Anda di halaman 1dari 40

A.

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Perempuan Usia 6-11 Tahu

Pertumbuhan (growth) adalah peningkatan jumlah dan besar sel di

seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri menyintesis

protein-protein secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi

alat-alat tubuh.

Perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur-

angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat-alat tubuh.

 Factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

1. Faktor hereditas

Adalah factor keturunan secara genetic dari orang tua kepada anak.

2. Faktor lingkungan

a. Lingkungan pranatal

1) Gizi ibu ketika hamil

2) Posisi janin

3) Zat kimia

4) Faktor hormonal

b. Lingkungan pascanatal

1) Sosial budaya

2) Nutrisi

3) Cuaca/ iklim

4) Olahraga

5) Status kesehatan

6)  Posisi anak dalam keluarga

1. Pertumbuhan pada Anak Usia 6-11 Tahun

5
6

Selama usia 6-11 tahun, pertumbuhan tetap terjadi, walau tidak

dengan kecepatan pertumbuhan sehebat yang terjadi sebelumnya pada masa

bayi atau pada masa remaja nantinya. Rata-rata pertumbuhan tiap tahun

seoarang anak pada usia sekolah berkisar 3-3.g kg untuk BB dan sekitar 6

cm untuk TB.

Anak-anak pada periode ini usia ini tetap mempunyai dorongan

pertumbuhan yang bertepatan dengan periode peningkatan masukan dan

nafsu makan. selam periode pertumbuhan yang lebih lambat, masukan dan

nafsu makan seseorang anak juga akan berkurang. Para orang tua kiranya

bisa memahami adanya variasi dalam hal nafsu makan dan masukan pada

anak-anak mereka.

Pemantauan pertumbuhan secara berkala atau periodic merupakan

hal yang penting dilakukan untuk dapat mengidentifikasi setiap

penyimpangan pada pola pertumbuhan anak. Anak-anak sebaiknya selalu

ditimbang dengan timbangan yang sudah dikalibrasi tanpa menggunakan

sepatu dan mengenakan pakaian yang ringan. TB anak diukur pada posisi

berdiri tanpa menggunakan sepatu dan menggunakan atau memakai papan

pengukur tinggi badan. Hasil pengukuran TB dan BB dapat dibandingkan

dengan grafik pertumbuhan.

Usia anak sekolah dasar umumnya berusia 6-11 tahun. Rentang usia

tersebut disebut sebagai masa anak. Yaitu fase antara masa kanak-kanak

dan masa remaja.

Secara fisik, anak pada usia 6-11 tahun memiliki karakteristik

tersendiri yang berbeda dengan kondisi fisik sebelum dan sesudahnya.


7

Pertumbuhan fisik anak dapat memberikan pengaruh terhadap

perkembangan kepribadian anak secara keseluruhan.

Selanjutnya, pembahasan mengenai pertumbuhan fisik anak usia 6-

11 tahun ini mencakup aspek-aspek yakni sebagai berikut:

a. Tinggi dan Berat Badan

Pertumbuhan fisik anak usia SD bila dibanding dengan masa

usia remaja dan usia dini cenderung lebih lambat dan bersifat konsisten.

Perkembangan ini berlangsung sampai terjadinya perubahan besar pada

awal pubertas.

Tinggi dan berat badan anak secara bertahap terus bertambah,

penambahan itu diperkirakan berkisar 2,5-3,5 kg dan 5–7 cm pertahun.

Kaki anak lazimnya menjadi bertambah panjang dan tubuhnya

bertambah kurus. Kekuatan fisik umumnya meningkat dua kali lipat.

Selain faktor kematangan, unsur latihan juga sangat membantu proses

peningkatan dalam kekuatan otot.

b. Proporsi dan Bentuk Tubuh

Proporsi dan bentuk tubuh anak usia 6-11 tahun, umumnya

kurang seimbang. Kekurangan seimbangan tubuh anak dapat diamati

pada bagian kepala, badan, dan kaki. Kepala masih terlalu besar jika

dibanding bagian tubuh lainnya. Jaringan lemak anak usia 6-11 tahun

berkembang lebih cepat dari pada jaringan ototnya.

Berdasarkan tipologoi Sheldon, ada tiga kemungkinan bentuk

primer tubuh anak usia 6-11 tahun yaitu:

1) Endomorph

yaitu yang tampak lebih luar berbentuk gemuk dan berbadan besar.
8

2) Mesomorph,

yaitu yang kelihatan kokoh, kuat, dan lebih kekar.

3) Ectomorph

yaitu yang tampak jangkung, dada pipih, lemah, dan seperti tak

berotot.

Kondisi proporsi dan bentuk tubuh anak dapat memberikan

dampak psikologis tertentu kepada anak. Kondisi proporsi dan bentuk

tubuh yang kurang seimbang dapat menumbuhkan sikap-sikap negatif,

bahkan penolokan terhadap dirinya sendiri.

c. Otak

Pertumbuhan otak dan sistem syaraf merupakan salah satu aspek

terpenting dalam perkembangan individu. Didalam otak terdapat pusat-

pusat saraf yang mengendalikan perilaku individu, yang berhubungan

dengan perilaku kognisi juga emosi. Dalam otak bagian tengah terdapat

sistem limbik dengan pusatnya yang disebut dengan amigdala.

Bila dibanding pertumbuhan bagian-bagian tubuh lainnya,

pertumbuhan otak dan kepala ini jauh lebih cepat. Pertumbuhan otak itu

terjadi pada masa usia dini. 

Hal yang perlu dicatat bahwa kematangan otak yang yang

dikombinasi dengan pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sangat

berpengaruh terhadap perkembangan kognisi anak. Dalam hal ini

diperlukan kebutuhan nutrisi dan rangsangan-rangsangan yang

membuat otak anak tersebut berfungsi.

d. Ketrampilan Motorik
9

Kemampuan gerak motorik menjadi jauh lebih halus dan lebih

terkoordinasi daripada sebelumnya selama masa anak. Anak laki-laki

lazimnya memiliki kemampuan yang lebih baik daripada perempuan,

karena jumlah sel otot laki-laki lebih banyak daripada anak perempuan.

Anak-anak usia 6-11 tahun lebih mampu mengendalikan tubuhnya

sehingga dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara lebih lama.

Namun anak usia 6-11 tahun lebih suka melakukan berbagai aktifitas

fisik daripada berdiaam diri.

2. Perkembangan pada Anak Usia 6-11 Tahun

a. Perkembangan Fisiologik dan Kognitif

1) Perkembangan Fisiologik

Pada anak usia 6-11 tahun, kekuatan otot, koordinasi

motorik dan stamina meningkat secara progresif. Anak-anak

mampu melakukan gerakan-gerakan dengan pola yang lebih

kompleks, sehingga memicu mereka untuk mengikuti berbagai

kegiatan seperti dansa, olahraga, gimnastik, dan aktifitas fisik

lainnya.

Presentase lemak tubuh kemudian meningkat sebagi

persiapan menghadapi dorongan pertumbuhan remaja. Peningkatan

presentase lemak tubuh, yang biasanya terjadi pada kisaran umur

6.0-6.3 tahun disebut sebagai adiposity rebound atau BMI rebound

dan dapat direfleksikan pada grafik pertumbuhan BMI untuk umur.

Peningkatan presentasi lemak tubuh di masa pubertas terjadi lebih


10

dini dan lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki

(19% pada perempuan dan 14% pada laki-laki)

Pada anak usia 6-11 tahun, laki-laki memiliki masa tubuh

yang lebih tipis per cm/ TB bila dibandingkan dengan perempuan.

Perbedaan komposisi tubuh ini akan lebih tampak nyata pada masa

remaja. Perlu diketahui bahwa BMI tidak konstan selama masa usia

sekolah. Tujuan akhir pertumbuhan anak bukanlah untuk mencapai

suatu kisaran angka “BMI menurut umur” tertentu, seperti ada

orang dewasa, tapi lebih agar memiliki persenti “BMI menurut

umur” dalam kisaran nilai yang normal. Dengan peningkatan lemak

tubuh pada pra-remaja, terutama perempuan, mungkin akan merasa

mengalami kelebihan berat badan (overweight).

Pada orang tua perlu menyadari bahwa peningkatan lemak

tubuh pada usia ini merupakan bagian dari pertumbuhan dan

perkembangan yang normal. Para orang tua harus bisa meyakinkan

anaknya bahwa perubahan ini pada umumnya tidak permanen.

2) Perkembangan Kognitif

Pencapaian perkembangan yang paling pokok pada

pertengahan usia sekolah adalah kemampuan diri, pengetahuan

tentang apa yang akan dikerjakan dan kemampuan untuk

melakukannya. Selama usia sekolah, anak-anak bergerak dari

periode perkembangan pra-operasional kea rah satu tindakan yang

nyata. Anak-anak usia 6-11 tahun ini juga menikmati permainan-

permainan yang strategic, menunjukkan pertumbuhan

perkembangan kognitif dan bahasa.


11

Menurut teori perkembangan Piaget, menyatakan bahwa

usia anak sekolah ini masuk didalam perkembangan concrete

operasional diman karekteristik kognitinya:

a) Anak sudah mampu memberikan perhatian pada beberapa

aspek.

b) Anak mulai memiliki alsan rasional dan sistemik.

c) Egosentris anak mulai berkurang, anak mulai dapat menerima

pendapat orang lain.

Gambaran lebih lengkap tentang perkembangan fisiologik

dan kognitif terhadap keterkaitan makanan bergizi pada anak usia

sekolah dapat disimak pada table berikut ini.

Periode Karekteristik Kognitif Hubungan dengan

Perkembangan Pemberian Makanan

dan Gizi

Sensori motor Refleks  interaksi Menghisap  makan

lingkungan sendiri
0-2 tahun

Mulai mempelajari Makan lapar

simbol

Preparasi Mulai berpikir  tidak Makan  kurang

Sistematik menarik dibanding


2-7 tahun
sosial, bahasa, berpikir
12

Alasan  tampilan dan Makanan  suka/

kejadian tidak suka

Dunia anak -- egosentris Mengerti makanan

yang baik tapi

alsannya tidak tahu

Concrete op Perhatian pada beberapa Mulai sadar makanan

aspek alasan > rasional bergizi baik untuk


7-11 tahun
dan sistemik pertumbuhan dan

kesehatan

Egosentris < mulai Waktu makan penting

dapat menerima
Pengaruh lingkungan
pendapat orang lain
meningkat

Formal op Pemikiran abstrak dan Fungsi gizi makanan

analisis berkembang terhadap fisiologi dan


>11 tahun
biokimia mulai

dimengerti

Pemahaman terhadap Mulai timbul konflik

ilmu dan teori terhadap pemilihan

berkembang lebih makanan


13

dalam

Anak mulai sadar akan makanan bergizi baik untuk

pertumbuhan dan kesehatan, waktu makan adalah penting, serta

pengaruh lingkungan mulai meningkat. Pada masa ini, seorang anak

mengembangkan rasa percaya diri sendiri. Anak-anak makin

independen dan mempelajari perannya, baik dalam keluarga, di

sekolah maupun di masyarakat.

Hubungan peer meningkat sangat penting, dan anak mulai

memisahkan diri dari keluarganya sendiri dengan menghabiskan

waktu malamnya di rumah teman atau relasinya. Banyak waktu

mereka digunakan untuk menonton televise dan bermain video

games. Jadi pengaruh-pengaruh diluar lingkungan rumah

mempunyai peran yang meningkat di segala aspek kehidupan anak.

b. Perkembangan Keterampilan Pemberian Makanan (Feeding Skills)

Dengan meningkatnya perkembangan motorik, anak-anak usia

sekolah mengembangkan keterampilan pemberian makanan yang terus

meningkat. Anak mulai dilibatkan untuk mengerjakan tugas menata dan

mengatur makanan sehingga anak berkonstribusi dalam keluarganya

dan dapat mendorong kepercayaan diri. Kompleksitas tugas yang

diberikan dapat ditingkatkan sesuai dengan pertambahan umurnya.

1) Perilaku Makan

Pada orang tua dan saudara kandung yang lebih tua member

pengaruh yang besar terhadap perilaku anak tentang makanan dan

pilihan makanan selama masa usia sekolah. Perilaku dan kebiasaan


14

orang tua dalam hal makanan yang dipengaruhi oleh faktor budaya

akan mempengaruhi sikap suka dan tidak suka seorang anak

terhadap makanan.

Para orang tua masih tetap memegang peranan penting

sebagai model atau contoh bagi anak-anaknya dalam hal perilaku

makan yang sehat. Para orang tua juga harus memberikan petunjuk

mengenai hal-hal yang penting kepada anak-anak sehingga mereka

mampu menentukan makanan yang sehat disaat mereka jauh dari

rumah. Kebiasaan makan bersama dalam keluarga pun menjadi

ajang untuk bercengkerama dan menikmati menu makanan yang

seimbang dan contoh yang baik untuk berkomunikasi.

Anak usia sekolah menghabiskan waktu lebih banyak ketika

di luar rumah, hal ini merupakan bagian penting untuk pertumbuhan

dan perkembangan yang normal. Pengaruh teman sebaya menjadi

lebih besar, karena dunia mereka banyak terjadi di luar lingkungan

keluarganya.

Peningkatan pengaruh teman sebaya berdampak terhadap

perilaku mereka terutama perihal pola dan jenis makanan pilihan

mereka. Bisa terjadi anak-anak secar tiba-tiba meminta suatu jenis

makanan baru atau menolak makanan pilihan mereka terdahulu,

akibat rekomendasi teman-teman sebayanya. Guru mempunyai

pengaruh besar terhadap sikap seorang anak terhadap jenis dan pola

makan. Gizi menjadi bagian dari kurikulum kesehatan, dan apa

yang dipelajari di dalam kelas harus ditunjang dengan makanan

yang tersedia di kafetaria sekolah.


15

Makanan kecil atau ringan (Snacks) juga penting

konstribusinya terhadap asupan makanan harian anak. Anak-anak

usia sekolah tidak dapat mengonsumsi makanan dalam jumlah

banyak dan karenanya membutuhkan makanan ringan untuk

mencukupi kebutuhan gizinya.

2) Body Image dan Diet yang berlebihan

Para peneliti mengemukakan tentang kemapuan anak-anak

usia sekolah dalam mengendalikan asupan energi mereka dan

tanggap terhadap kebutuhan energinya. Pengendalian internal dapat

diubah oleh faktor eksternal seperti pelaksanaan pemberian

makanan pada anak-anak. Studi pada anak-anak usia 9-10 tahun

menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih tua ini tidak seresponsif

anak-anak usia pra sekolah.

Faktor-faktor eksternal seperti waktu, kehadiran orang lain

dan ketersediaan makanan yang baik mulai menggantikan

pengendalian internal terhadap rasa lapar dan kenyang pada saat

anak-anak makin bertambah umurnya.

Anak perempuan mempunyai perhatian lebih terhadap

masalah berat badan dan ukuran tubuh pada usia yang dini. Dengan

peningkatan normal BMI dan lemak tubuh pada anak pra remaja,

banyak anak perempuan dan ibu mereka mengartikan fenomena

pertumbuhan dan perkembangan ini sebagai suatu tanda bahwa

anak tersebut sedang mengalami masalah berat badan.

Dengan memaksakan pengendalian dan pembatasan

terhadap asupan makanan anak perempuan, para ibu sesungguhnya


16

justru mempromosikan makanan yang dilarang dan yang dibatasi.

Pembatasan makanan atau diet secar dini justru dapat menjadi

faktor resiko terjadinya obesitas. Kedua metode itu menghilangkan

isyarat lapar dan kenyang internal dan tidak saja memicu obesitas,

tetapi juga berperan untuk memunculkan gangguan makanan.

B. Peranan dan Pemenuhan Gizi pada Anak Usia 6-11 Tahun

1. Peranan Gizi

a. Aspek gizi dalam pertumbuhan fisik

Sel telur yang dibuahi dalam rahim ibu, pada proses selanjutnya

akan tumbuh dan berkembang sehingga mencapai tingkatan yang telah

memungkinkan janin itu lahir. Dalam proses itu sel yang telah dibuahi

akan tumbuh dalam arti membelah diri dan bertambah menjadi berlipat

ganda sehingga terbentuklah struktur tubuh janin yang sempurna.

Tumbuhan kembang sel jaringan tubuh berlangsung melalui tiga

tahapan yaitu:

1) Tahap pembelahan sel yang umumnya berlangsung dengan cepat

dan tahap ini disebut tahap hyperplasia.

2) Tahap berikutnya setelah terjadi pembelahan sel adalah tahap

tumbuhnya sel-sel itu sehingga mencapai ukuran tertentu. Tahap ini

disebut tahap hipertropi.

3) Sel jaringan yang telah mencapai ukuran normal itu selanjutnya

akan memasuki tahap pematangan atau (maturity) sehingga masing-


17

masing sel itu dalam melaksanakan fungsinya. Hal ini disebut tahap

maturity.

b. Aspek gizi dalam pertumbuhan otak dan kecerdasan

Hubungan antar tumbuh kembang otak dan tingkat kecerdasan

dan keadaan gizi anak pada usia awal kehidupannya. Dari berbagai

penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa pada penderita gizi

buruk telah terjadi hambatan terhadap pertumbuhan otak dan tingkat

kecerdasan.

c. Aspek gizi dan produktivitas kerja di masa mendatang

Anak yang sehat dan mendapatkan makanan yang cukup, baik

kualitas maupun kuantitasnya, akan memiliki kesanggupan yang

maksimal dalam menjalani hidupnya. Jadi, untuk memperoleh kapasitas

sebagai orang dewasa yang maksimal nantinya, maka anak harus

memperoleh makanan yang cukup sehingga memperoleh semua zat gizi

yang diperlukan untuk pertumbuhan. Untuk menghemat energi, tubuh

melakukan berbagai penyesuaian antara lain:

1) Memperlambat kecepatan kerja

2) Membatasi kegiatan otot sampai seminimal mungkin

3) Tidak melakukan hal-hal yang menambah pengeluaran energi.

Penelitian yang dilakukan para ahli menunjukkan kekurangan

energi akan menyebabkan turunnya kekuatan otot (muscular

strength) dan ketepatan gerak otot yang menjadikan kerja tidak efisien.

Dengan adanya gangguan itu maka kapasitas kerja secara keseluruhan

menjadi berkurang dan keadaan itu tentu saja akan menyebabkan

turunnya produktivitas kerja.


18

d. Aspek Gizi dan Daya Tahan Terhadap Infeksi

Dibanyak Negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan

penyebab utama kematian, terutama pada anak di bawah usia 5 tahun.

Akan tetapi anak-anak meninggal karena penyakit infeksi itu, biasanya

didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan.

Sebaliknya penyakit infeksi yang menyerang anak

menyebabkan gizi anak menjadi buruk. Memburuknya gizi anak akibat

penyakit infeksi adalah akibat beberapa hal, antara lain:

1) Turunnya nafsu makan akibat rasa tidak nyaman yang dialaminya.

2) Penyakit infeksi sering dibarengi oleh diare dan muntah yang

menyebabkan penderita kehilangan cairan dan sejumlah zat gizi

seperti berbagai mineral, dan sebagainya.

3) Naiknya metabolisme basal akibat demam menyebabkan

termobilisasinya cadangan energi dalam tubuh.  

2. Pemenuhan Kebutuhan Gizi

Mengingat betapa pentingnya keberadaan zat gizi bagi anak usia

sekolah, berikut ini penjelasan tentang zat gizi penting untuk pertumbuhan

anak usia 6-11 tahun, dibawah ini:

a. Karbohidrat

Memiliki fungsi sebagai penghasil energi bagi tubuh. Makanan

sumber karbohidrat, diantaranya: Beras, jagung, umbi-umbian, gandum.

Kekurangan karbohidrat pada anak dapat menyebabkan

penyakit marasmus, yang memiliki ciri-ciri: tubuh sangat kurus, wajah


19

terlihat tuas, perut cekung, kulit tubuh keriput, tekanan darah tidak

stabil, mengaami gangguan pernapasan.

b. Protein

Protein memiliki fungsi untuk membangun dan memperbaiki

sel-sel tubuh dan menjadi penghasil energy bagi tubuh. Makanan

sumber protein, diantaranya: ikan, susu, daging, ayam, tahu, telur,

kacang-kacangan, dan lain-lain.

Kekurangan protein pada anak dapat menyebabkan beberapa

gangguan kesehatan, diantaranya: terhambatnya pertumbuhan, daya

tahan tubuh lemah, kerusakan pada liver, penyakit kwashiorkor dan

marasmus.

c. Zat Besi

Zat besi memiliki fungsi sebagai pencegah anemia pada anak,

pembentuk pigmen yang berwarna merah pada darah, membantu

mengeluarkan karbondioksida yang berada dalam sel, dan membantu

meningkatkan kebugaran tubuh anak.

Makanan yang merupakan sumber zat besi, diantaranya adalah

daging merah, hati sapi, ikan, bayam, kangkung, dan lain-lain. Dampak

kekurangan zat besi pada anak adalah terjadinya penyakit anemia.

d. Asam Folat

Asam folat merupakan zat gizi yang paling penting bagi anak

pada masa pertumbuhan dan pembelahan sel. Selain itu, asam folat juga

bisa membantu tubuh dalam memproduksi sel darah merah, dan

membantu mencegah anemia.


20

Makanan yang merupakan sumber asam folat, diantaranya

bayam, jeruk, jambu biji, semangka, kacang polong, telur, gandum,

hati, tomat, kentang, dan lain-lain. kekurangan asam folat dapat

menyebabkan anemia.

e. Vitamin A dan C

Memiliki fungsi yang penting bagi kesehatan mata, kulit, dan

menjaga imunitas tubuh anak. makanan yang merupakan sumber

vitamin A dan C diantaranya, jeruk, wortel, susu, telur, ikan, dan lain-

lain.

Kekurangan vitamin A pada anak dapat menyebabkan rabun

senja dan kebutaan, sedangkan kekurangan vitamin C dapat

menyebabkan sariawan, gusi berdarah, dan lain-lain.

f. Yodium

Memiliki fungsi yang penting bagi tubuh, yakni membatu

pertumbuhan, meningkatkan energi, dan bagus untuk perkembangan

syaraf. Makanan sumber yodium, diantaranya, ikan laut, bayam, garam

beryodium, dan lain-lain.

g. Lemak

Lemak berfungsi sebagai sumber energi dan pelarut vitamin (A,

D, E, dan K). Makanan sumber lemak, diantaranya, buah advokat,

kelapa, mentega, ikan, kacang-kacangan.

h. Mineral

Mineral sangat penting untuk menjaga memelihara kesehatan

dan mencegah penyakit. Sumber mineral: susu dan hasil olahan, daging,

tahu, tempe, dan lain-lain.


21

i. Zink

Memiliki fungsi yang penting bagi tubuh, yakni memperbaiki

pertumbuhan anak, mempercepat penyembuhan luka, merawat mata

dan rambut. Makanan sumber zinc diantaranya: daging, seafood,

kacang-kacangan, biji-bijian, dan susu.

j. Vitamin B complex

Vitamin B complek merupakan nutrisi yang penting bagi otak.

Fungsi terpenting dari vitamin B complex yakni, membantu

mempertahankan sistem syaraf pusat dan meningkatkan konsentrasi.

Sumber makanan: asparagus, pisang, hati sapi, susu dan olahannya, biji-

bijian, kacang-kacangan, alpukat, pepaya, dan lain-lain

k. Vitamin C dan E

Kedua jenis vitamin ini besar perannya dalam memperkuat

sistem imunitas tubuh. Kala berolahraga, tubuh mengeluarkan energi

lebih besar daripada ketika menjalani aktivitas biasa, sehingga

memerlukan dukungan daya tahan yang kuat agar tak lekas jatuh sakit. 

Vitamin E juga bersifat antioksidan dan membantu melancarkan

proses distribusi oksigen ke seluruh tubuh. Vitamin C banyak terdapat

pada buah-buahan seperti kiwi, stroberi, dan jeruk, sedangkan vitamin

E bisa diperoleh dengan konsumsi kacang-kacangan, biji-bijian,

mentega, dan telur.

l. Kalsium
22

Kalsium membantu menguatkan tulang, sehingga mampu

menyangga tubuh dengan baik. Tulang yang kuat amat penting bagi

atlet untuk menghalau risiko tulang retak akibat melakukan latihan

dengan intensitas berat ataupun terkena benturan. Sumber kalsium yang

baik antara lain adalah susu dan produk olahannya seperti keju dan

yogurt, serta sayuran berdaun hijau pekat seperti brokoli, bayam, dan

lain-lain.

C. Masalah Gizi pada Anak Usia 6-11 Tahun

1. Kurang Energi Protein (KEP) atau Protein Energi Malnutrition (PEM) atau

Protein Calori Malnutrition (PCM)

a. Adalah penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang

cukup lama.

b. Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu

menyusui/meneteki (buteki)

c. Pada derajat ringan pertumbuhan kurang, tetapi kelainan biokimiawi

dan gejala klinis (marginal malnutrition)

d. Derajat berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tiep

marasmik-kwashiorkor

e. Terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan

biokimiawi yang khas

f. Penyebab

1) Masukan makanan atau kuantitas dan kualitas rendah

2) Gangguan sistem pencernaan atau penyerapan makanan

3) Pengetahuan yang kurang tentang gizi


23

4) Konsep klasik diet cukup energi tetapi kurang pprotein

menyebabkan kwashiorkor

5) Diet kurang energi walaupun zat gizi esensial seimbang

menyebabkan marasmus

6) Kwashiorkor terjadi pada hygiene yang buruk , yang terjadi pada

penduduk desa yang mempunyai kebiasaan memberikan makanan

tambahan tepung dan tidak cukup mendapatkan ASI

7) Terjadi karena kemiskinan sehingga timul malnutrisi dan infeksi

g. Gejala klinis KEP ringan

1) Pertumbuhan mengurang atau berhenti

2) BB berkurang, terhenti bahkan turun

3) Ukuran lingkar lengan menurun

4) Maturasi tulang terlambat

5) Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun

6) Tebal lipat kulit normal atau menurun

7) Aktivitas dan perhatian kurang

8) Kelainan kulit dan rambut jarang ditemukan

h. Pembagian

1) Marasmus 

adalah kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan

cadangan protein tubuh terpakai sehingga anak menjadi “kurus” dan

“emosional”. Sering terjadi pada bayi yang tidak cukup

mendapatkan ASI serta tidak diberi makanan penggantinya, atau

terjadi pada bayi yang sering diare.

a) Penyebab Marasmus
24

- Ketidakseimbangan konsumsi zat gizi atau kalori didalam

makanan.

- Kebiasaan makanan yang tidak layak.

- Penyakit-penyakit infeksi saluran pencernaan

b) Tanda dan gejala

- Wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus

- Mata besar dan dalam, sinar mata sayu

- Mental cengeng

- Feces lunak atau diare

- Rambut hitam, tidak mudah dicabut

- Jaringan lemak sedikit atau bahkan tidak ada, lemak

subkutan menghilang hingga turgor kulit menghilang

- Kulit keriput, dingin, kering dan mengendur

- Torax atau sela iga cekung

- Atrofi otot, tulang terlihat jelas

- Tekanan darah lebih rendah dari usia sebayanya

- Frekuensi nafas berkurang

- Kadar Hb berkurang

- Disertai tanda-tanda kekurangan vitamin

2) Kwashiorkor 

adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan

sering timbul pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan

protein tinggi.

Meski penyebab utama kwashiorkor adalah kekurangan protein,

tetapi karena bahan makanan yang dikonsumsi kurang


25

menggandung nutrient lain serta konsumsi daerah setempat yang

berlainan, akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di

berbagai negara.

a) Penyebab

- Kekurangan protein dalam makanan

- Gangguan penyerapan protein

- Kehilangan protein secara tidak normal

- Infeksi kronis

- Perdarahan hebat

b) Tanda dan gejala

- Wajah seperti bulan “moon face”

- Pertumbuhan terganggu

- Sinar mata sayu

- Lemas-lethargi

- Perubahan mental (sering menangis, pada stadium lanjut

menjadi apatis)

- Rambut merah, jarang, mudah dicabut

- Jaringan lemak masih ada

- Perubahan warna kulit (terdapat titik merah kemudian

menghitam, kulit tidak keriput)

- Iga normal-tertutup oedema

- Atrofi otot

- Anoreksia

- Diare
26

- Pembesaran hati

- Anemia

- Sering terjadi acites

- Oedema

3) Kwashiorkor-marasmik

memperlihatkan gejala campuran antara marasmus dan kwashiorkor

i. Penatalaksanaan

1) Secara umum

a) Ruangan cukup hangat dan bersih

b) Posisi tubuh diubah-ubah (karena mudah terjadi dekubitus)

c) Pencegahan infeksi nosokomial

d) Penimbangan BB tiap hari

2) Secara khusus

Resusitasi dan terapi komplikasi

a) Koreksi dehidrasi dan asidosis (pemberian cairan oralit atau

infus)

b) Mencegah atau mengobati defisiensi vitamin A

c) Terapi Ab bila ada tanda infeksi atau sakit berat

3) Dietetik

a) Prinsip TKTP dan suplemen vitamin mineral

b) Bentuk makanan disesuaikan secara individual (cair, lunak,

biasa, makanan dengan porsi sedikit-sedikit tapi sering)

c) Pemantauan masukan makanan tiap hari (perubahan diet

biasanya dilakukan setiap saat)

j. Persiapan pulang
27

1) Gejala klinik tidak ada

2) Nafsu makan baik

3) Pembekalan terhadap orang tua tentang gizi, perilaku hidup dan

lingkungan yang sehat

k. Komplikasi

1) Infeksi saluran pencernaan

2) Defisiensi vitamin

3) Depresi mental

2. Gizi Buruk

Gizi buruk atau lebih dikenal dengan gizi di bawah garis merah

adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya

konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam

waktu yang cukup lama. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis

besar dapat dibedakan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor.

Pada  tahun  2011 masalah gizi buruk masih menjadi masalah yang

serius di Indonesia, saat ini masih jutaan balita tercatat memiliki status gizi

yang buruk, hasil pemetaan dari depkes menunjukkan bahwa 2 dari 4 orang

anak di 72 % kabupaten di seluruh Indonesia menderita gizi kurang.

Gizi buruk berbeda dengan kelaparan.

Orang yang menderita kelaparan biasanya karena tidak mendapat

cukup makanan dan kelaparan yang diderita dalam jangka panjang dapat

menuju ke arah gizi buruk. Walaupun demikian, orang yang banyak makan

tanpa disadari juga bisa menderita gizi buruk apabila mereka tidak makan

makanan yang mengandung nutrisi, vitamin dan mineral secara mencukupi.


28

Jadi gizi buruk sebenarnya dapat dialami oleh siapa saja, tanpa mengenal

struktur sosial dan faktor ekonomi

Orang yang menderita gizi buruk akan kekurangan nutrisi yang

dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh atau untuk menjaga kesehatannya.

Seseorang dapat terkena gizi buruk dalam jangka panjang ataupun pendek

dengan kondisi yang ringan ataupun berat. Gizi buruk dapat mempengaruhi

kesehatan fisik dan mental. Orang yang menderita gizi buruk akan mudah

untuk terkena penyakit atau bahkan meninggal dunia akibat efek

sampingnya. Anak-anak yang menderita gizi buruk juga akan terganggu

pertumbuhannya, biasanya mereka tidak tumbuh seperti seharusnya (kerdil)

dengan berat badan di bawah normal. 

Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya

kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat

diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur

maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah

ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak

disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang.

Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk Gizi buruk yang

disertai dengan tanda-tanda klinis disebut marasmus atau kwashiorkor.

Dampak gizi buruk pada anak terutama usia 6-9 11 bulan yakni

sebagai berikut:

a. Pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak sampai dewasa

terhambat.

b. Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi

c. Bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif.


29

3. Obesitas

a. adalah penyakit gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai

dengan akumulasi jaringan lemak secara berlebihan diseluruh tubuh.

b. Merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak

yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh

c. Gizi lebih (over weight) dimana berat badan melebihi berat badan rata-

rata, namun tidak selalu identik dengan obesitas

d. BB >>> tidak selalu obesitas

e. Penyebab

1) Perilaku makan yang berhubungan dengan faktor keluarga dan

lingkunga

2) Aktifitas fisik yang rendah

3) Gangguan psikologis (bisa sebagai sebab atau akibat)

4) Laju pertumbuhan yang sangat cepat

5) Genetik atau faktor keturunan

6) Gangguan hormone

f. Gejala

1) Terlihat sangat gemuk

2) Lebih tinggi dari anak normal seumur

3) Dagu ganda

4) Buah dada seolah-olah berkembang

5) Perut menggantung

6) Penis terlihat kecil

g. Terdapat 2 golongan obesitas


30

1) Regulatory obesity, yaitu gangguan primer pada pusat pengatur

masukan makanan

2) Obesitas metabolik, yaitu kelainan metabolisme lemak dan

karbohidrat

h. Resiko/dampak obesitas

1) Gangguan respon imunitas seluler

2) Penurunan aktivitas bakterisida

3) Kadar besi dan seng rendah

i. Penatalaksanaan

1) Menurunkan BB sangat drastis dapat menghentikan

pertumbuhannya. Pada obesitas sedang, adakalanya penderita tidak

memakan terlalu banyak, namun aktifitasnya kurang, sehingga

latihan fisik yang intensif menjadi pilihan utama

2) Pada obesitas berat selain latihan fisik juga memerlukan terapi diet.

Jumalh energi dikurangi, dan tubuh mengambil kekurangan dari

jaringan lemak tanpa mengurangi pertumbuhan, dimana diet harus

tetap mengandung zat gizi esensial.

3) Kurangi asupan energi, akan tetapi vitamin dan nutrisi lain harus

cukup, yaitu dengan mengubah perilaku makan

4) Mengatasi gangguan psikologis

5) Meningkatkan aktivitas fisik

6) Membatasi pemakaian obat-obatan yang untuk mengurangi nafsu

makan
31

7) Bila terdapat komplikasi, yaitu sesak nafas atau sampai tidak dapat

berjalan, rujuk ke rumah sakit

8) Konsultasi (psikologi anak atau bagian endokrin)

4. Anemia

Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan

satu atau beberapa bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.

Keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht) dan

eritrosit lebih rendah dari nilai normal, akibat defisiensi salah satu atau

beberapa unsur makanan yang esensial yang dapat mempengaruhi

timbulnya defisiensi tersebut.

a. Macam-macam anemia

1) Anemia defisiensi besi adalah anemia karena kekurangan zat besi

atau sintesa hemoglobin

a) Prevalensi tertinggi terjadi didaerah miskin, gizi buruk dan

penderita infeksi

b) Hasil studi menunjukan bahwa anemia pada masa bayi mungkin

menjadi salah satu penyebab terjadinya disfungsi otak permanen

c) Defisiensi zat besi menurunkan jumlah oksigen untuk jaringan,

otot kerangka, menurunnya kemampuan berfikir serta perubahan

tingkah laku.

d) Ciri-ciri

- Akan memperlihatkan respon yang baik dengan pemberian

preparat besi

- Kadar Hb meningkat 29% setiap 3 minggu

e) Tanda dan gejala


32

- Pucat (konjungtiva, telapak tangan, palpebra)

- Lemah

- Lesu

- Hb rendah

- Sering berdebar

- Papil lidah atrofi

- Takikardi

- Sakit kepala

- Jantung membesar

f) Dampak

- Produktivitas rendah

- SDM untuk generasi berikutnya rendah

g) Penyebab

Sebab langsung

- Kurang asupan makanan yang mengandung zat besi

- Mengkonsumsi makanan penghambat penyerapan zat besi

- Infeksi penyakit

Sebab tidak langsung

- Distribusi makanan yang tidak merata ke seluruh daerah

Sebab mendasar

- Pendidikan wanita rendah

- Ekonomi rendah

- Lokasi geografis (daerah endemis malaria)

h) Kelompok sasaran prioritas


33

- Ibu hamil dan menyusui

- Balita

- Anak usia sekolah

- Tenaga kerja wanita

- Wanita usia subur

i) Penanganan

- Pemberian Komunikasi,informasi dan edukasi (KIE) serta

suplemen tambahan pada ibu hamil maupun menyusui

- Pembekalan KIE kepada kader dan orang tua serta

pemberian suplemen dalam bentuk multivitamin kepada

balita

- Pembekalan KIE kepada guru dan kepala sekolah agar lebih

memperhatikan keadaan anak usia sekolah serta pemeberian

suplemen tambahan kepada anak sekolah

- Pembekalan KIE pada perusahaan dan tenaga kerja serta

pemberian suplemen kepada tenaga kerja wanita

- Pemberian KIE dan suplemen dalam bentuk pil KB kepada

wanita usia subur (WUS)

2) Anemia megaloblastik adalah terjadinya penurunan produksi sel

darah merah yang matang, bisa diakibatkan defisiensi vitamin B12

3) Anemia aplastik adalah anemia yang berat, leukopenia dan

trombositopenia, hipoplastik atau aplastik

5. Defisiensi Vitamin A

a. Prevalensi tertinggi terjadi pada balita dan anak

b. Penyebab
34

1) Intake makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah

2) Rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada bumil

sampai melahirkan akan memberikan kadar vitamin A yang rendah

pada ASI

3) MP-ASI yang kurang mencukupi kebutuhan vitamin A

4) Gangguan absorbsi vitamin A atau pro vitamin A (penyakit

pankreas, diare kronik, KEP dll)

5) Gangguan konversi pro vitamin A menjadi vitamin A pada

gangguan fungsi kelenjar tiroid

6) Kerusakan hati (kwashiorkor, hepatitis kronik)

c. Sifat

1) Mudah teroksidasi

2) Mudah rusak oleh sinar ultraviolet

3) Larut dalam lemak

d. Tanda dan gejala

1) Rabun senja-kelainan mata, xerosis konjungtiva, bercak bitot,

xerosis kornea

2) Kadar vitamin A dalam plasma <20ug/dl

e. Tanda hipervitaminosis

1) Akut

a) Mual, muntah

b) Fontanela meningkat

2) Kronis

a) Anoreksia

b) Kurus
35

c) Cengeng

d) Pembengkakan tulang

6. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (Gaky)

a. Adalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh

menderita kekurangan yodium secara terus menerus dalam waktu yang

lama.

b. Merupakan masalah dunia

c. Terjadi pada kawasan pegunungan dan perbukitan yang tanahnya tidak

cukup mengandung yodium

d. Defisiensi yang berlangsung lama akan mengganggu fungsi kelenjar

tiroid yang secara perlahan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok

e. Dampak

1) Pembesaran kelenjar gondok

2) Hipotiroid

3) Kretinisme

4) Kegagalan reproduksi

5) Kematian

f. Defisiensi pada janin

1) Dampak dari kekurangan yodium pada ibu

2) Meningkatkan insiden lahir mati, aborsi, cacat lahir

3) Terjadi kretinisme endemis

4) Jenis syaraf (kemunduran mental, bisu-tuli, diplegia spatik)

5) Miksedema (memperlihatkan gejala hipotiroid dan dwarfisme)

g. Defisiensi pada BBL

1) Penting untuk perkembangan otak yang normal


36

2) Terjadi penurunan kognitif dan kinerja motorik pada anak usia 10-

12 tahun pada mereka yang dilahirkan dari wanita yang mengalami

defisiensi yodium

h. Defisiensi pada anak

1) Puncak kejadian pada masa remaja

2) Prevalensi wanita lebih tinggi dari laki-laki

3) Terjadi gangguan kinerja belajar dan nilai kecerdasan

i. Klasifikasi tingkat pembesaran kelenjar menurut WHO (1990)

1) Tingkat 0 yakni tidak ada pembesaran kelenjar

2) Tingkat IA yakni kelenjar gondok membesar 2-4x ukuran normal,

hanya dapat diketahui dengan palpasi, pembesaran tidak terlihat

pada posisi tengadah maksimal

3) Tingkat IB yakni hanya terlihat pada posisi tengadah maksimal

4) Tingkat II yakni terlihat pada posisi kepala normal dan dapat dilihat

dari jarak ± 5 meter

5) Tingkat III yakni terlihat nyata dari jarak jauh

j. Sasaran

1) Ibu hamil

2) WUS

k. Dosis dan kelompok sasaran pemberian kapsul yodium

1) Bayi < 1tahun : 100 mg

2) Balita 1-5 tahun : 200 mg

3) Wanita 6-35 tahun : 400 mg

4) Ibu hamil (bumil) : 200 mg

5) Ibu meneteki (buteki) : 200 mg


37

6) Pria 6-20 tahun : 400 mg

l. GAKY tidak berhubungan denga tingkat sosek melainkan dengan

geografis

m. Spektrum gangguan akibat kekurangan yodium

1) Fetus yakni abortus, lahir mati, kematian perinatal, kematian bayi,

kretinisme nervosa (bisu tuli, defisiensi mental, mata juling), cacat

bawaan, kretinisme miksedema, kerusakan psikomotor

2) Neonatus yakni gangguan psikomotor, hipotiroid neonatal, gondok

neonatus

3) Anak dan remaja yakni gondok, hipotiroid juvenile, gangguan

fungsi mental (IQ rendah), gangguan perkembangan

4) Dewasa yakni gondok, hipotiroid, gangguan fungsi mental,

hipertiroid diimbas oleh yodium

n. Sumber makanan beryodium yaitu makanan dari laut seperti ikan,

rumput laut dan sea food. Sedangkan penghambat penyerapan yodium

(goitrogenik) seperti kol, sawi, ubi kayu, ubi jalar, rebung, buncis,

makanan yang panas, pedas dan rempah-rempah.

o. Pencegahan atau penanggulangan

1) Fortifikasi : garam

2) Suplementasi : tablet, injeksi lipiodol, kapsul minyak beryodium

7. Karies Gigi

Hampir 1 diantara 2 anak berusia antara 6-8 tahun mengalami

kerusakan pada gigi tetap atau gigi primernya. Semakin banyak anak

terpapar oleh karbohidrat akan beresiko terjadinya karies atau kerusakan

gigi. Makanan campuran karbohidrat yang terdiri dari buah-buahan, sayur-


38

sayuran dan beras merupakan pilihan yang lebih baik bagi kesehatan gigi

dan mulut bila dibandingkan gula yang murni, seperti minuman ringan (soft

drink) dan permen.

Makanan ”sticky” yang berisi karbohidrat kismis dan permen karet,

merupakan penyebab karies yang kuat. Lemak dan protein dapat

merupakan pelindung terhadap lapisan enamel. Karenanya memeilih

makanan ringan yang merupakan kombinasi antara karbhidrat, protein dan

lemak dapat menurunkan risiko pembentukan karies gigi. Kumur sesudah

makan atau menggosok gigi secra teratur juga menurunkan kemungkinan

terjadinya gigi berlubang. Merupakan suatu hal yang penting bagi anak usia

sekolah untuk tetap memiliki sumber fluoride, apakah melalui air minum

atau suplemen.

D. Upaya Mengatasi Masalah Gizi

Di Indonesia, masih banyak kasus gizi buruk yang terjadi di

masyarakat. Masalah ini menjadi persoalan yang cukup serius bagi bangsa

hingga turut mendapatkan perhatian dari pemerintah. Upaya yang perlu

dilakukan untuk menanggulangi masalah gizi adalah:

1. Fokus pada keluarga miskin

2. Meningkatkan upaya kesehatan ibu untuk mengurangi bayi dengan berat

lahir rendah

3. Meningkatkan program perbaikan zat gizi mikro

4. Meningkatkan program gizi berbasis masyarakat

5. Memperbaiki sektor lain yang treakit erat dengan gizi (pertanian, air dan

sanitasi, perlindungan, pemberdayaan masyarakat dan isu gender)


39

6. Memperkuat upaya jangka pendek dengan tetap melakukan upaya jangka

panjang

a. Jangka pendek

1) Penimbangan

2) Pelayanan kesehatan dan gizi ibu hamil

3) Suplemen zat gizi mikro

4) Fortifikasi

5) MP-ASI

6) Program Keluarga Harapan

7) Penyuluhan

8) ASI Eksklusif

9) Pendidikan gizi dan higienis

10) Perilaku hidup sehat

b. Jangka panjang

1) Pelayanan kesehatan dasar (termasuk KB dan Penyakit menular)

2) Akses ke air bersih dan sanitasi

3) Kebijakan iklan atau pemasaran susu formula

4) Peningkatan ketahanan pangan

5) Perbaikan pendapatan

6) Penciptaan lapangan kerja

7) Meningkatkan status perempuan

8) Pendidikan ibu

9) Perlindungan Sosial

Goal yang ingin dicapai adalah:

1) Menghilangkan kelaparan dan kematian akibat kelaparan


40

2) Menghilangkan berbagai jenis kelaparan dan penyakit yang

berhubungan dengan kurang gizi sebagai akibat dari bencana alam

3) Menghilangkan masalah kurang yodium dan vitamin A

4) Mengurangi kelaparan kronis

5) Mengurangi kurang gizi, terutama pada bayi, balita, dan wanitan

usia subur

6) Mengurangi masalah kurang gizi mikro lainnya, termasuk zat besi

7)  Mengurangi penyakit infeksi dan non infeksi yang erat kaitannya

dengan makanan yang dikonsumsi

8) Mengurangi berbagai masalah sosial berkaitan dengan peningkatan

penggunaan ASI

9) Mengurangi keadaan kesehatan diri dan lingkungan yang tidak

memadai, termasuk peningkatan penggunaan air bersih.

Sementara itu, strategi yang di rekomendasikan adalah:

1) Menyatukan tujuan, kebijakan, dan strategi berkaitan dengan gizi

dalam pengembangan kebijakan dan program pembangunan

nasional.

2) Meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga.

3) Melindungi konsumen melalui peningkatan kualitas dan keamanan

pangan

4) Mencegah dan meningkatkan tata laksana penyakit infeksi

5) Mempromosikan ASI dan makanan pendamping ASI

6) Meningkatkan pola asuh untuk kelompok rawan

7) Mencegah masalah kurang zat gizi mikro

8) Mempromosikan gizi seimbang dan hidup sehat


41

9) Memantau, menilai, dan menganalisis situasi gizi secara terus-

menerus.

Berdasarkan uraian diatas, penanggulanagn masalah pangan dan

gizi harus mendapatkan prioritas utama.

E. Kebijakan dan Strategi Pemerintah dalam Mengatasi Masalah Gizi Usia 6-11

Tahun

Berbagai upaya untk mengatasi masalah yang berkaitan dengan gizi

buruk maka tidak lepas dari kebijakan dan strategi dari pihak terkait terutama

pemerintah sebagai pemenang wewenang untuk menungkat kesejahteraan

masyarakat.

1. Kebijakan

a. Mengingat besarnya dan sebaran gizi buruk yang ada di semua wilayah

indonesia dan dampaknya terhadap kualitas sumber daya manusia,

pencegahan dan penganggulangan gizi buruk merupakan program

nasional sehingga perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dilaksanakan

secara berkesinambungan antara pusat daerah.

b. Penanggulangan masalah gizi buruk dilaksanakan pendekatan

komperatif dengan mengutamakan upaya pencegahan dan upaya

peningkatan yang di dukung upaya pengobatan dan upaya pemulihan.

c. Penanggulan masalah gizi buruk dilaksanakan oleh semua kabupaten

atau kota secara terus menerus dengan koordinasi lintas instansi / sektor

atau dinas organisasi masyarakat.


42

d. Penangulangan masalah gizi buruk diselenggarakan secara demoatis

transparan melalui kemitraan di tingkat kabupaten atau kota anatara

pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat.

e. Penanggulangan masalah gizi buruk dilakukan dengan pendekatan

pemberdayaan masyarakat yaitu dengan meningkatkan akses untuk

memperoleh informasi dan kesempatan untuk mengemukakan

pendapatan, serta keterlibatan dalam proses pengembalian keputusan.

Masyarakat yang telah berdaya diharapkan berperan sebagai pelaku

atau pelaksanaan, melakukan advokasi, dan melakukan pemantauan

untuk peningatan pelayanan publik.

2. Strategi Pemerintah

a. Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk dilaksanakan di seluruh

kabupaten atau kota di indonesia sesuai dengan kewenangan wajib dan

standar pelayanan minimal (SPM) dengan memperhatikan besaran dan

luasnya masalah.

b. Mengambilkan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi

masyarakat dan keluarga dalam memantau tumbuh kembang balita,

mengenali dan menanggulangi secara dini balita yang mengalami

gangguan pertumbuhan melalui revitalitas posyandu.

c. Meningkatkan kemampuan petugas dalam manajemen dan melakukan

tata laksana gizi buruk untuk mendukung fungsi melakukan tata laksana

gizi burk untuk mendukung fungsi posyandu yang di kelola oleh

masyarakat melalui revitalisasi Puskesmas.


43

d. Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada

kelompok rawan melalui pemberian intervensi gizi (suplementasi),

seperti kapsul Vitamin A, MP ASI, dan makanan tambahan.

e. Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi gizi, advokasi dan

sosialisasi tentang makanan sehat dan bergizi seimbang serta pola hidup

bersih dan sehat.

f. Mengalang kerjasama lintas sektor dan kemiraan dengan swasta ataun

dunia usaha dan masyarakat untuk mobilisasi sumber daya dalam angka

meningkatkan daya beli keluarga untuk menyediakan makanan sehat

dan bergizi seimbang.

g. Mengaktifkan kembali Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

melalui revit alisasi SKPG dan Sistem Kewaspadaan Dini Gizi Buruk,

yang dievaluasi dengan kajian data SKDN < yaitu semua balita

mendapat kartu menuju sehat ditimbang setiap bulan, dan berat badan

naik dan penyakit dan dat pendukung lainnya.

3. Intervensi Gizi dan Kesehatan

Intervensi gizi dan kesehatan bertujuan memberikan pelayanan

langsung kepada balita. Ada dua bentuk pelayanan langsung kepada balita.

Ada dua bentuk pelayanan gizi dan kesehatan yaitu pelayanan perorangan

dalam merangka menyembuhkan dan memulihkan anak dari kondisi gizi

buruk dan pelayanan masyarakat, yaitu dalam rangka mencegah timbulnya

gizi buruk di masyarakat. Pokok kegiatan intervensi gizi dan kesehatan

adalah sebagai berikut:

a. perawatan atau pengobatan gratis dirumah sakit dan puskesmas balita/

anak gizi buruk dari keluarga miskin.


44

b. Pemberian makanan  tambahan (PMT) berupa MP ASI bagi anak 6-23

bulan dan PMT pemulihan pada 24-59 bulan  kepada balita gizi kurang

dari keluarga miskin

c. Pemberian suplementasi gizi (kapsul Vitamin A, tablet atau sirup Fe).

4. Promosi keluarga sadar gizi

Promosi keluarga sadar gizi bertujuan dipraktikkannya normal

keluarga sadar gizi bagi seluruh keluarga di indonesia untuk mencegah

terjadinya promosi keluarga sadar gizi dilakukan dengan memperhatikan

aspek-aspek sosial budaya (lokal spesifik). Pokok kegiatan promosi

keluarga sadar gizi meliputi:

a. Menyusun strategi promosi keluarga sadar gizi

b. Mengembangkan, menyediakan, dan menyebar luaskan materi promosi

pada masyarakat, organisasi kemasyarakatan institusi, pendidikan,

tempat kerja, dan tempat-tempat umum.

c. Melakukan kampanye secara tehnik menggunakan media efektif

terpilih.

d. Menyelenggarakan diskusi kelompok terarah melalui dasawisma

dengan dukungan petugas.

Anda mungkin juga menyukai