Disusun oleh :
Kelompok 4
1) Tinggi dan berat badan: Pada masa kanak-kanak tengah dan akhir,
pertumbuhan fisik anak berkembang secara perlahan tetapi konsisten. Saat
memasuki sekolah dasar, pada umumnya tinggi anak akan bertambah 2-3 cm
dan beratnya akan bertambah 2-3 kg per tahun. Pertambahan berat badan
tersebut disebabkan oleh berkembangnya ukuran tulang, otot, dan bagian organ
anak lainnya. Berat dan kekuatan otot anak semakin meningkat dan semakin
menurunnya kadar lemak bayi. Pertambahan kekuatan otot juga dipengaruhi
oleh faktor keturunan dan latihan.
Jika dilihat dari umur ke umur, pada umur 6 tahun, gigi susu anak akan mulai lepas
untuk digantikan oleh gigi permanen. Untuk tinggi badan, normalnya akan bertambah
kira-kira 8 cm dan berat badan, 2.3 kg. selain itu, kesadaran akan citra tubuh akan
mulai terbentuk. Ini menyebabkan anak akan lebih sadar akan perasaan yang
dirasakan oleh tubuhnya, seperti rasa sakit.
Saat memasuki umur 7, anak akan mulai mempunyai gigi permanen. Pada usia ini,
anak dianjurkan untuk tidur 11 jam per hari. Tinggi anak akan bertambah 5-7,5cm dan
peningkatan berat badan cenderung lebih cepat. Saat memasuki usia 8 tahun, berat
badan akan bertambah 2-3 kg dan tinggi badan bertambah hingga 7.5 cm, namun
perkembangan ini berbeda-beda bagi setiap anak.
Saat memasuki usia 9 tahun, peningkatan berat badan dan tinggi perempuan biasanya
lebih pesat dari laki-laki. Tanda-tanda pubertas juga mulai muncul. Contohnya
pertumbuhan payudara pada wanita dan perubahan suara dan mimpi basah pada
laki-laki.
2) Perubahan proporsi dan bentuk tubuh anak juga terlihat jelas pada tahap ini.
Pada anak usia sekolah dasar masih mengalami belum seimbangnya bentuk
proporsi dan bentuk tubuh. Seringkali kepala mereka lebih besar
dibandingkan kaki. Namun perkembangan akan mulai nampak pada kelas 5
atau 6
c) Ektomorfik: yaitu tidak ada jaringan yang melebihi jaringan lain, atau yang
disebut kurus.
Faktor genetik dan olahraga dapat mempengaruhi perkembangan otot dan jumlah
lemak.
Perubahan yang tidak terlalu jelas tetapi juga terjadi adalah pengerasan tulang yang
akan menghasilkan tulang yang lebih matang.
Otak anak usia 5 tahun sudah mencapai 90% dari otak orang dewasa. Perkembangan
ini disebabkan oleh penambahan jumlah dan ukuran ujung-ujung saraf yang ada di
dalam dan sekitar otak. Ditambah dengan adanya proses mielinasi (zat berlemak yang
mengisolasi akson otak untuk membantu mempercepat pergerakan sinyal).
Maka pada saat mereka memasuki tahap akhir masa kanak-kanak, total volume otak
mereka sudah mulai stabil, mendekati orang dewasa tetapi perkembangan otak masih
belum matang. Perubahan signifikan tetap terjadi pada beberapa struktur dan area
otak. Perubahan paling signifikan terjadi pada KORTEKS PREFRONTAL, level tertinggi
pada otak, yang dikaitkan dengan peningkatan perhatian, penalaran, dan kontrol
kognitif anak.
Perkembangan otak tidak selalu dipengaruhi oleh nutrisi juga dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar yang akan merangsang otak selalu berfungsi. Karena tanpa
dirangsang, otak tidak akan berkembang dan sulit mendapatkan informasi-informasi
baru. Dan hal tersebut akan mempengaruhi perilaku anak dan interaksi dengan orang
lain.
Pada masa kanak-kanak tengah dan akhir, kemampuan motorik anak akan menjadi
lebih halus, lebih sempurna, dan terkoordinasi dibandingkan masa kanak-kanak awal.
Mereka sudah mampu mengotrol dan mengkoordinasi setiap gerakan badan. Biasanya
anak laki-laki lebih mahir pada keterampilan motorik kasar yang melibatkan otot
daripada perempuan. Seperti menendang bola ke dalam gawang.
Meningkatnya sistem saraf pusat dapat terlihat dalam peningkatan keterampilan motorik
halus. Pada Usia 7 tahun tangan anak semakin kuat dan mampu menggenggam pensil.
Usia 8 sampai 10 sudah mampu menggambar dengan baik dan dapat menulis dengan
rata dan lebih kecil. Usia 10 sampai 12 sudah mampu memperlihatkan keterampilan
dengan gerakan lebih cepat, rumit, dan kompleks seperti orang dewasa. Biasanya
dalam hal perkembangan motorik halus anak perempuan lebih baik daripada anak
laki-laki.
Untuk mengembangkan gerak motorik biasanya anak lebih banyak melakukan aktivitas
permainan dan olahraga. Hal ini dapat memberikan latihan dan kesempatan belajar
bersaing, berteman, bersahabat dan memperluas pergaulan.
Berikut tahapan lebih detail tentang perkembangan motorik anak pada tahapan
kanak-kanak tengah dan akhir (berdasarkan jurnal Ulfa Kesuma, Khikmatul Istiqomah):
● Tahap gerakan dasar (2-7 tahun). Gerakan ini muncul ketika anak aktif
bereksplorasi dan bereksperimen dengan potensi gerak yang dimilikinya. Tahap
ini merupakan tahap menemukan bagaimana menunjukkan berbagai gerak
keseimbangan, lokomotor dan manipulatif, maupun penggabungan ketiga
gerakan tersebut. Kegiatan keseimbangan dapat di contohkan ketika anak
mampu berdiri dengan satu kaki tanpa terjatuh dan kegiatan lokomotor ketika
anak mengejar bola saat bermain bola. Kegiatan manipulatif terjadi ketika anak
melibatkan objek pada saat melakukan kegiatan itu, contohnya seperti memukul
bola. Tahap ini terbagi atas 3 tingkat, yaitu:
1. Tingkat permulaan (2-3 tahun) : Gerakan ini dicirikan dengan kesalahan dan
kegagalan bagian gerakan secara berurutan, kelihatan membatasi atau
berlebihan menggunakan anggota tubuh, tidak mampu mengikuti ritme dan
koordinasi. Gerakan keseimbangan, lokomotor dan manipulative benar-benar
pada tingkat permulaan.
2. Tingkat elementary (4-5 tahun) : Tingkatan ini menunjukkan kontrol yang lebih
baik dan gerakan permulaan koordinasi ritmik yang lebih baik pula. Gerak spasial
dan temporal lebih meningkat, namun secara umum masih kelihatan membatasi
atau berlebihan, meskipun koordinasi lebih baik. Intelegensi dan fungsi fisik anak
semakin meningkat melalui proses kematangan.
3. Tingkat mature (6-7 tahun) : Tingkatan ini dicirikan oleh efisiensi secara
mekanik, koordinasi dan penampilan yang terkontrol. Keahlian manipulative
semakin berkembang dalam mengkoordinasi secara visual dan motorik (seperti
menangkap, menendang, bermain voli, dsb).
Perlu diingat bahwa perkembangan fisik dan motorik setiap anak berbeda-beda.
1.4 Exercise
Pentingnya olahraga bagi anak semakin ditekankan. Baru-baru ini penelitian yang
meneliti lebih dari 6 ribu anak sekolah dasar membuktikan bahwa 55 menit/lebih
olahraga menurunkan tingkat obesitas dan penelitian juga membuktikan olahraga 3 sesi
perminggu yang berlangsung lebih dari satu jam dapat menurunkan tekanan darah.
Olahraga aerobic juga dikaitkan dengan keterampilan kognitif anak. Dengan olahraga
aerobic, kecepatan anak, ingatan, perhatian, usaha, kreativitas dan motivasi untuk
mencapai tujuan anak terlatih. Aktivitas fisik juga dapat meningkatkan kemampuan
akademis anak. Orangtua dan sekolah mempunyai peran yang besar dalam level
olahraga anak. Bisa disimpulkan olahraga yang membuat anak jadi aktif membantu
dengan perkembangan kognitif anak, menghindari obesitas, melatih kemampuan
motorik, dan membantu perkembangan otak.
Penyebab cedera dan kematian yang paling banyak dijumpai pada anak adalah dari
kecelakaan. Baik sebagai penumpang dalam kendaraan bermotor maupun sebagai
pejalan kaki. Oleh karena itu disarankan untuk selalu menggunakan sabuk pengaman
dan kursi anak untuk mengurangi kemungkinan kematian/cedera saat kecelakaan.
Penyebab paling dominan adalah faktor genetik, orang tua yang obesitas biasanya juga
mempunya anak yang obesitas. Faktor lingkungan juga mempengaruhi. Antara lain
makanan yang tidak sehat atau yang mempunyai kadar lemak yang tinggi, Kecanduan
alat elektronik, malas, kurang olahraga, kebiasaan makan orangtua, dan kurangnya
perhatian orangtua atas kebiasaan makan anak.
· Kanker
Kanker pada usia anak-anak lebih utama menyerang sel-sel darah putih (leukemia),
otak, tulang, sistem limpa, otot, ginjal, dan sistem saraf. Semua penyakit ini ditandai
oleh berkembangbiaknya sel-sel abnormal.
· Gangguan belajar
Seorang anak tergolong mempunyai kesulitan belajar jika kesulitan untuk memahami
atau menggunakan bahasa lisan maupun tulisan dan kesulitan tersebut muncul saat
mendengar, menulis, berbicara, mengeja, dan berpikir. Kesulitan belajar mencakup
kesulitan saat mengerjakan matematika. Agar diklasifikasikan sebagai kesulitan belajar,
masalah dalam belajar ini, terutama bukanlah akibat dari keterbatasan visual
pendengaran atau motorik; retardasi mental; gangguan emosi atau karena keterbatasan
lingkungan budaya atau ekonomi. Anak laki-laki cenderung mempunyai kesulitan
belajar lebih dari perempuan. Perbedaan gender ini berkaitan dengan kerentanan
biologis yang terdapat pada anak laki-laki serta bias rujukan (referral bias). Artinya anak
laki-laki cenderung lebih sering dirujuk oleh guru agar memperoleh penanganan karena
perilaku kenakalan mereka.
Penghambatan pada perkembangan otak terjadi pada area yang diangkut dengan
Executive Function. Fokus dalam mempelajari ADHD ialah kesulitan mereka dalam
mengerjakan aktivitas yang melibatkan Executive Function.
Kebanyakan anak akan mengalami gangguan emosi ringan pada masa sekolah
mereka, tetapi beberapa dari mereka mengalami masalah yang serius dan terus
menerus sehingga mereka diklasifikasikan sebagai anak yang mempunyai gangguan
emosi dan perilaku. Gangguan emosi dan perilaku terdiri dari masalah yang serius dan
terus menerus tentang relasi, agresi, depresi, dan ketakutan yang dikaitkan dengan
masalah pribadi atau sekolah, dan juga karakteristik sosioemosi yang tidak pantas
lainnya. Anak laki-laki tiga kali lebih banyak yang menderita gangguan ini dibandingkan
anak perempuan.
Autism Spectrum Disorder berkisar dari gangguan parah yang disebut gangguan autis
hingga yang ringan, yang disebut sebagai Asperger Syndrome. Gangguan spektrum
autisme mempunyai ciri-ciri dimana terjadi masalah dalam interaksi sosial, masalah
berkomunikasi secara verbal dan non verbal, dan perilaku berulang. Anak-anak
penderita ini gangguan ini juga menunjukkan respon yang tidak biasa terhadap paparan
indra sensoris. Mereka biasanya sensitif terhadap cahaya atau suara yang keras. Anak
dengan autisme biasa mengalami retardasi mental tetapi ada pula yang memiliki
kecerdasan (IQ) diatas rata-rata. Gangguan spektrum autisme sering kali dapat
dideteksi ketika anak berusia 1-3 tahun.
a. Gangguan autistik (autistic disorder), adalah perkembangan gangguan spektrum
autisme yang parah yang terjadi pada tiga tahun pertama kehidupan dan
mencakup defisiensi dalam relasi sosial, abnormalitas dalam komunikasi, serta
perilaku dengan pola terbatas, berulang, dan stereotip.
b. Sindrom Asperger (Asperger syndrome), adalah gangguan autisme yang relatif
ringan dimana penderitanya biasa memiliki bahasa verbal yang baik, sedikit
memiliki bahasa nonverbal, serta relasi dan minat yang terbatas. Anak-anak
dengan dengan sindrom asperger seringkali melakukan rutinitas berulang-ulang
secara obsesif dan terlalu memikirkan suatu objek tertentu. Sebuah contoh,
seorang anak mungkin terobsesi dengan permainan baseball dan rel kereta mini.
Saat ini, konsensus terbaru menyatakan bahwa autisme adalah disfungsi otak akibat
dari abnormalitas struktur otak dan neurotransmitter. Faktor-faktor genetik pun berperan
penting dalam perkembangan gangguan spektrum autisme.
2.2 Educational Issues
Sampai pada tahun 1970an mayoritas sekolah negeri di Amerika menolak anak
kebutuhan khusus. Sampai pada tahun 1975, dibentuk public law 94-142, the Education
for All Handicapped Children Act, yang mewajibkan agar semua anak berkebutuhan
khusus diberi kesempatan untuk memperoleh pendidikan memadai gratis. Pada tahun
1990, public law 94-143, disusun kembali dalam bentuk Individuals with Disabilities
Education Act (IDEA) . Ide ini diamandemenkan pada tahun 1997, kemudian disahkan
kembali pada tahun 2004, dan diberi nama baru yaitu individual with Disabilities
Education Improvement Act.
IDEA meminta agar semua anak kebutuhan khusus menerima servis-servis seperti
pendidikan yang memadai, rancangan pembelajaran khusus (Individualized Education
Plan/IEP) dan layak. Lingkungan yang tidak terlalu membatasi (least restrictive
environment/LRE) yang merupakan sebuah setting pendidikan yang sedapat mungkin
dibuat menyerupai setting bagi anak anak umumnya. Inklusi (inclusion) berarti mendidik
seorang anak yang memiliki kebutuhan khusus di kelas biasa secara penuh.
Perubahan ini menghasilkan hasil yang positif bagi anak-anak dengan disabilitas, tetapi
beberapa ahli mengatakan mendidik anak berkebutuhan khusus di kelas yang normal
terlalu ekstrim karena mereka membutuhkan bimbingan khusus, dengan mengabaikan
disabilitas mereka, mereka akan mengalami kesulitan dan pembelajaran tidak akan
maksimal.
3. Cognitive Changes
● MEMORI
Memori jangka pendek meningkat pesat selama masa kanak-kanak tetapi setelah usia
7 tahun tidak menunjukkan peningkatan yang banyak.
Memori Kerja
Alan Baddeley mendefinisikan memori kerja sebagai semacam "bangku kerja" mental di
mana individu memanipulasi dan mengumpulkan informasi ketika mereka membuat
keputusan, memecahkan masalah, dan memahami bahasa tertulis dan lisan. Memori
kerja berkembang perlahan. Bahkan pada usia 8 tahun, anak-anak hanya dapat
mengingat setengah dari hal-hal yang dapat diingat orang dewasa.
Ini melibatkan memori peristiwa penting dan pengalaman dalam hidup seseorang. Anda
terlibat dalam memori otobiografi ketika Anda menjawab pertanyaan seperti: Apa
peristiwa paling traumatis yang terjadi pada Anda sebagai seorang anak?
Ketika anak-anak melewati masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, dan melalui
masa remaja, narasi otobiografi mereka meluas dan menjadi lebih terperinci. Para
peneliti telah menemukan bahwa anak-anak mengembangkan ingatan otobiografi yang
lebih rinci, koheren, dan evaluatif ketika ibu mereka mengenang mereka dengan cara
yang terperinci dan evaluatif.
Strategi
Kunci belajar aktivitas melibatkan strategi, yang terdiri dari kegiatan mental yang
disengaja untuk meningkatkan pemrosesan informasi. Strategi tidak terjadi secara
otomatis namun mereka membutuhkan usaha dan kerja.
Berikut adalah beberapa strategi efektif untuk digunakan orang dewasa ketika mencoba
meningkatkan keterampilan memori anak-anak :
Charles Brained dan Valerie Reyna berpendapat bahwa jejak fuzzy menjelaskan
sebagian besar perbaikan ini. Teori jejak fuzzy mereka menyatakan bahwa memori
paling baik dipahami dengan mempertimbangkan 2 jenis representasi memori :
● PEMIKIRAN
3 aspek penting berpikir adalah fungsi eksekutif, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.
Fungsi Eksekutif
Adele Diamond and Kathleen Lee menyoroti dimensi fungsi eksekutif berikut adalah
yang paling penting untuk perkembangan kognitif anak-anak berusia 4-11 tahun dan
keberhasilan sekolah :
● Pengendalian diri/penghambatan (anak-anak perlu mengembangkan
pengendalian diri yang akan memungkinkan mereka untuk berkonsentrasi dan
bertahan pada tugas-tugas belajar, untuk menghambat kecenderungan mereka
untuk mengulangi tanggapan yang salah).
● Memori kerja.
● Fleksibilitas.
Peneliti telah menemukan bahwa fungsi eksekutif adalah prediktor kesiapan sekolah
yang lebih baik daripada IQ umum.
Ann Masten dan rekan-rekannya telah menemukan bahwa fungsi eksekutif dan
keterampilan mengasuh anak berpengaruh dengan keberhasilan anak-anak tunawisma
di sekolah.
Berpikir Kritis
Menurut Ellen Langer, kewaspadaan secara mental dan fleksibel secara kognitif saat
menjalani aktivitas dan kehidupan sehari-hari merupakan aspek penting dari berpikir
kritis. Individu yang penuh perhatian menciptakan ide-ide baru, terbuka terhadap
informasi baru, dan mengeksplorasi berbagai strategi dan perspektif.
Jacqueline dan Martin Brooks menyesalkan bahwa hanya sedikit sekolah yang
benar-benar mengajarkan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan pemahaman
konsep yang mendalam. Dalam pandangan Brooks dan Brooks, sekolah menghabiskan
terlalu banyak waktu untuk membuat siswa memberikan satu jawaban yang benar
dengan cara meniru, daripada mendorong mereka untuk memperluas pemikiran
mereka dengan memunculkan ide-ide baru dan memikirkan kembali kesimpulan
sebelumnya.
Berpikir Kreatif
Ini adalah kemampuan untuk berpikir dengan cara baru dan tidak biasa dan untuk
menghasilkan solusi unik untuk masalah. Jadi, kecerdasan dan kreativitas bukanlah hal
yang sama. Perbedaan ini diakui oleh J.P. Guilford, yang membedakan antara berpikir
konvergen dan berpikir divergen.
Berpikir konvergen adalah menghasilkan satu jawaban yang benar dan mencirikan jenis
pemikiran yang diperlukan pada tes kecerdasan konvensional. Berpikir divergen adalah
menghasilkan banyak jawaban berbeda untuk pertanyaan yang sama dan mencirikan
kreativitas.
● METAKOGNISI
Jadi, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pemikiran kreatif
anak, yaitu :
● Mendorong brainstorming
Brainstorming adalah teknik di mana orang didorong untuk datang dengan ide-ide
kreatif dalam kelompok.
● Menyediakan lingkungan yang merangsang kreativitas.
● Jangan terlalu mengontrol.
● Mendorong motivasi internal.
● Bangun rasa percaya diri anak.
● Bimbing anak untuk gigih dan menunda kepuasan.
● Dorong anak-anak untuk mengambil risiko intelektual.
● Perkenalkan anak pada orang-orang kreatif.
3.4 Intelligence
● TES BINET
Pada tahun 1904, Kementerian Pendidikan Prancis meminta psikolog Alfred Binet untuk
merancang metode mengidentifikasi anak-anak yang tidak dapat belajar di sekolah.
Pejabat sekolah ingin mengurangi kepadatan dengan menempatkan siswa yang tidak
mendapat manfaat dari pengajaran di kelas reguler di sekolah luar biasa. Binet dan
muridnya Theophile Simon mengembangkan tes kecerdasan untuk memenuhi
permintaan ini. Tes ini disebut Skala 1905. Ini terdiri dari 30 pertanyaan tentang topik
mulai dari kemampuan menyentuh telinga hingga kemampuan menggambar desain dari
memori dan mendefinisikan konsep abstrak.
● TIMBANGAN WECHSLER
Seperangkat tes lain yang banyak digunakan untuk menilai kecerdasan siswa disebut
skala Wechsler, yang dikembangkan oleh psikolog David Wechsler.
● JENIS KECERDASAN
Lebih tepat untuk menganggap kecerdasan anak sebagai kemampuan umum atau
sebagai sejumlah kemampuan khusus? Robert Sternberg dan Howard Gardner telah
mengajukan teori-teori berpengaruh yang berorientasi pada sudut pandang kedua ini.
Sternberg mengatakan bahwa anak-anak dengan pola triarki yang berbeda 'terlihat
berbeda' di sekolah, siswa dengan kemampuan analitik yang tinggi cenderung disukai
di sekolah konvensional.
● Lisan.
● Matematis.
● Spasial.
● Kinestetik-jasmani.
● Musikal.
● Antarpribadi.
● Intrapersonal.
● Naturalis.
Mengevaluasi Pendekatan Multiple-Intelligence
Sternberg dan Gardner telah merangsang para guru untuk berpikir lebih luas tentang
apa yang membentuk kompetensi anak-anak. Sejumlah psikolog berpikir bahwa
pandangan multiple-intelligence telah mengambil konsep kecerdasan spesifik terlalu
jauh.
Salah satu pakar kecerdasan, Nathan Brody mengamati bahwa orang yang unggul
dalam satu jenis tugas intelektual cenderung unggul dalam yang lain.
Skor IQ yang dihasilkan dari tes seperti skala Stanford-Binet dan Wechsler memberikan
informasi tentang kemampuan mental anak-anak.
Pengaruh Genetika
Sebuah tinjauan penelitian menyimpulkan bahwa mungkin ada lebih dari 1.000 gen
yang mempengaruhi kecerdasan, masing-masing mungkin memiliki pengaruh kecil
pada kecerdasan individu. Jadi, beberapa ilmuwan berpendapat bahwa ada komponen
genetik yang kuat untuk kecerdasan. Salah satu strategi untuk menguji peran hereditas
dalam kecerdasan adalah dengan membandingkan IQ kembar identik dan kembar
fraternal.
Pengaruh Lingkungan
Pengaruh lingkungan pada kecerdasan juga melibatkan sekolah. Efek terbesar telah
ditemukan ketika sekelompok besar anak-anak telah kehilangan pendidikan formal
untuk waktu yang lama, mengakibatkan kecerdasan yang lebih rendah.
Variasi Etnis
● CACAT INTELEKTUAL
Ketika tidak ada bukti kerusakan otak organik yang dapat ditemukan, kasus diberi label
disabilitas intelektual budaya-keluarga dengan IQ antara 55 dan 70.
● BERBAKAT
Orang yang berbakat memiliki kecerdasan di atas rata-rata (IQ 130 atau lebih tinggi)
dan/atau bakat unggul untuk sesuatu.
Lalu selanjutnya kita akan membahas karakteristik, pengasuhan alam, bakat dan
pengembangan domain-spesifik, juga pendidikan untuk anak-anak yang berbakat.
Karakteristik
Tidak ada yang menemukan hubungan antara bakat dan gangguan mental.
Ellen Winner menjelaskan 3 kriteria yang menjadi ciri anak berbakat, baik dalam bidang
seni, musik, atau akademik :
Para peneliti telah menemukan bahwa individu dengan status kelas dunia dalam seni,
matematika, sains, dan olahraga semuanya melaporkan dukungan keluarga yang kuat
dan pelatihan dan praktik selama bertahun-tahun.
Individu yang sangat berbakat biasanya tidak berbakat dalam banyak domain, dan
penelitian tentang bakat semakin terfokus pada lintasan perkembangan khusus domain.
Ellen Winner berpendapat bahwa terlalu sering anak-anak yang berbakat terisolasi
secara sosial dan kurang mendapat tantangan di kelas. Winner berpendapat bahwa
pendidikan Amerika akan mendapat manfaat ketika standar dinaikkan untuk semua
anak.
4. Language Development
Anak-anak memperoleh keterampilan baru saat mereka memasuki sekolah yang
memungkinkan mereka untuk belajar membaca dan menulis. Keterampilan ini
mencakup peningkatan penggunaan bahasa untuk berbicara tentang hal-hal yang tidak
ada secara fisik, mempelajari apa itu kata, dan belajar bagaimana mengenali dan
berbicara tentang suara. Anak-anak juga belajar prinsip abjad-bahwa huruf abjad
mewakili suara bahasa.
Anak-anak membuat kemajuan serupa dalam tata bahasa. Selama tahun-tahun sekolah
dasar, peningkatan anak-anak dalam penalaran logis dan keterampilan analitis
membantu mereka untuk memahami konstruksi seperti penggunaan komparatif yang
tepat (shorter, deeper) dan juga subjungtif ("If you were president ......"). Selama
tahun-tahun sekolah dasar, anak menjadi semakin mampu memahami maupun
menggunakan tata bahasa yang kompleks. seperti kalimat berikut: the boy who kissed
his mother wore a hat. Mereka juga belajar menggunakan bahasa dalam cara yang
lebih terhubung dengan menghasilkan wacana yang terhubung. Mereka menjadi
mampu menghubungkan kalimat satu sama lain untuk menghasilkan deskripsi, definisi,
dan narasi yang masuk akal. Anak-anak harus dapat melakukan hal-hal ini secara lisan
sebelum mereka dapat diharapkan untuk menanganinya secara tertulis.
Kemajuan kosa kata dan tata bahasa selama sekolah dasar ini disertai dengan
perkembangan kesadaran metalinguistik, yaitu pengetahuan tentang bahasa, seperti
memahami apa itu preposisi atau mampu mendiskusikan bunyi suatu bahasa.
Kesadaran metalinguistik memungkinkan anak-anak untuk:
Ini membaik secara signifikan selama di sekolah dasar. Mendefinisikan kata menjadi
bagian reguler dari wacana kelas, dan anak-anak meningkatkan pengetahuan mereka
tentang sintaksis saat mereka mempelajari dan berbicara tentang komponen kalimat
seperti subjek dan kata kerja. Dan membaca juga memberikan kesadaran
metalinguistik ketika anak-anak mencoba memahami teks tertulis tersebut. Anak-anak
juga membuat kemajuan dalam memahami bagaimana menggunakan bahasa dengan
cara yang sesuai secara budaya—suatu proses yang disebut pragmatik. Pada saat
mereka memasuki masa remaja, kebanyakan anak mengetahui aturan penggunaan
bahasa dalam konteks sehari-hari, yaitu apa yang pantas dan tidak pantas untuk
dikatakan.
4.2 Reading
Anak-anak yang memasuki jenjang sekolah dasar dengan kosakata yang terbatas,
beresiko mengembangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan membaca.
Sebelum belajar membaca, anak-anak belajar menggunakan bahasa untuk
membicarakan hal-hal yang tidak ada, mereka belajar apakah “kata” itu. Mereka belajar
bagaimana mengorganisasikan dan mengucapkan bunyi. Mereka juga mempelajari
prinsip-prinsip alphabet yakni huruf-huruf yang mempresentasikannya bunyi-bunyi
dalam bahasa. Anak-anak yang memulai sekolah dasar dengan kosakata yang kuat
memiliki keuntungan dalam hal belajar membaca. Pengembangan kosakata
memainkan peran penting dalam pemahaman bacaan.
Bagaimana seharusnya anak-anak diajari membaca? Selama bertahun-tahun
perdebatan, debat berfokus pada pendekatan seluruh bahasa versus pendekatan
phonics.
4.3 Writing
Ketika mereka mulai menulis, anak-anak sering menemukan ejaan. Orang tua dan guru
harus mendorong anak-anak menulis sejak dini akan tetapi tidak perlu terlalu khawatir
tentang pembentukan huruf atau ejaan. Koreksi ejaan dan pencetakan harus selektif
dan dilakukan dengan cara-cara positif yang tidak menyurutkan tulisan dan spontanitas
anak.
Anak-anak mulai mencoret-coret (scribbling) sekitar usia dua atau tiga tahun. Keahlian
motorik mereka lazimnya berkembang sedemikian rupa sehingga mereka mulai
sanggup menulis huruf-huruf pada masa awal kanak-kanak mereka. Hampir semua
anak usia 4 tahun, dapat menuliskan nama depan mereka. Anak usia 5 tahun dapat
menuliskan kembali huruf-huruf yang mereka lihat dan menirukan menulis beberapa
kata yang pendek. Mereka lambat-laun akan mampu membedakan ciri khas dari
huruf-huruf, seperti kurva, garis, atau titik.
Seperti menjadi pembaca yang baik, menjadi penulis yang baik juga membutuhkan
waktu bertahun-tahun dan banyak latihan. Anak-anak harus diberi banyak kesempatan
untuk menulis, karena kemampuan bahasa dan kognitif mereka meningkat dengan
instruksi yang baik, begitu juga dengan keterampilan menulis mereka. Sebagai contoh,
mengembangkan pemahaman sintaksis dan tata bahasa yang lebih baik berfungsi
sebagai landasan untuk penulisan yang lebih baik. Begitu juga keterampilan kognitif
seperti organisasi dan penalaran logis. Selama sekolah, siswa mengembangkan
metode yang semakin baik untuk mengatur ide-ide mereka.
Strategi metakognitif yang terlibat dalam menjadi seorang penulis yang kompeten
terkait dengan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang penulis pembaca yang
kompeten karena proses menulis melibatkan membaca dan membaca ulang yang
kompeten dan melakukan komposisi dan revisi.
Memantau kemajuan menulis seseorang sangat penting untuk menjadi penulis yang
baik. Ini termasuk menerima umpan balik dan menerapkan apa yang dipelajari dalam
menulis satu makalah untuk membuat makalah berikutnya lebih baik.
Kekhawatiran utama tentang kompetensi menulis siswa semakin disuarakan. Satu studi
mengungkapkan bahwa 70 hingga 75 persen siswa AS di kelas 4 hingga 12 adalah
penulis yang berprestasi rendah. Instruktur perguruan tinggi melaporkan bahwa 50
persen lulusan sekolah menengah tidak siap untuk menulis tingkat perguruan tinggi.
Apakah ada periode sensitif dalam mempelajari bahasa kedua? Artinya, jika individu
ingin belajar bahasa kedua, seberapa penting usia di mana mereka mulai
mempelajarinya? Apa cara terbaik untuk mengajar anak-anak yang berasal dari rumah
di mana bahasa Inggris bukan bahasa utama?
Pembelajaran Bahasa Kedua selama bertahun-tahun, diklaim bahwa jika individu tidak
belajar bahasa kedua sebelum pubertas, mereka tidak akan pernah mencapai
kecakapan pembelajar bahasa asli dalam bahasa kedua. Namun, pencarian ulang
baru-baru ini menunjukkan kesimpulan yang lebih kompleks: Periode sensitif
kemungkinan bervariasi di seluruh sistem bahasa yang berbeda. Jadi, bagi pembelajar
bahasa yang terlambat, seperti remaja dan orang dewasa, kosakata baru lebih mudah
dipelajari daripada bunyi-bunyi baru atau tata bahasa baru. Misalnya, kemampuan
anak-anak untuk mengucapkan kata-kata dengan aksen seperti penutur asli dalam
bahasa kedua biasanya menurun seiring bertambahnya usia, dengan penurunan yang
sangat tajam terjadi setelah usia sekitar 10 sampai 12. Juga, orang dewasa cenderung
belajar bahasa kedua lebih cepat daripada anak-anak, tetapi tingkat akhir pencapaian
bahasa kedua mereka tidak setinggi anak-anak. Dan cara anak-anak dan orang
dewasa belajar bahasa kedua agak berbeda. Dibandingkan dengan orang dewasa,
anak-anak kurang sensitif terhadap umpan balik, cenderung tidak menggunakan
strategi eksplisit, dan lebih mungkin untuk belajar bahasa kedua dari sejumlah besar
masukan.
Siswa di Amerika Serikat jauh di belakang rekan-rekan mereka di banyak negara maju
dalam mempelajari bahasa asing. Sebagai contoh, di Rusia, sekolah memiliki 10 nilai,
yang disebut formulir, yang kira-kira sesuai dengan 12 nilai di sekolah-sekolah Amerika.
Anak-anak Rusia mulai sekolah pada usia 7 tahun dan mulai belajar bahasa Inggris
dalam bentuk ketiga. Karena penekanan pada pengajaran bahasa Inggris ini, sebagian
besar warga Rusia yang berusia di bawah 40 tahun saat ini setidaknya dapat berbicara
beberapa Inggris. Amerika Serikat adalah satu-satunya negara Barat berteknologi maju
yang tidak memiliki persyaratan bahasa asing nasional di tingkat sekolah menengah,
bahkan untuk siswa dalam program akademik yang ketat.
Dengan demikian, secara keseluruhan, bilingualisme terkait dengan hasil positif untuk
perkembangan bahasa dan kognitif anak-anak. Pertanyaan perkembangan yang sangat
penting yang ditanyakan oleh banyak orang tua dari bayi dan anak kecil adalah apakah
mereka harus mengajari mereka dua bahasa secara bersamaan, atau apakah ini
mungkin membingungkan mereka. Jawabannya adalah bahwa mengajar bayi dan anak
kecil dua bahasa secara bersamaan (seperti ketika bahasa ibu adalah bahasa Inggris
dan suaminya adalah bahasa Spanyol) memiliki banyak manfaat dan sedikit
kekurangan.
Penelitian menunjukkan bahwa anak bilingual memang memiliki kosakata yang sedikit
dalam setiap bahasa dibandingkan anak monolingual. Kebanyakan anak yang belajar
dua bahasa tidak dihadapkan pada kuantitas dan kualitas yang sama dari setiap
bahasa. Namun, anak-anak bilingual tidak menunjukkan keterlambatan dalam tingkat di
mana mereka memperoleh bahasa secara keseluruhan. Dalam penelitian terbaru, pada
usia 4 tahun anak-anak yang terus belajar bahasa Spanyol dan Inggris memiliki
pertumbuhan kosakata total yang lebih besar daripada anak-anak monolingual.
Namun, jenis bilingualisme yang berbeda terjadi ketika anak-anak imigran hanya
menggunakan bahasa ibu mereka di rumah dan kemudian harus belajar bahasa utama
negara baru di sekolah. Misalnya, di Amerika Serikat, banyak anak-anak imigran beralih
dari monolingual dalam bahasa rumah mereka menjadi bilingual dalam bahasa itu dan
dalam bahasa Inggris, hanya menjadi penutur monolingual bahasa Inggris. Ini disebut
bilingualisme subtraktif, dan dapat berdampak negatif pada anak-anak, yang sering
menjadi malu dengan bahasa rumah mereka.
Pendidikan Bilingual Kontroversi terkini terkait bilingualisme melibatkan singa
anak-anak AS yang berasal dari rumah di mana bahasa Inggris bukan bahasa utama
dan kemudian harus belajar bahasa Inggris di sekolah. Apa cara terbaik untuk mengajar
pelajar bahasa inggris (ELLs) ini, yang banyak di antaranya di Amerika Serikat berasal
dari keluarga imigran yang hidup dalam kemiskinan?
ELL telah diajarkan dengan salah satu dari dua cara utama:
(1) instruksi dalam bahasa Inggris saja atau
(2) pendekatan dua bahasa (sebelumnya disebut bilingual) yang menggabungkan
pengajaran dalam bahasa asal mereka dan bahasa Inggris.
Dalam pendekatan dua bahasa, instruksi diberikan dalam bahasa rumah anak ELL dan
bahasa Inggris untuk jumlah waktu yang bervariasi pada tingkat kelas tertentu. Salah
satu argumen untuk pendekatan dua bahasa adalah penelitian yang dibahas
sebelumnya yang menunjukkan bahwa anak-anak bilingual memiliki keterampilan
pemrosesan informasi yang lebih maju daripada anak-anak monolingual.
Jika strategi pengajaran dua bahasa digunakan, terlalu sering dianggap bahwa
anak-anak imigran hanya membutuhkan satu atau dua tahun dari jenis pengajaran ini.
Namun, secara umum dibutuhkan anak-anak imigran sekitar tiga sampai lima tahun
untuk mengembangkan kemahiran berbicara dan tujuh tahun untuk mengembangkan
kemahiran membaca dalam bahasa Inggris. Juga, anak-anak imigran berbeda dalam
kemampuan mereka untuk belajar bahasa Inggris. Anak-anak yang berasal dari latar
belakang sosial ekonomi yang lebih rendah memiliki lebih banyak kesulitan daripada
mereka yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih tinggi. Jadi,
khususnya bagi anak-anak imigran dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih
rendah, mungkin diperlukan lebih banyak tahun pengajaran dua bahasa daripada yang
mereka terima saat ini.
Apa yang peneliti temukan mengenai hasil program ELL? Menarik kesimpulan tentang
keefektifan program ELL adalah sulit karena variasi antar program dalam jumlah tahun
mereka berlaku, jenis pengajaran, kualitas sekolah selain pengajaran ELL, guru,
anak-anak, dan faktor lainnya. Selanjutnya, tidak ada eksperimen efektif yang telah
dilakukan yang membandingkan pendidikan bilingual dengan pendidikan hanya bahasa
Inggris di Amerika Serikat. Beberapa ahli telah menyimpulkan bahwa kualitas
pengajaran lebih penting dalam menentukan hasil daripada bahasa yang disampaikan.
Namun demikian, pakar lain, seperti Kenji Hakuta (2001, 2005), mendukung
pendekatan gabungan bahasa rumah dan bahasa Inggris karena:
(1) anak-anak mengalami kesulitan mempelajari suatu mata pelajaran ketika diajarkan
dalam bahasa yang tidak mereka pahami.
(2) ketika kedua bahasa diintegrasikan di dalam kelas, anak-anak belajar bahasa kedua
lebih siap dan berpartisipasi lebih aktif.
Untuk mendukung pandangan Hakuta, sebagian besar studi skala besar telah
menemukan bahwa pencapaian akademik ELL lebih tinggi dalam program dua bahasa
daripada program hanya dalam bahasa Inggris. Untuk membaca tentang pekerjaan
seorang guru dua bahasa, lihat menghubungkan dengan karier.
CHAPTER 10
SOCIOEMOTIONAL DEVELOPMENT IN MIDDLE AND LATE CHILDHOOD
Understanding Others
Pemahaman bahwa orang lain memiliki emosi dan keinginan. Mereka mulai
memahami orang lain dan juga mengamati perilaku orang lain.
● Perspective taking : kemampuan untuk mengasumsikan perspektif orang
lain dan memahami pikiran dan perasaan mereka.
● 6 sampai 8 tahun :mulai memahami bahwa orang lain mungkin memiliki
perspektif karena beberapa orang memiliki lebih banyak akses ke
informasi.
● Penting dalam apakah anak-anak mengembangkan sikap prososial atau
antisosial dan perilaku.
● Menjadi lebih skeptis terhadap klaim orang lain.
Self-esteem
Dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri. Self esteem juga disebut sebagai
harga diri atau gambaran diri.evaluasi diri secara global; harga diri atau citra diri.
Mencerminkan persepsi yang tidak selalu sesuai dengan kenyataan.
● Self-esteem Tinggi: akurat, persepsi yang dibenarkan tentang nilai
seseorang, atau; arogan, muluk-muluk, rasa superioritas yang tidak
beralasan atas orang lain. Harga diri yang tinggi dapat menimbulkan
inisiatif yang lebih besar, tetapi dapat membuat anak melakukan tindakan
prososial/antisosial.
● Self-esteem rendah: Persepsi kekurangan yang akurat, atau;
ketidakamanan dan inferioritas yang terdistorsi/patologis.
● Anak-anak dengan self-esteem tinggi : Tidak selalu berprestasi lebih baik
di sekolah dan memiliki inisiatif yang lebih besar, positif atau negatif.
● Anak-anak dengan self-esteem rendah:
● Obesitas.
● Kecemasan.
● Depresi.
● Bunuh diri.
● Kenakalan.
Self-Concept
Evaluasi domain-spesifik dari diri, pandangan dan sikap individu terhadap diri
sendiri. Pandangan diri terkait dengan dimensi fisik, karakteristik individu, dan
motivasi diri.
Misalnya, keyakinan seperti "Saya adalah teman baik" atau "Saya orang yang
baik" adalah bagian dari konsep diri secara keseluruhan.
Self-efficacy
Keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil
yang menguntungkan. "Saya bisa"; ketidakberdayaan: “Saya tidak bisa”.
Mempengaruhi pilihan aktivitas siswa. Konsep ini awalnya dikembangkan oleh
Albert Bandura. Self-efficacy mengacu pada seperangkat keyakinan yang kita
pegang tentang kemampuan kita untuk menyelesaikan tugas tertentu, terkait
dengan prestasi akademik dan kemampuan untuk mengatasi fobia. Pendukung
pertama dari konsep, self-efficacy adalah produk dari pengalaman masa lalu,
pengamatan, persuasi, dan emosi.
Self-efficacy memiliki efek penting pada jumlah usaha yang diterapkan individu
untuk tugas yang diberikan. Seseorang dengan tingkat efikasi diri yang tinggi
untuk tugas yang diberikan akan tangguh dan gigih dalam menghadapi
kemunduran, sementara seseorang dengan tingkat efikasi diri yang rendah untuk
tugas itu dapat melepaskan diri atau menghindari situasi. Misalnya, seorang
siswa yang memiliki tingkat efikasi diri yang lebih rendah untuk matematika
mungkin menghindari mendaftar untuk kelas matematika yang menantang.
Yang penting, tingkat efikasi diri kita bervariasi dari satu domain ke domain
berikutnya. Misalnya, Anda mungkin memiliki tingkat efikasi diri yang tinggi
tentang kemampuan Anda untuk menavigasi kota asal Anda, tetapi memiliki
tingkat efikasi diri yang sangat rendah tentang kemampuan Anda untuk
menavigasi kota asing di mana Anda tidak berbicara bahasa tersebut.
Umumnya, tingkat self-efficacy individu untuk satu tugas tidak dapat digunakan
untuk memprediksi self-efficacy mereka untuk tugas lain.
Self-regulation
Kemampuan untuk memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan
perilaku untuk mencapai suatu tujuan. Ditandai dengan upaya yang disengaja
untuk mengelola perilaku, emosi, dan pikiran seseorang. Terkait dengan
kemajuan perkembangan di korteks prefrontal. Mengarah pada peningkatan
kompetensi dan prestasi sosial.
Studi lain menemukan bahwa kontrol diri meningkat dari usia 4 tahun menjadi 10
tahun. Huang, 2010), Dalam penelitian ini, pola asuh yang ditandai dengan
kehangatan dan pengaruh positif memprediksi peningkatan perkembangan
dalam pengendalian diri. Beberapa peneliti menekankan perkembangan awal
pengaturan diri di masa kanak-kanak dan remaja sebagai kontributor utama
kesehatan orang dewasa dan bahkan umur panjang (Eisenberg, Spinrad, &
Valiente, 2016; Llewellyn & others, 2017).
Akan tetapi, orang tua yang melihat usaha anak-anaknya membuat sesuatu
sebagai “nakal” atau “membuat kacau” mendorong tumbuhnya rasa rendah diri
anak. Dunia sosial anak-anak di luar keluarga mereka juga berkontribusi pada
rasa industri. Sekolah menjadi sangat penting dalam hal ini.
Developmental Changes
● Peningkatan pemahaman emosional. Misalnya, anak-anak di sekolah
dasar mengalami perubahan perkembangan. Perubahan perkembangan
emosi selama masa kanak-kanak pertengahan dan akhir meliputi hal-hal
berikut peningkatan kemampuan untuk memahami emosi kompleks
seperti kebanggaan dan rasa malu. Emosi teratas menjadi kurang terikat
dengan reaksi orang lain. Mereka menjadi lebih mandiri dan terintegrasi
dengan rasa tanggung jawab pribadi. Juga, selama masa kanak-kanak
pertengahan dan akhir sebagai bagian dari pemahaman mereka tentang
emosi, anak-anak dapat terlibat "perjalanan waktu mental", di mana
mereka mengantisipasi dan mengingat aspek kognitif dan emosional dari
suatu peristiwa.
● Peningkatan pemahaman bahwa lebih dari satu emosi dapat dialami
dalam situasi tertentu. Seorang siswa kelas tiga, misalnya, mungkin
menyadari bahwa mencapai sesuatu mungkin melibatkan kecemasan dan
kegembiraan.
● Meningkatnya kecenderungan untuk menyadari peristiwa yang mengarah
pada reaksi emosional. Seorang siswa kelas empat mungkin menyadari
bahwa kesedihannya hari ini dipengaruhi oleh temannya yang pindah ke
kota lain minggu lalu.
● Kemampuan untuk menekan atau menyembunyikan reaksi emosional
negatif. Seorang siswa kelas lima telah belajar untuk meredam
amarahnya lebih baik daripada biasanya ketika salah satu teman
sekelasnya membuatnya kesal.
● Penggunaan strategi yang dimulai sendiri untuk mengarahkan perasaan.
Pada tahun-tahun sekolah dasar, anak-anak menjadi lebih reflektif tentang
kehidupan emosional mereka dan semakin menggunakan strategi untuk
mengendalikan emosi mereka. Mereka menjadi lebih efektif dalam
mengelola emosi mereka secara kognitif, seperti menenangkan diri
setelah kesal.
● Kapasitas untuk empati yang tulus. Sebagai contoh. seorang siswa kelas
empat merasakan simpati untuk orang yang tertekan dan mengalami
sendiri kesedihan yang dirasakan orang yang tertekan itu.
Mengatasi stress anak yang lebih besar menghasilkan lebih banyak alternatif mengatasi
untuk situasi stres-reframing: Mengubah persepsi atau perspektif mereka menjadi
sesuatu yang kurang stres-dosis-efek respons semakin parah bencana/trauma (dosis).
Semakin buruk adaptasi dan penyesuaian mengikuti bencana (respons), hasil bagi
anak yang mengalami bencana, reaksi stres akut, depresi, gangguan panik, dan
gangguan stres pasca trauma.
Kohlberg’s Critics
1. Terlalu banyak penekanan pada pemikiran moral dan tidak cukup pada perilaku
moral.
2. Dalam pandangannya bahwa pemikiran moral bersifat deliberatif dan bahwa
individu-individu terus menerus berulang kali dan menalar tentang moralitas.
3. Peran emosi. Kehilangan perasaan intuitif mereka tentang apa yang benar atau
salah, mereka tidak dapat mencukupi memutuskan tindakan mana yang harus
diambil dan mengalami kesulitan membuat pilihan yang melibatkan masalah
moral.
Moral Personality
● Moral Identity: Individu memiliki identitas moral ketika gagasan dan komitmen
moral menjadi pusat kehidupan seseorang. Dalam pandangan ini, berperilaku
dengan cara yang melanggar komitmen moral ini menempatkan integritas diri
dalam bahaya.
● Moral Character: Karakter moral yang melibatkan kekuatan keyakinan,
kegigihan, dan mengatasi gangguan dan rintangan. Karakter moral
mengandaikan bahwa orang tersebut telah menetapkan tujuan moral dan bahwa
mencapai tujuan tersebut melibatkan komitmen untuk bertindak sesuai dengan
tujuan tersebut. Motivasi moral melibatkan pengutamaan nilai-nilai moral di atas
nilai-nilai pribadi lainnya.
● Moral Exemplars: Teladan moral adalah orang-orang yang telah menjalani
kehidupan teladan. Teladan moral memiliki kepribadian moral, identitas, karakter,
dan seperangkat keunggulan yang memiliki keunggulan dan komitmen moral.
Tiga teladan moral yang berbeda telah diidentifikasi berani, peduli, dan adil.
1.4 Gender
Sejak pembuahan, perempuan memiliki harapan hidup lebih lama daripada laki-laki,
dan perempuan lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami gangguan fisik atau
mental dibandingkan laki-laki. Laki-laki memiliki resiko dua kali lipat terkena penyakit
jantung dibandingkan dengan perempuan.
- Perkembangan kognitif
Penelitian telah menunjukkan bahwa secara umum anak perempuan dan nen memiliki
keterampilan verbal yang sedikit lebih baik daripada anak laki-laki dan laki-laki,
meskipun di beberapa bidang keterampilan verbal perbedaannya cukup besar
(Blakemore, Berenbaum, & Liben, 2009).
-Perkembangan sosioemosional
Salah satu perbedaan gender yang paling konsisten ditemukan adalah bahwa anak
laki-laki lebih agresif secara fisik daripada anak perempuan (Hyde, 2017). Perbedaan
terjadi di semua budaya dan muncul sangat awal dalam perkembangan anak-anak
(Dayton & Malone, 2017). Perbedaan agresi fisik terutama terlihat ketika anak-anak
diprovokasi baik faktor biologis dan lingkungan telah diusulkan untuk menjelaskan
perbedaan gender.
Agresi faktor biologis meliputi keturunan dan hormon faktor lingkungan meliputi
ekspektasi budaya, model dewasa dan teman sebaya, dan agen sosial yang
menghargai agresi pada anak laki-laki dan menghukum agresi pada anak perempuan.
Meskipun anak laki-laki secara konsisten lebih agresif secara fisik daripada anak
perempuan, mungkin anak perempuan menunjukkan tingkat verbal agresi, seperti
berteriak.
● Gender in context : Sifat yang ditampilkan orang dapat bervariasi sesuai situasi.
2. Families
Attachment In Families
Pemberi manfaat, sebagai inisiator dan pengatur sosial anak, menghabiskan waktu
dengan orang tua maka Anak akan lebih mudah bersosialisasi dan dekat dengan orang
lain. Keterikatan yang aman dengan orang tua terkait dengan tingkat gejala,
kecemasan, dan depresi yang terinternalisasi yang lebih rendah pada anak-anak
selama masa kanak-kanak tengah dan akhir. Juga di masa kanak-kanak tengah dan
akhir, keterikatan menjadi lebih kompleks seiring dengan berkembangnya dunia sosial
anak-anak.
Stepfamilies
Anak-anak menghadapi lebih banyak masalah penyesuaian. Seperti dalam keluarga
bercerai, anak-anak yang tinggal di keluarga orang tua tiri menghadapi lebih banyak
masalah penyesuaian daripada rekan-rekan mereka dalam keluarga yang tidak
bercerai. Namun, sebagian besar anak-anak di stepfamilies tidak memiliki masalah
penyesuaian. Anak-anak dalam keluarga tiri yang kompleks (campuran) memiliki lebih
banyak masalah daripada anak-anak dalam keluarga tiri sederhana atau keluarga yang
tidak bercerai.
3. Peers
● Popular Children: Anak yang sering dinominasi sebagai sahabat oleh temannya
dan jarang tidak disukai.
● Average Children: Anak yang mempunyai penilaian negatif dan positif dalam
jumlah rata-rata.
● Neglected Children: Jarang dinominasi sebagai sahabat tetapi juga jarang tidak
disukai oleh temannya.
● Rejected Children: Jarang dinominasi sebagai sahabat dan sering tidak disukai
temannya.
● Controversial Children: Sering dinominasi sebagai sahabat tetapi juga sering
tidak disukai oleh temannya.
Ada istilah yang dinamakan dengan Peer Rejection. Peer Rejection bisa membuat
seseorang menjadi agresif dan pelanggar peraturan. John Coie (2004, hlm. 252–253)
memberikan tiga alasan mengapa anak laki-laki agresif dan yang mengalami peer
rejection memiliki masalah dalam hubungan sosial:
● The rejected, aggressive boys adalah seorang yang impulsif dan susah
mempertahankan perhatiannya. Hasilnya, ia akan mengganggu aktivitas yang
sedang berlangsung di kelas dan fokus pada permainan kelompok.
● Mereka emotionally reactive. Mereka mudah terpancing untuk marah dan susah
menenangkan dirinya setelah marah. Sehingga, ia cenderung untuk menyerang
temannya baik secara verbal maupun fisik.
● Mereka mempunyai kemampuan sosial yang sedikit dan susah dalam
mempertahankan hubungan positif dengan temannya.
Social Cognition adalah pikiran terhadap social matters. Ada dua dimensi yang penting
dari social cognition yaitu social information-processing skills dan social knowledge.
Social Cognition anak-anak tentang teman sebayanya menjadi semakin penting untuk
memahami hubungan teman sebaya di masa middle and late childhood. Salah satu
yang penting adalah cara anak memproses informasi tentang hubungan teman sebaya
dan pengetahuan sosial mereka (Dodge, 2011a, b).
Social Knowledge juga terlibat dalam kemampuan anak untuk bergaul dengan teman
sebaya (Carpendale & Lewis, 2015). Mereka perlu tahu tujuan apa yang harus dikejar
dalam situasi yang buruk atau ambigu, bagaimana memulai dan mempertahankan
ikatan sosial, dan skrip apa yang harus diikuti untuk mendapatkan anak-anak lain agar
menjadi teman mereka.
3.4 Bullying
Bullying adalah perilaku verbal maupun fisik yang bertujuan untuk mengganggu
seseorang yang "less powerfull". Anak-anak yang anxious, menarik diri secara sosial,
overweight, dan agresif sering kali menjadi korban bullying. Konteks sosial seperti
kemiskinan, keluarga, sekolah, dan kelompok sebaya juga mempengaruhi bullying.
Parenting behavior juga sangat mempengaruhi apakah seseorang akan menjadi
korban/pembully. Konteks sosial peer group tentu juga sangat mempengaruhi.
Bullying mempunyai dampak negatif terhadap korban baik short-term maupun long-term
impact. Anak-anak yang terbully lebih mempunyai resiko untuk mengalami depresi,
terlibat dalam ide bunuh diri daripada rekan-rekan mereka yang belum menjadi korban
bullying. Dampak negatif long-term dari bullying adalah susahnya membentuk
hubungan yang berjangka panjang dan masalah di tempat bekerja.
3.5 Friends
4. Schools
4.1.2 Accountability
Para pendukung berpendapat bahwa pengujian standar di seluruh negara bagian akan
memberikan beberapa dampak positif. Ini termasuk peningkatan kinerja siswa; lebih
banyak waktu dihabiskan untuk mengajar mata pelajaran yang diujikan; harapan yang
tinggi untuk semua siswa; identifikasi sekolah, guru, dan administrator yang berkinerja
buruk; dan meningkatkan kepercayaan di sekolah saat nilai ujian naik.
Setiap negara bagian diperbolehkan untuk menetapkan kriterianya sendiri untuk apa
yang termasuk lulus atau gagal. Analisis data NCLB menunjukkan bahwa hampir setiap
siswa kelas empat di Mississippi tahu cara membaca tetapi hanya setengah dari siswa
Massachusetts yang tahu. Karena standar negara bagian sangat bervariasi,
perbandingan keberhasilan negara bagian demi negara bagian pada tes NCLB
cenderung tidak dapat diandalkan.
Pada tahun 2009, Common Core State Standards Initiative didukung oleh National
Governors Association dalam upaya menerapkan pedoman negara bagian yang lebih
ketat untuk mendidik siswa. Salah satu bentuknya adalah Common Core. Common
core menentukan apa yang harus diketahui siswa dan Keterampilan yang harus mereka
kembangkan di setiap tingkat kelas di berbagai bidang konten. Beberapa kritikus
berpendapat bahwa mereka hanyalah upaya lebih lanjut oleh pemerintah federal untuk
mengontrol pendidikan dan yang mereka tekankan adalah pendekatan "satu ukuran
cocok untuk semua" yang memberikan sedikit perhatian pada variasi individu pada
siswa. Para pendukung mengatakan bahwa Standar memberikan pedoman terperinci
yang sangat dibutuhkan dan penting tonggak pencapaian bagi siswa.
Inisiatif terbaru untuk akuntabilitas dalam pendidikan adalah Every Student Succeeds
Act (ESSA), yang disahkan menjadi undang-undang pada bulan Desember 2015 dan
akan dilaksanakan secara penuh selama tahun ajaran 2017-2018. Di awal tahun 2018
ini, Administrasi Trump mulai maju dengan ESSA tetapi memberi negara bagian lebih
banyak fleksibilitas dalam menerapkan undang-undang tersebut (Klein, 2018a, b).
Hukum ini menggantikan No Child Left Behind, memodifikasi tetapi tidak sepenuhnya
menghilangkan pengujian standar. ESSA mempertahankan pengujian tahunan untuk
membaca dan menulis di kelas 3 sampai 8, lalu sekali lagi di sekolah menengah.
Undang-undang baru ini juga mengizinkan negara-negara bagian untuk mengurangi
peran tes dalam meminta pertanggungjawaban sekolah atas prestasi siswa. Dan
sekolah harus menggunakan setidaknya satu faktor non akademik seperti keterlibatan
siswa dalam pelacakan kesuksesan. Aspek lain dari undang-undang baru ini termasuk
terus mewajibkan negara bagian dan distrik untuk meningkatkan sekolah berkinerja
terendah mereka dan untuk memastikan bahwa mereka meningkatkan pekerjaan
mereka dengan siswa yang secara historis berkinerja buruk, seperti pelajar bahasa
Inggris, siswa etnis minoritas, dan siswa penyandang disabilitas.
Dalam intervensi baru-baru ini dengan anak-anak imigran generasi pertama yang
mendatangi high-poverty schools, program City Connects berhasil meningkatkan
prestasi matematika dan membaca anak di akhir sekolah dasar. Upaya penting lainnya
untuk meningkatkan pendidikan anak-anak yang tumbuh di kondisi berpenghasilan
rendah adalah Teach for America (2018), sebuah organisasi nirlaba yang merekrut dan
memilih lulusan perguruan tinggi dari universitas untuk menjadi guru selama dua tahun
di sekolah umum masyarakat berpenghasilan rendah.
Ada beberapa strategi untuk meningkatkan hubungan di antara siswa yang beragam
etnis yaitu :
● Mengubah kelas menjadi kelas "jigsaw." Ketika Eliot Aronson menjadi profesor di
University of Texas di Austin, suatu sekolah menghubunginya untuk
mendapatkan ide tentang cara mengurangi peningkatan ketegangan rasial di
kelas. Aronson (1986) mengembangkan konsep "kelas jigsaw" di mana siswa
dari latar belakang budaya yang berbeda ditempatkan dalam kelompok
kooperatif di mana mereka harus membangun berbagai bagian dari proyek untuk
mencapai tujuan bersama. Bagaimana ini bisa berhasil? Olahraga berkelompok,
produksi drama, dan pertunjukan musik adalah contoh konteks di mana siswa
berpartisipasi secara kooperatif untuk mencapai tujuan bersama; Namun, teknik
jigsaw juga cocok untuk proyek sains kelompok, laporan sejarah, dan
pembelajaran lainnya.
● Mendorong siswa untuk mempunyai hubungan pribadi yang positif dengan siswa
lain yang berbeda etnis.
● Mengurangi bias.
● Melihat sekolah dan komunitas sebagai tim.
● Menjadi mediator kultur yang kompeten.
Nilai prestasi siswa U.S. di bidang matematika dan sains masih jauh di bawah siswa di
banyak negara Asia Timur. Harold Stevenson mengeksplorasi kemungkinan alasan bagi
kinerja siswa Amerika yang buruk dibandingkan dengan siswa beberapa negara di Asia.
Stevenson dan rekan-rekannya telah menyelesaikan lima perbandingan lintas budaya
siswa di Amerika Serikat, Cina, Taiwan, dan Jepang. Ternyata selain karena jumlah jam
pelajaran matematika yang lebih banyak, keberhasilan itu juga dipengaruhi oleh
mindset siswa. yang didefinisikan sebagai pandangan kognitif yang dikembangkan
individu untuk diri mereka sendiri. Dia menyimpulkan bahwa setiap individu memiliki
salah satu dari dua pola pikir:
1. Fixed Mindset, di mana mereka percaya bahwa kualitas mereka diukir di batu dan
tidak bisa berubah; atau
2. Growth Mindset, di mana mereka percaya kualitas mereka dapat berubah dan
meningkat melalui usaha mereka sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Santrock JW. Life-Span Development. 7th ed. New York: McGraw-Hill Education, 2019
2. Bandura, Albert. “Self-Efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavioral Change.”
Psychological Review 84.2 (1977): 191-215.
doi: http://psycnet.apa.org/record/1977-25733-001
3. Perkembangan Moral Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan Teori Kohlberg Oleh : Enung
Hasanah. Artikel Jurnal September 2019.
doi: http://dx.doi.org/10.21831/jipsindo.v6i2.28400
4. Lawrence Kohlberg & Richard H. Hersh (1977) Moral development: A review of the
theory, Theory Into Practice, 16:2, 53-59.
doi : 10.1080/00405847709542675
5. Perkembangan Fisik dan Karakteristiknya serta Perkembangan Otak Anak Usia
Pendidikan Dasar. Jurnal Madaniyah, Volume 9 Nomor 2 Edisi Agustus 2019 oleh Ulfa
Kesuma, Khikmatul Istiqomah
6. Perkembangan Fisik dan Motorik Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Proses Pembelajaran
(STUDI KASUS DI SD MUHAMMADIYAH KARANGBENDO YOGYAKARTA) oleh
Hascita Istiqomah dan Suyadi Program Magister PGMI, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
website : http://journal.uinmataram.ac.id/index.php/elmidad
7. https://www.academia.edu/24968048/MAKALAH_PERKEMBANGAN_BAHASA_ANAK_
PRODI_S2_PENDIDIKAN_DASAR_PROGRAM_PASCASARJANA_UNIVERSITAS_NE
GERI_SURABAYA_2016?from=cover_page
8. Perkembangan Fisik dan Perseptual Anak Sekolah Dasar oleh Fitri Aryanti.
https://www.kompasiana.com/fitria-03/55003a158133111918fa737d/perkembangan-fisik-
dan-persepektual-anak-sekolah-dasar