atau suatu
kumpulan kemampuan atau ketrampilan yang dapat ditumbuhkembangkan. Sedangkan multiple
intelegence (kecerdasan majemuk) adalah kecerdasan yang dimiliki oleh tiap individu lebih dari
satu macam. Menurut Howard Gardner setiap individu delapan jenis kecerdasan di dalam
dirinya,yang disebut kecerdasan majemuk (multiple intelligence).
Prestasi seseorang ditentukan juga oleh tingkat kecerdasannya (Inteligensi). Walaupun
mereka memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan orang tuanya memberi kesempatan

seluas-luasnya untuk meningkatkan prestasinya, tetapi kecerdasan mereka yang terbatas tidak
memungkinkannya untuk mencapai keunggulan. Tingkat Kecerdasan (Intelegensi) bawaan
ditentukan baik oleh bakat bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya) maupun
oleh faktor lingkungan (termasuk semua pengalaman dan pendidikan yang pernah diperoleh
seseorang; terutama tahun-tahun pertama dari kehidupan mempunyai dampak kuat terhadap
kecerdasan seseorang). Secara umum intelegensi dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Kemampuan untuk berpikir abstrak


2. Untuk menangkap hubungan-hubungan dan untuk belajar
3. Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru
Konsep Multiple Intelligence (Kecerdasan Majemuk)
Konsep multiple intelligence diperkenalkan oleh Prof. Howard Gardner, yaitu seorang
psikolog dan profesor utama di Cognition and Education, Harvard Graduate School of Education
dan juga profesor di bidang Neurologi, Boston University School of Medicine. Konsep ini
memiliki esensi bahwa setiap orang adalah unik, setiap orang perlu menyadari dan
mengembangkan ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya. Setiap siswa berbeda
karena mempunyai kombinasi kecerdasan yang berlainan.
Konsep multiple intelligence menurut Gardner (1983) dalam bukunya Frame or Mind : The
Theory of Multiple Intelligences ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu.
Delapan jenis kecerdasan ini,setiap individu mengakses informasi yang akan masuk ke dalam
dirinya. Dalam bukunya,Thomas Amstrong (2002) juga menyebutkan kecerdasan tersebut
merupakan modalitas untuk melejitkan kemampuan tiap siswa dan menjadikan mereka sebagai
sang juara,karena pada dasarnya setiap anak cerdas.

Kecerdasan majemuk menurut Howard Gardner ada delapan macam,yaitu :


1. Kecerdasan Linguistik (Word Smart)
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif,baik
secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti
kata,suara,ritme,dan intonasi dari kata yang diucapkan. Termasuk kemampuan untuk
mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi.
2. Kecerdasan Logika Matematika (Logic Smart)
Kecerdasan logika matematika adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah.
Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk
akal). Ia suka angka,urutan,logika,dan keteraturan. Ia mengerti pola hubungan,ia mampu
melakukan proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir deduktif artinya cara
berpikir dari hal-hal yang besar kepada hal-hal yang kecil. Proses berpikir induktif artinya
cara berpikir dari hal-hal yang kecil kepada hal-hal yang besar.
3. Kecerdasan Kinestetik/Fisik (Body Smart)
Kecerdasan kinestetik/fisik adalah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara
trampil untuk mengungkapkan ide,pemikiran,dan perasaan. Kecerdasan ini juga meliputi
kemampuan

fisik

dalam

bidang

koordinasi,keseimbangan,daya

tahan,kekuatan,

kelenturan,dan kecepatan.
4. Kecerdasan Visual Spasial (Picture Smart)
Kecerdasan visual spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan
spasial secara akurat (cermat). Visual artinya gambar. Spasial yaitu hal-hal yang berkenaan
dengan

ruang

atau

tempat.

Kecerdasan

ini

melibatkan

kesadaran

akan

warna,garis,bentuk,ruang,ukuran dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut.


Kecerdasan ini juga melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut
pandang.

5. Kecerdasan Intrapersonal (Self Smart)


Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan
pengetahuan tentang diri sendiri. Dapat memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
Mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Orang yang memiliki
kecerdasan ini sangat menghargai nilai (aturan aturan),etika (sopan santun),dan moral.
6. Kecerdasan Interpersonal ( People Smart)
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengamati dan mengerti
maksud,motivasi,dan perasaan orang lain. Peka pada ekspresi wajah,suara,dan gerakan tubuh
orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi.
Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain,mengerti dunia orang
lain,mengerti pandangan,sikap orang lain,dan umumnya dapat memimpin kelompok.
7. Kecerdasan Musikal (Music Smart)
Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan,
mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi
kepekaan terhadap ritme, melodi, dan timbredari musik yang didengar. Musik mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kemampuan matematika dan ilmu sains
dalam diri seseorang. Telah diteliti ditemukan bahwa anak dari orang belanda, jepang, dan
hongaria mempunyai prestasi tertinggi di dunia. Saat diteliti lebih mendalam ternyata ketiga
Negara ini memasukkan unsure ini ke dalam kurikulum mereka. Selain itu musik juga dapat
menciptakan suasana yang rileks namun waspada, dapat membangkitkan semangat,
merangsang kreativitas, kepekaan dan kemampuan berfikir. Belajar dangan menggunakan
musik yang tepat akan sangat membantu kita dalam meningkatkan daya ingat.
8. Kecerdasan Naturalis (Nature Smart)
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan,
dan membuat kategori terhadap apa yang dijumpai di alam maupun lingkungan. Intinya

adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman,hewan, dan bagian lain dari alam
semesta.
9. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan untuk menempatkan diri dalam jagat raya yang
luas,jauh

tak

terhingga

dan

menghubungkannya

dengan

kehidupan

selanjutnya

(kematian).Kecerdasan ini melibatkan kemampuan manusia dalam menjawab berbagai


macam persoalan terdalam tentang eksistensi atau keberadaan manusia. Para ahli filsafat
(Filosof) merupakan salah satu bukti kecerdasan ini, diantaranya adalah Plato, Sokrates,
Immanuel Kant, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd. Mereka berpikir dan memikirkan tentang eksistensi
manusia dan alam.
10. Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang menyangkut kemampuan manusia mengenal
Tuhannya, meyakini keberadaan dan keEsaan Tuhan, serta melakukan segala apa yang
diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarangNya. Dalam menjalani kehidupan ia tidak
akan putus harapan, karena ada Tuhan tempat bergantung segala sesuatu, dalam keadaan
bahagia, ada Tuhan tempat dia melantunkan puja dan puji syukur. Kecerdasan ini akan
membentuk jiwa dan pribadi yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga,
masayarakat dan negaranya.

Strategi Pengajaran Multiple Intelligence (Kecerdasan Majemuk)


Strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan anak mengembangkan kecerdasan
majemuknya dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya.
Strategi pengajaran yang dapat dilakukan antara lain:
A. Kecerdasan Linguistik (Word Smart)
a. Mengajak anak berdialog dan berdiskusi
b. Membacakan cerita
c. Bermain peran

d. Memperdengarkan lagu atau dongeng anak-anak


e. Mengisi buku harian dan menulis surat pada teman
B. Kecerdasan Logika Matematika (Logic Smart)
a. Bermain puzzel atau ular tangga
b. Bermain dengan bentuk-bentuk geometri
c. Pengenalan bilangan melalui nyanyian,tepuk,dan sajak berirama
d. Eksperimen sederhana,misalnya mencampur warna
e. Mengenalkan cara menggunakan kalkulator dan computer
C. Kecerdasan Kinestetik/Fisik (Body Smart)
a. Mengajak anak menari bersama
b. Bermain peran
c. Bermain drama
d. Berolahraga
e. Meniru gerakan orang lain

D. Kecerdasan Visual Spasial (Picture Smart)


a. Mengajak anak melukis,menggambar,atau mewarnai
b. Memberikan kesempatan anak untuk mencoret-coret
c. Membuat prakarya
d. Menggambarkan benda-benda yang disebut dalam sebuah lagu atau sajak
e. Bermain balok,lego,atau puzzle
E. Kecerdasan Intrapersonal (Self Smart)
a. Bercakap-cakap tentang cita-cita
b. Mengisi buku harian atau jurnal sederhana
c. Bermain menghadap cermin dan menggambarkan atau menceritakan apa yang dilihatnya
d. Mengajak anak berimajinasi menjadi tokoh sebuah cerita dalam buku
e. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
F. Kecerdasan Interpersonal (People Smart)
a. Membuat peraturan bersama dalam keluarga melalui diskusi
b. Memberi kesempatan tanggung jawab di rumah
c. Melatih anak-anak menghargai perbedaan pendapat
d. Menumbuhkan sikap ramah dan peduli sesame
e. Melatih anak mengucapkan terima kasih,minta tolong,atau minta maaf
f. Melatih kesabaran menunggu giliran

G. Kecerdasan Musikal (Music Smart)

a. Mengajak anak bermain alat musik,baik alat musik sungguhan maupun alat musik buatan
sendiri
b. Meminta anak untuk menciptakan sendiri irama
c. Diskografi,yaitu mencari lagu atau lirik potongan lagu yang berhubungan dengan topik
tertentu
d. Meminta anak-anak untuk mengarang sebuah lagu sederhana baik mengganti syairnya
saja maupun dengan melodinya
e. Menirukan berbagai nada,memperdengarkan musik instrumentalia,dan mengajak anak
bernyanyi sendiri atau bersama-sama
H. Kecerdasan Naturalis (Nature Smart)
a. Karya wisata alam
b. Menceritakan apa yang dilihat ketika memandang keluar jendela
c. Memelihara hewan atau membawa hewan ke kelas dan anak-anak diminta untuk
mengamatinya
d. Menanam pohon di halaman rumah dan mencatat perkembangannya
e. Membuat herbarium sederhana atau membuat kebun/taman sebagai proyek bersama
I. Kecerdasan Eksistensial
a. Mengintegrasikan kandungan agama dalam muatan materi
b. Mendampingi anak dalam menekuni berbagai profesi moral yang positif
c. Menceritakan tokoh-tokoh penemu islam dilanjutkan dengan diskusi ringan

J. Kecerdasan Spiritual
a. Diskusi tentang semua ciptaan Tuhan
b. Mengenalkan tata cara sholat yang benar
c. Menghafal surat-surat pendek
B. Konsep Kecerdasan Jamak
Dari segi terminologi jamak berarti banyak atau lebih dari satu. Berarti kecerdasan jamak
itu kecerdasan yang lebih dari satu. Dalam bahasa aslinya kecerdasan jamak dikenal dengan
istilah Multiple Intellegence (MI). Ada juga yang menerjemahkannya sebagai kecerdasan
majemuk. Teori tentang Multiple Intellegence ini berasal dari Howard Gardner. beliau
menuliskan teorinya ini dalam buku yang ramai dibicarakan oleh kalangan umum saat itu (1983)

berjudul Frames of Mind. Gardner pada awalnya menyebutkan ada tujuh kecerdasan dalam
bukunya itu. Selanjutnya Gardner menambahkannya menjadi 8 kecerdasan.
Sebelum berangkat lebih jauh kita kembali ke definisi intelegensi (kecerdasan). Menurut
Woolfolk (2009) kemampuan atau berbagai kemampuan untuk mendapatkan dan menggunakan
pengetahuan untuk menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan dunia sekitar. Para penulis
dan ahli lainnya juga banyak berpendapat hampir sama, menurut Santrock (2008) intelegensi
(kecerdasan) adalah keterampilan menyelesaikan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi
dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Cara mengukur intelegensi ini menggunakan
sebuah test yang dikenal dengan tes IQ, yang dipelepori oleh Alfred Binet.
Rupanya beberapa pihak dan para ahli ini pun ada yang tidak sreg dengan skor tunggal dari
tes IQ ini. Tes ini dianggap hanya menggambarkan kemapuan intelektual atau kognitif saja dan
mengabaikan kemampuan lain dalam diri manusia. Yaitu Gardner tahun 1983 tentang teori
kecerdasan jamak berusaha mengungkapkan kemampuan mental lain dalam diri manusia dari
pengalamannya dalam penelitian orang-orang yang mengalami kerusakan otak (Gardner, 2003).
Carrol, 1997 seperti yang dinyatakan oleh Woolfolk (2009) mengenalkan tiga tingkat
intelegensi , yaitu kemampuan umum, beberapa kemampuan luas (termasuk intelegensi cair dan
intelegensi terkristal) dan beberapa kemampuan spesifik (ada sekitar 70). Lalu Stenberg seperti
yang dikutip oleh Santrock 2008 dan Jamaris 2010 mengatakan dalam Triartic Theory of
Intellegence bahwa ada 3 jenis intelegensi yaitu intelegensi analitis, kreatif, intelegensi kreatif
dan intelegensi praktis. Tahun 1990 Mayor dan Salovey memulai konsep mengenai Emotional
Intellegence. Dan kemudian dipopulerkan oleh Daniel Goleman tahun 1995 dengan bukunya
Emotional Intellegence. Kemudian Zohar dan Marshall tahun 1997 mengungkapkan istilah
spiritual intelligence (SQ).

Jadi akhir-akhir ini orang mulai mempertanyakan mengenai konsep IQ, terutama
hubungannya dengan prestasi di sekolah dan kesuksesan dalam dunia kerja nantinya. Orang
dengan IQ tinggi belum tentu berprestasi di sekolah karena banyak juga anak-anak berkategori
gifted dengan IQ di atas 130 masuk dalam kategori gifted underachiever yaitu tidak berprestasi.
Demikian pula bahwa anak yang dulu berprestasi akademik bagus di sekolah belum tentu sukes
dalam bisnis dan pekerjaannya. Bagitu pula orang tua yang merasa kurang puas dengan hasil
skor tes IQ anaknya di sekolah namun merasa anaknya mempunya potensi terutama di bidangbidang tertentu, mulai tertarik dengan konsep kecerdasan jamak ini.
Multiple Intellegence
Teori Kecerdasan Jamak dari Gardner mendapat banyak kritik dari para ahli namun
mendapat sambutan yang cukup luas di kalangan masyarakat dan juga kalangan pendidikan di
sekolah. Gardner sendiri mendefinisikan intelegensi tidak banyak berbeda dengan para ahli yaitu
kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau menciptakan produk yang berharga dalan satu
atau beberapa lingkungan budaya dan masyarakat [6]. Namun Gardner menganggap bahwa
kemampuan itu menjadi banyak kemampuan yang terpisah dari kecerdasan musik sampai
kecerdasan interpersonal, bukan dinyatakan dengan satu kecerdasan umum saja. Gardner
membayangkan kecerdasan itu sebagai potensi biopsikologi dan semua individu mempunyai
potensi untuk menggunakan sekumpulan bakat kecerdasan yang dimiliki tiap individu. Ada
orang yang cerdas di satu bidang tertentu tetapi nyaris tidak memahami bidang lain misalnya
idiot savant. Jadi tiap bidang kecerdasan juga mempunyai tempat tersendiri di otak manusia.
Penelitiannya mengenai kerusakan otak menunjukkan bahwa kerusakan otak yang menurukan
funsgsi di bidang tertentu kadang tidak memperngaruhi kecerdasan di bidang lainnya.

Sampai sekarang ini Gardner mengutarakan 7 jenis kecerdasan plus 1 yang juga banyak
dikutip banyak sumber yaitu kecerdasan linguistik, logika-matematika, ruang (spasial), musik,
gerakan badan (bodily-kinesthetic), kecerdasan antar pribadi (interpersonal) dan intra pribadi.
Dan kecerdasan yang terakhir dimasukkan Gardner adalah kecerdasan naturalis. Dari definisi
teorinya yang berhubungan dengan kata jamak, sebenernya Gardner tidak membatasi jumlah
itu (jadi menurut penulis bisa saja kemudian orang atau Gardner sendiri memutuskan bukan 7, 8
tapi lebih banyak lagi) dan Gardner terbuka jika urutannya pun dibolak-balik. (Gardner, 2003).
Jadi urutan pertama tidak menunjukkan kecerdasan mana yang lebih dahulu atau kecerdasan
yang lebih penting.

C. Kecerdasan Emosional
Emosi berasal dari perkataan emotus atau emovere, yang artinya mencerca to strip up,
yaitu sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia,emosi dapat diartikan sebagai: 1) luapan perasaan yang berkembang dan surut diwaktu
singkat; 2) keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis, seperti kegembiraan, kesedihan,
keharuan, kecintaan, keberanian yang bersifat subyektif.
Crow & Crow (Efendi dan Praja, 1985:81) mengatakan, bahwa emosi merupakan suatu
keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi atau berperan sebagai inner

adjustment, atau penyesuaian dari dalam terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan
keselamatan individu tersebut.
W.

James

dan

Carl

Lange

(Efendi

dan

Praja,

1985:82)

mengatakan,

bahwa emosiditimbulkan karena adanya perubahan-perubahan pada sistem vasomater otakotak atau perubahan jasmaniah individu. Misalnya, individu merasa senang, karena ia tertawa
bukan tertawa karena senang, dan sedih karena menangis. Menurut Harvey Carr,
bahwa emosi adalah penyesuaian organis yang timbul secara otomatis pada manusia dalam
menghadapi situasi-situasi tertentu. Misalnya, emosi marah timbul jika organisme dihadapkan
pada rintangan yang menghambat kebebasannya untuk bergerak, sehingga semua tenaga dan
daya dikerahkan untuk mengatasi rintangan itu dengan diiringi oleh gejala-gejala seperti denyut
jantung yang meninggi, pernafasan semakin cepat, dan sebagainya.
Sedangkan menurut W.B. Cannon, bahwa emosi adalah reaksi yang diberikan oleh
organisme dalam situasi emergency darurat. Teori emergency, didasarkan pada pendapat
bahwa ada antagonisme (fungsi yang bertentangan) antara saraf-saraf simpatis dengan cabangcabang oranial dan sacral daripada susunan syaraf otonom. Jadi, apabila saraf-saraf simpatis
aktif, maka saraf otonom non aktif, dan demikian sebaliknya.
Dari ungkapan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa emosi adalah merupakan
warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Yang dimaksud warna
afektif, adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi situasi tertentu,
misalnya gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci (tidak senang), iri, cemburu, dan
sebagainya.
Apabila ditinjau dari psikologi analisa, maka emosi dapat dijelaskan secara berbeda-beda,
karena ada dua hal yang mendasari pengertian emosi menurut psikologi analisa, yaitu:

a. Naluri kelamin sexual instinct, yang oleh Freud disebut juga libido, yaitu merupakan
motif utama dan fundamental yang menjadi tenaga pendorong pada bayi-bayi baru lahir.
b. Naluri terdapat pada ego, ini adalah lawan dari libido, yang menganut prinsip kenyataan,
karena mengawasi dan menguasai libido dalam batas-batas yang dapat diterima oleh
lingkungan. Di lain pihak ego juga berusaha merumuskan libidonya, prinsip ini terdapat pada
orang-orang yang sudah lebih dewasa.
Dalam rangka inilah, Freud mengembangkan doktrinnya mengenai emosi, yang kemudian
dibatasinya hanya pada kecemasan anxiety, sebagai salah satu bentukemosi yang sangat
penting dalam teori psikoanalisa. Anxiety timbul karena pertentangan antara kedua prinsip tadi,
yaitu prinsip kesenangan libido dan prinsip kenyataan. Dan macam-macam anxiety, adalah
sebagai berikut:
a. Obyektive anxiety. Ini timbul karena akibat lemahnya ego terhadap ide, karena sejak lahir
seorang individu telah dihadapkan kepada keadaan obyektif yang bersifat menekan.
Obyektive anxiety yang primer adalah trauma kelahiran, yang merupakan dasar bagi
timbulnya obyektive anxiety lainnya (skunder dan seterusnya).
b. Neurotic anxiety. Ini timbul dari obyektive anxiety, khususnya timbul karena perasaan takut
terhadap akibat yang mungkin timbul bilamana tuntutan libido dipenuhi, terlebih lagi kalau
akibat itu punya arti sosial. Neurotic anxiety, mempunyai dua bentuk, yaitu:
1. Free-floating anxiety, yaitu suatu keadaan cemas di mana individu selalu menantikan
sesuatu yang paling buruk yang mungkin terjadi, akibatnya ia akan selalu berada dalam
keadaan cemas takut menghadapi akibat yang buruk dalam situasi yang tidak menentu.
2. Phobia, di sini obyek yang ditakuti jelas, hanya alasan-alasannya mengapa individu takut
tidak jelas.
c. Moral anxiety. Kecemasan ini timbul dari akibat lemahnya ego terhadap super ego. Super
ego berkembang karena larangan-larangan dan pembatasan-pembatasan moril yang berasal

dari orang tua dan lingkungan, dengan kata lain, sumber dari moral anxiety adalah obyek,
yaitu takut kehilangan kasih sayang, dukungan, good-will dari orang tua maupun orang lain
dalam masyarakat. Juga moral anxiety, timbul karena perasaan takut mendapat hukuman dari
orang tua atau masyarakat.
CT. Morgan, bahwa terdapat beberapa aspek-aspek emosi, yaitu bahwa:
a. Emosi adalah sesuatu yang sangat erat hubungannya dengan kondisi tubuh, misalnya denyut
jantung, sirkulasi darah, dan pernafasan.
b. Emosi adalah sesuatu yang dilakukan atau diekspresikan, misalnya tertawa, tersenyum,
menangis.
c. Emosi adalah sesuatu yang dirasakan, misalnya merasa jengkel, kecewa, senang.
d. Emosi juga merupakan suatu motif, sebab ia mendorong individu untuk berbuat sesuatu,
kalau individu itu beremosi, senang, atau mencegah melakukan sesuatu kalau ia tidak
senang.
Oleh karena itu, apabila seseorang sudah dapat memanage, mengawasi, mengontrol, dan
mengatur emosinya dengan tepat, baik ketika orang tersebut berhadapan dengan pribadinya,
berhadapan dengan orang lain, orang tua, teman-teman, atau masyarakat, berhadapan dengan
pekerjaan, atau masalah-masalah yang muncul, maka orang tersebut sudah dapat dikatakan
mempunyai kecerdasan emosional. Karena kecerdasan emosional adalah potensi yang dimiliki
seseorang untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Menurut Devies dan rekan-rekannya, bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan
seseorang untuk mengendalikan dirinya sendiri dan orang lain, dan menggunakan informasi
tersebut untuk menuntun proses berpikir serta perilaku seseorang. Adapun Eko Maulana Ali
Suroso (2004:127) mengatakan, bahwakecerdasan emosional adalah sebagai serangkaian

kecakapan untuk memahami bahwa pengendalian emosi dapat melapangkan jalan untuk
memecahkan persoalan yang dihadapi.
Kecerdasan emosi merupakan kapasitas manusiawi yang dimiliki oleh seseorang dan
sangat berguna untuk menghadapi, memperkuat diri, atau mengubah kondisi kehidupan yang
tidak menyenangkan menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi.
Kecerdasan emosional mencakup

pengendalian

diri,

semangat

dan

ketekunan,

kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, dan empati pada perasaan orang lain. Orang yang
cerdas emosinya, akan menampakkan kematangan dalam pribadinya serta kondisi emosionalnya
dalam keadaan terkontrol. Kecerdasan emosionalmerupakan daya dorong yang memotivasi kita
untuk mencari manfaat dan potensi, dan mengaktifkan aspirasi nilai-nilai kita yang paling dalam
inner beauty, mengubahnya dari apa yang dipikirkan menjadi apa yang kita jalani.
Jadi, kecerdasan emosional adalah gabungan dari semua emosional dan kemampuan
sosial untuk menghadapi seluruh aspek kehidupan manusia. Kemampuan emosional meliputi,
sadar akan kemampuan emosi diri sendiri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan
memotivasi diri, kemampuan menyatakan perasaan orang lain, dan pandai menjalin hubungan
dengan orang lain. Kemampuan ini, merupakan kemampuan yang unik yang terdapat di dalam
diri seseorang, karenanya hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kemampuan
psikologi seseorang. Dan apabila kemampuan untuk memahami dan mengendalikanemosi siswa
dalam belajar sudah baik, maka hal itu akan menumbuhkan semangat, motivasi, dan minat untuk
belajar pada diri siswa.
Ciri-Ciri Emosi
Menurut JB. Waston, bahwa pada dasarnya manusia mempunyai tiga emosi dasar, yaitu:
a. Fear takut, yang dalam perkembangan selanjutnya bisa menjadi anxiety cemas.

b. Rage kemarahan, yang akan berkembang antara lain menjadi anger marah.
c. Love cinta, yang akan berkembang menjadi simpati.
Sedangkan menurut R. Descartes sebagaimana dikutip oleh E. Usman Efendi dan Juhaya S.
Praja, bahwa emosi-emosi dasar yang terdapat pada manusia sebanyak enam macam, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Desire keinginan
Hate benci
Wonder kagum
Sorrow kesedihan
Love cinta
Joy kegembiraan.

Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis, mengandung ciri-ciri sebagai berikut:


a. Lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan dan
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

berpikir.
Bersifat tidak tetap (fluktuatif).
Banyak berkaitan dengan peristiwa pengenalan panca indera.
Berlansung singkat dan berakhir tiba-tiba.
Terlihat lebih kuat dan hebat.
Bersifat sementara dan dangkal.
Lebih sering terjadi.
Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya.

Sedangkan pendapat lain mengatakan, bahwa ciri-ciri utama dari pikiran-pikiranemosional,


adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Respon yang cepat tetapi ceroboh.


Pertama adalah perasaan, kedua pemikiran.
Realitas simbolik yang seperti anak-anak.
Masa lampau yang diposisikan masa sekarang.
Realitas yang ditentukan oleh keadaan.

Kecerdasan Emosional

PengelompokkanEmosi
Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris dan kejiwaan (psikis),
yaitu sebagai berikut:
1. Emosi sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh,
seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang, dan lapar.
2. Emosi psikis,
yaitu emosi yang
mempunyai
alasan-alasan

kejiwaan.

Yang

termasuk emosi ini, di antaranya adalah:


3. Perasaan intelektual, yaitu yang mempunyai hubungannya dengan ruang lingkup kebenaran.
4. Perasaan sosial, yaitu perasaan yang menyangkut hubungannya dengan orang lain, baik
bersifat perorangan maupun kelompok.
5. Perasaan susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan buruk atau
etika.
6. Perasaan keindahan (estetika), yaitu perasaan yang berkaitan erat dengan keindahan dari
sesuatu, baik bersifat kebendaan atau kerohanian.
7. Perasaan ketuhanan, yaitu salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Tuhan, dianugerahi
fitrah (kemampuan atau perasaan) untuk mengenal Tuhannya.
Kompetensi Kecerdasan Emosional

Dalam menelaah kompetensi seseorang yang didasarkan pada tingkat kecerdasanemosional,


maka dapat dikelompokkan ke dalam empat dimensi, yaitu:
1. Kesadaran diri sendiri
Kemampuan seseorang sangat tergantung kepada kesadaran dirinya sendiri, juga sangat
tergantung

kepada

pengendalian emosionalnya.

Apabila

seseorang

dapat

mengendalikan emosinya dengan sebaik-baiknya, memanfaatkan mekanisme berpikir yang


tersistem

dan

kontruksi

dalam

otaknya,

maka

orang

tersebut

akan

mampu

mengendalikan emosinya sendiri dan menilai kapasitas dirinya sendiri. Orang dengan
kesadaran diri yang tinggi, akan memahami betul tentang impian, tujuan, dan nilai yang
melandasi perilaku hidupnya. Apabila seseorang telah mengetahui akan dirinya sendiri, maka
akan muncul pada dirinya kesadaran akan emosinya sendiri, penilaian terhadap dirinya
secara akurat, dan percaya akan dirinya sendiri.
2. Pengelolaan diri sendiri
Seseorang, sebelum mengetahui atau menguasai orang lain, ia harus terlebih dahulu mampu
memimpin atau menguasai dirinya sendiri. Orang tersebut harus tahu tingkat emosional,
keunggulan, dan kelemahan dirinya sendiri. Apabila tingkat emosional tidak disadari, maka
orang tersebut akan selalu bertindak mengikuti dinamika emosinya. Manakala kebetulan
resonansi yang dipancarkan dari amygdale-nya, maka gelombang positif yang dapat
ditangkap oleh orang lain secara efektif, dan komunikasi pun dapat berjalan dengan baik.
Tetapi manakala yang terpancar dari amygdale-nya disonansi, maka yang dapat ditangkap
oleh orang lain hanyalah kemarahan dan emosional yang tak terkendali, akhirnya
komunikasi tidak berjalan dengan baik. Untuk menciptakan tingkat kompetensi pengelolaan
diri sendiri yang tinggi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu pengontrolan
terhadap diri sendiri, transparansi, penyesuaian diri, pencapaian prestasi, inisiatif, dan
optimistis.

3. Kesadaran social
Sebagai makhluk sosial, kita harus dan selalu berhubungan dan bergesekan dengan orang
lain, baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat, karena kita tidak akan
dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Oleh karena itu, semua orang harus memiliki kesadaran
sosial, dan apabila seseorang telah mempunyai kesadaran sosial, maka dalam dirinya akan
muncul empati, kesadaran, dan pelayanan.
Manajemen Hubungan Sosial
Apabila seseorang telah memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengendalikan secara
efektif emosionalnya, memanage dirinya sendiri, dan memiliki kesadaran sosial yang tinggi,
maka perlu satu langkah lagi, yaitu bagaimana memanage hubungan sosial yang telah berhasil
dibangun agar dapat bertahan bahkan berkembang lebih baik lagi. Hal ini, yang disebut sebagai
manajemen hubungan sosial. Jadi, manajemen hubungan sosial merupakan muara dari derajat
kompetensi emosional dan intelegensi.
Dalam rangka memanage hubungan sosial tersebut, seseorang harus memiliki kemampuan
sebagai inspirator, mempengaruhi orang lain, membangun kapasitas, katalisator perubahan,
kemampuan memanage konflik, dan mendorong kerjasama yang baik dengan orang lain atau
masyarakat.

Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional


Norman Rosenthal, MD, bukunya yang berjudul The Emotional Revolution, menjelaskan cara
untuk meningkatkan kecerdasan emosional, yaitu:
1. Coba rasakan dan pahami perasaan anda. Jika perasaan tidak nyaman, kita mungkin ingin
menghindari karena mengganggu. Duduklah, setidaknya dua kali sehari dan bertanya,

Bagaimana perasaan saya? mungkin memerlukan waktu sedikit untuk merasakannya.


Tempatkan diri Anda di ruang yang nyaman dan terhindar dari gangguan luar.
2. Jangan menilai atau mengubah perasaan Anda terlalu cepat. Cobalah untuk tidak
mengabaikan perasaan Anda sebelum Anda memiliki kesempatan untuk memikirkannya.
Emosi yang sehat sering naik dan turun dalam sebuah gelombang, meningkat hingga
memuncak, dan menurun secara alami. Tujuannya adalah jangan memotong gelombang
perasaan Anda sebelum sampai puncak.
3. Lihat bila Anda menemukan hubungan antara perasaan Anda saat ini dengan perasaan yang
sama di masa lalu. Ketika perasaan yang sulit muncul, tanyakan pada diri sendiri, Kapan
aku merasakan perasaan ini sebelumnya? Melakukan cari ini dapat membantu Anda untuk
menyadari bila emosi saat ini adalah cerminan dari situasi saat ini, atau kejadian di masa lalu
Anda.
4. Hubungkan perasaan Anda dengan pikiran Anda. Ketika Anda merasa ada sesuatu yang
menyerang dengan luar biasa, coba untuk selalu bertanya, Apa yang saya pikirkan tentang
itu? Sering kali, salah satu dari perasaan kita akan bertentangan dengan pikiran. Itu normal.
Mendengarkan perasaan Anda adalah seperti mendengarkan semua saksi dalam kasus
persidangan. Hanya dengan mengakui semua bukti, Anda akan dapat mencapai keputusan
terbaik.
5. Dengarkan tubuh Anda. Pusing di kepala saat bekerja mungkin merupakan petunjuk bahwa
pekerjaan Anda adalah sumber stres. Sebuah detak jantung yang cepat ketika Anda akan
menemui seorang gadis dan mengajaknya berkencan, mungkin merupakan petunjuk bahwa
ini akan menjadi sebuah hal yang nyata. Dengarkan tubuh Anda dengan sensasi dan
perasaan, bahwa sinyal mereka memungkinkan Anda untuk mendapatkan kekuatan nalar.
6. Jika Anda tidak tahu bagaimana perasaan Anda, mintalah bantuan orang lain. Banyak orang
jarang menyadari bahwa orang lain dapat menilai bagaimana perasaan kita. Mintalah

seseorang yang kenal dengan Anda (dan yang Anda percaya) bagaimana mereka melihat
perasaan Anda. Anda akan menemukan jawaban yang mengejutkan, baik dan mencerahkan.
7. Masuk ke alam bawah sadar Anda. Bagaimana Anda lebih menyadari perasaan bawah sadar
Anda? Coba asosiasi bebas. Dalam keadaan santai, biarkan pikiran Anda berkeliaran dengan
bebas. Anda juga bisa melakukan analisis mimpi. Jauhkan notebook dan pena di sisi tempat
tidur Anda dan mulai menuliskan impian Anda segera setelah Anda bangun. Berikan
perhatian khusus pada mimpi yang terjadi berulang-ulang atau mimpi yang melibatkan
kuatnya beban emosi.
8. Tanyakan pada diri Anda: Apa yang saya rasakan saat ini. Mulailah dengan menilai besarnya
kesejahteraan yang anda rasakan pada skala 0 dan 100 dan menuliskannya dalam buku
harian. Jika perasaan Anda terlihat ekstrim pada suatu hari, luangkan waktu satu atau dua
menit untuk memikirkan hubungan antara pikiran dengan perasaan Anda.
9. Tulislah pikiran dan perasaan Anda ketika sedang menurun. Sebuah penelitian menunjukkan
bahwa dengan menuliskan pikiran dan perasaan dapat sangat membantu mengenal emosi
Anda. Sebuah latihan sederhana seperti ini dapat dilakukan beberapa jam per minggu.
10. Tahu kapan waktu untuk kembali melihat keluar. Ada saatnya untuk berhenti melihat ke
dalam diri Anda dan mengalihkan fokus Anda ke luar. Kecerdasan emosional tidak hanya
melibatkan kemampuan untuk melihat ke dalam, tetapi juga untuk hadir di dunia sekitar
Anda.
Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional,
yaitu: Faktor internal, yakni faktor yang timbul dari dalam diri individu yang dipengaruhi oleh
keadaan otak emosional seseorang. Otak emosional dipengaruhi oleh amygdala, neokorteks,
sistem limbik, lobus prrefrontal dan hal-hal yang berada pada otak emosional, dan Faktor
Eksternal yakni faktor yang datang dari luar individu dan mempengaruhi atau mengubah sikap

pengaruh luar yang bersifat individu dapat secara perorangan, secara kelompok, antara individu
dipengaruhi kelompok atau sebaliknya, juga dapat bersifat tidak langsung yaitu melalui perantara
misalnya media massa baik cetak maupun elektronik serta informasi yang canggih lewat jasa
satelit.
Sedangkan menurut Agustian (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan
emosional, yaitu: faktor psikologis, faktor pelatihan emosi dan faktor pendidikan
1. Faktor psikologis
Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor internal ini
akan

membantu

individu

dalam

mengelola,

mengontrol,

mengendalikan

dan

mengkoordinasikan keadaan emosi agar termanifestasi dalam perilaku secara efektif.


Menurut Goleman (2007) kecerdasan emosi erat kaitannya dengan keadaan otak emosional.
Bagian otak yang mengurusi emosi adalah sistem limbik. Sistem limbik terletak jauh dalam
hemisfer otak besar dan terutama bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan impuls.
Peningkatan kecerdasan emosi secara fisiologis dapat dilakukan dengan puasa. Puasa tidak
hanya mengendalikan dorongan fisiologis manusia, namun juga mampu mengendalikan
kekuasaan impuls emosi. Puasa yang dimaksud salah satunya yaitu puasa sunah Senin
Kamis.
2. Faktor pelatihan emosi
Kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang akan menciptakan kebiasaan, dan kebiasaan
rutin tersebut akan menghasilkan pengalaman yang berujung pada pembentukan nilai (value).
Reaksi emosional apabila diulang-ulang pun akan berkembang menjadi suatu kebiasaan.
Pengendalian diri tidak muncul begitu saja tanpa dilatih. Melalui puasa sunah Senin Kamis,
dorongan, keinginan, maupun reaksi emosional yang negatif dilatih agar tidak dilampiaskan
begitu saja sehingga mampu menjaga tujuan dari puasa itu sendiri. Kejernihan hati yang

terbentuk melalui puasa sunah Senin Kamis akan menghadirkan suara hati yang jernih
sebagai landasan penting bagi pembangunan kecerdasan emosi.
3. Faktor pendidikan
Pendidikan dapat menjadi salah satu sarana belajar individu untuk mengembangkan
kecerdasan emosi. Individu mulai dikenalkan dengan berbagai bentuk emosi dan bagaimana
mengelolanya melalui pendidikan. Pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi
juga di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sistem pendidikan di sekolah tidak boleh hanya
menekankan pada kecerdasan akademik saja, memisahkan kehidupan dunia dan akhirat, serta
menjadikan ajaran agama sebagai ritual saja. Pelaksanaan puasa sunah Senin Kamis yang
berulang-ulang dapat membentuk pengalaman keagamaan yang memunculkan kecerdasan
emosi. Puasa sunah Senin Kamis mampu mendidik individu untuk memiliki kejujuran,
komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, kepercayaan,
peguasaan diri atau sinergi, sebagai bagian dari pondasi kecerdasan emosi
D. Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual terdiri dari dua kata yakni : Kecerdasan dan Spiritual. Kata kecerdasan
ini berasal dari kata cerdas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia cerdas berarti sempurna
perkembangan akal budi seseorang manusia untuk berfikir, mengerti, tajam pikiran dan
sempurna pertumbuhan tubuhnya. Kecerdasan dapat diartikan pula sebagai Properti dari pikiran
yang mencakup banyak kemampuan mental yang terkait, seperti kapasitas untuk berpikir,
merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan dan bahasa, dan
belajar.
Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan adalah :
1. Kemampuan untuk memecahkan suatu masalah
2. Kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan
3. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang
dalam suatu kebudayaan masyarakat.

berharga

Kecerdasan atau intelegensi dapat dipandang sebagai kemampuan seseorang untuk


memahami dunia, berpikir rasional, dan menggunakan sumber-sumber secara efektif pada saat
dihadapkan dengan tantangan. Ada juga yang berpendapat bahwa pengertian kecerdasan adalah
kemampuan general manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang mempunyai tujuan dan
berpikir dengan cara rasional. Selain itu, kecerdasan dapat juga diartikan sebagai kemampuan
pribadi untuk memahami, melakukan inovasi, dan memberikan solusi terhadap masalah dalam
berbagai situasi.
Gregory: Kecerdasan adalah kemampuan atau keterampilan untuk memecahkan masalah
atau menciptakan produk yang bernilai dalam satu atau lebih bangunan budaya tertentu.
C. P. Chaplin: Kecerdasan adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap
situasi baru secara tepat dan efektif.
Anita E. Woolfolk: Kecerdasan adalah kemampuan untuk belajar, keseluruhan pengetahuan
yang diperoleh, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi baru atau lingkungan pada
umumnya.
Sedangkan kata spiritual berasal dari bahasa latin yang berarti sesuatu yang memberikan
kehidupan atau vitalitas pada sebuah sistem. Spiritualitas juga dipandang sebagai peningkatan
kualitas hidup, baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan berorganisasi.
Pengertian kecerdasan spiritual berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia yaitu :
kecerdasan spiritual kecerdasan yg berkenaan dng hati dan kepedulian antarsesama manusia,
makhluk lain, dan alam sekitar berdasarkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa
Menurut Zohar dan Marshall, penerjemah Helmy Mustofa (2005:25):

1. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang kita gunakan untuk membuat kebaikan,
kebenaran,keindahan, dan kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari, keluarga, organisasi,
dan institusi.
2. Kecerdasan spiritual adalah cara kita menggunakan makna, nilai, tujuan, dan motivasi itu
dalam proses berpikir dan pengambilan keputusan.
Pendapat Zohar dan Marshall ini sejalan dengan Abdul wahid Hasan (2006:27) yang
mengemukakan bahwa: Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang digunakan untuk
menyelesaikan permasahan hidup yang dihadapi, manusia dituntut untuk kreatif mengubah
penderitaan menjadi semangat (motivasi) hidup yang tinggi sehingga penderitaan berubah
menjadi kebahagiaan hidup. Manusia harus mampu menemukan makna kehidupannya.
Selanjutnya menurut Marsha Sinetar (2001:9) menyatakan: kecerdasan spiritual adalah pikiran
yang mendapat inspirasi, dorongan, dan efektivitas yang lebih baik.
Aribowo dan Irianto (2003:xiv) menyatakan: kecerdasan spiritual berarti kemampuan kita
untuk dapat mengenal dan memahami diri kita sepenuhnya sebagai makhluk spiritual maupun
sebagai bagian dari alam semesta. Dengan memiliki kecerdasan spiritual berarti kita memahami
sepenuhnya makna dan hakikat kehidupan yang kita jalani.
Pendapat lain dari Prof David Spiegel dikutip oleh Abdul Wahid Hasan (2006:42):
kecerdasan spiritual adalah pengingat yang lembut bahwa menjadi spiritual itu cerdas. Kemudian
pendapat Tanis Helliwell yang dikutip oleh Abdul Wahid (2006:41): bahwa dengan memiliki SQ
(spiritual quotient), tingkat kesuksesan hidup seseorang dapat meningkat. Pendapat ini sejalan
dengan Sukidi (2004:49) yang menyatakan, kecerdasan spiritual dapat menimbulkan gagasan,
energi, nilai, visi dan dorongan sehingga kehidupan seseorang dapat lebih baik. Richard A.
Bowell (2006:18) menyatakan kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang digunakan untuk

mengembangkan tingkat diri dalam mencapai kesuksesan, kesejahteraan dan menjadi lebih
kreatif dalam hidup.
Melengkapi pembahasan pengertian tentang kecerdasan spiritual menurut Ary Ginanjar
Agustian (2004:57), kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah
terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemiran tauhidi (itegralistik)
serta berprinsip karena Allah.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual


adalah kecerdasan yang dimiliki setiap manusia untuk dapat memberikan makna, nilai dan tujuan
dalam hidupnya serta meningkatkan motivasi dalam bekerja sehingga selalu bersemangat karena
tidak didasarkan rasa keterpaksaan melainkan suatu ibadah hanya semata-mata untuk
mengabdikan diri kepada sang pencipta.
Ciri-ciri kecerdasan spiritual secara umum menurut Zohar dan Marshall (2005:137):
a. Kesadaran Diri. Kesadaran bahwa saya, atau organisasi tempat saya bergabung, pertamatama mempunyai pusat internal, memberi makna dan autentisitas pada proyek dan kegiatan
saya.
b. Spontanitas. Istilah spontaneity berasal dari akar kata bahasa Latin yang sama dengan istilah
response dan responsibility. Menjadi sangat spontan berarti sangat responsive terhadap
momen, dan kemudian rela dan sanggup untuk bertanggung jawab terhadapnya.
c. Terbimbing oleh visi dan nilai.Terbimbing oleh visi dan nilai berarti bersikap idealistis, tidak
egoistis, dan berdedikasi.
d. Holistik. Holistik adalah satu kemampuan untuk melihat satu permasalahan dari setiap sisi
dan melihat bahwa setiap persoalan punya setidaknya dua sisi, dan biasanya lebih.
e. Kepedulian. Kepedulian merupakan sebuah kualitas dari empati yang mendalam, bukan
hanya mengetahui perasaan orang lain, tetapi juga ikut merasakan apa yang mereka rasakan.

Sedangkan Menurut Abdul Wahid (2006:69-71) beberapa ciri-ciri orang yang memiliki
kecerdasan spiritual adalah :
a. Memiliki prinsip dan pegangan hidup yang jelas dan kuat yang berpijak pada kebenaran
universal baik berupa kasih sayang, keadilan, kejujuran, toleransi, integritas dan lain-lain.
Semua itu menjadi bagian terpenting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan. Dengan
prinsip hidup yang kuat, ia menjadi orang yang betul-betul merdeka dan tidak diperbudak
oleh siapapun.
b. Memiliki kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan dan memiliki
kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit. Berbagai penderitaan, halangan,
rintangan, dan tantangan yang hadir dalam kehidupan dihadapi dengan senyuman dan
keteguhan hati, karena itu semua adalah bagian dari proses menuju kematangan kepribadian
secara umum, baik moral dan spiritual.
c. Mampu memaknai pekerjaan dan aktivitasnya dalam kerangka dan bingkai yang lebih luas
dan bermakna. Sebagai apapun profesinya, sebagai presiden, menteri, dokter, dosen, bahkan
nelayan, petani, buruh, atau tukang reparasi mobil, sepeda motor hingga tukang tambal ban,
tukang sapu dan lain-lain, ia akan memaknai semua aktifitas yang dijalani dengan makna
yang luas dan dalam. Dengan motivasi yang luhur dna suci.
d. Memiliki kesadaran diri (self-awareness) yang tinggi. Apapun yang dilakukan, dilakukan
dengan penuh kesadaran.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki kecerdasan spiritual adalah
orang yang dalam hidupnya bersikap jujur, penuh energi, memiliki motivasi yang tinggi, spontan,
tidak penuh curiga, terbuka menerima hal-hal baru, senang belajar, mudah memaafkan, tidak
mendendam, berani mencoba hal-hal baru serta tidak mudah putus asa jika mengalami atau
menghadapi kegagalan dalam kehidupan berkeluarga dan berorganisasi.

Cara-Cara Meningkatkan Kecerdasan Spiritual (SQ)


Menurut Zohar dan Marshall (2002:231) tujuh langkah praktis mendapatkan kecerdasan spiritual
lebih baik adalah dengan cara :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Menyadari di mana saya sekarang.


Merasakan dengan kuat bahwa saya ingin berubah.
Merenungkan apakah pusat saya sendiri dan apakah motivasi saya yang paling dalam.
Menemukan dan mengatasi rintangan.
Menggali banyak kemungkinan untuk melangkah maju.
Menetapkan hati saya pada sebuah jalan.
Tetap menyadari bahwa ada banyak jalan.

Pendapat ini sejalan dengan Prof. Dr. Khalil Khavari dikutip Abdul Wahid (2006:85-91) adalah
sebagai berikut:
1. Mulailah dengan banyak merenungkan secara mendalam persoalan-persoalan hidup yang
terbaik, baik di dalam diri sendiri, termasuk yang terjadi di luar diri sendiri. Perenungan bisa
dilakukan di tempat-tempat sunyi sehingga lebih memungkinkan kepada otak untuk bekerja
secara efektif dan maksimal.
2. Melihat kenyataan-kenyataan hidup secara utuh dan menyeluruh. Adapun yang dialami baik
kesedihan dan penderitaan haruslah diletakkan dalam bingkai yang lebih bermakna. Dengan
demikian jika datang penderitaan. Kita akan melewati dengan ketenangan dan kesebaran.
3. Mengenali motif diri, motif atau tujuan yang kuat akan memiliki implikasi yang kuat bagi
seseorang dalam mengarungi kehidupan, sebab motif merupakan energi yang sangat luar
biasa yang menggerakkan potensi diri.

Empat langkah mengasah kecerdasan spiritual menurut sukidi (2004:99) adalah:


1. Kenalilah Diri Anda. Orang yang sudah tidak bisa mengenal dirinya sendiri akan mengalami
krisis makna hidup maupun krisis spiritual. Karenanya, mengenali diri sendiri adalah syarat
pertama untuk meningkatkan spiritual quotient.
2. Lakukan Intropeksi Diri. Dalam istilah kagamaan dikenal sebagai upaya pertobatan, ajukan
pertanyaan pada diri sendiri, sudahkah perjalanan hidup dan karier saya berjalan atau berada
di rel yang bena?. Barangkali saat kita melakukan intropeksi, kita menemukan bahwa
selama ini telah melakukan kesalahan, kecurangan, atau kemunafikan terhadap orang lain.
3. Aktifkan Hati Secara Rutin. Dalam konteks beragama adalah mengingat Tuhan. Karena, Dia
adalah sumber kebenaran tertinggi dan kepada Dia-lah kit akembali. Dengan mengingat
Tuhan, maka kita menjadi damai. Hal ini membuktikan kenapa banyak orang yang mencoba
mengingat Tuhan melalui cara berzikir, tafakur, sholat tahajud, kontemplasi di tempat sunyi,
bermeditasi, dan lain sebagainya.
4. Menemukan Keharmonisan dan Ketenangan Hidup. Kita tidak menjadi manusia yang rakus
akan materi, tapi dapat merasakan kepuasan tertinggi berupa kedamaian dalam hati dan jiwa,
hingga kita mencapai keseimbangan dalam hidup dan merasakan kebahagian spiritual.
Menurut Tony Buzan (2003:47) beberapa cara mengambangkan kecerdasan spiritual yaitu:
Seseorang harus memahami dirinya sendiri, mengenai bakat, potensi, kemampuan istimewa yang
dimilikinya. Sehingga akan memiliki semangat serta motivasi yang tinggi. Setelah memahami
dirinya, kemudian dia harus mengembangkan pemahamannya terhadap orang lain. Pemahaman
terhadap bakat, potensi, keunikan orang lain sehingga menimbulkan rasa takjub terhadap orang
lain. Mengembangkan kesadaran keterhubungan terhadap keluarga, masyarakat dan kehidupan
organisasi.

Menurut Abdul Wahid Hasan (2006:85-91) beberapa langkah meningkatkan kecerdasan spiritual
sebagai berikut:
1. Mulai dengan banyak merenungkan secara mendalam persoalan-persoalan hidup yang
terjadi, baik di dalam diri sendiri, termasuk di luar diri sendiri.
2. Melihat kenyataan-kenyataan hidup secara utuh dan menyeluruh, tidak terpisah.
3. Mengenali motif diri. Motif atau tujuan (niat)yang kuat akan memiliki implikasi yang kuat
pula bagi seseorang dalam mengarungi kehidupan.
4. Merefleksikan dan mengaktualisasikan spiritualitas dalam penghayatan hidup yang konkrit
dan nyata.
5. Merasakan kehadiran yang begiru dekat, saat berzikir, berdoa dan dalam aktivitas yang lain.
Menurut Sukidi (2004:87-97) untuk mempertajam kecerdasan spiritual yang dalam enam
kategori dapat dilakukan sebagai berikut, tergantung dari sudut mana kita memandanngnya, jika
di antara kita tergabung dalam masyarakat politik (political society), mulai dari :
1. Kategori Agamawan. Jika kita agamawan, apa pun agama kita, dan apa pun jabatan kita
dalam lembaga keagamaan, kecerdasan spiritual dapat ditajamkan melalui penghayatan segisegi spiritualitas dalam agama.
2. Kategori Aktivis. Jika kita seorang aktivis, baik aktivis social, LSM, aktivis keagamaan,
aktivis politik, aktivis mahasiswa, sampai aktivis demonstran, kecerdaan spiritual dapat
ditumbuhkan dan sekaligus ditajamkan dengan pertama-tama berangkat dari ketulusan niat
suci dan hati yang tulus untuk melakukan kritik sosial, keagamaan dan politik.
3. Kategori Pengusaha. Seorang pengusaha dapat meningkatkan kecerdasan spiritual dengan
selalu bersikap jujur, keterbukaan, pengatahuan diri serta focus pada kontribusi.
4. Kategori Pendidik. Pendidikan spiritualitas yang dapat menajamkan kualitas kecerdasan
spiritual, baik terhadap diri kita sebagai pendidik maupun peserta didik, adalah nilai-nilai
spiritualitas itu sendiri yang diobjektivikasi ke dalam pendidikan kita. Nilai-nilai dimaksud
adalah kujujuran, keadilan, kebajikan, kebersamaan, kesetiakawanan social dan seterusnya.
Nilai-nilai itu harus diinternalisasikan dalam diri peserta didik sejak usia dini. Sebagai

pendidik yang juga ingin meraih kualitas kecerdasan spiritual yang lebih tinggi, kita bisa
memperoleh kecerdasan spiritual itu melalui sikap keteladanan dalam megajarkan pendidikan
spiritualitas.
5. Kategori Politik. Jika dari jajaran pengamat, pakar, wakil rakyat, pemegang pemerintahan,
sampai level lurah dan ketua RT, kecerdasan spiritual dapat ditajamkan dengan menjadikan
jabatan politik sebagai amanat suci Tuhan dan amanat rakyat sehingga kita
melaksanakan segala sesuatu penuh dengan kejujuran dan motivasi yang tinggi.
6. Kategori Lain. Jika di antara kita berada di luar kategori-kategori di atas, kecerdasan spiritual
dapat kita tajamkan dan kita efektifkan dengan senantiasa berpijak pada nilai-nilai
kemanusiaan, seperti kejujuran, rendah hati, bertanggung jawab, tidak mudah putus asa,
memiliki motivasi yang tinggi dan lain-lain.
Cara mengasah Kecerdasan Spiritual (SQ) dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
tergantung kitanya. Tapi, satu yang pasti Kecerdasan Spiritual (SQ) harus dilatih / diasah supaya
otak kita tetap bisa digunakan. Kalo diibaratkan barang Otak kita itu harus seperti pisau makin
diasah maka akan semakin tajam.

Manfaat Kecerdasan Spiritual (SQ)


Menurut Sukidi (2004:28-29) manfaat kecerdasan spiritual ditinjau dari dua sisi:
1. Kecerdasan spiritual mengambil metode vertikal, bagaimana kecerdasan spiritual bisa
mendidik hati kita untuk menjalin hubungna atas kehadirat Tuhan. Dengan berzikir atau
berdoa menjadikan diri lebih tenang.

2. Kecerdasan spiritual mengambil metode horizontal, dimana kecerdasan spiritual mendidik


hati kita di dalam budi pekerti yangbaik. Di tengah arus demoralisasi perilaku manusia akhirakhir ini, seperti sikap destruktif dan masifikasi kekerasan secara kolektif, kecerdasan
spiritual tidak saja efektif untuk mengobati perilaku manusia yang destruktif seperti itu,
tetapi juga menjadi petunjuk (guidance) manusia untuk menapaki hidup secara baik dan
sopan.
Dari manfaat kecerdasan spiritual tersebut dapatlah dirinci sabagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Menjadi lebih bijaksana.


Memiliki motivasi kerja yang tinggi
Memiliki tanggung jawab yang baik.
Memiliki rasa keadilan dan tidak egois.
Memiliki kedisiplinan yang baik.
Bersifat integritas.

Pengaruh Kecerdasan Spiritual (SQ) Terhadap Peserta Didik Dalam Dunia Pendidikan
Kalau kita berbicara SQ terhadap peserta didik itu ada pengaruhnya atau tidak ?
Jawabannya tentu sanagat berpengaruh. Karena. SQ merupakan pedoman pada saat peserta didik
berada di ujung masalah yang paling menantang dalam hidup meraka, ketika harapan mereka
tidak

sesuai

dengan

yang

mereka

inginkan.

SQ

memungkin

untuk

menyatukan,

menyeimbangkan dan menjembatani kesenjangan yang bersifat intrapersonal dan interpersonal.


Baik hubungan anatar peserta didik dengan peserta didik maupun hubungan antara peserta didik
dengan lingkungan yang ada disekitarnya.
Beberapa contoh masalah yang sering dihadapi siswa yang memerlukan Kecerdasan
Spiritual (SQ) untuk menyelesaikannya, Antara lain :
1. Siswa selaku peserta didik behadapan dengan masalah eksistensial seperti saat siswa merasa
terpuruk, khawatir, dan masalah masa lalu akibat penyakitdan kesedihan. SQ menjadikan

siswa sadar bahwa siswa mempunyai masalah eksistensial yang membuat siswa mampu
mengatasinya, atau setidak-tidaknya siswa dapat berdamai dengan masalah tersebut, SQ
memberikan siswa rasa yang dalam menyangkut perjuangan hidup.
2. Siswa menggunkannya untuk menjadi kreatif, siswa menghadirkannya ketika ingin menjadi
luwes, berwawasan luas, atau spontan secara kreatif.
3. Siswa dapat menggunakan SQ untuk menjadi cerdas secara spiritual dalam beragama, SQ
membawa siswa kejantung segala sesuatu, kekesatuan di balik perbedaan, ke potensi di balik
ekspresi nyata.
4. Siswa menggunakan SQ untuk mencapai perkembangan diri yang lebih utuh karena siswa
memiliki potensi untuk itu.
5. Kecerdasan spiritual memberi siswa suatu rasa yang dapat menyangkut perjuangan hidup.

PERBEDAAN KEBUTUHAN ANAK USIA SEKOLAH DASAR

A. Perbedaan Kebutuhan Anak Usia Sekolah Dasar


Pertama-tama peru dijelaskan istilah kebutuhan, Dorongan dan motif Definisi
dorongan atau motif adalah suatu keadaan alasan pada diri seseorang untuk memicu untuk
mencapai suatu tujuan. Sedangkan Kebutuhan lebih sering digunakan untuk mengacu pada
keadaan fisiologis seseorang. Sehingga dorongan atau motif lebih merupakan akibat psikologis
dari suatu kebutuhan (Sumadi, 1970 ; Lefton, 1982).

Sedangkan Thompson (1987) mendefinisikan need atau kebutuhan sebagai istilah yang
sering di gunakan untukmenunjuk suatu drive atau dorongan. Contohnya: manusia membutuhkan
tidur.hingga dapat di simpulkan bahwa kata need atau kebutuhan bersifat fisik dan mendasar,
sedangkan drive atau dorongan lebih merupakan kebutuhan yang jenjangnya lebih tinggi dan
berisfat psikologis. Pada dasarnya kebutuhan dibedakan menjadi 2 keompok besar yaitu
kebutuhan fisiologis dan psikologis.
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan primer seperti makan, minum, tidur, atau
perlindungan diri. Sedangkan kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan sekunder untuk
mengembangkan kepribadian seseorang contohnya: kebutuhan untuk di kasihi,kebutuhan untuk
memiliki sesuatu, dimana kebutuhan psikologis itu lebih bersifat rumit dan suit diidentifikasi
segera.

Maslow (1954)membagi berbagai aspek kebutuhan secara berjenjang menjadi 7 aspek


kebutuhan, yang dapat diihat di bawah ini:
1. Kebutuhan Jasmaniah Pada Anak Usia SD
Sesuai dengan perkembangan fisik anak usia SD yang bersifat individual, pada masa
tumbuh kembang tersebut, kebutuhan anak akan bervariasi misalnya seperti porsi makan dan
minuman meningkat dan juga membutuhkan makanan yang bergizi agar perkembangan fisik dan
intelektualnya tak terhambat. Berkaitan dengan kebutuhan pemeliharaan dan pertahaanan diri,

anak usia SD memasuki tahapan moral dan social yang memperhatikan pemuasaan keinginan
dan kebutuhannya sendiri tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang.
2. Kebutuhan Akan Kasih Sayang
Pada anak usia SD terutama yang sudah duduk di kelas besar SD, sudah ingin memiliki
teman-teman tetap. Perkembangan tersebut sejalan dengan kebutuhan untuk disayangi dan
menyayangi teman. Dan tidak hanya terhadap teman tapi juga terhadap benda. Pada anak-anak
yang duduk di kelas tinggi ( 4, 5 atau 6) mulai masuk pada masa bersosialisasi dan meninggalkan
keegoisannya, hingga dapat menerima orang tua dan guru sebagai suatu yang wajar. Hingga
mulai membutuhkan perlakuan yang objektif dari orang memegang otoritas pada masa ini nakan
sensitive dan mudah mengenali sikap pilih kasih dan ketidakadilan, sehingga guru dan orang tua
harus bertindak bijaksana dan proporsional dalam memutuskan suatu tindakan.
3. Kebutuhan Untuk Memiliki
Pada masa usia di kelas rendah SD, anak-anak sudah mulai meninggalkan dirinya sebagai
pusat perhatian. Namun, anak-anak kelas rendah di SD masih suka memuji diri sendiri, dan
membandingkan dirinya dengan teman. Sehingga kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki masih
dominan.
Namun demikian pada masa ini, anak masih menggantungkan dirinya kepada orang yang
dirasa mempunyai keunggulan dan kekuatan bila berada di dalam kelompoknya, atau tergantung
pada pemegang otoritas yang di senangi seperti guru di kelas.
4. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini mulai dominan pada anak-anak usaia tinggi di SD. Dimana anak mulai ingin
merealisasikan potensi-potensi yang dimilikinya sehingga anak berusaha memenuhikebutuhan
dengan sikap bersaing atau berusaha mewujudkan keinginannya. Salah satu kebutuhan yang

terkait dengan kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan berprestasi atau need for
achievement. Hingga dapat di simpulkan kebutuhan kebutuhan yang berbeda dapat saling
mengisi terhadap setiap masing masing anak dan sejalan dengan perbedaan perkembangan
mereka.
B. Jenis Kebutuhan Anak Usia Sekolah Dasar
Pertama-tama peru dijelaskan istilah kebutuhan, Dorongan dan motif Definisi
dorongan atau motif adalah suatu keadaan alasan pada diri seseorang untuk memicu untuk
mencapai suatu tujuan. Sedangkan Kebutuhan lebih sering digunakan untuk mengacu pada
keadaan fisiologis seseorang. Sehingga dorongan atau motif lebih merupakan akibat psikologis
dari suatu kebutuhan (Sumadi, 1970 ; Lefton, 1982).
Sedangkan Thompson (1987) mendefinisikan need atau kebutuhan sebagai istilah yang
sering di gunakan untukmenunjuk suatu drive atau dorongan. Contohnya: manusia membutuhkan
tidur.hingga dapat di simpulkan bahwa kata need atau kebutuhan bersifat fisik dan mendasar,
sedangkan drive atau dorongan lebih merupakan kebutuhan yang jenjangnya lebih tinggi dan
berisfat psikologis. Pada dasarnya kebutuhan dibedakan menjadi 2 keompok besar yaitu
kebutuhan fisiologis dan psikologis.
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan primer seperti makan, minum, tidur, atau
perlindungan diri. Sedangkan kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan sekunder untuk
mengembangkan kepribadian seseorang contohnya: kebutuhan untuk di kasihi,kebutuhan untuk
memiliki sesuatu, dimana kebutuhan psikologis itu lebih bersifat rumit dan suit diidentifikasi
segera.

Maslow (1954)membagi berbagai aspek kebutuhan secara berjenjang menjadi 7 aspek


kebutuhan, yang dapat diihat di bawah ini:
a. Kebutuhan Jasmaniah Pada Anak Usia SD
Sesuai dengan perkembangan fisik anak usia SD yang bersifat individual, pada masa tumbuh
kembang tersebut, kebutuhan anak akan bervariasi misalnya seperti porsi makan dan
minuman meningkat dan juga membutuhkan makanan yang bergizi agar perkembangan fisik
dan intelektualnya tak terhambat. Berkaitan dengan kebutuhan pemeliharaan dan pertahaanan
diri, anak usia SD memasuki tahapan moral dan social yang memperhatikan pemuasaan
keinginan dan kebutuhannya sendiri tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang.
b. Kebutuhan Akan Kasih Sayang
Pada anak usia SD terutama yang sudah duduk di kelas besar SD, sudah ingin memiliki
teman-teman tetap. Perkembangan tersebut sejalan dengan kebutuhan untuk disayangi dan
menyayangi teman. Dan tidak hanya terhadap teman tapi juga terhadap benda. Pada anakanak yang duduk di kelas tinggi ( 4, 5 atau 6) mulai masuk pada masa bersosialisasi dan
meninggalkan keegoisannya, hingga dapat menerima orang tua dan guru sebagai suatu yang
wajar. Hingga mulai membutuhkan perlakuan yang objektif dari orang memegang otoritas
pada masa ini nakan sensitive dan mudah mengenali sikap pilih kasih dan ketidakadilan,
sehingga guru dan orang tua harus bertindak bijaksana dan proporsional dalam memutuskan
suatu tindakan.
c. Kebutuhan Untuk Memiliki

Pada masa usia di kelas rendah SD, anak-anak sudah mulai meninggalkan dirinya sebagai
pusat perhatian. Namun, anak-anak kelas rendah di SD masih suka memuji diri sendiri, dan
membandingkan dirinya dengan teman. Sehingga kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki
masih dominan. Namun demikian pada masa ini, anak masih menggantungkan dirinya
kepada orang yang dirasa mempunyai keunggulan dan kekuatan bila berada di dalam
kelompoknya, atau tergantung pada pemegang otoritas yang di senangi seperti guru di kelas.
d. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini mulai dominan pada anak-anak usaia tinggi di SD. Dimana anak mulai ingin
merealisasikan

potensi-potensi

yang

dimilikinya

sehingga

anak

berusaha

memenuhikebutuhan dengan sikap bersaing atau berusaha mewujudkan keinginannya. Salah


satu kebutuhan yang terkait dengan kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan berprestasi
atau need for achievement. Hingga dapat di simpulkan kebutuhan kebutuhan yang berbeda
dapat saling mengisi terhadap setiap masing masing anak dan sejalan dengan perbedaan
perkembangan mereka.

IMPLEMENATASI PENDIDIKAN ANAK SEKOLAH DASAR

A. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar


Menurut Sumantri dan Nana Syaodih (2006) karakteristik anak pada usia SD adalah :
1. Senang bermain
Pada umumnya anak SD terutama kelas rendah itu senang bermain namun perlu juga di
pahami, bahwa pembelajaran di SD tidak selalu menunjukkan permainan, tapi perlu
pembelajaran yang serius, santai dan menyenangkan.
2. Senang bergerak
Anak SD masih senang untuk bergerak dan pindah tempat duduk walau dalam kelas.
Oleh sebab itu seorang guru dalam rancanagn pembelajaran perlu mempertimbangkan
karakteristik anak yang masih senang bergerak.
3. Senang bekerja dalam kelompok
Melalui pergaulan dengan kelompok sebaya anak belajar aspek penting sosialisasi
seperti :
a. Belajar memenuhi aturan kelompok
b. Belajar setia kawan
c. Belajar mandiri
d. Mempelajari perilaku yang dapat di terima lingkungan
e. Belajar menerima tanggung jawab
f. Belajar bersaing secara sehat
g. Belajar kekompakan
h. Belajar keadilan dan demokrasi.
4. Senang merasakan atau melakukan sesutu secara langsung
Berdasarkan teori psikologi perkembangan anak SD memasuki tahap operasi konkrit.
Pada masa ini anak belajar membentuk konsep tentang angka, ruang, waktu, fungi
badan, peran jenis kelamin, moral dsb. pembelajaran di SD akan cepat di pahami apabila
anak dilibatkan langsung melakukan atau praktik yang di ajarkan guru.
B. Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar Serta Implementasinya
Manusia selama hidup dan kehidupannya mengalami tahap perkembangan. Setiap tahap
menunjukkan karakteristik dan kebutuhannya. Sehubungan dengan hal tersebut maka setiap
individu mempunyai tugas-tugas perkembangan untuk memenuhinya.
Perincian tugas-tugas perkembangan anak SD menurut Havigust (1961) dan
implikasinya terhadap pelaksanaan pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan sehari-hari

Siswa SD dituntut untuk menguasai keterampilan fisik antara lain : keterampilan dalam
menangkap, melempar, menendang, berguling, dll. Memperhatikan karakteristik
keterampilan fisik tersebut maka tugas perkembangan anak pada usia SD adalah
mengembangkannya.

Melalui

pembelajaran

yang

berorientasi

pengembangan

keterampilan fisik dapat mengembangkan pula rasa solidaritas diantara teman sebaya.
2. Membangun keutuhan sikap terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang
tumbuh
Pada umumnya anak usia SD telah terjadi pertumbuhan fisik secara pesat. Anak SD
sudah waktunya mulai dikenalkan pendidikan seks baik dari pihak sekolah maupun
keluarga, dengan harapan anak tidak mengarah pada pergaulan bebas. Sekolah
hendaknya memperhatikan kesulitan dan permasalahan siswa serta memberikan
bimbingan dan konseling baik secara individual maupun kelompok. Hal ini bertujuan
agar anak mencapai keutuhan dan keseraian sikap dirinya sendiri sebagai organisme
yang sedang tumbuh secara optimal.
3. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya
Anak pada usia SD mulai belajar tidak bergantung pada lingkungan keluarga. Proses
pembelajaran dalam memasuki kelompok sebaya merupakan proses pembelajaran
kepribadian sosial yang sesungguhnya. Anak belajar bagaimana memerlakukan temanteman secara bersahabat, bermain jujur dalam bermain dan sebagaiya. Pemenuhan tugas
perkembangan ini membawa implikasi terhadap penyelenggaraan pendidikan di SD.
Sekolah merupakan tempat yang kondusif bagi kebanyakan siswa untuk belajar bergaul
dan bekerja bersama teman sebaya. Guru harus terampil mempelajari dan memahami
budaya teman pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Melalui sosiometri guru dapat
mempertimbangkan tingkat kecerdasan, pendekatan pergaulan, struktur sosial ekonomi
keluarga dan lain sebagainya.
4. Mempelajari peran sosial sebagai pria dan wanita

Secara kodrati pria dan wanita berbeda, baik secara jasmani maupun rohani. Maka tugas
perkembangan antara siswa pria dan wanita juga berbeda sesuai dengan tahap
pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Mulyani Sumantri dan Nana syaudih
(2006) dalam mencapai tugas perkembangan perbedaan anatomi tidak menuntut jenis
kelamin selama anak sekolah dasar. Tubuh anak laki-laki dan perempuan tumbuh dengan
baik melalui aktifitas fisik, baru mulai usia 9 / 10 tahun terdapat perbedaan
anatomi. Berkenaan dengan peran anak sesuai dengan jenis kelamin telah diawali dalam
asuhan keluarga. Dalam hal ini sekolah hendaknya lebih menekankan pada fungsi
perbaikan jika ada anak yang mengalami hambatan dalam pencapaian tugas
perkembanagn ini.
5. Pengembangan ketrampilan dasar membaca, menulis dan berhitung
Secara kronologis anak SD sudah cukup matang untuk mengembangkan keterampilan
membaca, menulis dan berhitung (calistung).Keterampilan ini telah dikenalkan pada
masa sekolah TK. Khusus berkenaan ketrampilan membca, berdasarkan hasil study
psikologis menunjukkan, bahwa membaca dipelajari oleh kebanyakan masyarakat
hingga usia dua belas atau tiga belas tahun. Kecepatan membaca dalam hati dan
kemauan membaca bersuara jarang meningkat lagi setelah usia tersebut. Namun tentang
kemampuan dalam mengambil makna isi bacaan terus bertambah selama ia belajar.
Keterampilan menulis sejalan dengan mambaca, bahwa penguasaan menulis dipengaruhi
oleh frekuensi anak melakukan/ belajar menulis. Karena menulis memerluakn kebiasaan
penggunaan aktifitas fisik/tangan. Pada anak usia SD sudah mencapai kematangan
dalam hal aktivitas fisik/ tangan. Keterampilan berhitung berkembang hingga usia dua
belas atau tiga belas tahu, dan jarang berkembang lagi jika tidak melanjutkan ke sekolah
menengah atau perguruan tinggi.
6. Pengembangan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari

Manusia hidup tidak lepas dengan lingkungan sekitar baik maupun non sosial.
Keterkaitan manusia dengan lingkungannya maka ia harus mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan tersebut. Untuk dapat menyesuaikan diri maka ia perlu memahami
dan mengembangkan konsep-konsep tertentu yang perlu dalam kehidupan sehari-hari.
Tugas perkembangan ini menuntut anak usia SD untuk memperoleh sejumlah konsep
yang

diperlukan

untuk

bisa

berfikir

efektif

berkenaan

dengan

pekerjaan,

kewarganegaraan, dan peristiwa-peristiwa sosial. Secara psikologis pada saat anak siap
memasuki sekolah, ia sebenarnya telah memiliki perpendaharaan banyak konsep,
terutama konsep-konsep yang sederhana, seperti: konsep tempat (di rumah, di di kamar,
depan, belakang, atas, bawah, dan alin-lain). Konsep makanan, seperti: nasi goreng,
bakso, soto, roti/kue, tempe, tahu dan lain-lainnya. Konsep waktu, seperti: pagi, siang,
malam, cepat. Konsep warna, seperti: merah, hijau, kuning, hitam, putih, coklat. Konsep
nilai, seperti: sopan-santun, baik-buruk, salah-benar. Berkenaan dengan tugas-tugas
perkembangan tersebut, maka sekolah merupakan tempat yang kondusif untuk
mempelajari sejumlah konsep dalam kehidupan. Kurikulum sekolah hendaknya
memberikan pengalaman dan pembelajaran yang sekonkret mungkin terutama pada
kelas-kelas bawah. Hal ini akan membantu anak dalam membangun konsep-konsep baru
berdasar hal-hal yang nyata, misalnya tentang konsep yang berhubungan dengan waktu,
ruang, tempat dan angka.
7. Pengembangan kata hati, moral dan nilai-nilai
Aspek perkembanagn kata hati moral dan nilai-nilai telah diawali sejak dalam
lingkungan keluarga. Melalui proses identifikasi terhadap kedua orang tua anak
mengembangkan sendiri peringatan dan hukuman sebagai perwujudan kata hati.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berperan pentingdalam perkembanagn kata

hati, moral dan nilai-nilai melalui proses pembelajaran. Bimbingan merupakan tehnik
untuk

membantu

siswa

yang

mengalami

hambatan

yang

berkaitan

dengan

pengembangan ini.
8. Mencapai kemandirian pribadi
Tugas perkembangan ini menuntut anak usia SD mampu menjadi di yang mandiri.
Kemandirian ini ditujukan pada kemampuan membuat perencanaan dan melaksanakan
kegiatan belajar / sekolahnya tanpa harus selalu diarahkan oleh guru maupun orangtua.
Sehubungan tugas pencapaian kemandirian ini, maka guru dalam melaksanakan proses
pembelajarannya mengacu pada kemandirian. Baik kemandirian individual maupun
kemandirian dalam tugas-tugas kelompok.
C. Penyelenggaraan Pendidikan Usia Sekolah Dasar
Pendidikan pada jenjang sekolah dasar (SD) adalah pendidikan yang paling lama
penyelenggaraanya (6 tahun) dibanding jenjang pendidikan yang lain. Pada jenjang inilah
kemampuan dan keterampilan dasar dikembangkan, baik sebagai bekal untuk pendidikan
lanjutan maupun untuk terjun kemasyarakat. Studi longitudinal yang dilaksanakan blom
(1964) memberikan gambaran bahwa prestasi akademik umum pada kelas 3 sekolah
menengah diperkaya oleh prestasi akademik pada akhir tahun kelas 3 SD.
Hasil penelitian ini memberikan pemahaman, bahwa:
1. Tahun tahun pertama anak belajar di SD berpengaruh sangat signifikan terhadap sikap
anak terhadap sekolah dan pola pola pencapaian prestasi tahap tahap selanjutnya.
2. Perilaku anak pada usia 6 sampai 10 tahun memiliki kadar prediksi yang tinggi bagi
perilakunya nanti saat dewasa (Dinkmeyer dan Caldwwel, 1970). Kebijakan pemerintah
RI tentang penyelenggaraan pendidikan sekolah dasar diatur pada beberapa peraturan
perundang undangan antara lain:
3. Permen Dikanas Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan ini memberikan acuan tentang (1)

perlunya merumuskan visi dan misi sekolah, tujuan sekolah, (2) kurikulum mengarah
pada KTSP, (3) Perlunya sekolah kemitraan.
4. Permen Diknas Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar penilaian pendidikan peraturan
ini menyangkut beberapa hal, seperti (1) prinsip prinsip penilaian, (2) teknik dan
instrumen penilaian, (3) mekanisme dan prosedur penilaian, (4) pelaksanaan penilaian
oleh pendidik.
5. Permen Diknas Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana.
Peraturan ini meliputi antara lain: lahan (tanah), bangunan (gedung), ketentuan ruang
kelas, ruang perpustakaan, laboratorium, ruang pimpinan atau guru, tempat ibadah,
UKS, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat bermain atau olahraga.
6. Permen Dikanas Nomor 39 tahun2007 tantang Ujian Akhir Sekolah Berstandar
Nasional (UASBN)
7. Pemerintah jugha memberlakukan peraturan pemerintah Nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen. Peraturan ini menuntut adanya kualifikasi guru/pendidik , bahwa
guru atau pendidik dari tingkat sekolah TK hingga sekolah menengah harus berijazah
S1 pendidikan. Kebijakan pemerintah yang lain misalnya : ditetapkanya pelaksanaan
program wajib belajar pendidikan dasar sekoah sembilan tahun. Program ini telah
dicanangkan oleh pre3siden suharto pada tanggal 2 Mei 1994, yaitu pelaksanaan
Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sebilan Tahun (Wajar Diknas 9 Tahun) untuk
anak usia 7 sampai dengan 15 tahun.

PERKEMBANGAN KARIR ANAK USIA SEKOLAH DASAR

A. Konsep Karir
Karir adalah perjalanan hidup individu yang bermakna melalui serangkaian suksessukses dalam hidup. Karir merupakan kebutuhan yang harus terus ditumbuhkan dalam diri
seseorang tenaga kerja, sehingga mampu mendorong kemampuan kerjanya. Perkembangan
karir harus dilakukan melalui penumbuhan kebutuhan karir tenaga kerja menciptakan
kondisi dan kesempatan pengembangan karir serta melakukan penyesuaian antara keduanya
melalui berbagai mutasi personal (Bambang Wahyudi, 161).
Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu karir akan berisi kenaikan tingkat dari
tanggung jawab, kekuasaan dan pendapatan seseorang (Bambang Wahyudi, 162).
Pandangan yang lebih luas daripada karir adalah sebagai suatu rangkaian atas sikap dan
perilaku yang berkaitan dengan aktivitas pekerjaan dan pengalaman sepanjang kehidupan
seseorang (Bernardin, 194). Desain karir mulai tampak sejak tahap pertumbuhan karir (grow
stages), yang ditandai dengan adanya sikap keingintahuan anak terhadap jenis karir tertentu
sampai

tahap

penurunan.

Dengan

adanya

dorongan

keingintahuan

anak

mulai

mengeksplorasi karir yang menarik baginya. Pada akhir masa pertumbuhan karir,
keingintahuan dan eksplorasi yang anak lakukan ditunjang dengan berkembangnya
kapasitas-kapasitas dasar individu.
Sesuatu disebut karir jika mengimplikasikan adanya :
1. Pendidikan yang diwujudkan dengan keahlian tertentu
2. Keberhasilan
3. Dedikasi atau komitmen
4. Kebermaknaan personal dan financial
Karir terentang sejak sebelum bekerja, pada saat bekerja, dan masa-masa mengakhiri
pekerjaan.
B. Konsep Karir Perkembangan Karir Anak Usia Sekolah Dasar
1. Perkembangan Karir Anak Usia Sekolah Dasar Menurut Ginzberg
Teori perkembangan karir Ginzberg pertama kali dikembangkan pada tahun 1951
kemudian teori ini di revisi pada tahun 1970 yang hasilnya sebagai berikut. Pertama, proses
pilihan karir berlangsung terus sepanjang kehidupan. Kedua, adanya pembatasan pilihan

karir pada irreversibilitas tidak mesti berarti bahwa pilihan itu bersifat menentukan. Ketiga,
kompromi bukan hanya sekali saja, tetapi bisa jadi terjadi seumur hidup dalam rangka
optimasi karir.
Menurut Ginzberg (Yost & Corbishley, 1987 : 6) proses pemilihan karir mencakup tiga
tahapan perkembangan, yaitu tahap fantasi, tentatif, dan realistik. Tahap fantasi terjadi sejak
awal kehidupan sampai sekitar usia 11 tahunan. Tahap ini ditandai oleh minat karir yang
tidak realistis. Pilihan karir lebih didasarkan hanya kepada kesan atau hayalan belaka.
Misalnya, anak umur lima tahun ingin menjadi dokter karena umumnya dokter bermobil dan
berpenghasilan banyak dari praktek swastanya. Anak seolah percaya bahwa dia bisa jadi apa
saja dan ini berdasarkan kesan yang diperolehnya dari orang disekitarnya atau lingkungan
kerja tertentu.
Tahap tentatif umumnya terjadi pada usia 11-18 tahunan. Pada masa ini individu akan
memadukan orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya. Proses orientasi ini
mencakup pemanduan orientasi minat, kapasitas, dan orientasi nilai.
Tahap realistik, umumnya terjadi pada usia 18 tahun keatas. Pada tahap ini individu
sudah memilih karir tertentu yang akan digelutinya. Misalnya, jika individu memilih karier
dalam bidang pendidikan maka ia mengkhususkan diri untuk menekuni bidang pekerjaan
kependidikan

seperti

pustakawan

atau

guru

bidang

studi.

Berdasarkan teori perkembangan karir Ginzberg, anak usia SD berada pada tahap fantasi
menuju tahap tentatif. Pilihan karir mereka merupakan khayalan yang terkadang tidak
realistis.
Lalu berangsur-angsur menuju tahap tentatif yang mana pilihan karir khayalannya
disesuaikan dengan kesenangan, ketertarikan atau minat. Bahkan sebagian anak usia SD
sudah mulai mempertimbangkan aspek kemampuan dalam menentukan pilihan karir masa
depannya.

Sementara itu mereka masih terbelenggu oleh proses imitatifnya, yakni anak usia SD
cenderung meniru apa yang ditampilkan orang sekitarnya yang dipandang bermakna
baginya. Oleh sebab itu dalam kerangka pengembangan karirnya, kepada mereka perlu
diperlihatkan figur-figur orang yang berhasil dalam bidang tertentu. Sembari itu anak usia
SD perlu dibekali dengan kemampuan memahami keunggulan dan kelemahan dirinya.
2. Perkembangan Karir Anak Usia Sekolah Dasar Menurut Super
Teori perkembangan karir Super (Sharf, 1992 : 123) disebut dengan istilah pelangi
perkembangan karir sepanjang hayat. Ada dua konsep utama yang perlu dipahami dari
pelangi perkembangan karir sepanjang hayat karya Super ini, yaitu peran kehidupan (roles)
dan tahapan perkembangan karier (Development stages). Super (Sharf, 1992 : 122)
mendeskripsikan enam peran kehidupan yaitu peran individu sebagai (1) Child, (2) Student,
(3) Leisurite, (4) Citizen, (5) Worker, (6) Homemaker.
Menurut Super (Sharf, 1992 : 122), pada masa anak sebagai Child, Student, dan
Leisurite merupakan peran yang sangat penting. Sedangkan pada masa remaja peran utama
yang dianggap penting ialah sebagai Citizen dan Worker. Tetapi peran sebagai Worker masih
terbatas,

karena

peran

ini

menjadi

peran

utama

masa

dewasa.

Dalam mengembangkan teori tentang tahapan perkembangan karir, Super (Sharf, 1992 :
124) mengemukakan lima tahapan perkembangan, yaitu tahap (1) pertumbuhan (growth),
(2) eksplorasi (exploration), (3) penentuan (establiahment), (4) pemeliharaan (maintenance),
dan (5) tahap penurunan (disengagement). Kelima tahapan tersebut terbagi atas sub-sub
tahapan.
Tahapan pertumbuhan (gowth) karir terjadi pada usia antara 0-14 tahunan. Tahap ini
terdiri atas empat sub tahapan perkembangan, yaitu sub tahapan berkembangnya
keingintahuan (curiosity), fantasi (fantasies), minat (interests), dan berkembangnya
kemampuan (capacities) karir.

Keingintahuan anak pada usia 0-4 tahunan terhadap jenis-jenis karir merupakan awal
perkembangan karir individu. Misalnya, anak yang melihat dokter sedang memeriksa
pasiennya, jika ia tertarik oleh dunia kedokteran yang dilihatnya maka ia akan terdorong
untuk mencari tahu tentang kedokteran. Jadi keingintahuan merupakan dorongan dasar
(drive) atau kebutuhan (needs) sedangkan eksplorasi merupakan perilaku (action).
Sub tahapan fantasi terjadi pada usia 4-7 tahun di mana anak mulai mengembangkan fantasi
karirnya. Misalnya, anak bermain dokter-dokteran seolah-olah ia sebagai dokter yang
sebenarnya. Sub fantasi yang ketiga ditandai dengan munculnya minat anak terhadap karir
tertentu, yang terjadi antara usia 7-11 tahun. Misalnya anak yang berminat menjadi pesepak
bola profesional ia mulai menekuni dan menikmati aktivitas-aktivitas persepakbolaan.
Tetapi pada tahap ini mereka belum mempertimbangkan faktor-faktor penghambat karir
yang diminatinya itu. Sub tahapan keempat ialah berkembangnya kemampuan yang menjadi
dasar terbentuknya kecakapan pada karir tertentu. Umumnya, sub tahapan ini terjadi
diantara usia 11-14 tahun.
Tahap ekslorasi (eksploration) karir terjadi pada usia antara 18-15 tahunan. Tahap ini
mencakup upaya-upaya individu dalam memperoleh suatu ide yang lebih baik tentang
informasi pekerjaan, memilih alternatif-aternatif karir, mengambil keputusan karir, dan
mulai bekerja (Super dalam Sharf, 1992 : 180). Tahapan ini terjadi atas tiga sub tahapan,
yaitu kristalisasi (crystallizing), spesifikasi (specifying), dan implementasi (implementing)
karir. Tahap penentu (establisment) karir terjadi pada usia antara 30-45 tahun. Tahap
pemeliharaan (maintenance), karir terjadi pada usia antara 45-65 tahun. Tahap penurunan
(disengagement) karir pada umumnya terjadi dimulai usia 65 tahun keatas.
3. Karier Anak Usia Sekolah Dasar Menurut Teori Ciri dan Faktor
Teori ciri dan faktor dikembangkan Frank Parson pada tahun 1909. Dalam pandangan
Parson, istilah ciri mengacu kepada suatu karakteristik individu yang dapat di ukur melalui

tes. Istilah faktor mengacu pada dua hal. Pertama, mengacu kepada suatu karakteristik yang
dipersyaratkan untuk berhasil dalam penampilan kerja. Kedua, mengacu kepada suatu
pendekatan statistik yang digunakan untuk membedakan karakteristik penting suatu
kelompok orang. Dengan demikian istilah ciri dan faktor mengacu kepada asesmen terhadap
karakteristik-karakteristik individu dan pekerjaan (Sharf, 1992 : 17).
Menurut teori ini anak SD telah memunculkan ciri dan faktor yang dapat dijadikan
dasar dalam pengambilan keputusan karir. Untuk pengembangan karir pada anak usia SD,
Parson (Sharf, 1992 : 18-34) mengemukakan dua langka pengambilan keputusan karir.
Pertama, perolehan pemahaman diri ialah pemahaman secara jelas tentang sikap,
prestasi, kemampuan, minat, amibisi, sumber keterbatasan dan penyebab-penyebabnya,
nilai-nilai, dan kepribadian. Sejak dini anak usia SD dibimbing untuk memahami
kesemuanya itu. Misalnya, anak usia SD sudah mulai diajak mendiskusikan kelebihan dan
kekurangan diri sendiri dilihat dari prestasi belajarnya, diajak mendiskusikan minatminatnya, dan mendiskusikan berbagai hal yang terkait dengan cirri-ciri dirinya. Kedua,
memperoleh pengetahuan tentang dunia kerja yang mencakup pengetahuan tentang
informasi tipe lapangan kerja seperti kondisi dan upah kerja, sistem klasifikasi kerja, serta
ciri dan faktor yang dipersyaratkan suatu pekerjaan. Dalam memfasilitasi perkembangan
karier anak usia SD orang tua atau guru hendaknya mengenalkan semua bidang karir yang
ada, terutama yang dekat dengan lingkungan anak.
C. Orientasi Karir Bagi Anak Usia Sekolah Dasar
Orientasi karir yang dimaksud ialah readiness of individuals to make good choices,
yang berarti kesiapan individu untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat (Super
dalam Sharf, 1992 : 155). Model ini didasari oleh asumsi bahwa keputusan-keputusan
tentang karir terjadi pada semua rentangan kehidupan. Pada masa usia SD sekalipun anak
dihadapkan pada berbagai keputusan tentang karir. Misalnya, anak dituntut mampu untuk

menentukan pilihan lanjutan setelah lulus SD. Keputusan melanjutkan ke SMP atau
Tsanawiyah merupakan salah satu pengambilan keputusan karir.

Menurut Super (Sharf, 1992 : 156) kesiapan individu untuk membuat keputusan karir
yang tepat terakumulasi pada orientasi karir secara total. Orientasi karir ini terdiri atas tiga
dimensi, yaitu :
1. Sikap terhadap karir, mencakup perencanaan karir seperti rencana lanjutan sekolah dan
eksplorasi karir seperti lebih banyak mengetahui sekolah-sekolah lanjutan yang
diminati anak.
2. Keterampilan pembuatan keputusan karir, mencakup kemampuan menggunakan
pengetahuan dan kemampuan menggunakan pemikiran dalam mebuat keputusan karir.
3. Informasi dunia kerja, mencakup informasi tentang pekerjaan tertentu dan informasi
tentang orang lain dalam dunia kerjanya.

PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

A. Karakteristik Usia Anak Sekolah Menengah Pertama


Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa adolescere yang
berarti tumbuh atau tumbuh untuk mencapaikematangan. Perkembangan lebih lanjut, istilah
adolescence sesungguhnya memiliki arti mencakup kematangan mental, emosional,sosial dan
fisik.
Secara umum remaja dapat didefinisikan sebagai suatu tahapperkembangan pada individu,
dimana remaja mengalami perkembanganbiologis, psikologis, moral dan agama. Remaja juga
merupakan polaidentifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Dapat dikatakan juga, bahwaremaja
adalah masa transisi dari periode anak-anak menuju dewasa.Untuk memudahkan identifikasi,
biasanya masa remaja dibatasi olehwaktu tertentu.
WHO membagi 2 tahap usia remaja yaitu:
a. Remaja Awal : 10 14 tahun
b. Remaja akhir : 15 20 tahun
Oleh karena itu, anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapatdikategorikan sebagai
anak usia remaja awal. Pada umumnya ketika usiaSekolah Menengah Pertama (SMP) adalah
masa remaja awal setelahmereka melalui masa-masa pendidikan Sekolah Dasar. Remaja awal
iniberkisar antara umur 10-14 tahun. Masa remaja awal atau masa puberadalah periode unik dan
khusus yang ditandai dengan perubahan-perubahan perkembangan yang tidak terjadi dalam
tahap-tahap lain dalamrentang kehidupan

B. Perbedaan Anak Usia Sekolah Menengah Pertama


Ciri-ciri penting pada masa remaja awal atau anak SMP sebagaiberikut :
a. Pada masa ini terjadi kematangan alat-alat seksual
Dengan tumbuh dan kembangnya fungsi-fungsi organ maka ciri-ciri seks sekunder mulai
berkembang seperti tumbuhnya rambut pubisdan timbulnya jakun pada anak laki-laki.
Sedangkan pada anak perempuan mulai memasuki masa menstruasi dan mulai
tumbuhnyabuah

dada.

Dengan

adanya

kedewasaan

biologis

ini,

remaja

memilikikemampuan biologis yang sama dengan orang-orang dewasa lainnyadalam hal


reproduksi.
b. Masa remaja awal merupakan periode yang singkatDibandingkan dengan banyaknya
perubahan yang terjadi di dalamperkembangan manusia maka masa puber merupakan
periode yangpaling singkat, yaitu sekitar dua sampai empat tahun pada usianya.
c. Masa remaja awal merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yangpesatPerubahanperubahan yang pesat ini akan menimbulkan dampak pada anak. Misalnya timbul
keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak aman dan dalam beberapa hal
memungkinkan timbulnya perilakunegatif.
d. Masa remaja awal merupakan masa negatif
Pada masa ini anak cenderung mengambil sikap anti terhadapkehidupan atau kehilangan
sifat-sifat baiknya yang pada masasebelumnya sudah berkembang. Kondisi ini
merupakan sesuatu yangwajar. Beberapa ahli psikologi perkembangan menyebut ini
sebagaimasa negatifistik kedua

C. Kebutuhan Anak Usia Sekolah Menengah Pertama


Pada dasarnya, kebutuhan yang terdapat pada anak usia SMP dan SMA tidak jauh berbeda
karena cara pikir mereka yang relatif stabil dan memiliki kesamaan antara satu dengan yang
lainnya.
Dapat dikatakan juga bahwa kebutuhan Primer adalah kebutuhan yang terdapat pada anak
usia SD, kebutuhan Sekunder adalah kebutuhan yang terdapat pada anak usia SMP, sedankan
Tersier adalah kebutuhan yang terdapat pada anak usia SMA.
1. Kebutuhan Primer
Kebutuhan pirmer adalah kebutuhan utama atau kebutuhan pokok yang pertama harus
dipenuhi untuk mempertahankan hidup. Kata primer sendiri berasal dari kata Primus yang
artinya pertama. secara umum kebutuhan primer pada anak usia SMP dan SMA terdiri atas
pangan, sandang dan papan atau makanan, pakaian dan rumah.
2. Kebutuhan Sekunder
Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan kedua yang dipenuhi setelah kebutuhan primer
terpenuhi. Adapun kata skunder berasal dari kata Scundus yang berarti kedua. Dalam
kehidupan remaja (SMP dan SMA) membutuhkan fasilitan elektronik yang dapat
memudahkan kerja mereka. Namun tidak sedikit pula kebutuhan ini sudah terpenuhi pada
anak usia SD yang dapat mengakibatkan capatnya pertumbuha pola piker yang seharusnya
belum saatnya berkembang.
3. Kebutuhan Tersier
Kebutuhan tersier adalah kebutuhan ketiga yng dipenuhi setelah kabuuhan primer dan
sekunder terpenui. Kata tersier berasal dari kata Tertius yang berarti ketiga. Kebutuhan tersier
disebut juga kebtuhan mewah atau lux. Pada anak usia SMP dan SMA, kebutuhan ini yang
biasanya diharapkan untuk dapat terpenuhi secepatnya karena kebutuhan tersier dapat
mengankat reputai seorang siswa di kalangan remaja.
D. Permasalahan Anak Usia Sekolah Menengah Pertama

Banyak permasalahn yang dihadapi peserta didik yang dihadapi peserta didik usia
menengah. Hal yang paling berpangaruh disebabkan, peserta didik usiamengengah
merupakan fase yang belum stabil. Begitu banyak hal yang bisa menjerumuskan peserta
didik ke masalah-masalah tertentu. Permasalahan yang dihadapi peserta didik usia sekolah
menengah dalam bentuk perilaku. Berikut ini merupakan lima daftar masalah yang selalu
dihadapi peserta didik usia menengah.
Pertama, Perilaku Bermasalah (problem behavior). Masalah perilaku yang dialami remaja
di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri
dan orang lain. Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambat
dirinya dalam proses sosialisasinya dengan remaja lain, dengan guru, dan dengan
masyarakat. Perilaku malu dalam dalam mengikuti berbagai aktvitas yang digelar sekolah
misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja
mengalami kekurangan pengalaman. Jadi problem behaviour akan merugikan secara tidak
langsung pada seorang remaja di sekolah akibat perilakunya sendiri.
Kedua, Perilaku menyimpang (behaviour disorder). Perilaku menyimpang pada remaja
merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup
(nervous) dan perilakunya tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua
remaja mengalami behaviour disorder. Seorang remaja mengalami hal ini jika ia tidak
tenang, unhappiness dan menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang
pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada
tindakan kejahatan. Penyebab behaviour disorder lebih banyak karena persoalan psikologis
yang selalu menghantui dirinya.
Ketiga, Penyesuaian diri yang salah (behaviour maladjustment). Perilaku yang tidak sesuai
yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam
menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku menyontek,

bolos, dan melangar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada
remaja di sekolah menegah (SLTP/SLTA).
Keempat, Perilaku tidak dapat membedakan

benar-salah

(conduct

disorder).

Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku
benar dan salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara pikir dan perilaku
yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya,
karena sejak kecil orangtua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada
anak. Wajarnya, orang tua harus mampu memberikan hukuman (punisment) pada anak saat
ia memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau hadiah (reward) saat anak
memunculkan perilaku yang baik atau benar. Seorang remaja di sekolah dikategorikan
dalam conduct disorder apabila ia memunculkan perikau anti sosial baik secara verbal
maupun secara non verbal seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan
mempermainkan temannya . Selain itu, conduct disordser juga dikategorikan pada remaja
yang berperilaku oppositional deviant disorder yaitu perilaku oposisi yang ditunjukkan
remaja yang menjurus ke unsur permusuhan yang akan merugikan orang lain.
Kelima, Attention Deficit Hyperactivity disorder, yaitu anak yang mengalami defisiensi
dalam perhatian dan tidak dapat menerima impul-impuls sehingga gerakan-gerakannya tidak
dapat terkontrol dan menjadi hyperactif. Remaja di sekolah yang hyperactif biasanya
mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan
tugasnya. Jika diajak berbicara, remaja yang hyperactif tersebut tidak memperhatikan lawan
bicaranya. Selain itu, anak hyperactif sangat mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang
dari luar serta mengalami kesulitan dalam bermain bersama dengan temannya.

Solusi dari permasalahan yang dihadapi peserta didik usia Menengah Pertama, ada
beberapa hal yang dapat kita lakukan sebai seorang orang tua, pendidik. ataupu lembagalembaga pendidikan.
Pertama, memberikan kesempatan untuk mengadakan dialog untuk menyiapkan jalan
bagi tindakan bersama. Sikap mau berdialog antara orangtua, pendidik di sekolah, dan
masyarakat dengan remaja pada umumnya adalah kesempatan yang diinginkan para remaja.
Dalam hati sanubari para remaja tersimpan kebutuhan akan nasihat, pengalaman, dan
kekuatan atau dorongan dari orang tua. Tetapi sering kerinduan itu menjadi macet bila
melihat realitas mereka dalam keluarga, di sekolah ataupun dalam lingkungan masyarakat
yang tidak memungkinkan karena antara lain begitu otoriter dan begitu bersikap monologis.
Menyadari kekurangan ini, lembaga-lembaga pendidikan perlu membuka kesempatan untuk
mengadakan dialog dengan para remaja, kaum muda dan anak-anak, entah dalam
lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Kedua, menjalin pergaulan yang tulus. Dewasa ini jumlah orang tua yang bertindak
otoriter terhadap anak-anak mereka sudah jauh berkurang. Namun muncul kecenderungan
yang sebaliknya, yaitu sikap memanjakan anak secara berlebihan. Banyak orang tua yang
tidak berani mengatakan tidak terhadap anak-anak mereka supaya tidak dicap sebagai
orangtua yang tidak mempercayai anak-anaknya, untuk tidak dianggap sebagai orangtua
kolot, konservatif dan ketinggalan jaman.
Ketiga, memberikan pendampingan, perhatian dan cinta sejati. Ada begitu banyak
orangtua yang mengira bahwa mereka telah mencintai anak-anaknya. Sayang sekali bahwa
egoisme mereka sendiri menghalang-halangi kemampuan mereka untuk mencintaianak
secara sempurna. Saya telah memberikan segala-galanya, itulah keluhan seorang ibu yang
merasa kecewa karena anak -anaknya yang ugal-ugalan di sekolah dan di masyarakat. Anak
saya anak yang tidak tahu berterima kasih, katanya. Yang perlu dipahami bahwa setiap

individu memerlukan rasa aman dan merasakan dirinya dicintai. Sejak lahir satu kebutuhan
pokok yang yang pertama-tama dirasakan manusia adalah kebutuhan akan kasih sayang
yang dalam masa perkembangan selanjutnya di usia remaja, kasih sayang, rasa aman, dan
perasaan dicintai sangat dibutuhkan oleh para remaja. Dengan usaha-usaha dan perlakuanperlakuan yang memberikan perhatian, cinta yang tulus, dan sikap mau berdialog, maka para
remaja akan mendapatkan rasa aman, serta memiliki keberanian untuk terbuka dalam
mengungkapkan pendapatnya. Lewat kondisi dan suasana hidup dalam keluarga, lingkungan
sekolah, ataupun lingkungan masyarakat seperti di atas itulah para remaja akan merasa
terdampingi dan mengalami perkembangan kepribadian yang optimal dan tidak terkungkung
dalam perasaan dan tekanan-tekanan batin yang mencekam. Dengan begitu gaya hidup yang
mereka tampilkan benar-benar merupakan proses untuk menemukan identitas diri mereka
sendiri yang sebenarnya.

PENDIDIKAN ANAK USIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

A. Karakteristik Anak Usia Sekolah Menengah Pertama


Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa adolescere yang
berarti tumbuh atau tumbuh untuk mencapaikematangan. Perkembangan lebih lanjut, istilah
adolescence sesungguhnya memiliki arti mencakup kematangan mental, emosional,sosial dan
fisik.
Secara umum remaja dapat didefinisikan sebagai suatu tahapperkembangan pada individu,
dimana remaja mengalami perkembanganbiologis, psikologis, moral dan agama. Remaja juga

merupakan polaidentifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Dapat dikatakan juga, bahwaremaja
adalah masa transisi dari periode anak-anak menuju dewasa.Untuk memudahkan identifikasi,
biasanya masa remaja dibatasi olehwaktu tertentu.
WHO membagi 2 tahap usia remaja yaitu:
c. Remaja Awal : 10 14 tahun
d. Remaja akhir : 15 20 tahun
Oleh karena itu, anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapatdikategorikan sebagai
anak usia remaja awal. Pada umumnya ketika usiaSekolah Menengah Pertama (SMP) adalah
masa remaja awal setelahmereka melalui masa-masa pendidikan Sekolah Dasar. Remaja awal
iniberkisar antara umur 10-14 tahun. Masa remaja awal atau masa puberadalah periode unik dan
khusus yang ditandai dengan perubahan-perubahan perkembangan yang tidak terjadi dalam
tahap-tahap lain dalamrentang kehidupan

B. Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah Menengah Pertama


Menurut Rober Havighurst (Yusuf: 2002, 65) tugas-tugas perkembangan ialah:
A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the
individual, successful achievement of which leads to his happiness and to success with later
task, while failure leads to unh appiness in the individual, disapproval by society, and difficulty
with later task. (Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu
dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan
membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya; sementara apabila
gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan,

menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas


berikutnya).
Tugas-tugas perkembangan murid SMP adalah tugas-tugas yang dilalui individu ketika
duduk di bangku SMP atau sederajatnya. Jika dilihat dari usia rata-rata murid SMP (11-18
tahun), maka masa SMP termasuk kedalam klasifikasi masa remaja (11-24 tahun dan belum
menikah). Sehingga tugas-tugas murid SMP pun dijelaskan dalam tugas-tugas perkembangan
masa remaja.
Tugas-tugas perkembangan siswa sekolah menengah pertama adalah:
1. Perkembangan Fisik
Terjadinya perubahan ukuran tubuh dan perubahan proporsi tubuh, terdapatnya ciri-ciri
seks primer (seperti matangnya organ seks pada laki-laki memungkinkan untuk terjadinya
mimpi basah dan pada perempuan yaitu terjadinya haid). Terdapat ciri-ciri seks
sekunder (seperti suara laki-laki mulai serak dan tinggi suara menurun, sedangkan pada
perempuan pinggul dan payudara mulai membesar). Dalam perkembangan fisik ini,
penampilan laki-laki dan perempuansemakin berbeda dan mulai timbul daya tarik akan
lawan jenis.
2. Perkembangan Intelegensi
Yaitu mulai dapat berpikir secara abstrak dan hipotesis, sehingga dapat memperkirakan
apa yang mungkin terjadi, dapat mengambil keputusan, dan dapat menyelesaikan masalah
yang dihadapi.
3. Perkembangan Emosi
Mencapai kematangan emosional merupakan salah satu tugas perkembangan yang cukup
sulit, karena masa remaja merupakan puncak emosionalitas (perkembangan emosi yang
tinggi). Selain itu proses pencapaiannya juga sangat dipengaruhi oleh kondisi sosioemosional.
4. Perkembangan Sosial

Pada masa remaja berkembang social cognitionatau kemampuan untuk memahami orang
lain, pemahamannya ini mendorong remaja untuk menjalin persahabatan ataupun
percintaan (pacaran). Perkembangan sosial dilakukan dalam tiga lingkungan yaitu
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
5. Perkembangan Moral
Munculnya dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh
orang lain dikarenakan adanya pemahaman tentang nilai-nilai dan konsep-konsep
moralitas.
6. Perkembangan Kepribadian
Masa remaja merupakan masa berkembangnya identity (jati diri). Pada saat ini
berkembang usaha sadar untuk menjawab pertanyaan who am I? (siapa saya?).
7. Perkembangan Religi
Pada masa ini berkembang kesadaran atau keyakinan beragama serta munculnya
kegoncangan dalam keagamaanseperti terkadang rajin melakukan ibadah tetapi terkadang
malas, was-was (skeptis) dan cemas
Menurut William Kay, tugas-tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut:
1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
2. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mempunyai
otoritas.
3. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonaldan belajar bergaul dengan
teman sebaya atau oranglain.
4. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.
Memperkuat self-control(kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsipprinsip atau falsafah hidup (Weltanschauung).
Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan.

C. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Sekolah Menengah Pertama


Satuan pendidikan pada tingkat SLTP meliputi: Rumpun SLTP terdiri atas:
a. SLTP
b. Madrasah Tsanawiyah
c. SMP Kecil, dan
d. SLTP Terbuka
Rumpun SLTP Luar Biasa, yang terdiri atas:
a. SLB, dan
b. SLTP
Terpadu Rumpun Pendidikan Luar Sekolah yang terdiir atas:
a.
b.
c.
d.

Paket B
Ujian Persamaan SLTP
Diniyah Wustho, dan
Pondok Pesantern

Pada jenjang pendidikan menengah jenis sekolah dibedakan:


1. SMU
2. SMK
3. MA
Sedangkan pada jalur pendidikan luar sekolah adalah:
1. Pondok Pesantern
2. Paket C

MEMAHAMI PRIBADI PESERTA DIDIK

A. Aspek-Aspek Pribadi Peserta Didik


Aspek-aspek Perkembangan Siswa SMP (SLTP) menurut Standar Kompetensi Kemandirian
Peserta Didik:
Aspek Perkembangan: Landasan Hidup Religius

No
1.
2.
3.

Tataran/
Internalisasi Tujuan
Pengenalan
Akomodasi
Tindakan

SLTP
Mengenal arti dan tujuan ibadah
Berminat mempelajari arti dan tujuan setiap bentuk ibadah
Melakukan berbagai kegiatan ibadah dengan kemauan sendiri

Aspek Perkembangan: Landasan Perilaku Etis


No
1.
2.

Tataran/
Internalisasi Tujuan
Pengenalan
Akomodasi

3.

Tindakan

SLTP
Mengenal alas an perlunya menaati aturan/norma perilaku
Memahami keragaman aturan/patokan dalam berperilaku dalam
konteks budaya
Bertindak atas pertimbangan diri terhadap norma yang berlaku

Aspek Perkembangan: Kematangan dan Emosi


No
1.
2.
3.

Tataran/
Internalisasi Tujuan
Pengenalan
Akomodasi
Tindakan

SLTP
Mengenal cara-cara mengekspresikan perubahan secara wajar
Memahami keragaman ekspresi perasaan diri dan orang lain
Mengekspresikan perasaan atas dasar pertimbangan kontekstual

Aspek Perkembangan: Kematangan Intelektual


No
1.

Tataran/
Internalisasi Tujuan
Pengenalan

SLTP
Mempelajari cara-cara pengambilan keputusan dan pemecahan

2.
3.

Akomodasi
Tindakan

masalah
Menyadari adanya resiko dari pengambilan keputusan
Mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan resiko yang mungkin
terjadi

Aspek Perkembangan: Kesadaran Tanggung Jawab Sosial


No
1.

Tataran/
Internalisasi Tujuan
Pengenalan

SLTP
Mempelajari cara-cara memperoleh hak dan memenuhi kewajiban

2.

Akomodasi

dalam lingkungan kehidupan sehari-hari.


Menghargai nilai-nilai persahabatan dan keharmonisan dala kehidupan

3.

Tindakan

sehari-hari.
Berinteraksi dengan orang lain atas dasar nilai-nilai persahabatan dan
keharmonisan hidup.

Aspek Perkembangan: Kesadaran Gender


No
1.
2.

Tataran/
Internalisasi Tujuan
Pengenalan
Akomodasi

SLTP
Mengenal peran-peran social sebagai laki-laki atau perempuan
Menghargai peranan diri dan orang lain sebagai laki-laki atau

3.

Tindakan

perempuan dalam kehidupan sehari-hari.


Berinteraksi dengan lain jenis secara kolaboratif dalam memerankan
peran jenis.

Aspek Perkembangan: Pengembangan Pribadi


No
1.
2.
3.

Tataran/
Internalisasi Tujuan
Pengenalan
Akomodasi
Tindakan

SLTP
Mengenal kemampuan dan keinginan diri
Menerima keadaan diri secara positif
Menampilkan perilaku yang merefleksikan diri dalam lingkungannya

Aspek Perkembangan: Perilaku Kewirausahaan (Kemandirian Perilaku Ekonomis)


No
1.

Tataran/
Internalisasi Tujuan
Pengenalan

2.

Akomodasi

3.

Tindakan

SLTP
Mengenal nilai-nilai perilaku hemat, ulet,

sungguh-sungguh, dan

komprehensif dalam kehidupan sehari-hari.


Menyadari manfaat perilaku hemat, ulet, sungguh-sungguh, dan
komprehensif dalam kehidupan sehari-hari.
Membiasakan diri hidup hemat, ulet,

sungguh-sungguh,

dan

komprehensif dalam kehidupan sehari-hari.

Aspek Perkembangan: Wawasan dan Kesiapan Karir


No
1.

Tataran/
Internalisasi Tujuan
Pengenalan

SLTP
Mengekspresikan ragam pekerjaan, pendidikan dan aktivitas dalam

2.

Akomodasi

kaitan dengan kemampuan diri


Menyadari keragaman nilai dan persyaratan dan kativitas yang

3.

Tindakan

menentukan pemenuhan kemampuan tertentu


Mengidentifikasi ragam alternative pekerjaan, pendidikan dan aktivitas
yang mengandung relevansi dengan kemampuan diri.

Aspek Perkembangan: Kematangan Hubungan dengan Teman Sebaya

No
1.

Tataran/
Internalisasi Tujuan
Pengenalan

SLTP
Mempelajari norma-norma pergaulan dengan teman sebaya yang

2.

Akomodasi

beragam latar belakangnya.


Menyadari keragaman latar belakang teman sebaya yang mendasari

3.

Tindakan

pergaulan.
Bekerjasama dengan teman sebaya yang beragam latar belakangnya.

Aspek Perkembangan: Kesiapan Diri untuk Menikah dan Berkeluarga


No
1.
2.
3.

Tataran/
Internalisasi Tujuan
Pengenalan
Akomodasi
Tindakan

SLTP
-

B. Teknik Pemahaman Peserta Didik


Teknik non-tes merupakan prosedur pengumpulan data yang dirancang untuk memahami
pribadi murid, yang ada umumnya bersifat kualitatif.
Teknik ini terdiri atas beberapa macam jenis, seperti:
1. Observasi (pengamatan)
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu
b. Direncanakan secara sistematis
c. Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
d. Perlu diperiksa ketelitiannya
Teknik observasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis:
a. Observasi sehari-hari (daiily observation)
b. Observasii sistematis (systematic observation)
c. Observasi partisipatif (participative observation)
d. Observasi non-partisipasif (non participative observation)
2. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan teknik untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung
dengan responden (orang yang minta informasi)
Kelebihan dan kekurang wawancara
Kelebihan wawancara:
a. Merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi murid
secara mendalam

b. Dapat dilakukan terhadap setiap tingkatan umur


c. Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi
d. Digunakan untuk pelengkap data yang dikumpulkan dengan teknik lain
Kelemahan Wawancara:
a. Tidak efisien, yaitu tidak bisa menghemat waktusacara singkat
b. Sangat tergantung pada kesediaan kedua belah pihak
c. Menuntut penguasaan bahasa dari pihak pewawancara
Dalam bimbingan dan konseling dikenal beberapa macam wawancara, yaitu:
a. Wawancara pengumpulan data (informational interview)
b. Wawancara konseling (counseling interview)
c. Wawancara disiplin (diciplinary interview)
d. Wawancara penempatan (placement interview)
3. Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung,
yaitu melalui tulisan.
Beberapa petunjuk untuk menyusun angket :
a. Gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti rangkap
b. Sususnan kalimat sederhana tapi jelas
c. Hindarkan kata-kata yang bersifat negatif dan menyinggung perasaan responder
4. Catatan Anekdot
Catatan anekdot, yaitu catatan otentik hasil observasi. Dengan mempergunakan catatan
anekdot, guru dapat:
a. Memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan murid
b. Memperoleh pemahaman tentang penyebab dari gejala tingkah laku murid
c. Memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan kbutuhan murid
Catatan anekdot yang baik dimiliki syarat sebagai berikut :
a. Objektif, yaitu cacatan yang dibuat secara rinci tentang perilaku murid
b. Deskriftif, yaitu catatan yang menggambarkan diri murid secara lengkap tentang suatu
peristiwa mengenai murid
c. Selektif, yaitu dipilih suatu situasi yang dicatat
5. Otobiografi (Riwayat atau Karangan) dan Catatan Harian
Karangan pribadi ini merupakan ungkapan pribadi murid tentang pengalaman hidupnya,
cita-citanya, keadaan keluarga, dsb. Yang Penggunaan otobiografi mempunyai bebrapa
kelemahan. Pertama, seringkali murid hanya menuliskan peristiwa-peristiwa yang berarti

bagimurid tapi belum tentu berarti untuk guru dalam kepentingan layanan bimbingan dan
konseling. Kedua, peristiwa-peristiwa lama seringkali banyak yang terlupakan. Ketiga, ada
kecenderungan murid membuang hal-hal yang kurang sesuai dengan harapan murid dan
menggantinya dengan halyang sesuai. Keempat, seringkali murid tidak mau memberikan
otobiografinya untuk dibaca oleh orang lain.
Karangan pribadi ni dalam pembuatannya dibagi ke dalam dua jenis, yaitu terstruktur dan
tidak terstruktur.
a. Terstruktur
Karangan pribadi ini disusun berdasarkan

tema (judul) yang telah ditentukan

sebelumnya
b. Tidak terstruktur
Murid diminta untuk membuat karangan pribadi secara bebas
6. Sosiometri
Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan atau interaksi sosial
(saling penerimaan atau penolakan) di antara murid dalam suatu kelas, kelompok, kegiatan
ekstra kurikurer, organisasi kesiswaan, dll. Melalui teknik ini guru dapat mengetahui tentang.
a. Murid yang populer
b. Yang terisolir
c. Klik(kelompok kecil dengan anggota 2-3 orang murid)
Sosiometri dapat digunakan untuk :
a. Memperbaiki hubungan insani
b. Menentukan kelomppok belajar/kerja
c. Meneliti kemampuan memimpin seorang individu (murid) dala kelompok
7. Studi Kasus
Studi kasus merupakan teknik mempelajari perkembangan seorang murid secara menyeluruh
dan mendalam serta menggungkap seluruh aspek pribadi murid yang datanya diperoleh dari
berbagai pihak. Dalam melaksanakan studi kasus ini dapat ditempuh langkah-langkah :
a. Menentukan murid yang bermasalah
b. Memperoleh data
c. Menganalisis data
d. Memberikan layanan bantuan
8. Konferensi Kasus

Konferensi kasus merupakan suatu pertemuan di antara beberapa unsur di sekolah untuk
membicarakan seorang atau bebrapa murid yang mempunyai masalah. Unsur-unsur yang
dapat turut berpartisipasi dalam konferensi kasus dapat terdiri atas, konselor, guru-guru yang
mengenal benar murid yang menjadi kasus, kepala sekolah, psikolog, dokter, petugas
perpustakaan, orang tua siswa atau personel lain yang mengenal dekat murid ysb.
9. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah (home visit) merupakan salah satu bentuk dari layanan bimbingan dan
konseling. Fungsi utama dari kunjungan rumah adlah membina hubungan baik dan kerja
sama antara guru/sekolah dengan orang tua murid, sehingga akan terbina saling pengertian,
kesamaan persepsi, sikap dan perlakuan terhadap murid.
10. Studi Dokumentasi
Teknik ini berusaha untuk memperoleh informasi-informasi yanh bersifat dokumen, dari
dokumen-dokumen yang ada.
11. Analisis hasil Pekerjaan
Dalam hal-hal tertentu, kita dapat memahami murid dengan menganalisis beberapa hasil
pekerjaan mereka. Hasil-hasil pekerjaan yang dianalisis dapat berupa karangan, laporan
kunjungan, hasil pengamatan, penelitian, puisi, prosa, cerita pendek, lukisan, kerajinan dll.
C. Manfaat Pemahaman Peserta Didik
Menurut W.J.S Poerwodarminto (1994) dalam kamus Bahasa Indonesia kata pemahaman
berasal dari kata paham yang berarti mengerti benar atau tanggap tentang suatu hal. Dari
pengertian tersebut maka kata pemahaman memiliki arti mengerti tentang hubungan suatu ide
dengan suatu persoalan. Menurut winkwel (1996) menyatakan bahwa pemahaman peserta didik
atau siswa adalah kemampuan untuk menangkap makna atau arti dari bahan yang di pelajari.
Pemahaman pada peserta didik dalam pembelajaran sangatlah penting. Tercapainya pemahaman
dari peserta didik dalam proses pembelajaran juga merupakan fungsi dari adanya seorang
pendidik. Dari pemahaman tersebut, peserta didik di harapkan bisa menjelaskan sebagian atau

seluruh bahan pelajaran yang telah di sampaikan oleh pendidik. Bukan hanya itu, tetapi mereka
juga di harapkan bisa menerapkanya dalam kehidupan. Menurut Skemp (1976) dalam Wahyudi
(2001) tingkat pemahaman peserta didik ini bisa di bedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut :
1. Pemahaman instruksional (instructional understanding)
Adalah tingkat pemahaman peserta didik yang hanya meliputi tahu dan hafal saja, tetapi
tidak mengetahui bagaimana itu bisa terjadi dan bagaimana cara menerapkanya dalam
kehidupan.

2. Pemahaman relasional (relational understanding)


Adalah tingkat pemahaman peserta didik yang tidak hanya meliputi tahu dan hafal saja,
tetapi sudah mengetahui bagaimana itu terjadi dan bagaimana cara menerapkanya dalam
kehidupan.
Dengan demikian pemahaman yang paling baik adalah pemahaman rasional. Karena peserta
didik memang benar benar tahu dan mengerti apa yang telah di sampaikan oleh pendidik. Dan
pemahaman seperti itulah yang seharusnya peserta didik terima.

Perbedaan Individual dalam Pembelajaran


Setiap peserta didik memiliki ciri khas masing masing dalam menerima pembelajaran
dari pendidik atau guru. Ada yang suka dengan metode menulis, mendengarkan, dan juga
membaca. Dari perbedaan tersebut pendidik harus mengetahui metode yang harus di gunakan
karena hal itu dapat mempengaruhi dalam pembelajaran mereka. Peserta didik akan mudah
menerima pembelajaran jika dalam pembelajaranya sesuai dengan kemampuan yang mereka
miliki. Kesesuaian tersebut akan membuat peserta didik menjadi semangat dan akan bekerja
keras dalam kegiatan itu sampai semua tugas tugasnya terselesaikan. Ciri khas atau

kemampuan tersebut terkadang kurang di perhatikan oleh pendidik. Kebanyakan pendidik di


Indonesia menganggap mereka sebagai individu yang memiliki kemampuan yang sama. Dari
anggapan itu peserta didik akan susah untuk berkembang dan tidak akan mampu memahami apa
yang telah di jelaskan oleh pendidik.

Beberapa manfaat pendidik mengetahui tingkat pemahaman peserta didik adalah sebagai
berikut :
1. Pendidik akan mengetahui tahapan-tahapan perkembangan pola fikir peserta didik dari
mulai berani berbicara sampai menemukan kemampuan khususnya.
2. Pendidik akan mengetahui bagaimana cara merespon prilaku dari peserta didik.
3. Pendidik akan mengetahui berbagai penyimpangan dari perkembangan yang normal.
Pemahaman peserta didik juga memiliki tingkat-tingkatnya dalam memahani pembelajaran,
yaitu antara lain :
1. Tingkat rendah :
Pemahaman di mulai dari menerjemahkan bahasa asing atau bahasa Indonesia.
2. Tingkat sedang :
Pemahaman yang memiliki penafsiran menghubungkan suatu bagian-bagian dengan
peristiwa atau kejadian.
3. Tingkat tinggi :
Pemahaman yang dapat memperluas resepsi dalam arti waktu atau masalahnya.

Jenis Perbedaan Individual yang Perlu Mendapat Perhatian dalam Pembelajaran


Dalam proses pembelajaran, setiap peserta didik mempunyai kemampuan dalam menyerap
pembelajaran yang berbeda beda. Perbedaan itu membutuhkan perhatian dari pendidik untuk
membuat mereka mudah dalam menerima pembelajaran. Dari perbedaan tersebut ada beberapa
jenis perbedaan peserta didik yang perlu di perhatikan oleh pendidik yaitu sebagai berikut :

1. Keras hati
Sifat ini bisa di sebabkan karena bawaan anak, perkembangan jiwa anak, dan kelahan
kesalahan dalam pendidikan. Untuk mengatasi sifat ini, pendidik tidak boleh
memanjakannya, selalu memberikan larangan dengan cara lemah lembut sehingga anak
dapat membesarkan hati.
2. Keras kepal
Keras kepala ini dapat muncul karena anak terlalu di manja, timbulnya iri hati, perasaan
takut akn sesuatu, dan kerkurngnya harga diri. Sifat ini bisa di atasi oleh pendidik dengan
cara mengetahi sebab sebabnya dengan teliti sehingga pendidik dapat bertindak dengan
tepat dan bijaksana.
3. Anak manja
Adanya sifat manja ini dapat menyebabkan beberapa hal antara lain : anakk akan memiliki
sifat mementingkan diri sendiri, kurangnya rasa tanggung jawab pada diri mereka, serta
selalu berusaha menarik perhatian pendidik atau teman - temanya. Cara yang tepat untuk
mengatasinya adalah dengan cara menanamkan rasa sosial dalam diri anak dan mendidik
anak untuk bersifat mandiri.
4. Perasaan takut
Sifat seperti ini bisa di sebabkan karena kurangnya rasa percaya diri pada anak, selalu
berfikir yang aneh aneh, dan adanya sesuatu yang tidak di ketahuinya. Cara yang tepat
dalam mengatasinya adalah dengan mengenalkan anak pada sesuatu yang di takutinya,
membangun rasa percaya diri dalam dirinya, serta mengusahakan selalu dekat denganya.
5. Agresi
Merupakan sikap marah atau jengkel akan sesuatu. Sikap ini timbul karena adanya
keinginan yang tidak terpenuhi, iri hati, di hina oleh orang lain, serta adanya batasan akan
kebebasanya. Sifat seperti ini dapat di atasi dengan memberikan nasehat atau pengertian
pada dirinya sehingga ia mengerti dan lapang hati untuk menerimanya.

6. Frustasi
Frustasi bisa disebut juga dengan putus asah. Frustasi adalah keadaan jiwa atau batin
seseorang yang dalam keadaan tidak seimbang. Sifat ini bisa di akibatkan karena adanya
rasa ketidak puasan akan sesuatu. Dalam menangani sifat ini pendidik harus memberikan
nasehat atau pemahaman yang di sertai dengan motivasi untuk membangkitkan
semangatnya. Dari beberapa perbedaan sifat itu, perhatian pendidik memang sangatlah
penting dan strategis di terapkan dalam proses pembelajaran serta dapat mengembangkan
kemampuan mereka. Untuk meningkatkan pemahaman konsep pada peserta didik maka
perlu ada beberapa prinsip yang harus di perhatikan oleh pendidik (syayidah,2010), yaitu
sebagai berikut :
a. Perhatian : menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan tidak monoton
serta melibatkan seluruh siswa dalam tanya jawab.
b. Relevansi : menjelaskan relevansi pelajaran dengan manfaat dan kebutuhan

setelah

mengikuti pelajaran.
c. Percaya diri : menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik dengan menjelaskan
pelajaran dari mulai yang mudah terlebih dahulu kemudian ke yang sukar.
d. Kepuasan : memberi kepercayaan pada peserta didik yang menguasai konsep tertentu
untuk membantu teman - temanya dan memberi pujian atas keberhasilanya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Marsudi, Saring , Rubino Rubiyanto, an Sri Hartini. 2011. Perkembangan Peserta Didik.
Surakarta : UMS Pres.
2. Budiamin, Amin. Hafidz Dedi. Daim. (2006). Perkembangan Peserta Didik, Bandung: UPI
Press.
http ://zhuldyn.wordpress.com/perkembangan-peserta-didik/perkembangan-karir-anak-sd/

3. Hurlock, Elizabeth B. (1980). Development Psychology A Life-Span Approach. New York:


McGraw-Hill.
4. Yusuf, Syamsu. (2002). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
5. Mulyatiningsih, Rudi. (2004). Bimbingan Pribadi-Sosial, Belajar, dan Karier. Jakarta:
Grasindo
6. ABKIN. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konselingdalam Jalur
Pendidikan Formal.
7. Santoso, Sugeng. 2006. Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Menuju Anak yang
Sehat dan Cerdas Melalui Permainan. Jurnal Pendidikan Penabur. hlm. 95-96.
8. Santoso, Sugeng. 2006. Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Menuju Anak yang
Sehat dan Cerdas Melalui Permainan. Jurnal Pendidikan Penabur. hlm. 95.
9. Cahyani Ani. Mubin, Psikologi perkembangan; cet I (Quantum Teaching, Ciputat Press
Group, 2006).
10. Santoso, Sugeng. 2006. Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Menuju Anak yang
Sehat dan Cerdas Melalui Permainan. Jurnal Pendidikan Penabur.
11. Hurlock, E. B., 1999, Psikologi Perkembangan; Suatu pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, Diterjemahkan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo, Erlangga: Edisi Kesatu.
12. Sinolungan, A. E., 2001, Psikologi Perkembangan Peserta Didik,Manado: Universitas
Negeri Manado.
13. Agustian, A. G. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ:
Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta:
ARGA Publishing
14. Eko Maulana Ali Suroso, Kepemimpinan Integratif Berbasis ESQ, (Jakarta: Bars Media
Komunikasi, 2004)
15. Nggermanto, A. 2002. Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum): Cara Cepat Melejitkan
IQ, EQ dan SQ Secara Harmonis. Bandung: Penerbit Nuansa.
16.

Anda mungkin juga menyukai