Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TUGAS KELOMPOK

MODUL 5 PERKEMBANGAN FISIK PESERTA DIDIK

1. Andika Puspitasari (857750985)


2. Dewi Ulviani (855751464)
3. Dianita Ayu Permatasari (857750953)

UPBJJ SEMARANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2023
KB 1 PROSES PERKEMBANGAN OTAK, TUBUH, MOTORIK DAN SEKSUAL

A. PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, yang menjadi perhatian adalah peserta
didiknya baik itu ditaman kanak-kanak, sekolah dasar, pendidikan menengah, maupun
di perguruan tinggi, dan pendidikan untuk orang dewasa lainnya. Sebagai seorang
guru atau pengelola suatu pendidikan, perlu mempelajari dan memahami dengan baik
pertumbuhan dan perkembangan anak agar dapat mengatasi masalah pendidikan dan
pelajaran yang terjadi di kelas anda secara tepat.

B. PERUBAHAN BERAT DAN TINGGI BADAN SERTA PROPORSI TUBUH


Perubahan fisik pada berat, tinggi, hingga proporsi tumbuh pada anak yaitu:
1. Berat badan
Peningkatan berat tubuh terlihat sama bagi sumua bayi. Pada usia empat
bulan, berat bayi sudah dua kali lipat dan pada akhir tahun pertama akan mencapai
tiga kali lipat. Berat tubuh tidak lagi bertambah cepat, bahkan cenderung perlahan
sampai saatnya nanti memasuki masa remaja. Antara usia sepuluh sampai dua belas
tahun atau mendekati masa remaja, anak- anak biasanya akan mengalami periode
lemak. Periode ini biasanya berlangsung selama dua tahun sampai anak sudah betul-
betul mengalami pematangan kelaminnya.
2. Tinggi badan
Anak-anak pada usia sebaya dapat memperlihatkan tinggi tubuh yang sangat
berbeda, tetapi pola pertumbuhan tinggi tubuh mereka tetap mengikuti aturan yang
sama. Pola ini dapat mengambarkan prtumbuhan anak pada usia tertentu.
Anak perempuan tahap masuk sekolah dasar akan mengalami pertumbuhan
tinggi badan yang lebih cepat. Sementara itu anak laki-laki memulai tahap
remajanya setahun lebih lambat daripada anak perempuan sehingga terkesan tinggi
badan lebih pendek.
3. Proporsi tubuh
Proporsi tubuh atau perbandingan besar kecilnya anggota badan secara
keseluruhan pada bayi akan berbeda dengan proporsi orang dewasa. Oleh karna itu,
pertumbuhan tidak hanya berarti penambahan ukuran seseorang, tetapi membentuk
proporsi tubuh yang serasi, meskipun tidak seluruh bagian tumbuh dapat mencapai
proposi kematangan yang bersamaan, semua ini tampak serentak berubah.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa perubahan proposi ini mengikuti hukum
arah perkembangan. Perubahan proporsi tubuh mengikuti pertumbuhan tak sinkron
yang berarti bahwa anggota tubuh tertentu mempunyai irama pertumbuhan
tersendiri: ada yang tumbuh cepat dan ada yang tumbuh lambat. Akan tetapi, proses
pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta anggotanya adalah proses
berkesinambungan.
Inilah yang mengakibatkan pertumbuhan tubuh anak-anak tampak berbeda
satu sama lain. Meskipun terdapat perbedaan, tetap dapat dibedakan 3 bentuk tubuh
berdasarkan atas bangun tubuh dan proposi anggota tubuhnya, yaitu:
a. Endomorf yang cenderung jadi gemuk.
b. Ektomorf yang cenderung kurus dan tulang panjang
c. Mesomorf yang cenderung menjadi kekar, berat dan segi tiga.
4. Perkembangan otak
Otak dalam bahasa inggris disebut encephalon adalah pusat (central nervous
sistem/CNS) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya. Otak manusia adalah
struktur pusat pengaturan yng memiliki volume sekitar 1.350 cc dan terdiri atas 100
juta sel saraf atau neuron. Otak mengatur dan mengkordinasi sebagian besar,
gerakan, perilaku, dan fungsi tubuh homeostasis, seperti detak jatung, tekanan
darah, keseimbangan cairan tubuh, dan suhu tubuh. Otak manusia bertanggung
jawab terhadap pengaruh seluruh badan dan pemikiran manusia. Oleh karna itu
terdapat kaitan erat antara otak dan pemikiran manusia. Otak terbentuk dari dua
jenis sel yaitu glia dan neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan melindungi
neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa listri yang
dikenal sebai pontensi aksi.
5. Perkembangan otak anak usia dini mengalami tiga fase
a. Otak primitif mengatur fisik kita untuk bertahan hidup, mengelola gerak refleks,
mengendalikan gerak motorik, memantau fungsi tubuh, dan memproses
informasi yang masuk dari panca indra. Saat menghadapi ancaman atau bahaya,
bersama dengan otak limbik, otak primitif menyiapkan reaksi ”hadapi atau lari”
(fight or flight response) bagi tubuh.
b. Otak limbik memproses emosi, seperti rasa suka dan tidak suka, cinta dan benci.
Otak ini sebagai penghubung otak pikir dan primitif. Maksudnya, otak primitif
dapat diperintah mengikuti kehendak otak pikir, saat lain otak pikir dapat
dikunci untuk tidak melayani otak limbik dan primitif selama keadaan darurat
baik yang nyata dan tidak.
c. Otak pikir juga merupakan tempat bergabungnya pengalaman, ingatan,
perasaan dan kemampuan berpikir untuk melahirkan gagasan dan tindakan.

C. PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK: MOTORIK KASAR DAN MOTORIK


HALUS
Perkembangan adalah serangkaian perubahan progesif ke arah lebih baik
fungsi organ tubuh. Perkembangan motoric adalah proses tumbuh kembang
kemampuan gerak seorang anak.
Perkembangan anak tidaklah sama, tergantung proses kematangan masing-masing
anak. Hal ini menjadi penting diperhatikan agar segala keterlambatan atau gangguan
pada kemampuan motoriknya dapat segera terdeteksi dan dikoreksi. Perkembangan
motoric terbagi atas dua, yaitu motoric kasar dan motoric halus.
1. Motorik halus
Menurut susanto (2011:164), motorik halus adalah gerakan halus yang melibatkan
bagian–bagian tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja karena tidak
memerlukan tenaga. Namun, gerakan yang halus ini memerlukan koordinasi yang
cermat. Semakin baiknya Gerakan motoric halus membuat anak dapat berkreasi,
seperti menggunting kertas dengan hasil yang lurus, menggambar sederhana,
mewarnai dll.
2. Motorik kasar
Motorik kasar memerlukan koordinasi kelompok otot-otot anak tertentu yang dapat
membuat mereka melompat, memanjat, belari, dan menaiki sepeda. Menurut Beaty
kemampuan motorik kasar seyogyanya dimiliki oleh seorang anak usia dini yang
berada ada rentang usia 4-6 tahun, kompetensi tersebut terbagi menjadi 4 aspek,
sebagai berikut:
a. berjalan dengan indikator berjalan turun/naik tangga dengan mengunakan kedua
kaki, berjalan pada garis lurus dan berdiri dengan satu kaki.
b. berlari dengan indikator menunjukkan kekuatan dan kecepatan berlari, dan
berbelok kekanan atau kekiri tanpa kesulitan, serta mampu berhenti dengan
mudah.
c. melompat dengan indikator mampu melompat kedepan, kebelakang, dan
kesamping
d. memanjat: memanjat naik atau turun tangga dan memanjat pohon.
Perkembangan motoric adalah proses tumbuh kembang kemampuan
gerak seorang anak. Pada dasarnya, semua ini berkembang sejalan dengan
kematangan saraf dan otot anak sehingga setiap Gerakan sesederhana apapun
merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian sistem dalam
tubuh yang dikontrol oleh otak.
3. Pubertas
Terjadi sebagai akibat peningkatan sekresi gonadotropin releasing hormone
(GnRH) dari hipotalamus, diikuti sekuens perubahan sistem endokrin kompleks
yang melibatkan sistem umpan balik negatif dan positif. Selanjutnya, sekuens ini
akan diikuti dengan timbulnya tanda –tanda seks sekunder, pacu tumbuh, dan
kesiapan untuk reproduksi.
4. Penyusaiyan diri pada masa pubertas
Menurut santrosck (2003:26) remaja diartikan sebagai masa perkembangan
teransisi antaramasa aak dan masa dewasa dengan mencakup perubahan
biologis,kognitif ,dan sosial emosional .senada dengan ipa ,sarlito wirawan
sarwono 2001 :51) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari
anak-anak dewasan,bukan hanya dalam artian isologi,psikologi tetaopi fisik.
5. Penyesuaian tentang ukuran fisik
a. Penyesuaian tentang perubahan proporsi tubuh
Remaja yang telah memasuki pubertas mengalami perubahan yang
pesat pada bagian –bagian tubuh tertentu, seperti bahu, lengan, pinggang dan
tungkai. Perubahan pada bagian –bagian tubuh akan mengangu keseimbangan
ttubuh remaja.
b. Penyesuaian tentang ciri-ciri seks primer
Cirinya adalah pertumbuhan dan perkembangan organ sek. Sesuai
dengan perndapat Sunarto dan Hartono Agung (1999:82) memasuki masa
remaja alat kelamin mulai berfungsi, yaitu saat pertama kali anak laki-laki
mengalami mimpi basah dan pada anak perempuan saat pertama kali
mengalami menstruasi atau haid.
c. Penyesuaian tentang ciri-ciri seks kunder
Ciri pada tahapan ini adalah pada perkembangan kulit, rambut ,dan
suara. Pada masa remaja, kulit menjadi kasar, warna kulit menjadi gelap, kulit
pucat dan pori-pori bertambah besar, serta kelenjar lemak atau yang
memproduksi minyak dalam kulit semakin membesar dan menjadi lebih aktif
sehingga menimbulkan jerawat.
6. Penyesuaian terhadap perubahan psikologis
a. Penyesuaian tentang emosi
Pada fase ini remaja cenderung memiliki tingkatan emosi yang tinggi
dan meluap-luap sesuai dengan pendapat Elida P.(2006:69). Remaja yang
dikucilkan oleh teman sebaya bisa disebabkan oleh remaja mengembangkan
emosi negatif dalam berhubungan sehinga remaja kurang mampu menguasai
tugas perkembangannya .
b. Penyesuaian tentang perilaku
Perilaku yang kerap muncul adalah kebiasaan menyendiri sesuai
dengan pendapat Elizabeth B.H (1980:192). Pada fase ini ,orang tua harus
lebih paham karena orangtua merupakan orang yang memiliki hubungan
terdekat dengan remaja yang mengalami pubertas.

D. FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERKEMBANGAN


Pertumbuhan adalah bertambanya jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian
tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Sementara itu, perkembangan adalah
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh,
kematangan dan belajar.
Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas
sensorik dan keterampilan motoric (Papalis & Olds, 2001). Perubahan pada fisik
ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot,
dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi.
Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah
pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan.
Aspek-aspek perkembangan fisik, menurut Kuhlen dan Thompson (Hurlock,1956),
antara lain sebagai berikut:
1. sistem syaraf (perkembangan kecerdasan dan emosi)
2. otot-otot (kekuatan dan kemampuan gerak motorik)
3. kelenjar endokrin (perubahan-perubahan polah tingkah laku baru)
4. struktur fisik atau tubuh (perubahan tinggi, berat dan proporsi)
Perubahan fisik(otak) yang merupakan aspek yang sangat penting bagi
kehidupan manusia karena otak adalah sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan
sehingga semakin sempurna struktur otak akan meningkatkan kemampuan kognitif
(Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).

Faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik anak


Menurut parah ahli, pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi
oleh dua faktor sebagai berikut:
a. Faktor internal, yaitu segala sesuatu yang ada di dalam induvidu yang
keberadaanya memengaruhi dinamika perkembangan. Yang termasuk faktor
internal sebagai berikut:
1. Kondisi individu
Individu berkembang sangat dipengaruhi kondisi kesehatan fisik dan psikisnya.
Kondisi fisik yang kurang baik akan mempengaruhi tempo perkembangannya.
2. Kemampuan penyesuaian pribadi dan sosial individu
Kemampuan penyesuaian diri berkaitan dengan bagaimana individu itu
menempatkan diri dalam lingkungannya.
3. Genetik
Pengaruh genetic bersifat heredokonstitusional yang artinya bahwa bentuk untuk
konstitusi seseorang ditentukan oleh factor keturunan. Ini termasuk berbagai
factor bawaan, jenis kelamin, ras, atau suku bangsa. Factor genetic akan
berpengaruh pada kecepatan pertumbuhan, kematangan tulang, gizi, alat seksual,
dan saraf.
4. Pengaruh hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat Janis berumur 4
bulan. Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon pertumbuhan
somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary.
b. Factor eksternal, yaitu segala sesuatu yang berada di luar diri individu yang
keberadaannya memengaruhi terhadap dinamika perkembangan. Yang termasuk
factor eksternal sebagai berikut:
1. Factor teman sebaya
Makin bertambahnya umur anak makin memperoleh kesempatan lebih luas untuk
mengadakan hubungan-hubungan dengan teman-teman sebayanya.
2. Pendidikan
Baik Pendidikan keluarga, Pendidikan formal di sekolah, maupun Pendidikan di
masyarakat.
3. Nutrisi
Nutrisi sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.
4. Budaya
Bagi perkembangan anak didik, keragaman budaya sangat besar pengaruhnya
bagi mental dan moral mereka. Hal ini terbukti dengan sikap dan perilaku anak
didik selalu dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungan tempat tinggal
mereka.
5. Media massa
Media massa juga sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan seseorang.
Dengan adanya media massa, sesorang anak dapat mengalami masa pertumbuhan
dan perkembangan dengan pesat
6. Status sosial ekonomi keluarga
Keadaan sosial ekonomi keluarga dapat memengaruhi pola asuhan terhadap anak.
Misalnya, orangtua yang mempunyai Pendidikan cukup mudah menerima dan
menerapkan ide-ide untuk pemberian asuhan terhadap anak.
KEGIATAN BELAJAR 2

A. PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN SOSIOEMOSIONAL

1. Perkembangan Anak Usia Dini

Perkembangan anak usia dini temtunya ditandai dengan ketertarikannya


pada hal-hal yang baru, misalnya pada fasilitas bermain anak. Ciri utama dari
perkembangan anak usia dini sangat signifikan pada aspek motoriknya sehingga
bermain merupakan aktivitas yang cocok untuk memberikan pengalaman belajar
bagi anak.

Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan Ketika anak belajar


menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek berikut: Gerakan, berpikir,
perasaan, dan interaksi, baik dengan sesame maupun dengan benda-benda dalam
lingkungan hidupnya. Membantu proses pengembangan berbagai aspek
perkembangan anak perlu diawali dengan pemahaman tentang perkembangan anak
usia dini. Hal ini disebabkan perkembangan anak usia dini berbeda dengan
perkembangan anak remaja atau orang dewasa. Anak memiliki karakteristik
tersendiri dan anak memiliki dunianya sendiri.

Melihat dari adanya tahapan-tahapan penting tersebut pada perkembangan


anak usia dini dengan demikian tenaga pendidik tentunya perlu mempelajari lebih
dalam lagi terkait dengan tahapan perkembangan anak usia denim mulai dari
kognitif dan sosioemosional.

2. Perkembangan Kognitif

Kognitif adalah tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang


memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan.
Selain itu kognitif juga dipandang sebagai suatu konsep yang luas dan inklusif
yang mengacu pada kegiatan mental yang terlibat dalam perolehan, pengolahan,
organisasi, dan penggunaan pengetahuan. Proses utama yang digolongkan di
bawah istilah kognisi mencakup mendeteksi, menafsirkan, mengelompokkan dan
mengingat informasi, mengevaluasi gagasan, menyimpulkan prinsip dan kaidah,
mengkhayal kemungkinan serta menghasilkan strategi dan berfantasi.

Kognisi dapat dipandang sebagai kemampuan yang mencakup segala


bentuk pengenalan, kesadaran, dan pengertian yang bersifat mental pada diri
individu yang digunakan dalam interaksinya antara kemampuan potensial dan
lingkungan.

Faktor kognitif memiliki pemahaman bahwa ciri khasnya terletak dalam


belajar memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili
objek-objek yang dihadapi dan dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan,
gagasan, atau lambing yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental.
Makin banyak pikiran dan gagasan yang dimiliki seseorang, makin kaya dan
luaslah alam pikiran kognitif orang tersebut.

3. Aktivitas Kognitif

a. Mengingat

Mengingat merupakan aktivitas kognitif Ketika orang menyadari bahwa


pengetahuan berasal dari kesan-kesan yang diperoleh dari masa lampau.

b. Berpikir

Pada saat berpikir, anak dihadapkan pada objek-objek yang diwakili dengan
kesadaran. Jadi, tidak dengan langsung berhadapan dengan objek secara fisik,
seperti mengamati sesuatu Ketika ia melihat, meraba atau mendengar.

4. Perkembangan Struktur Kognitif


Perkembangan struktur kognisi berlangsung menurut urutan yang sama bagi
semua individu artinya, setiap individu akan mengalami dan melewati setiap
tahapan itu sekalipun kecepatan perkembangan dari tahapan-tahapan tersebut
diewati secara relative dan ditentukan oleh banyak factor, seperti kematangan
psikis, atruktur syaraf dan lamanya pengalaman yang dilewati pada setiap tahapan
perkembangan. Mekanisme utama yang memungkinkan anak maju dari satu tahap
pemfungsian kognitif ke tahap berikutnya oleh Piaget sebagai berikut:
a. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses dimana stimulus baru dari lingkungan
diintegrasikan pada skema yang telah ada.
b. Akomodasi
Akomodasi merupakan proses yang terjadi apabila berhadapan dengan stimulus
baru.
c. Ekuilibrium
Ekuilibrium menghasilkan perubahan atau perkembangan skemata atau struktur
kognitif.

5. Tahap Perkembangan Kognitif


Kemajuan kompetensi kognitif diasumsikan bertahap dan berurutan selama
masa kanak-kanak. Piaget melukiskan urutan tersebut ke dalam empat tahap
perkembangan yang berbeda secara kualitatif sebagai berikut:
a. Tahap sensorimotor (0-2 tahun)
Mulai pada masa bayi Ketika ia menggunakan pengindraan dan aktivitas
motoric dalam mengenal lingkungannya. Pada masa ini, biasanya keberadaan
bayi masih terikat kepada oranglain bahkan tidak berdaya. Akan tetapi, alat-alat
indranya sudah dapat berfungsi.
Tindakannya berawal dari respons refleks, kemudian berkembang
membentuk representasi mental. Anak dapat menirukan Tindakan masalalu
oranglain dan merancang kesadaran baru untuk memecahkan masalah dengan
menggabungkan secara mental skema dan pengetahuan yang diperoleh
sebelumnya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif selama stadium sensorimotor,
intelegensi anak baru tampak dalam bentuk aktivitas motoric sebagai reaksi
stimulus sensorik. Dalam stadium ini, yang penting adalah Tindakan-tindakan
konkret dan bukan Tindakan-tindakan yang imajiner atau hanya bayangan saja,
melainkan secara perlahan-lahan melalui pengulangan dan pengalaman konsep
objek permanen lama-lama terbentuk.
b. Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Pada tahap ini anak belum memahami pengertian operasional, yaitu proses
interaksi suatu aktivitas mental Ketika prosesnya bisa Kembali pada titik awal
berpikir secara logis. Manipulasi symbol merupakan karakteristik esensial dari
tahapan ini. Kemampuan anak menggunakan gambar simbolis dalam berpikir,
memecahkan masalah, dan aktivitas bermain kreatif akan meningkat lebih jauh
dalam beberapa tahun berikutnya.
Menurut Piaget, pemikiran itu khas bersifat egosentris. Anak pada tahap
ini sulit membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif
oranglain.
Karakteristik lain dari cara berpikir praoperasional, yaitu sangat memusat
(centralized). Apabila anak dikonfrontasi dengan situasi yang multimentional, ia
akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi dan mengabaikan
dimensi lainnya.
c. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)
Pada tahap ini terjadinya perubahan positif ciri-ciri negative tahap
praoperasional, seperti dalam cara berpikir egosentris pada tahap operasional
konkret menjadi berkurang, ditandainya oleh desentrasi yang benar. Artinya,
anak mampu memperlihatkan lebih dari satu dimensi secara serempak dan juga
untuk menghubungkan dimensi-dimensi itu sama lain. Oleh karena itu, masalah
konservasi sudah dikuasai dengan baik.
d. Operasional formal (11-16 tahun)
Pada tahap ini, anak tidak lagi terbatas pada apa yang dilihat atau didengar
ataupun pada masalah yang dekat, tetapi sudah dapat memebayangkan masalah
dalam pikiran dan pengembangan hipotesis secara logis.
Perkembangan lain pada tahap ini adalah kemampuannya untuk berpikir
secara sistematis serta dapat memikirkan kemungkinan-kemungkinan secara
teratur atau sistematis untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, anak dapat
memprediksikan berbagai kemungkinan yang terjadi atas suatu peristiwa.
B. PERKEMBANGAN ANAK USIA PERTENGAHAN DAN AKHIR ANAK-
ANAK
Masa kanak-kanak dimulai saat anak dapat berdiri sampai dengan
mencapai kematangan. Masa ini terbagi menjadi dua periode masa kanak-kanak
awal (early childhood: 2-6 tahun) dan masa kanak-kanak akhir (late childhood: 6-
12 tahun) (Hurlock, 1990).
Para ahli psikologi menyebut masa ini sebagai berikut:
a. Usia kelompok, yaitu masa Ketika anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku
sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial lebih tinggi yang diperlukan
untuk penyesuaian diri saat mereka masuk kelas satu.
b. Usia menjelajah/eksplorasi, menunjukkan bahwa anak-anak ingin mengetahui
keadaan lingkungannya (lingkungan hidup dan benda mati), mekanismenya,
perasaannya, dan bagaimana ia dapat menjadi bagian dari lingkungannya.
c. Usia bertanya, yaitu anak benyak bertanya sebagai salah satu cara menjelajah
lingkungan.
d. Usia meniru, merupakan ciri yang sangat menonjol pada masa ini, yaitu anak
meniru pembicaraan dan Tindakan oranglain.
e. Usia kreatif, yaitu pada masa ini anak lebih menunjukkan kreativitas dalam
bermain dibandingkan masa-masa perkembangan lainnya.
1. Tugas perkembangan pada masa kanak-kanak awal menurut Havighurst
(Hurlock, 1990)
a. Belajar mengerti perilaku seks yang benar.
b. Belajar membedakan benar dan salah dalam hubungannya dengan orang-
orang diluar rumah, terutama di lingkungan tetangga, sekolah dan teman
bermain.
c. Belajar mengembangkan hati Nurani.
d. Belajar memberi dan menerima kasih sayang.

2. Tugas perkembangan masa kanak-kanak akhir menurut Havighurst


(Hurlock, 1990)
a. Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan
yang umum.
b. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang
sedang tumbuh.
c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.
d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau Wanita yang tepat.
e. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis
dan berhitung.
f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan
sehari-hari.
g. Mengembangkan hati Nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai.
h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan Lembaga-
lembaga.
i. Mencapai kebebasan pribadi.

3. Perkembangan kognitif masa kanak-kanak awal dan akhir


Menurut Piaget (Hurlock, 1990), pada masa kanak-kanak awal, tahap
perkembangan kognitif berada pada taraf pemikiran praoperasional. Pemikiran
praoperasional dapat dibagi ke dalam dua subtahap yaitu:
1. Subtahap fungsi simbolis
Pada tahap ini, anak mengembangkan kemampuan untuk membayangkan
secara mental suatu objek yang tidak ada.
2. Subtahap pemikiran intuitif
Pada tahap ini, anak mulai menggunakan penalaran primitive dan ingin tahu
jawaban atas semua bentuk pertanyaan.

C. PERKEMBANGAN SOSIAL
Pada masa kanak-kanak awal, perkembangan sosial ditandai dengan hal
berikut (Hurlock, 1990):
1. Setelah pada masa bayi cenderung melakukan permainan yang bersifat
menyendiri (solitary play), pada awal masa kanak-kanak ini, seorang anak mulai
menunjukkan minat yang nyata untuk melihat teman-temannya dan berusaha
mengadakan kontak sosial, parallel play (2-3 tahun).
2. Secara bertahap, anak mulai terlibat dalam kegiatan yang menyerupai kegiatan
anak-anak lain, assositive play.
3. Usia sekitar 3 tahun, anak mulai bermain pura-pura (make believe play).
4. Pada akhir tahun ketiga (tahun keempat), sejalan dengan meningkatnya kontak
sosial, anak menjadi anggota kelompok dan salong berinteraksi a cooperative
play.
Pada masa kanak-kanak akhir, perkembangan sosial ditandai dengan hal
berikut (Hurlock, 1990):
1. Pada masa sekolah, anak belajar memperoleh ketrampilan dan pengetahuan
tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya. Apabila
berhasil memperolehnya, timbul rasa mampu dan bergairah. Akan tetapi,
apabila menemui kegagalan, apalagi diketahui oleh orang dewasa, akan timbul
rasa rendah diri.
2. Keterampilan masa kanak-kanak akhir: keterampilan menolong diri sendiri,
keterampilan menolong oranglain, serta keterampilan sekolah dan keterampilan
bermain.
3. Anak berminat dalam kegiatan-kegiatan dengan teman-teman dan ingin menjadi
bagian dari kelompok yang mengharapkan anak untuk menyesuaikan diri
dengan pola perilaku, nilai-nilai dan minat anggota-anggotanya (usia
berkelompok).
4. Menunjukkan minat yang nyata terhadap teman-temannya dan berusaha
mengadakan kontak sosial.
5. Terlibat dalam kegiatan yang menyerupai kegiatan anak-anak lain.
6. Menjadi anggota kelompok dan saling berinteraksi.

Perkembangan Emosi
Menurut Zeman (2001), studi tentang perkembangan emosi bayi dan anak-
anak relative baru, baru diteliti secara empiris selama beberapa decade yang lalu.
Para peneliti melakukan pendekatan terhadap aspek ini dari berbagai perspektif
teoretis, seperti teori konstruksionisme sosial, teori emosi diferensial, dan teori
belajar sosial. Masing-masing pendekatan menggali cara bayi dan anak-anak
berkembang secara emosi, memusatkan pada pertanyaan apakah emosi dipelajari
atau ditentukan secara biologis, serta mempertanyakan cara bayi dan anak-anak
mengelola pengalaman dan perilaku emosi mereka.
Meskipun terdapat perdebatan tentang definisi pengaturan emosi, pada
umumnya terdapat kesamaan pemikiran, yaitu terdapat keterlibatan kemampuan
untuk mengenali dan melabel emosi serta untuk mengendalikan ekspresi emosi
dalam cara yang konsisten dengan harapan budaya. Bayi sangat mengendalikan pada
orang dewasa untuk mengatur keadaan emosional mereka. Jika merasa tidak
nyaman, mereka dapat mengkomunikasikan keadaan tersebut melalui tangisan.
Namun, pada masa kanak-kanak awal (saat baru belajar berjalan), anak mulai
mengembangkan ketrampilan untuk mengatur emosi mereka dengan munculnya
Bahasa. Kemampuan mengartikulasikan keadaan emosi memiliki efek mengatur
yang menjadikan anak mampu mengkomunikasikan perasaannya terhadap orang
yang dapat membantu mereka mengelola keadaan emosi mereka. Berbicara juga
membantu anak melakukan pengaturan diri (self-regulation) serta menggunakan
Bahasa yang baik untuk menceritakan diri sendiri melalui situasi-situasi sulit
(Zeman, 2001).
Secara ringkas, Zeman (2001) merangkum perkembangan emosi masa kanak-
kanak sebagaimana dapat dilihat pada penjelasan berikut:
1. Usia 2 tahun
Anak mulai mengembangkan kemampuan berempati. Perkembangan empati
memerlukan kemampuan membaca tanda-tanda emosi seseorang, memahami
bahwa oranglain merupakan satuan (entitas) yang berbeda dari diri sendiri dan
menempatkan diri sendiri dalam posisi oranglain.
2. Usia 3 tahun
Anak belajar bahwa ekspresi kemarahan dan agresi dikendalikan dengan
hadirnya orang dewasa. Namun, di sekitar teman sebaya, anak kurang mau
menekankan perilaku emosi negative. Perbedaan ini muncul sebagai akibat dari
konsekuensi berbeda yang mereka terima sehubungan dengan ekspresi emosi
mereka di hadapan orang dewasa ataupun teman sebaya.
3. Usia 4 tahun
Anak mampu mengubah ekspresi emosi. Pada usia ini, anak sudah mampu
menunjukkan ekspresi emosi eksternal yang tidak selalu sama dengan keadaan
emosi internal.
4. Usia 5 tahun
Anak mengembangkan pemahaman yang sangat baik tentang keadaan emosional
usia 4-5 tahun. Meningkatnya perkembangan kognitif menjadikan anak
prasekolah mampu sampai pada pemahaman yang lebih kompleks tentang emosi.
Melalui pengalaman yang berulang-ulang, anak mulai mengembangkan teori
mereka sendiri tentang keadaan emosi oranglain dengan mengacu pada sebab
akibat dari emosi serta dengan mengobservasi dan menjadi sensitive terhadap
tanda-tanda perilaku yang mengindikasikan distress emosi.
5. Usia 7 – 11 tahun
Anak menunjukkan bermacam-macam keterampilan pengaturan diri (self-
regulation), seperti memiliki pemahaman yang sangat baik dan memerankan
aturan budaya. Anak mulai mengetahui kapan mengendalikan ekspresi emosi
serta memiliki keterampilan mengatur emosi yang memungkinkan mereka secara
efektif menutupi emosinya sesuai dengan masyarakat.pada usia ini anak sensitive
terhadap tanda-tanda kontekstual sosial yang diberikan sebagai pengarah untuk
mengekspresikan atau mengendalikan emosi negative.

D. PERKEMBANGAN ANAK USIA REMAJA


Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi konseptual tentang remaja yang
meliputi kriteria biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Menurut WHO
(Sarwono, 2011), remaja adalah suatu masa Ketika:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual (kriteria biologis)
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dan kanak-
kanak menjadi dewasa (kriteria sosial psikologis)
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan
yang relative lebih mandiri (kriteria sosial ekonomi).

1. Karakteristik Masa Remaja


Masa remaja merupakan suatu periode penting dari rentang kehidupan,
suatu periode transisional, masa perubahan, masa usia bermasalah, masa
Ketika individu mencari identitas diri, usia menyeramkan (dreaded), masa
unrealism, dan ambang menuju kedewasaan (Krori, 2011).
Menurut Hall (Sarwono, 2011), masa remaja merupakan masa strum
und drang (topan dan badai), masa penuh emosi, dan ada kalanya emosinya
meledak-ledak yang muncul karena adanya pertentangan nilai-nilai. Emosi
yang menggebu-gebu bermanfaat bagi remaja dalam upayanya menemukan
identitas diri. Reaksi orang-orang disekitarnya akan menjadi pengalaman
belajar bagi si remaja untuk menentukan Tindakan apa yang kelak akan
dilakukannya.
Minat universal paling penting pada usia remaja dapat digolongkan
menjadi 7 kategori, yaitu (Krori, 2011):
a. Minat rekreasi
b. Minat pribadi
c. Minat sosial
d. Minat Pendidikan
e. Minat vokasional
f. Minat religious
g. Minat dalam symbol status.
2. Tugas Perkembangan Masa Remaja (11/12-18 tahun)
a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebayanya
sesuai dengan keyakinan dan etika moral yang berlaku di masyarakat.
b. Mencapai peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin, sesuai dengan
tuntutan sosial dan kultural masyarakatnya
c. Menerima kesatuan organ-organ tubuh/keadaan fisiknya dan menggunakan
secara efektif sesuai dengan kodratnya masing-masing.
d. Menerima dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang bertanggung
jawab didalam masyarakat
e. Mencapai kebebasan emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa
lainnya dan mulai jadi diri sendiri
f. Mempersiapkan diri untuk mencapai karier tertendu dalam bidang
kehidupan ekonomi
g. Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia perkawinan dan kehidupan
berkeluarga
h. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman
bertingkah laku dan mengembangkan ideologi untuk kehidupan
berkewarnegaraan.
3. Perkembangan Kognitif
Menurut Jean Piaget, pada masa remaja, perkembangan kognitif sudah
mencapai tahap puncak, yaitu tahap operasi formal (11 tahun - dewasa)
(Gunarsa, 1982); suatu kapasitas untuk berpikir abstrak, yaitu penalaran
remaja lebih mirip dengan cara ilmuwan mencari pemecahan masalah dalam
laboratorium (Berk, 2003).
Mengacu pada teori perkembangan kognitif dari Piaget, Berk (2003:
244 - 249) mengemukakan beberapa ciri dari perkembangan kognitif pada
masa ini sebagai berikut.
a. Mampu menalar secara abstrak dalam situasi yang menawarkan beberapa
kesempatan untuk melakukan penalaran deduktif hipotetis (hypotetico-
deductive reasoning) dan berpikir proposisional (propositional thought).
Penalaran deduktif hipotetis adalah suatu proses kognitif ketika saat
seseorang dihadapkan pada suatu permasalahan, ia memulai dengan suatu
"teori umum" dari seluruh faktor yang mungkin memengaruhi hasil dan
menyimpulkannya dalam suatu hipotesis (atau prediksi) tentang apa yang
mungkin terjadi (akibatnya). Berbeda dengan anak pada tahap operasi
konkret, anak memecahkan masalah dengan memulai dari realita yang
paling nyata sebagai prediksi dari suatu situasi. Jika realita tersebut tidak
ditemukan, ia tidak dapat memikirkan alternatif lain dan gagal
memecahkan masalah (Berk, 2003).
b. Memahami kebutuhan logis dari pemikiran proposisional serta
memperbolehkan penalaran tentang premis (alasan) yang kontradiktif
dengan realita. Pemikiran proposisional merupakan karakteristik penting
kedua dalam tahap operasi formal. Remaja dapat mengevaluasi logika dari
proposisi (pernyataan verbal) tanpa merujuk pada keadaan dunia nyata
(real world circumstances). Sebaliknya, anak pada tahap operasi konkret
mengevaluasi logika pernyataan hanya dengan mempertimbangkan
dengan mendasarkan pada bukti-bukti konkret.
c. Memperlihatkan distorsi kognitif, yaitu pendengar imajiner/khayal dan
dongeng pribadi (personal fable) yang secara bertahap akan menurun dan
menghilang pada usia dewasa. Kapasitas remaja untuk berpikir abstrak
berpadu dengan perubahan fisik menyebabkan remaja mulai berpikir lebih
tentang diri sendiri. Piaget yakin bahwa telah terbentuk egosentrisme baru
pada tahap operasi formal ini, yaitu ketidakmampuan membedakan
perspektif abstrak dari diri sendiri dan orang lain (Inhelder & Piaget,
1955/1958, dalam Berk, 2003).
4. Perkembangan Emosional
a. Memiliki kapasitas untuk mengembangkan hubungan jangka panjang,
sehat, dan berbalasan.
b. Memahami perasaan sendiri dan memiliki kemampuan untuk
menganalisis mengapa mereka merasakan perasaan dengan cara tertentu.
c. Mulai mengurangi nilai tentang penampilan dan lebih menekankan pada
nilai kepribadian.
d. Setelah memasuki masa remaja, individu memiliki kemampuan untuk
mengelola emosinya. Ia telah mengembangkan kosakata yang banyak
sehingga dapat mendiskusikan dan kemudian memengaruhi keadaan
emosional dirinya ataupun orang lain.
e. Gender berperan secara signifikan dalam penampilan emosi remaja. Laki-
laki kurang menunjukkan emosi takut selama distres dibandingkan
perempuan.
5. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial dan emosional berkaitan sangat erat. Baik
pengaturan emosi (berada dalam kendali emosi) maupun ekspresi emosi
(komunikasi efektif tentang emosi) diperlukan bagi keberhasilan hubungan
interpersonal. Selanjutnya, kemajuan perkembangan kognitif meningkatkan
kualitas hubungan interpersonal karena membuat remaja mampu memahami
dengan lebih baik keinginan, kebutuhan, perasaan, dan motivasi orang lain.
Karena itulah, tidak mengherankan, dengan makin kompleksnya pikiran,
emosi, dan identitas pada masa remaja, hubungan sosialnya pun makin
kompleks (Oswalt, 2010).
Pada masa ini, remaja menunjukkan beberapa ciri berikut (Oswalt,
2010).
a. Keterlibatan dalam hubungan sosial pada masa remaja lebih mendalam
dan secara emosional lebih intim dibandingkan pada masa kanak-kanak.
b. Jaringan sosial sangat luas yang meliputi jumlah orang yang semakin
banyak dan jenis hubungan yang berbeda (misalnya dalam hubungan
dengan teman sekolah untuk menyelesaikan tugas kelompok, berinteraksi
dengan pimpinan dalam cara yang penuh penghormatan).
c. Menurut Erikson, dalam perkembangan psikososial, remaja harus
menyelesaikan krisis yang terjadi pada masa remaja. Istilah krisis
digunakan oleh Erikson untuk menggambarkan suatu rangkaian konflik
internal yang berkaitan dengan tahap perkembangan; cara seseorang
mengatasi krisis akan menentukan identitas pribadinya ataupun
perkembangannya pada masa datang.

Anda mungkin juga menyukai