Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN FISIK KELAHIRAN, KEMAMPUAN BERGERAK DAN

PERTUMBUHAN
Jihan Putri Maharani (22022087)
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Padang
E-mail : 12jihanputri@gmail.com
Resume ini dapat dilihat pada link berikut ini :
https://www.academia.edu/s/2644bc2b7d?source=link

A. Pengertian Perkembangan Fisik


Secara garis besarnya, pertumbuhan dan perkembangan fisik peserta didik dapat dibagi atas
tiga tahap, yaitu tahap setelah lahir hingga usia tiga tahun, tahap anak-anak hingga masa
prapubertas (3-10 tahun), tahap pubertas (10-14 tahun), dan tahap remaja (usia 12 tahun
keatas). Berdasarkan tahap diatas maka anak usia sekolah (SD-SMP) dimasukan dalam tahap
prapubertas dan pubertas awal, sedangkan anak SMP hingga SMA dimasukkan dalam tahap
remaja.Perkembangan fisik dan motorik anak harus dipertimbangkan dalam konteks tertentu.
Mengangkat kepala atau duduk tanpa bantuan bayi bukanlah sumber eksklusif proses
pematangan (yang bergantung pada usia) sebagai fisik dan karakteristik sosial lingkungan
memainkan peran penting di dalamnya juga. Adolph dan Berger menggunakan contoh
merangkak dan belajar berjalan untuk menggambarkan berapa banyak praktik sehari-hari dan
harapan ibu dalam membesarkan anak-anak signifikan untuk menguasai tolok ukur motorik.
• Fase perkembangan
1. Tahap gerakan refleks(0-1 tahun)
Bentuk gerakan pada tahapan ini tidak direncanakan, merupakan dasar dari
perkembangan motorik. Melalui gerak refleks bayi memperoleh informasi lingkungannya,
seperti tentang reaksi terhadap sentuhan, cahaya, suara. Gerakan ini berkaitan dengan
meningkatnya pengalaman anak untuk mengenal dunia pada bulan-bulan pertama
mengenal kehidupan setelah kelahiran. Oleh karena itu kegiatan bermain sangat penting
untuk menolong anak belajar teng dirinya dan dunia luar. Tahapan gerak refleks terbagi
atas dua bentuk yaitu:

a. Refleks sederhana (0-4 bulan)


Gerak ini dikelompokkan sebagai kumpulan informasi, mencari makanan, dan respon
melindungi. Mengumpulkan informasi membutuhkan makanan dan merupakan bentuk
alami yang dimiliki manusia. contoh geak refleks sederhana rangsangan untuk
berkembang. Kemampuan mencari respon melindungi seperti, bertumbuh dan menghisap.

b. Refleks tubuh (4 bulan-1 tahun) Refleks ini berkaitan dengan saraf motorik untuk
keseimbangan gerakan berpindah (lokomotor) dan manipulative (menjalankan) yang
kemudian akan terkontrol. Refleks langkah dasar dan merangkak terkait dengan gerakan
dasar untuk berjalan. Perkembangan motorik pada tahap refleks terdiri pula dalam dua
tingkatan yang saling bertindihan, yaitu tingkat encoding (mengumpulkan) informasi dan
decoding (memproses) informasi.

2. Tahap gerakan permulaan (lahir-2 tahun)


Gerak permulaan ini merupakan bentuk gerak sukarela yang pertama. Dimulai dari lahir
sampai usia 2 tahun. Gerakan permulaan membutuhkan kematangan dan berkembang
berurutan. Urutan ini terbentuk alami. Rata rata kemampuan ini didapat dari anak ke
anak, meskipun secara biologis, dan lingkungan sangat berperan. Gerakan ini ada sebagai
kemampuan untuk bertahan hidup dan merupakan gerakan yang mempersiapkan untuk
memasuki tahap gerakan dasar. Beberapa gerakan keseimbangan seperti mengontrol
kepala, leher, dan otot badan.. Gerakan manipulative seperti menggapai, menggenggam,
dan melepaskan; dan gerakan lokomotor seperti, merayap, merangkak, dan berjalan.
Gerakan ini terbagi atas dua tahapan. yaitu:

a. Tahap refleks tertahan (lahir-1 tahun)


Tahap ini dimulai dari lahir. Peningkatan gerakan bayi ini dipengaruhi oleh
perkembangan cortex. Pada tahap ini gerakan sederhana dan gerakan tubuh digantikan
dengan gerakan sukarela, namun berbeda dan terpadu karena saraf motorik bayi masih
dalam taraf gerakan permulaan. Jika bayi ingin menggapai benda, mereka akan
melakukan gerakan. menyeluruh yang dilakukan tangan, lengan, bahu, dan ketika
menggenggam. Proses bergeraknya tangan dengan penglihatan terhadap objek, meskipun
sukarela, namun terkontrol.

b. Tahap prekontrol (1-2 tahun)


Usia 1 tahun, anak mulai lebih baik mengontrol gerakannya. Proses ini menggabungkan
antara sensori dan sistem motorik dan memadukan persepsi dan informasi motorik
kedalam kegiatan yang lebih bermakna. Pada tahap ini, anak belajar untuk dapat
menyokong equilibriumnya, untuk memanipulasi objek, dan untuk melakukan gerakan
lokomotor melalui lingkungan untuk mengontrol perkembangannya.

3. Tahap gerakan dasar (2-7 tahun)


Gerakan ini muncul ketika anak aktif bereksplorasi dan bereksperimen dengan potensi
gerak yang dimilikinya. Tahap ini merupakan tahap menemukan bagaimana menunjukkan
berbagai gerak keseimbangan, lokomotor dan manipulative, maupun penggabungan
ketiga gerakan tersebut. Beberapa kegiatan lokomotor seperti melempar dan menangkap,
dan kegiatan keseimbangan seperti berjalan lurus dan keseimbangan berdiri dengan satu
kaki merupakan gerakan yang dapat dikembangkan semasa kanak-kanak. Tahap ini
terbagi atas 3 tingkat, yaitu;

a. Tingkat permulaan (2-3 tahun) Tingkatan ini menunjukkan orientasi tujuan pertama
anak pada kemampuan permulaan. Gerakan ini dicirikan dengan kesalahan. dan
kegagalan bagian gerakan secara berurutan, kelihatan membatasi atau berlebihan
menggunakan anggota tubuh, tidak mampu mengikuti ritmk dan koordinasi. Gerakan
keseimbangan, lokomotor dan manipulative benar-benar pada tingkat permulaan.
b. Tingkat elementary (4-5 tahun)
Tingkatan ini menunjukkan kontrol yang lebih baik dan gerakan permulaan koordinasi
ritmik yang lebih baik pula. Gerak spasial dan temporal lebih meningkat, namun secara
umum masih kelihatan membatasi atau berlebihan, meskipun koordinasi lebih baik.
Intelegensi dan fungsi fisik anak semakin meningkat melalui proses kematangan.

c. Tingkat mature (6-7 tahun) Tingkatan ini dicirikan oleh efisiensi secara mekanik,
koordinasi dan penampilan yang terkontrol. Keahlian manipulative semakin berkembang
dalam mengkoordinasi secara visual dan motorik, seperti menangkap, menendang.
bermain voli, dsb).

Perkembangan fisik merupakan suatu perubahan yang terjadi pada fisik manusia, pada anak
usia dasar meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan, perubahan proporsi atau
perbandingan antar bagian tubuh yang membentuk postur tubuh, pertumbuhan tulang, gigi,
otot, dan lemak. Perkembangan fisik ini mencakup aspek-aspek sebagai berikut :
a. Perkembangan anatomis.
Perkembangan anatomis ditunjukkan dengan adanya perubahan kuantitatif pada struktur
tulang belulang, indeks tinggi dan berat badan, proporsi tinggi kepala dengan tinggi garis
keajekan badan secara keseluruhan.
b. Perkembangan fisiologis.
Perkembangan fisiologis ditandai dengan adanya perubahan-perubahan secara kuantitatif,
kualitatif, dan fungsional dari sistem-sistem kerja hayati seperti kontraksi otot, peredaran
darah dan pernafasan, persyarafan, sekresi kelenjar dan pencernaan.

B. Faktor yang Mempengaruhi Ukuran Bayi


Para ahli kedokteran, gizi, dan psikologi berpendapat bahwa ada 6 faktor yang mempengaruhi
ukuran kelahiran bayi, di antaranya.
1. Waktu masa kehamilan
Janin yang matang selama masa prenatal akan tumbuh dan berkembang
dengan memiliki berat badan, tinggi badan maupun warna kulit yang normal.
Waktu masa mengandung janin dalam masa kehamilan ibu kurang lebih 9
bulan 10 hari. Oleh karena itu, bayi yang lahir dalam keadaan sehat dan
normal memiliki usia yang cukup ketika masih berada dalam kandungan
ibunya.
2. Perilaku diet ibu selama masa hamil
Banyak bayi yang memiliki berat badan rendah maupun ukuran panjangnya
disebabkan oleh kurangnya memperoleh gizi yang cukup selama masa
kehamilan. Para ibu yang melakukan diet selama kehamilan berpengaruh
secara signifikan terhadap kurangnya penyerapan konsumsi gizi, protein,
maupun zat-zat mineral lainnya yang dibutuhkan oleh janin. Akibatnya janin
tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
3. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga berpengaruh secara nyata terhadap
pemenuhan kebutuhan gizi bagi seluruh keluarga, orang tua yang memiliki
status sosial ekonomi menengah ke atas cenderung akan dapat mencukupi
kebutuhan makanan bergizi yang baik. Hal ini berpengaruh pula terhadap para
calon ibu untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungannya. Dengan
terpenuhinya gizi janin, maka pada saat kelahiran bayi akan memiliki berat,
tinggi, dan taraf kesehatan yang baik.
4. Urutan kelahiran
Dalam sebuah studi ditemukan bahwa bayi yang lahir sebagai anak pertama
cenderung memilki ukuran tubuh yang lebih kecil, pendek, dan lebih ringan
dibanding bayi yang lahir sebagai anak kedua atau ketiga dalam satu keluarga
yang sama.
5. Jarak kelahiran bayi dalam keluarga
Perbedaan jarak kelahiran akan memberi pengaruh terhadap ukuran bayi. Bayi
yang lahir dengan jarak yang sangat dekat dengan anak sebelumnya cenderung
akan memiliki berat badan yang rendah. Hal ini terjadi karena kesehatan ibu
yang lemah, setelah melahirkan anak sebelumnya.
6. Aktivitas janin masa pranatal
Janin yang aktif bergerak pada masa pranatal merupakan ciri bayi yang sehat
dan normal. Hal ini dikarenakan energi tubuhnya tersalurkan dengan baik.
Dengan gerakan yang aktif akan meningkatkan kekuatan kerja fungsi detak
jantung yang baik, kelenturan dan kekuatan otot-otot badan, meningkatkan
daya intelektual dan menambah berat badannya.

C. Pengaruh kelahiran pada perkembangan


Pada waktu dilakukannya penyesuaian terhadap lingkungan pasca lahir, tidak ada perubahan
nyata yang terjadi dalam perkembangan. Oleh karena itu dapat dianggap sebagai ”dataran”
dalam perkembangan, yaitu ketika perkembangan memasuki keadaan diam untuk sementara,
atau bahkan menunjukkan tanda kemunduran. Karena kebanyakan bayi akan melakukan
penyesuaian terhadap hidup pasca lahir, masa bayi seringkali disebut ”periode bayi yang baru
lahir” atau periode neonatal. Anak yang baru lahir dikenal sebagai bayi yang baru lahir atau
neonatal.

Bahaya yang Berkaitan dengan Kelahiran


a. Bahaya Fisik
1) Kematian bayi
2) Postmaturitas
3) Kerusakan otak

b. Bahaya psikologis
1) Dataran perkembangan
2) Kesenjangan perkembangan
3) Ketidakberdayaan individualitas
4) Kemurungan orang tua baru
Beberapa hal yang terjadi pada masa pasca melahirkan:

a. Penyesuaian fisik
Penyesuaian fisik selama periode pasca melahirkan dipengaruhi oleh apa yang terjadi
sebelumnya. Selama kehamilan, tubuh perempuan secara bertahap menyesuaikan diri
terhadap perubahan fisik, tetapi kini tubuh dipaksa untuk bereaksi dengan cepat. Metode
kelahiran dan lingkungan di sekitar proses kelahiran mempengaruhi kecepatan tubuh ibu
untuk menyesuaikan diri kembali. Setelah melahirkan, tubuh perempuan mengalami
perubahan yang tiba-tiba dan dramatis dalam produksi hormon. Saat plasenta dilepaskan,
tingkat estrogen dan progesteron menurun drastis dan tetap rendah sampai ovarium mulai
memproduksi hormon kembali.(Santrock 2007).

b. Penyesuaian emosional dan psikologis


Fluktuasi emosi adalah umum bagi ibu dalam periode pasca melahirkan. Fluktuasi emosional
ini mungkin disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti perubahan hormon, kelelahan, tidak
adanya pengalaman atau kurangnya rasa percaya diri dengan bayi yang baru lahir, atau
lamanya waktu dan tuntutan dalam merawat bayi yang baru lahir. Bagi beberapa perempuan
fluktuasi emosi menurun dalam beberapa minggu setelah melahirkan, tetapi perempuan lain
mengalami naik turunnya emosi yang berlangsung lebih lama.
1) Baby blues dan depresi pasca melahirkan. Sekitar 70% ibu yang telah melahirkan
anaknya, mengalami baby blues sekitar dua hingga tiga hari, mereka mulai merasa
depresi, cemas, dan marah. Perasaan seperti ini bisa datang dan pergi selama beberapa
bulan. Perasaan ini seringnya memuncak sekitar tiga hingga lima hari setelah
melahirkan. Bahkan tanpa perawatan, perasaan ini biasanya hilang setelah satu atau
dua minggu. Salah satu studi baru-baru ini, menemukan bahwa depresi pasca
melahirkan tidak hanya dapat mempengaruhi ibu tetapi juga bayinya.

2) Penyesuaian ayah. Ayah juga melalui banyak penyesuaian dalam periode pasca
melahirkan, bahkan saat mereka bekerja jauh dari rumah setiap hari. Salah satu reaksi
suami yang paling umum adalah perasaan bahwa bayinya adalah nomor satu dan
mendapat seluruh perhatian. Dalam beberapa perkawinan, laki-laki dapat memiliki
hubungan yang sama dengan istrinya dan kini merasa bahwa bayi mereka telah
menggantikan posisinya. Salah satu strategi yang dapat berguna untuk mengatasi
reaksi pasca melahirkan pada ayah adalah dengan menyisihkan waktu khusus untuk
berada bersama pasangannya. Bagi ayah dan ibu, penting untuk menyediakan waktu
dan pikiran untuk menjadi orang tua yang kompeten bagi anaknya. Keduanya perlu
menyadari kebutuhan anak secara fisik dan psikologis serta emosional. Baik ibu dan
ayah perlu mengembangkan hubungan yang peka dan nyaman dengan anak.(Santrock
2007).
c. Bonding

Bonding adalah pembentukan sebuah ikatan antara orang tua dengan bayinya, khususnya
ikatan fisik dalam periode singkat setelah kelahiran. Beberapa dokter percaya bahwa selama
periode singkat setelah kelahiran, orang tua dan bayi yang baru lahir perlu membentuk
kedekatan emosional sebagai landasan bagi perkembangan optimal di tahun-tahun
mendatang.

Anda mungkin juga menyukai