Anda di halaman 1dari 6

1.

Aspek perkembangan menurut Dodge, Colker dan Heroman (2002) membagi area
perkembangan ke dalam 4 aspek yaitu :
• aspek sosial emosional, aspek fisik, aspek kognitif, dan aspek bahasa.
• Aspek fisik berkaitan dengan pertumbuhan tubuh dan otak, kapasitas sensoris,
keterampilan motor dan kesehatan.
• Aspek kognitif mempelajari atensi, memori, pemecahan masalah, proses
berpikir,penalaran termasuk didalamnya penalaran moral, kreatifitas dan bahasa.
• Aspek psikososial meliputi perkembangan emosi, kepribadian, dan hubungan sosial.
2.
a) Herediter, Lingkungan dan kematangan Dalam upaya untuk memahami perkembangan
manusia, kita perlu mempertimbangkan bagaimana faktor Herediter dan lingkungan
berinteraksi. Kita perlu memahami perkembangan mana yang sangat mempengaruhi
oleh kematangan dan bagaimana yang tidak. Kita perlu mengetahui hal-hal yang
mempengaruhi sebagian besar orang pada usia atau waktu tertentu berdasarkan
sejarah.selanjutnya, kita juga perlu melihat bagaimana faktor waktu dapat
mempengaruhi perkembangan dalam kehidupan sekarang. b.
b) Konteks perkembangan Manusia adalah makhluk social. Sejak awal, mereka
berkembang dalam konteks social. Secara umum, konteks yang langsung berhubungan
dengan seorang bayi adalah keluarga. Pada gilirannya, keluarga adalah bagian dari
pengaruh perubahan yang lebih besar, yang meliputi lingkungan tempat tinggal dan
masyarakat luar.
c) Pengaruh normatif dan non-normatif Untuk memahami kemiripan dan perbedaan
dalam perkembangan, kita perlu melihat pengaruh normatif, yaitu kejadian-kejadian
biologis atau yang berhubungan dengan lingkungan yang mempengaruhi sebagian
besar orang didalam masyarakat dalam cara yang serupa.
d) d. Pengaruh waktu periode sensitive atau kritis Periode kritis adalah waktu tertentu
ketika munculnya suatu kejadian atau pun ketidakhadiran suatu kejadian mempunyai
pengaruh khusus pada perkembangan seseorang.
3. Menurut saya, Anak yang kembar baik fraternal maupun identik TIDAK memiliki pola
perkembangan fisik dan motorik yang sama; beberapa faktor yang mempengaruhi seperti :
➢ Proses Pembuahan sejak dalam kandungan, Anak kembar Fraternal lahir karena dua
sperma membuahi dua sel telur secara terpisah sehingga membelah menjadi dua janin
dengan dua plasenta berbeda, sedangkan kembar identik lahir karena dihasilkan saat
satu sel sperma membuahi satu sel telur, kemudian membelah menjadi dua janin.
➢ Penyakit bawaan dari si ibu,
➢ Lahir prematur,
➢ Terbelit tali pusat, Semua ini membuat anak kembar berpotensi memiliki
perkembangan fisik dan motorik yang berbeda terbukti pada kenyataannya banyak
anak kembar setelah lahir berbeda baik secara fisik maupun motorik. Seiring
berjalannya waktu, kita bisa melihat sebagian besar anak kembar memiliki perbedaan
secara fisik, seperti contoh mungkin anak kembar si A fisiknya bagus sudah bisa
mengangkat kepala pada umur tertentu, tetapi anak kembar si B, badannya kecil, belum
bisa mengangkat kepala, lebih gampang terserang penyakit (lemah). Meski demikian
bayi-bayi kembar ini nantinya akan mengalami kejar tumbuh, yakni dapat mengejar
ketertinggalan dalam hal pertumbuhan dan mencapai berat badan yang kurang sama
jika orang tua dan lingkungan sekitarnya mendukungnya contoh, pemberian gizi yang
baik, pola asuh yang baik, perhatian yang intensif. Disamping itu anak kembar juga
memiliki kesamaan bentuk dan sifat-sifat fisik yang sama persis yang diturunkan dari
orangtua, misalnya wajah, tangan, kaki atau bagian-bagian organ tubuh yang lain.
kedua anak juga dapat memiliki jenis penyakit sama yang diturunkan oleh kedua
orangtuanya. Bila orangtua memiliki suatu jenis penyakit tertentu (seperti tekanan
darah tinggi, penyakit jantung, epilepsi, atau paru-paru) kemungkinan besar anak-anak
yang dilahirkan pun mempunyai resiko terserang jenis penyakit yang sama.
4.
1) Masalah dalam perkembangan fisik
a. Malnutrisi (kurang gizi) Setiap orang tua mendambakan anak-anaknya dapat
memperoleh makanan yang cukup dan bergizi untuk mendukung tumbuh
kembang mereka. Akan tetapi pada kenyataannya banyak anak yang tidak
memperoleh kemudahan ini. Data who pada tahun 1966 mencatat bahwa
sekitar 1/3 anak dibawah usia 5 tahun mengalami malnutrisi (kurang gizi)
pendapat populer menyatakan bahwa masalah kurang gizi ini biasa ditemui
pada anak anak yang berasal dari dunia ketiga/negara - negara miskin.
Dinegara yang telah maju pun masih juga ditemui ada anak anak yang
mengalami kekurangan gizi. Semua ini ternyata lebih kepada pola pengaturan
makanan yang sehat dan seimbang. Anak anak yang mengalami kekurangan
gizi akan tampak pada penampilan fisiknya. Mereka terlihat lebih kurus dan
lebih lemah bila dibandingkan dengan anak anak lain yang memperoleh cukup
gizi. Masalah ini juga akan menyebabkan keluhan lain, misalnya bahwa mereka
akan memiliki skor tes kecerdasan,( intelegensi) yang lebih rendah. Dibutuhkan
kombinasi antara pengaturan pola dan asupan makanan pada anak serta
kepedulian dan kepekaan orang tua untuk melihat adanya tanda tanda kurang
gizi pada anak.
b. Obesitas ( kegemukan) Adalah masalah yang sering dijumpai pada anak. Ada
bnyak faktor yang dapat menciptakan seorang anak obesitas. Salah satunya
adalah faktor keturunan. Dari penelitian sukard(kail,2001) ditemukan bahwa
berat badan anak anak yang adopsi lebih terkait pada orang tua biologisnya
dibandingkan dengan orang tua angkatnya. Gen berperan dalam membuat
seseorang itu aktif membakar lemak atau tidak. Jika anak malas
bergerak(tubuh tidak aktif membakar lemak menjadi energi.) maka lemak
tubuh akan tertimbun dan membuat tubuh menjadi gemuk. Faktor yang tidak
kalah pentingnya adalah peranan orang tua. Melihat anak yang gemuk,
montok, dan menggemaskan membuat orang tua tampak bangga dan bahagia
sehingga tak jarang anak dibiarkan memakan apa saja. Lingkungan juga
memegang peranan media massa khususnya televisi sering menampilkan
berbagai iklan makanan ringan yang spicy dan mengenyangkan, juga makan
makanan cepat saji yang mengundang selera.anak anak yang mengalami
obesitas menjadi tidak populer dan memiliki rasa percaya diri yang rendah Di
sekolah mereka sring menjdi bahan ejekan teman temanya. Gerakan mereka
pun kaku dan terbatas sehingga membuat aktifitas fisik mereka tidak selincah
teman temannya. Dari faktor kesehatan ditemukan bahwa obesitas
mengundang berbagai penyakit, seperti tekanan darah tinggi, dan diabetes,
dikarenakan anak yang mengalami obesitas sering kali menjadi orang dewasa
yang gemuk pula
2) Masalah dalam perkembangan motorik Tidak semua anak mengalami perkembangan
motorik yang sempurna sesuai dengan perkembangan motorik seorang anak. Beberapa
diantaranya sebagai berikut
a) Masalah kesulitan dalam motorik kasar
• Ketidakmampuan mengatur keseimbangan Kurang lebih 80% dari jumlah
anak yang memiliki gangguan perkembangan juga mengalami kesulitan
pada pengaturan keseimbangan tubuh. Keseimbangan tubuh ini diperlukan
anak untuk melakukan kegiatan"yang lebih sulit dan kompleks. Seperti
melompat, berdiri diatas satu kaki, berjalan di titian. Anak anak yang
mengalami kesulitan dalam mengatur Keseimbangan tubuhnya biasanya
juga memiliki kesulitan dalam mengatur keseimbangan tubuhnya. Biasanya
juga memiliki kesulitan dalam mengontrol gerakan anggota tubuh sehingga
terkesan gerakkanya ragu ragu dan tampak canggung. Masalah pengaturan
keseimbangan tubuh ini berhubungan dengan sistem vestibular atau
sistem yang mengatur keseimbangan didalam tubuh. Jika tidak segera
ditangani kesulitan ini akan dibawa terus oleh anak sampai saat mereka
sekolah dan akan mengakibatkan masalh lain, yaitu dalam hal membaca
dan mnulis. Anak yang mengalami maslah pada sistem vestibular memiliki
kesulitan dalam menentukan objek yang brgerak didepan matanya.
• Reaksi kurang cepat dan koordinasi Kurang baik Salah satu perkembangan
motorik pada anak Usia 4-6 thun yang perlu diperhtikan adalah
kemampuan bereaksi yang semakin cepat koordinasi mata tangan yang
semakin baik, dan ketangkasan serta kesadaran trhdp tubuh secara
keseluruhan.
b) Masalah kesulitan dalam motorik halus
• Belum bisa menggambar bentuk bermakna Kegiatan menggambr
merupakan hal yang menyenangkan bagi sebagian besar anak prasekolah.
Anak usia 4-6 tahun mulai tertarik mengekspresikan appun yang dilihatnya
dalam bentuk gambar wlaupun hasilnya masih berupa coret coretan
sederhana.
• Belum bisa mewarnai dengan rapi Salah satu cara untuk melatih motorik
halus anak ialah dengan memberi anak gambar gambar menarik untuk
diwarnai. Biasanya anak akan menyukai kegiatan ini dan bereksperimen
dengan menggunakan berbagai macam warna yang disediakan. Pada usia 4-
6 tahun biasanya kemampuan mewarnai anak semakin baik. Coretan
warnanya mulai teratur, anak juga sudah dapat memenuhi bidang gambar
yang diwarnainya. Walaupun sering kali dalam satu bidang gambar dapat
diberi lebih dari satu warna goresannya tidak terlihat rapi searah, namun
tampak sudah ada usahanya dalam menjaga agar coretan tidak keluar garis
gambar /bidang yang harus diwarnaiinya. Kemampuan untuk mewarnai
gambar dengan rapi, tidak mencoret warna hingga keluar bidang gambar
baru akan diperoleh anak mendekati usia 5 thn. Hal yang perlu diperhtikan
adalah kemampuan anak dalam mewarnai jika ia enggan dalam
menyelesaikan pekerjaan mewarnai nya cobalah melatih kesabarannya
dalam menyelesaikan satu pekerjaan hingga tuntas sebelum beralih pada
pekerjaan lain.
5. Tahap Initiative vs Guilt Terjadi pada usia 3 s/d tahun. Selama masa usia prasekolah mulai
menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi
sosial lainnya. Mereka lebih tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka
dituntut perilaku aktif dan bertujuan. Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan
kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa.
Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan raguragu,
dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul apabila anak
tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas. Erikson yakin bahwa kebanyakan
rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.
a. Faktor Perkembangan Sosial-Emosional Perkembangan emosional anak tidak
selamanya stabil. Banyak faktor yang mempengaruhi stabilitas emosi dan
kesanggupan sosial anak, baik yang berasal dari anak itu sendiri maupun berasal
dari luar dirinya. Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi
anak menurut Setiawan (dalam Tirtayani, 2014) sebagai berikut: Keadaan di
dalam individu Keadaan individu seperti usia, keadaan fisik, intelegensi, peran
seks dan lain-lain (Harlock, 1991) dapat mempengaruhi perkembangan individu.
Hal yang cukup menonjol terutama berupa cacat tubuh atau apapun yang
dianggap oleh diri anak sebagai kekurangan akan sangat mempengaruhi
perkembangan emosinya.
b. Konflik-konflik dalam proses perkembangan Di dalam menjalani fase-fase
perkembangan, tiap anak harus melalui beberapa macam konflik yang pada
umumnya dapat dilalui dengan sukses, tetapi ada juga anak yang mengalami
gangguan atau hambatan dalam menghadapi konflik-konflik ini. Anak yang tidak
dapat mengatasi konflik-konflik tersebut biasanya mengalami gangguan emosi.
c. Sebab-sebab yang bersumber dari lingkungan Anak-anak hidup dalam 3 macam
lingkungan yang mempengaruhi perkembangan emosinya dan kepribadiannya.
Ketiga faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan tersebut adalah:
➢ Lingkungan keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama dan
utama bagi perkembangan emosi anak-anak usia prasekolah atau usia
dini. Di sanalah pengalamanpengalaman pertama didapatkan oleh
anak. Keluarga sangat berfungsi dalam menanamkan dasar-dasar
pengalaman emosi. Bahkan secara lebih khusus, keluarga dapat
menjadi emotional security pada tahap perkembangan anak. Keluarga
juga dapat mengantarkannya pada lingkungan yang lebuh luas.
Dasardasar pengelolaan emosi yang dimiliki anak akan menjadi efektif
digunakan dalam menampilkan ekspresinya, terutama untuk
kepentingan dan bersosialisasi dengan lingkungannya.
➢ Lingkungan tempat tinggal Kondis lingkungan yang dapat
mempengaruhi emosi anak antara lain: Daerah tempat tinggal anak
tergolong memiliki kerapatan penduduk yang terlalu padat. Daerah
dimana anak tinggal memiliki angka kejahatan yang tinggi Daerah
tempat anak tinggal kurang memiliki fasilitas rekreasi bagi anak-anak.
Tidak adanya aktivitas-aktivitas yang diorganisasi dengan baik untuk
anak. Pengalaman sosial awal di luar rumah melengkapi pengalaman di
dalam rumah dan merupakan penentu yang penting bagi sikap sosial
dan perilaku anak. Jika hubungan mereka dengan teman sebaya dan
orang dewasa di luar rumah menyenagkan, mereka akan menikmati
hubungan sosial tersebut dan ingin mengulanginya. Sebaliknya, jika
hubungan itu tidak menyenangkan atau menakutkan, anak-anak akan
menghindarinya dan kembali kepada anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan sosial mereka. Pengalaman sosial awal sangat
menentukan perilaku selanjutnya. Banyaknya pengalaman bahagia
yang diperoleh sebelumnya akan mendorong anak mencapai
pengalaman semacam itu lagi pada perkembangan sosial selanjutnya.
Sejumlah penelitian terhadap manusia dari semua tingkatan umur
membuktikan bahwa pengalaman awal masa kanakkanak tidak hanya
penting bagi anak, tetapi juga bagi perkembagan di kemudian hari.
➢ Lingkungan sekolah Sekolah mempunyai tugas membantu anak-anak
dalam perkembangan emosi dan kepribadiannya dalam satu kesatuan,
tetapi sekolah sering juga menjadi penyebab timbulnya gangguan
emosi pada anak. Kegagalan di sekolah sangatlah berpengaruh
terhadap kehidupan emosi anak. Problema di sekolah sering
ditimbulkan oleh program yang tidak memperhatikan kemampuan
anak. Lingkungan sekolah yang dapat menimbulkan gangguan emosi
dan menyebabkan terjadinya tingkah laku pada anak antara lain:
• Hubungan yang kurang harmonis antara anak dan guru
• Hubungan yang kurang harmonis dengan teman-teman

Hurlock (dalam Tirtayani, 2014), dalam mengungkapkan berbagai kondisi yang mempengaruhi
perkembangan sosial-emosional anak, menyebutkan ada tiga kondisi utama yang sangat berpengaruh,
di antaranya:

I. Kondisi fisik Apabila kondisi keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan, kesehatan yang
buruk atau perubahan yang berasal dari perkembangan maka mereka akan mengalami emosi
yang meninggi. Kondisi-kondisi fisik yang mengganggu adalah sebagai berikut: Kesehatan yang
buruk, disebabkan oleh gizi yang buruk, gangguan pencernaan atau penyakit. Kondisi yang
merangsang seperti kaligata atau eksim, penyakit kulit, termasuk rasa gatal, apalagi jika terdapat
pada bagian-bagian yang terbuka akan menyebabkan si penderita menutup diri dan mungkin
menjadi minder. Setiap gangguan kronis, seperti asma atau penyakit kencing manis. Penyakit
kronis kadang membuat individu putus asa sehingga ingin mengakhiri hidupnya. Perubahan
kelenjar, terutama pada masa puber. Gangguan kelenjer mungkin juga disebabkan oleh stress
emosi yang kronis, misalnya pada kecemasan yang mengembang (free floating anxiety).
II. Kondisi Psikologis Kondisi psikologis dapat mempengaruhi emosi, antara lain tingkat inteligasi,
tingkat aspirasi dan kecemasan. Perlengkapan intelektual yang buruk. Anak yang tingkat
intelektualnya rendah, rata-rata mempunyai pengendalian emosi yang kurang dibandingkan
dengan anak yang pandai pada tingkat umur yang sama. Kegagalan mencapai tingkat aspirasi.
Kegagalan yang berulang-ulang dapat mengakibatkan timbulnya keadaan cemas, sedikit atau
banyak. Kecemasan setelah pengalaman emosi tertentu yang sangat kuat. Sebagai contoh akibat
lanjutan dari pengalaman yang menakutkan akan mengakibatkan anak takut kepada setiap
situasi yang dirasakan mengancam.
III. Kondisi Lingkungan Ketegangan yang terus menerus, jadwal yang ketat, dan terlalu banyaknya
pengalaman menggelisahkan yang merangsang anak secara berlebihan akan berpengaruh pada
emosi anak. Ketegangan yang disebabkan oleh pertengkaran dan perselisihan yang terus
menerus. Ketegangan yang berlebihan secara disiplin yang otoriter. Sikap orangtua yang selalu
mencemaskan atau terlalu melindungi. Suasana otoriter disekolah

Anda mungkin juga menyukai