UPBJJ SEMARANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2023
KB 1 PROSES PERKEMBANGAN OTAK, TUBUH, MOTORIK DAN SEKSUAL
A. PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, yang menjadi perhatian adalah peserta
didiknya baik itu ditaman kanak-kanak, sekolah dasar, pendidikan menengah, maupun
di perguruan tinggi, dan pendidikan untuk orang dewasa lainnya. Sebagai seorang
guru atau pengelola suatu pendidikan, perlu mempelajari dan memahami dengan baik
pertumbuhan dan perkembangan anak agar dapat mengatasi masalah pendidikan dan
pelajaran yang terjadi di kelas anda secara tepat.
2. Perkembangan Kognitif
3. Aktivitas Kognitif
a. Mengingat
b. Berpikir
Pada saat berpikir, anak dihadapkan pada objek-objek yang diwakili dengan
kesadaran. Jadi, tidak dengan langsung berhadapan dengan objek secara fisik,
seperti mengamati sesuatu Ketika ia melihat, meraba atau mendengar.
C. PERKEMBANGAN SOSIAL
Pada masa kanak-kanak awal, perkembangan sosial ditandai dengan hal
berikut (Hurlock, 1990):
1. Setelah pada masa bayi cenderung melakukan permainan yang bersifat
menyendiri (solitary play), pada awal masa kanak-kanak ini, seorang anak mulai
menunjukkan minat yang nyata untuk melihat teman-temannya dan berusaha
mengadakan kontak sosial, parallel play (2-3 tahun).
2. Secara bertahap, anak mulai terlibat dalam kegiatan yang menyerupai kegiatan
anak-anak lain, assositive play.
3. Usia sekitar 3 tahun, anak mulai bermain pura-pura (make believe play).
4. Pada akhir tahun ketiga (tahun keempat), sejalan dengan meningkatnya kontak
sosial, anak menjadi anggota kelompok dan salong berinteraksi a cooperative
play.
Pada masa kanak-kanak akhir, perkembangan sosial ditandai dengan hal
berikut (Hurlock, 1990):
1. Pada masa sekolah, anak belajar memperoleh ketrampilan dan pengetahuan
tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya. Apabila
berhasil memperolehnya, timbul rasa mampu dan bergairah. Akan tetapi,
apabila menemui kegagalan, apalagi diketahui oleh orang dewasa, akan timbul
rasa rendah diri.
2. Keterampilan masa kanak-kanak akhir: keterampilan menolong diri sendiri,
keterampilan menolong oranglain, serta keterampilan sekolah dan keterampilan
bermain.
3. Anak berminat dalam kegiatan-kegiatan dengan teman-teman dan ingin menjadi
bagian dari kelompok yang mengharapkan anak untuk menyesuaikan diri
dengan pola perilaku, nilai-nilai dan minat anggota-anggotanya (usia
berkelompok).
4. Menunjukkan minat yang nyata terhadap teman-temannya dan berusaha
mengadakan kontak sosial.
5. Terlibat dalam kegiatan yang menyerupai kegiatan anak-anak lain.
6. Menjadi anggota kelompok dan saling berinteraksi.
Perkembangan Emosi
Menurut Zeman (2001), studi tentang perkembangan emosi bayi dan anak-
anak relative baru, baru diteliti secara empiris selama beberapa decade yang lalu.
Para peneliti melakukan pendekatan terhadap aspek ini dari berbagai perspektif
teoretis, seperti teori konstruksionisme sosial, teori emosi diferensial, dan teori
belajar sosial. Masing-masing pendekatan menggali cara bayi dan anak-anak
berkembang secara emosi, memusatkan pada pertanyaan apakah emosi dipelajari
atau ditentukan secara biologis, serta mempertanyakan cara bayi dan anak-anak
mengelola pengalaman dan perilaku emosi mereka.
Meskipun terdapat perdebatan tentang definisi pengaturan emosi, pada
umumnya terdapat kesamaan pemikiran, yaitu terdapat keterlibatan kemampuan
untuk mengenali dan melabel emosi serta untuk mengendalikan ekspresi emosi
dalam cara yang konsisten dengan harapan budaya. Bayi sangat mengendalikan pada
orang dewasa untuk mengatur keadaan emosional mereka. Jika merasa tidak
nyaman, mereka dapat mengkomunikasikan keadaan tersebut melalui tangisan.
Namun, pada masa kanak-kanak awal (saat baru belajar berjalan), anak mulai
mengembangkan ketrampilan untuk mengatur emosi mereka dengan munculnya
Bahasa. Kemampuan mengartikulasikan keadaan emosi memiliki efek mengatur
yang menjadikan anak mampu mengkomunikasikan perasaannya terhadap orang
yang dapat membantu mereka mengelola keadaan emosi mereka. Berbicara juga
membantu anak melakukan pengaturan diri (self-regulation) serta menggunakan
Bahasa yang baik untuk menceritakan diri sendiri melalui situasi-situasi sulit
(Zeman, 2001).
Secara ringkas, Zeman (2001) merangkum perkembangan emosi masa kanak-
kanak sebagaimana dapat dilihat pada penjelasan berikut:
1. Usia 2 tahun
Anak mulai mengembangkan kemampuan berempati. Perkembangan empati
memerlukan kemampuan membaca tanda-tanda emosi seseorang, memahami
bahwa oranglain merupakan satuan (entitas) yang berbeda dari diri sendiri dan
menempatkan diri sendiri dalam posisi oranglain.
2. Usia 3 tahun
Anak belajar bahwa ekspresi kemarahan dan agresi dikendalikan dengan
hadirnya orang dewasa. Namun, di sekitar teman sebaya, anak kurang mau
menekankan perilaku emosi negative. Perbedaan ini muncul sebagai akibat dari
konsekuensi berbeda yang mereka terima sehubungan dengan ekspresi emosi
mereka di hadapan orang dewasa ataupun teman sebaya.
3. Usia 4 tahun
Anak mampu mengubah ekspresi emosi. Pada usia ini, anak sudah mampu
menunjukkan ekspresi emosi eksternal yang tidak selalu sama dengan keadaan
emosi internal.
4. Usia 5 tahun
Anak mengembangkan pemahaman yang sangat baik tentang keadaan emosional
usia 4-5 tahun. Meningkatnya perkembangan kognitif menjadikan anak
prasekolah mampu sampai pada pemahaman yang lebih kompleks tentang emosi.
Melalui pengalaman yang berulang-ulang, anak mulai mengembangkan teori
mereka sendiri tentang keadaan emosi oranglain dengan mengacu pada sebab
akibat dari emosi serta dengan mengobservasi dan menjadi sensitive terhadap
tanda-tanda perilaku yang mengindikasikan distress emosi.
5. Usia 7 – 11 tahun
Anak menunjukkan bermacam-macam keterampilan pengaturan diri (self-
regulation), seperti memiliki pemahaman yang sangat baik dan memerankan
aturan budaya. Anak mulai mengetahui kapan mengendalikan ekspresi emosi
serta memiliki keterampilan mengatur emosi yang memungkinkan mereka secara
efektif menutupi emosinya sesuai dengan masyarakat.pada usia ini anak sensitive
terhadap tanda-tanda kontekstual sosial yang diberikan sebagai pengarah untuk
mengekspresikan atau mengendalikan emosi negative.