Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

PERKEMBANGAN FISIK DAN KOGNITIF ANAK


PADA TAHAP OPRASIONAL KONKRIT
I PUTU KRISNA DIVAYANA SETIAWAN (1913071010)

1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik atau yang disebut juga pertumbuhan biologis (bio-logical growth)
merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan individu. Menurut Seifert dan
Hoffnung, (1994), perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti:
pertumbuhan otak, system saraf, organ-organ indrawi, pertumbuhan tinggi dan berat, dan lain-
lain), dan perubahan-perubahan dalam cara-cara individu dalam menggunakan tubuhnya
(seperti perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual), serta perubahan
dalam kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan dan sebagainya).
Selama usia sekolah, pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil dibandingkan
masa bayi atau masa remaja yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan cepat.
Beberapa perkembangan fisik yang dialami anak pada tahap oprasional konkret adalah :
a. Pertambahan rata-rata berat bada per tahun sekitar 7 pounds (3-3,5 kg)
b. Pertumbuhan tinggi badan rata-rata per tahun sekitar2,5 inches (6 cm).
c. Peningkatan persen lemak tubuh, minimal 16% pada wanita dan 13% pada laki-
laki.
d. Kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada dan panggul lebih besar.
e. Peningkatan berat badan anak selama ini terjadi terutama karena bertambahnya
ukuran sistem rangkadan otot serta ukuran beberapa organ tubuh. Pada saat yang
sama secara berangsur-angsur terus bertambah.
Pertumbuhan fisik pada masa ini, disamping memberikan kemampuan bagi anak-anak
untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas baru tetapi juga dapat menimbulkan
permasalahan-permasalahan dan kesulitan-kesulitan secara fisik dan psikologis mereka (Scifert
& Hoffnung, 1994). Kesulitan-kesulitan fisik maksudnya, anak tidak dapat bertindak atau
berperilaku secara berani, hal ini disebabkan karena proporsi tubuhnya yang tidak serasi.
Proporsi/bentuk tubuh anak sekolah dasar , ada yang yang gemuk atau terlihat berbadan
besar, ada yang kelihatan kokoh dan kuat, ada juga yang lemah dan tak berotot. Ketiga bentuk
tubuh tersebut akan berpengaruh pada perilaku mereka sehari-hari dan juga berpengaruh pada
sikap dan psikologis mereka. Anak-anak yang berbadan gemuk biasanya sulit untuk bergerak
dan sering diejek oleh teman-temannya sehingga mereka sering merasa rendah diri. Anak-anak
yang kokoh dan kuat, mereka cenderung memiliki percaya diri yang tinggi, karena dapat
melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. Anak-anak terlihat lemah dan tidak berotot
biasanya menjadi ejekan temantemanya, karena kurang mampu beraktivitas seperti yang lain,
sehingga mereka juga cenderung kurang percaya diri dan minder.
Selanjutnya untuk pertumbuhan otak anak usia sekolah dasar , dapat dikatakan ukuran
menyamai dengan orang dewasa. Artinya bahwa pertumbuhan otak anak mendekati sempurna.
Penambahan ukuran otak terjadi karena adanya penambahan jumlah dan ukuran dari ujung-
ujung syaraf yang terdapat dalam dan diantara wilayah otak. Disamping itu karena adanya
peningkatan melinasi (suatu proses tersekatnya sel-sel syaraf oleh lapisan lemak sehingga
meningkatkan kecepatan jalur informasi melalui sistem syaraf). Ujung-ujung syaraf ini terus
tumbuh hingga remaja.
Untuk mencapai kesempurnaan pertumbuhan otak, anak-anak perlu terpenuhi kebutuhan
nutrisinya. Tetapi untuk perkembangan otaknya tidak hanya nutrisi saja, melainkan interaksi
dengan lingkungan yang berkualitas sangat diperlukan. Seperti dikatakan dalam hasil penelitian
Sperry (dalam Wahab, 1998/1999: 48) mengemukakan bahwa konstruksi jaringan otak itu
hanya akan hidup bila diprogram melalui rangsangan. Tanpa dirangsang atau digunakan, otak
manusia itu tidak akan berkembang. Karena pertumbuhan otak itu memiliki
Selain perkembangan fisik, pada tahap ini anak juga mengalami perkembangan pada
motoriknya. Perkembangan motorik, sering juga disebut dengan keterampilan motorik.
Keterampilan motorik adalah gerakan-gerakan tubuh atau bagian-bagian tubuh yang disengaja,
otomatis, cepat dan akurat (Desmita: 2007; 97 ). Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh anak-
anak, termasuk anak sekolah dasar merupakan koordinasi dari beratus-ratus otot yang rumit.
Keterampilan motorik dapat dikelompokan menurut ukuran otot-otot dan bagian-bagian
badan yang terkait, yaitu keterampilan motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar meliputi
keterampilan otot-otot besar lengan, kaki dan batang tubuh, seperti berjalan, melompat, berlari.
Sedangkan keterampilan motorik halus meliputi otot-otot kecil yang ada diseluruh tubuh,
seperti menyentuh dan memegang. Keterampilan motorik untuk anak sekolah dasar, seiring
dengan pertumbuhan fisiknya mereka sudah mampu mengendalikan dirinya untuk melakukan
keterampilan-keterampilan motorik yang lebih terkoordinir. Mereka sudah mampu melakukan
keterampilan motorik kasar seperti melempar bola, menagkap bola, berlari, berdiri di atas satu
kaki, melompat, mengendarai sepeda dan berenang. Mereka juga sudah mampu melakukan
motorik halus, seperti menulis, menggambar dan menyulam atau menjahit. Keterampilan
motorik bagi anak sekolah dasar merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan. Hal ini
disebabkan otot-otot mereka itu mulai menemukan fungsinya atau berkembang, sehingga
mereka tidak dapat duduk diam dalam waktu yang lama. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahab
(1998/1999 :49) mengemukakan bahwa; anak-anak SD juga lebih mampu mengendalikan
tubuhnya sehingga dapat duduk dan memperhatikan sesuatu lebih lama. Namun perlu diingat
bahwa mereka masih jauh dari memiliki kematangan fisik dan mereka masih perlu aktif. Anak-
anak SD akan lebih tersiksa kalau harus duduk dan memperhatikan guru dengan waktu yang
lama. Mereka lebih senang berlari, berlompat atau bermain sepeda. Artinya anak-anak usia SD
masih lebih senang melakukan berbagai aktivitas fisik dari pada berdiam diri.
Bagi anak-anak usia sekolah dan remaja, pertumbuhan dan perkembangan fisik yang
optimal adalah sangat penting. Sebab pertumbuhan/ perkembangan fisik anak secara langsung
atau tidak langsung akan mempengaruhi perilaku sehari-hari. Secara langsung, pertumbuhan
fisik anak akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Sedangkan secara tidak
langsung, pertumbuhan/perkembangan fisik akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya
sendiri dan orang lain. Ini akan terlihat dari pola penyesuaian diri anak secara umum.

2. Perkembangan Kognitif
Pada tahap ini, anak sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika atau
operasi, tetapi hanya untuk objek fisik yang ada saat ini. Dalam tahap ini, anak telah hilang
kecenderungan terhadap animisme dan articialisme. Egosentrisnya berkurang dan
kemampuannya dalam tugas-tugas konservasi menjadi lebih baik. Namun, tanpa objek fisik di
hadapan mereka, anak-anak pada tahap operasional kongkrit masih mengalami kesulitan besar
dalam menyelesaikan tugas-tugas logika. (Matt Jarvis, 2011:149150). Sebagai contoh anak-
anak yang diberi tiga boneka dengan warna rambut yang berlainan (misalnya boneka dinamai
edith, susan dan lily), tidak mengalami kesulitan untuk mengidentifikasikan boneka yang
berambut paling gelap. Namun ketika diberi pertanyaan, “rambut edith lebih terang dari rambut
susan. Rambut edith lebih gelap daripada rambut lily. Rambut siapakah yang paling gelap?”,
anak-anak pada tahap operasional kongkrit mengalami kesulitan karena mereka belum mampu
berpikir hanya dengan menggunakan lambang-lambang.
Tahap operasional konkrit dapat digambarkan pada terjadinya perubahan positif ciri-ciri
negatif tahap preoprasional, seperti dalam cara berfikir egosentris pada tahap operasional
konkrit menjadi berkurang, ditandainya oleh desentrasi yang benar, artinya anak mampu
memperlihatkan lebih dari satu dimensi secara serempak dan juga untuk menghubungkan
dimensi-dimensi itu satu sama lain. Oleh karenanya masalah konservasi sudah dikuasai dengan
baik.
Desentrasi dan konservasi ditunjukkan dalam eksperimen Piaget yang terkenal mengenai
konservasi, yaitu konservasi cairan. Anak diperlihatkan kepada dua gelas identik, kedua gelas
tadi berisikan jumlah air yang sama banyaknya. Setelah anak mengetahui bahwa kedua gelas
berisi air berada dalam jumlah yang sama, si peneliti menuangkan air dari satu gelas ke dalam
gelas yang lebih tinggi dan kurus. Anak kemudian ditanya, apakah gelas yang lebih tinggi itu
berisikan air dalam jumlah yang sama, lebih banyak atau lebih sedikit dibandingkan dengan
gelas yang satunya ?. Anak anak pada tahap operasional konkrit mengetahui bahwa jumlah
cairan tetap sama, bahwa suatu perubahan dalam satu dimensi yaitu tinggi cairan di dalam
gelas dapat diimbangi dengan perubahan yang sebanding dalam dimensi lain yaitu lebar gelas.
Sama halnya ia dapat mengerti bahwa jumlah tanah liat pada sebuah balok tidak berubah bila
bentuknya diubah.
Dalam eksperimen konservasi jumlah yang tipikal, satu barisan yang terdiri dari 5 kancing
dideretkan di atas satu barisan yang juga terdiri dari 5 kancing sehingga kedua barisan sama
panjangnya. Si anak setuju bahwa kedua barisan memiliki jumlah kancing yang sama. Namun,
apabila satu barisan dipendekkan dengan jalan merapatkan jarak kancing-kancingnya, anak
praoperasional mungkin mengatakan bahwa barisan yang panjang mempunyai kancing lebih
banyak. Anak pada tahap operasional konkrit tahu bahwa penyusunan ulang kancing-kancing
tersebut tidak mengubah jumlahnya.
Menurut Piaget, anak pada tahap ini mengerti masalah konservasi karena mereka dapat
melakukan operasi mental yang dapat dibalikan (reversable). Reversable transformation
(transformasi bolak-balik) terjadi dalam dua bentuk yaitu ;
(1) Inversion (kebalikan) + A kebalikan dari - B (penjumlahan kebalikan pengurangan,
perkalian kebalikan pembagian). Sebagai contoh, kalau anak memahami 2+3=5, maka
ia akan tahu kalau 5-3=2 atau 5-2=3.
(2) Recipocity (timbal balik), A < B timbal balik dengan B > A (luas permukaan air pada
sebuah gelas kompensasi dari tinggi permukaan air dan tinggi permukaan air
kompensasi dari luas permukaan air). Ketika sebuah obyek mengalami perubahan
kuantitasnya tidak berubah. Hal ini oleh Piaget disebut konservasi.
Seriasi adalah satu lagi karakteristik tahap operasional konkrit yang merupakan
kemampuan menyusun obyek menurut beberapa dimensi seperti berat atau ukuran. Seriasi
mengilustrasikan penangkapan anak akan satu hal dari prinsip logis yang penting dan disebut
transivitas, yang mengatakan bahwa ada hubungan tetap tertentu diantara kualitas-kualitas
obyek. Misalnya, bila A lebih panjang dari B, dan B lebih panjang dari C, maka A pasti lebih
panjang dari C. Anak-anak pada tahap ini tahu keabsahan kaidah itu sekalipun mereka tidak
pernah melihat obyek A, B, dan C. Kompetensi yang oleh Piaget dinamakan seriasi sangat
penting untuk pemahaman hubungan bilangan khususnya dalam matematik.
Pemahaman lain pada tahap operasional konkrit, dapat menalar serentak mengenai bagian
dan keseluruhan yang dikenal dengan istilah inklusi kelas. Pemahamanmengenai inklusi kelas
ini mengilustrasikan prinsip logis bahwa ada hubungan hirarkis diantara kategori-kategori.
Apabila anak pada tahap ini dihadapkan kepada delapan permen kuning dan empat permen
coklat, kemudian ditanya, “mana permen yang lebih banyak, permen kuning atau lebih banyak
permen coklat ?”. Anak yang berumur 5 tahun akan mengatakan “lebih banyak permen
kuning”. Jawaban ini menurut Piaget, mencerminkan ketidakmampuan anak untuk bernalar
mengenai bagian atau keseluruhan secara serentak.
Walaupun pada anak-anak ini lebih pesat melampaui anak-anak praoperasional dalam
penalaran, pemecahan masalah dan logika. Pemikiran mereka masih terbatas pada operasi
konkrit. Pada tahap ini anak dapat mengkonservasi kualitas serta dapat mengurutkan dan
mengklasifikasikan obyek secara nyata. Tetapi mereka belum dapat bernalar mengenai
abstraksi, proposisi hipotesis. Jadi mereka mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah
secara verbal yang sifatnya abstrak. Pemahaman terakhir ini baru dicapai pada tahap oprasional
formal.
DAFTAR PUSTAKA
Sit, Masganti. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Medan : Perdana Publishing.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Tahapan Perkembangan Anak dan Pemilihan Bacaan Sastra Anak.
Cakrawala Pendidikan, Juni 2005, Th. XXIV, No. 2
Syaodih, Ernawulan.____. Perkembangan Kognitif Anak Prasekolah.
Septiarini, Chitra. 2008.
Murti, Tri. 2018. Perkembangan Fisik Motorik Dan Perseptual Serta Implikasinya Pada
Pembelajaran Di Sekolah Dasar. WAHANA SEKOLAH DASAR (Kajian Teori dan Praktik
Pendidikan) Tahun 26, Nomor 1,Januari 2018. Pengembangan Metode Media Dan Diari Makanan
Bagi Anak Usia Sekolah Dasar Pada Siswa Kelas V SD Bani Saleh V, Bekasi Timur Tahun 2008
[Skripsi]. Husnul, Etika, dkk. 2016. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Sekolah. Depok :
Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai