Oleh:
Kelompok 5
1. Akbar Muhmmad Rusdi 18129099
2. Disha Hikarahmi Ramfineli 18129007
3. Mutiara Cantika Desfa 18129288
4. Vini Olivia 18129326
Seksi : 18 AT 01
Anak sekolah dasar di Indonesia pada umumnya berada pada rentang usia sekitar 6-12
tahun. Dalam psikologi perkembangan, rentang usia tersebut lazimnya disebut sebagai masa
anak (middleandlatechilhood), yaitu suatu fase antara masa kanak-kanak (earlychilhood) dan
masa remaja (adolescene). Sebutan lain yang sering digunakan adalah masa usia sekolah.
Sebutan ini mungkin diberikan karena anak pada usia ini mulai memasuki dunia pendidikan
formal, yaitu sekolah.
Pembahasan mengenai perkembangan fisik anak SD ini mencakup aspek tinggi dan
berat badan, serta proporsi tubuh dan dampak-dampak psikologis yang dapat
ditimbulkannya. Perkembangan fisik anak SD ini mencakup aspek-aspek sebagai berikut :
4. Keterampilan Motorik
Menurut Mubin (2006 : 92) Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan badan,
maka selama masa pertengahan dan akhir anak-anak ini perkembangan motorik menjadi
lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan awal masa anak-anak. Anak-
anak lebih cepat dalam berlari, dan makin pandai meloncat. Anak juga makin mampu
menjaga keseimbangan badannya. Penguasaan badan seperti membungkuk, melakukan
bermacam-macam latihan senam serta aktivitas olah raga berkembang pesat.
Selain itu, menurut Yusuf (2011 : 59) Fase atau usia sekolah dasar (7-12 tahun)
ditandai dengan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini
merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik,
baik halus maupun kasar, dapat dijelasan sebagai berikut. Perkembangan fisik yang
normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang
pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan motorik sangat
menunjang keberhasilan belajar peserta didik.
Sejak usia 6 tahun, koordinasi antara mata dan tangan yang dibutuhkan untuk
membidik, menyepak, melempar dan menangkap juga berkembang. Dari usia 8 hingga 10
tahun, tangan dapat digunakan secara bebas, mudah dan tepat. Koordinasi motorik halus
berkembang , dimana anak sudah dapat menulis dengan baik. Ukuran huruf menjadi lebih
kecil dan lebih rapi. Pada usia 10 sampai 12 tahun, anak-anak mulai memperhatikan
gerakan-gerakan komplek, rumit, dan cepat, untuk memperhalus keterampilan-
keterampilan motorik mereka, anak-anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik.
Aktivitas fisik ini dilakukan dalam bentuk permainan yang diatur oleh mereka sendiri,
seperti permainan umpet-umpetan, dimana anak menggunakan keterampilan motornya.
Disamping itu, anak-anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang
bersifat formal, seperti olahraga, senam, berenag dan lain-lain.
Menjahit Atletik
Perkembangan perseptual anak merupakan reaksi dari rangsangan untuk alat indra.
Baik melalui penglihatan, pendengaran, sentuhan, atau penciuman yang kemudian akan
diteruskan ke otak untuk diolah menjadi suatu persepsi yang belum diketahui kebenarannya.
Perkembangan perseptual anak erat kaitannya dengan perkembangan sel dan jaringan
otak (Kartadinata, 1997 : 57). Aktivitas perseptual pada dasarnya merupakan proses
pengenalan individu terhadap lingkungannya. Semua informasi tentang lingkungan sampai
kepada individu melalui alat-alat indra yang kemudian diteruskan melalui syaraf sensori ke
bagian otak. Secara garis besar ada tiga proses aktivitas perseptual yang perlu dipahami, yaitu
sensasi, persepsi dan atensi. Namun dalam prosesnya, sensasi dan persepsi itu mungkin lebih
sulit dipisahkan. Artinya, kedua proses itu merupakan sesuatu yang berlangsung secara
bersamaan.
1. Sensasi
Sensasi yaitu peristiwa penerimaan informasi oleh indra penerima. Sensasi terjadi saat
adanya kontak antara informasi dengan indera penerima. Contoh gelombang udara yang
bergetar diterima oleh telinga luar. Dengan demikian, dalam sensasi terjadi proses deteksi
informasi secara indrawi.
2. Persepsi
Persepsi berasal dari bahasa Inggris “perseption” yang diambil dari bahasa
Latin “perceptio” yang berarti menerima atau mengambil. Menurut Leavitt, (1978)
persepsi dala arti sempit adalah “penglihatan”, yaitu bagaiman cara seseorang melihat
sesuatu, sedangkan dalam arti luas persepsi adalah “pandangan” yaitu bagaimana
seseorang dalam memandang atau mengartikan sesuatu.
Menurut Khairanis (2000 : 40) “persepsi adalah interpretasi terhadap informasi yang
ditangkap oleh indra penerima. Persepsi merupakan proses pengolahan informasi lebih
lanjut dari aktivitas sensasi. Misalnya, orang menjadi tahu bahwa yang didengarnya itu
adalah suara musik, suara mobil, suara binatang dan sejenisnya”.
Sementara itu, menurut Desmita (2009 : 115) Persepsi adalah salah satu aspek
kognitif manusia yang sangat penting yang memungkinkannya untuk mengetahui dan
memahami dunia sekelilingnya. Tanpa persepsi yang benar, manusia mustahil dapat
menangkap dan memaknai berbagai fenomena, informasi atau data yang mengitarinya.
Demikian pula halnya dengan kehadiran peserta didik di sekolah, tidak akan mendapatkan
kemanfaatan yang berarti dari informasi atau materi pelajaran yang disampaikan guru,
atau mungkin akan menyesatkan, tanpa adanya pesepsi yang benar. Hal ini karena
persepsi menyangkut masuknya informasi ke dalam otak manusia.
Dilihat dari keragaman indra penerima informasi, persepsi dapat diklasifikasi ke
dalam tiga kelompok, yaitu :
1. Persepsi Visual
Persepsi Visual adalah persepsi yang didasarkan pada penglihatan. Persepsi ini
sangat mengutamakan peran indra penglihatan (mata) dan proses perseptualannya.
Dengan demikian, proses perkembangannya sangat tergantung kepada fungsi indra
mata. Dilihat dari dimensinya, ada enam jenis persepsi visual yang dapat dibedakan,
yaitu:
d. Persepsi Ke dalaman
f. Persepsi Gerakan
2. Persepsi Pendengaran
b. Persepsi Perbedaan
Terkadang anak dibingungkan oleh dua suara yang mirip dalam hal nada,
kekerasan, atau cara pengucapannya seperti antara “d” dan “t” atau antara “b” dan
“p”. Bayi yang berusia 1-4 bulan sudah mampu membedakan suara-suara dasar,
tetapi usia 3-5 tahun merupakan masa peningkatan akurasi dari pengenalan-
pengenalan suara yang berbeda. Pada usia 8-10 tahun, umumnya anak sudah
memperoleh peningkatan yang sangat besar dalam kemampuan mereka untuk
mendeteksi perbedaan suara-suara yang mirip, namun anak masih terus
memperhalus keterampilan membedakan suara itu hingga sekurang-kurangnya
berusia 13 tahun.
3. Atensi
Menurut Khairanis (2000 : 40) “atensi mengacu kepada selektivitas persepsi. Dengan
atensi, kesadaran seseorang bisa hanya tertuju kepada suatu objek atau informasi dengan
mengabaikan objek-objek lainnya”. Sementara itu menurut Desmita (2009 : 126) atensi
atau perhatian juga merupakan salah satu aspek perkembangan kognitif yang penting
dalam perspektif pemrosesan informasi. Tanpa adanya atensi dari peserta didik maka
informasi yang disampakan guru mustahil dipahami oleh peserta didik. Sebaliknya,
peserta didik yang memberikan atensi atau perhatian penuh dalam proses pembelajaran,
akan mudah memahami dari guru dan mudah pula menyimpannya dalam sistem
memorinya.
Jadi, atensi adalah suatu perhatian yang dikhususkan untuk suatu objek dengan
mengabaikan objek yang lain.
Meskipun tidak sepesat pada usia dini, perkembangan fisik anak terus berlangsung
selama usia SD. Begitu pula perkembangan perseptual anak terus mengalami penajaman dan
penghalusan. Bahkan hampir semua aspek perseptual tersebut baru mencapai puncak
perkembangannya pada usia SD tersebut.
Hal lain yang perlu disadari kembali bahwa perkembangan fisik dan perseptual anak itu
memiliki keterjalinan dengan aspek-aspek perkembangan lainnya. Artinya permasalahan-
permasalahan yang terjadi dalam perkembangan fisik dan perseptual anak bisa berdampak
negatif terhadap aspek-aspek perkembangan lainnya.
Dua pemikiran di atas menyarankan agar pendidik benar-benar memberikan perhatian
yang cukup terhadap aspek perkembangan fisik dan perseptual anak. Perhatian pendidik
terhadap aspek ini bukan sekedar untuk kepentingan perkembangan fisik semata, melainkan
untuk kepentingan perkembangan dan aktivitas belajar secara keseluruhan.
Pemahaman kita tentang karakteristik perkembangan fisik anak serta faktor-faktor yang
mempengaruhi dan konsekuensi-konsekuensi yang dapat ditimbulkannya, akhirnya
membawa beberapa implikasi praktis bagi penyelenggaraan pendidikan di SD. Implikasi-
implikasi tersebut khususnya berkenaan dengan penyelenggaraan pembelajaran secara umum,
pemeliharaan kesehatan dan nutrisi anak, pendidikan jasmani dan kesehatan, serta penciptaan
lingkungan dan pembiasaan berperilaku sehat.
Anak usia SD sudah lebih mampu mengontrol tubuhnya dari anak pada usia
sebelumnya. Kondisi demikian membuat anak SD dapat memberikan perhatian yang lebih
lama terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Namun perlu di ingat bahwa
kondisi fisik mereka masih jauh dari matang dan masih terus berkembang fisik mereka masih
memerlukan banyak gerak baik untuk kepentingan peningkatan dan pengayaan keterampilan-
keterampilan motoriknya maupun untuk pemenuhan kebutuhan akan gerak dan kesenangan
mereka. Begitu pun kondisi perkembangan perseptualnya masih mengalami penajaman dan
penghalusan. Aspek-aspek perseptual ini akan berkembang dengan baik kalau dirangsang dan
di fungsikan melalui interaksi dengan lingkungan.
Berikut beberapa srategi yang dapat digunakan guru dalam membantu peserta didik
mengembangkan proses-proses kognitifnya :
1. Ajak peserta didik untuk memfokuskan perhatian dan meminimalkan ganguan. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengemukakan tujuan pembelajaran, mengemukakan tentang
pentingnya materi bagi mereka. Kemukakan juga kepada peserta didik betapa pentingnya
memfokuskan perhatian ketika ia harus mengingat sesuatu. Beri mereka latihan
memfokuskan perhatian tanpa adanya gangguan.
2. Gunakan isyarat, gerakan dan perubahan nada suara yang menunjukkan bahwa ada
sesuatu yang penting. Caranya bisa dengan memperkeras suara, mengulangi sesuatu
dengan penekanan, berjalan keliling ruangan, menunjuk, dan sebagainya.
3. Bantu peserta didik untuk membuat isyarat untuk petunjuk sendiri atau memahami suatu
kalimat yang perlu mereka perhatiakan. Beri variai dari bulan ke bulan dan menu opsi
untuk dipilih, seperti “perhatian”, “fokus”, atau “ingat”. Biarkan mereka
mengungkapkan kata-kata tersebut atau mengucapkannya dalam hati pada diri mereka
untuk memfokuskan kembali fikiran mereka yang mungkin tidak konsentrasi.
4. Gunakan komentar instruksional, seperti “baik, mari kita diskusikan ...sekarang
perhatikan.”
5. Buat pembelajaran menjadi menarik. Caranya mungkin dengan menghubungkan suatu
gagasn dengan minat siswa sehingga meningkatkan perhatian mereka, seskali beri latihan
yang tidak biasa dan menarik. Bangkitkan rasa ingin tahu mereka dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan seperti : “Apa yang akan terjadi jika....?” dan pertanyaan-
pertanyaan dramatis lain untuk memperkenalkan berbagai topik yang akan diajarkan.
6. Gunakan media dan teknologi secar efektif sebagai bagian dari penagajran di kelas.
7. Fokuskan pada pembelajaran aktif untuk membuat proses pembelajran menjadi lebih
menyenangkan, mengurangi kejenuhan dan meningkatkan perhatian.
8. Ubah lingkungan fisik dengan mengubah tata ruang, model tempat duduk, atau
berpindah pada satu setting berbeda.
9. Ubah jalur indrawi dengan memberi suatu pelajaran yang mengharuskan peserta didk
menyentuh, membaui atau merasakan.
10. Hindari perilaku yang membingungkan, seperti mengayun-ayunkan pensil atau
menyentuh rambut di kepala.
11. Dorong peserta didik untuk mengingat materi pembelajaran secara lebih mendalam,
bukan mengingat sepintas lalu. Anaka akan mengingat informasi dengan lebih baik
dalam jangka panjang apabila mereka memahami informasi tersebut, bukan sekedar
mengingat tanpa pemahaman.
12. Bantu peserta didk menata informasi yang akan dimasukkan ke dalam memori. Penataan
ini dianggap penting karena peserta didik akan mengingat informasi dengan lebih baik
jika mereka menatannyasecarhierrarkis. Semakin tertata informasi yang disajikan guru,
maka semakin mudah peserta didik mengingatnya.
13. Bantu peserta didik mengingat kembali informasi yang disajikan sebelumnya.
Pembelajaran merupakan integrasi informasi baru dengan struktur kognitif yang ada.
14. Bantu peserta didik memahami dan mengombinasi informasi. Stategi untuk membantu
peserta didik memahami pelajaran dan mengombinasi informasi lama dengan informasi
baru adalah membuat setiap pembelajransebermakna mungkin. Pembelajaran bermakna
bukan hanya dilihat dari aspek materi atau bahannya yang bermakna, tetapi juga
bermakna bagi peserta didik secara khas. Jika peserta didk sendiri tidak menemukan
makna bagi diri mereka maka, keahlian, keterampilan dan pemahaman tidak mungkin
terbentukpada diri peserta didik. Dengan demikian pembelajaran yang bermakna
dipersentasikan dengan kosakata yang memiliki arti bagi peserta didik. Istilah-istilah
baru dijelaskan dengan menggunakan kata dan iede yang lebih akrab.
15. Latih peserta didik menggunakan strategi mnemonik. Mnemonik adalah salah satu
strategi dengan cara menghafal. Tujuan mnemonik adalah untuk menghubungkan materi
baru yang diajarkan dengan informasi lama yang sudah di kenal.
DAFTAR RUJUKAN
Khairanis dan Darnis Arif. 2000. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Padang: DIP
Universitas Negeri Padang.
Yusuf, Syamsu dan Nani M. Sugandi. 2011, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.