Anda di halaman 1dari 4

Kemampuan belajar sambil tertidur

Christoporus Olaf Setiawan - 202107000141

Ide bahwa kita dapat belajar hal baru sambil tertidur adalah konsep yang sebenarnya
sudah cukup lama hadir di duniadan dikenal dengan nama hypnopedia. Sejarahnya pada 1927
seorang investor dari Amerika Bernama A. B. Saliger menciptakan psycho-phone, sebuah
phonograph yang disambungkan ke silinder lilin yang memutarkan rekaman-rekaman suara
sugesti. Dari cara kerja itu mesin ini disebut dengan mesin sugesti otomatis. Isi rekaman ini
berjudul ‘Life Extension’, ‘Normal Weight’, dan ‘Mating’. Contoh isi dari rekaman ‘Mating’
adalah ‘I desire a mate. I radiate love … My conversation is interesting. My company is
delightful. I have a strong sex appeal.’ Ada ribuan pembeli alat ini dan tentu saja mesin ini
adalah sebuah penipuan (Guarino, 2017).

Hal yang menarik karena mesin Pycho-phone tersebut banyak penelitian menelusuri
kemampuan manusia memproses informasi selama tertidur. Seperti sebuah penelitian pada
2014 oleh neuroscientists meneliti 66 orang menghirup aroma rokok dengan aroma yang
kurang sedap selama tertidur, ketika terbangun mereka menghindari rokok selama dua minggu
setelah eksperimen (Arzi et al., 2014).

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa manusia dapat mempelajari pelajaran akustik
ketika sedang tertidur. Sebanyak 20 subjek penelitian yang sedang tertidur diputarkan rekaman
white noise. Audio ini sangat acak dan tidak dapat diprediksi. Audio ini memiliki pola dengan
suara yang sangat kompleks dengan durasi 200 milidetik dan diulang sebanyak lima kali.
Secara mengejutkan subjek tersebut dapat mengingat pola audio tersebut (Andrillon et al.,
2017). Hal menarik lainnya pola ini jauh lebih mudah diingat Ketika sedang dalam kondisi
tidur REM (Rapid Eye Movement) dibandingkan non-REM.

Dari penelitian-penelitian tersebut memang perlu diakui adanya kemampuan untuk


belajar. Namun, dibalik semua itu penulis memiliki posisi kontra. Hal ini karena perlu diketahui
dari kemampuan ini bukanlah belajar melainkan mengingat. Secara definitif belajar sebatas
sebagai usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu (KBBI Edisi kelima, 2016). Namun,
dalam definisi psikologis belajar atau learning adalah proses modifikasi behaviour atau skill
sebagai sebuah hasil dari pengalaman yang terjadi (Bajaj, 2021). Dalam belajar perlu ada
proses berpikir dan lebih lagi tidak hanya sebatas menghafal pola nada yang absurd dan aroma
rokok. Sejauh kemampuan ini digunakan tidak mungkin kita dapat mempraktekkannya ketika
belajar silat atau definisi dalam kamus.

Sebuah penelitian lain yang dilakukan dilakukan dengan mengukur aktivitas otak dari
26 partisipan menggunakan Magnetoencephalography (MEG) yang mendengar rangkaian
suara, baik ketika terbangun dan ketika tertidur. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kunci
perbedaan fungsi otak ketika tertidur dan ketika sedang terbangun Ketika sedang tertidur para
partisipan terbukti dapat mendengar suara. Namun, tidak ada respon yang terobservasi yang
menunjukkan bahwa mereka dapat mengelompokkan suara tersebut menjadi sesuatu yang
bermakna. Sedangkan ketika terbangun dapat merespon suara dan mengelompokkannya
sehingga memiliki makna (Farthouat et al., 2018).

Dari penelitian ini memang menunjukkan bahwa otak manusia mampu menerima
rangsangan dari dunia luar seperti suara dan aroma. Namun, hal yang perlu diingat disini adalah
kemampuan tersebut tidak diimbangi dengan kesadaran manusia untuk memprosesnya. Ketika
tertidur rangsangan-rangsangan seperti audio hanya menjadi suara yang tidak memiliki makna.
Jika ditelaah lebih lanjut bahasa sendiri adalah rangkaian suara berpola yang disepakati oleh
beberapa orang menjadi bermakna tertentu. Jika suatu rangkaian suara tersebut juga didengar
oleh orang yang tidak dalam kesepakatan tersebut suara tersebut menjadi tidak bermakna apa-
apa. Menurut penulis setelah semua penjelasan tersebut kemampuan belajar sambil tertidur
seharusnya dikoreksi. Maka menjadi kemampuan mengingat ransangan ketika tertidur.
Daftar Pustaka

Andrillon, T., Pressnitzer, D., Leger, D., & Kouider, S. (2017). Formation and
suppression of acoustic memories during human sleep. Nature Communications, 8(179), 1-
15. https://doi.org/10.1038/s41467-017-00071-z

Arzi, A., Holtzman, Y., Samnon, P., Eshel, N., Harel, E., & Sobel, N. (2014).
Olfactory aversive conditioning during sleep reduces cigarette-smoking behavior. Neurosci,
36(46), 15382-15393. https://doi.org/10.1523/JNEUROSCI.2291-14.2014

Bajaj, A. (2021, February 19). What is learning in psychology? Zero to Eternity.


Diakses pada Januari 10, 2023, dari https://zerotoeternity.com/psychology/what-is-learning-
in-psychology/

Cassella, C. (2018, August 9). Sorry, more evidence just debunked the idea we can
learn while we sleep. Science Alert. Diakses pada Januari 10, 2023, dari
https://www.sciencealert.com/listening-to-tapes-while-sleeping-is-unlikely-to-improve-
learning

Farthouat, J., Atas, A., Wens, V., Tiege, X. D., & Peigneux, P. (2018). Lack of
frequency-tagged magnetic responses suggests statistical regularities remain undetected
during NREM sleep. Scientific Reports, 8(11719), 1-16. https://doi.org/10.1038/s41598-018-
30105-5

Guarino, B. (2017, August 8). Your brain can form new memories while you are
asleep, neuroscientists show. The Washington Post. Diakses pada Januari 10, 2023, dari
https://www.washingtonpost.com/news/speaking-of-science/wp/2017/08/08/your-brain-can-
form-new-memories-while-you-are-asleep-neuroscientists-show/
Tanda-tangan Bukti Umpan Balik

Asisten Dosen Peer Reviewer

(Agnes Brigita) (Michelle Putri Nugroho)

Anda mungkin juga menyukai