Anda di halaman 1dari 9

NAMA : Nisrina Ulfah

NPM : 1906428455

Kelas : FIK UI Ekstensi 2019

KEPERAWATAN ANAK 1

A. PERKEMBANGAN BIOLOGIS
Kecepatan pertumbuhan fisik melambat dan semakin stabil selama masa prasekolah. Berat
badan rata-rata pada usia 3 tahun adalah 14,6 kg, pada usia 4 tahun adalah 16,7 kg, dan
pada usia 5 tahun adalah 18,7 kg. Rata-rata pertambahan berat badan per tahun tetap sekitar
2,3 kg.

Petumbuhan tinggi badan juga tetap berlangsung dengan pertambahan 6,75 sampai 7,5 cm
per tahun dan umumnya lebih terjadi pada perpanjangan tungkai daripada batang tubuh.
Rata-rata tinggi badan pada usia 3 tahun adalah 95 cm, pada usia 4 tahun adalah 103 cm,
dan pada usia 5 tahun adalah 110 cm.

Proforsi fisik tidak lagi menyerupai anak todler dalam posisi jongkok dan perut yang
gembung. Postur anak prasekolah lebih langsing tetapi kuat, anggun, tangkas, dan tegap.
Hanya ada sedikit perbedaan dalam karakteristik fisik sesuai dengan jenis kelamin, kecuali
yang ditentukan oleh faktor lain seperti pakaian dan potongan rambut.

Sebagian besar sistem tubuh telah matur dan stabil serta dapat menyesuaikan diri dengan
stres dan perubahan yang moderat. Selama periode ini sebagian besar anak sudah menjalani
toilet training. Perkembangan motorik terjadi pada sebagian besar peningkatan kekuatan
dan penghalusan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya, seperti berjalan, berlari,
dan melompat. Namun, perkembangan otot dan pertumbuhan tulang masih jauh dari dari
matur. Aktivitas berlebihan dan kelebihan olah raga dapat mencederai jaringan yang masih
halus. Postur yang baik, latihan yang tepat, dan nutrisi yang adekuat serta istirahat sangat
penting untuk perkembangan sistem musculoskeletal yang optimal.
1. Pematangan sistem organ anak usia prasekolah
Sebagian besar sistem tubuh telah matang pada usia prasekolah. Mielinisasi sumsum
tulang belakang memungkinkan untuk kontrol usus dan kandung kemih menjadi lengkap
pada sebagian besar anak pada usia 3 tahun. Sistem organ proses pematangan antara lain :
a. Pernafasan
 Ukuran struktur pernapasan terus bertambah
 Jumlah alveoli terus meningkat, mencapai jumlah orang dewasa sekitar 7
tahun.
 Pipa Eustachius relatif pendek dan lurus.
b. Jantung
 Denyut jantung menurun
 Tekanan darah sedikit meningkat selama usia prasekolah
 Suara Murmur jantung yang bukan kelainan dapat didengar dengan auskultasi
 Pemisahan bunyi jantung kedua kadang terdengar dengan jelas.
c. Gigi
 Anak prasekolah harus memiliki 20 gigi sulung pada usia 3 tahun
d. Usus
 Usus kecil terus bertambah panjang.
 Buang Air Besar (BAB) sebanyak satu atau dua kali sehari.
 Anak usia 4 tahun umumnya memiliki kontrol usus yang sudah baik.
e. Uretra
 Uretra atau Saluran Kencing tetap pendek pada anak laki-laki dan perempuan,
membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi saluran kemih dibandingkan
dengan orang dewasa
f. Kandung Kemih
 Anak biasanya sudah mampu mengontrol kandung kemih, ketika berusia 4 dan
5 tahun, tetapi terkadang kehilangan kontrol khususnya dalam situasi stres atau
menegangkan.

g. Tulang dan otot


 Tulang terus bertambah panjang dan otot-otot terus menguat dan menjadi
dewasa.
h. Sistem Otot
 Sistem muskuloskeletal masih belum sepenuhnya matang, membuat anak-anak
prasekolah rentan terhadap cedera, terutama dengan aktivitas berlebihan.

2. Perilaku Motorik Kasar dan Halus


Berjalan, berlari, memanjat, dan melompat telah tercapai dengan baik pada usia 36
bulan. Penghalusan koordinasi mata-tangan dan otot jelas terbukti dalam beberapa area.
Pada usia 3 tahun anak prasekolah mampu mengendarai sepeda roda tiga, berjalan
jinjit, berdiri dengan satu kaki selama beberapa detik dengan seimbang, dan lompat
jauh. Pada usia 4 tahun anak mampu melakukan loncatan dan lompatan dengan satu
kaki dengan lancar serta menangkap bola dengan baik. Pada usia 5 tahun anak
melompat tali dengan kaki bergantian, dan mulai main papan luncur dan berenang.

Perkembangan motorik halus jelas terbukti pada peningkatan manipulasi keterampilan


anak, seperti dalam menggambar dan berpakaian. Ketrampilan ini memberikan
kesiapan untuk belajar dan mandiri untuk memasuki sekolah (Lewit dan Baker, 1995).

B. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Menurut Erik Erikson, tugas perkembangan psikososial pada usia prasekolah adalah
Membangun Rasa Inisiatif Versus Rasa Bersalah, anak usia prasekolah adalah siswa yang
ingin tahu, mereka sangat antusias mempelajari hal-hal baru.

Anak usia prasekolah merasakan suatu perasaan prestasi ketika berhasil dalam melakukan
suatu kegiatan, dan merasa bangga dengan seseorang yang membantu anak untuk
menggunakan inisiatifnya. Anak usia prasekolah ingin mengembangkan dirinya melebihi
kemampuannya, kondisi ini dapat menyebabkan dirinya merasa bersalah.
Tahap pengembangan hati nurani selesai selama periode prasekolah, dan tahap ini
merupakan dasar untuk tahap perkembangan moral yaitu anak dapat memahami benar dan
salah. Selama tahap perkembangan sebelumnya, kepercayaan versus ketidakpercayaan,
anak-anak hampir sepenuhnya bergantung pada orang lain untuk perawatan dan keamanan
mereka. Selama tahap inilah anak-anak membangun dasar kepercayaan pada lingkungan
sekitarnya. Namun, ketika mereka maju ke tahap kedua, penting bagi anak-anak kecil untuk
mulai mengembangkan rasa kemandirian dan kontrol pribadi.

Ketika mereka belajar melakukan hal-hal baru untuk diri mereka sendiri dan juga
kepercayaan dasar pada kemampuan mereka sendiri. Mendapatkan rasa kendali pribadi
terhadap dunia merupakan sesuatu yang sangat penting pada tahap perkembangan ini.
Anak-anak pada usia ini menjadi semakin mandiri dan ingin mendapatkan kontrol lebih
besar atas apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka melakukannya (Kyle, 2012).

Pelatihan toilet (Toilet Training) memainkan peran utama; belajar mengendalikan fungsi
tubuh seseorang mengarah pada perasaan kontrol dan rasa kemandirian. Peristiwa penting
lainnya termasuk mendapatkan kontrol lebih besar atas pemilihan makanan, mainan, dan
pakaian. Anak-anak dalam tahap perkembangan ini sering merasa perlu untuk melakukan
hal-hal secara mandiri, seperti memilih apa yang akan mereka kenakan setiap hari,
mengenakan pakaian mereka sendiri, dan memutuskan apa yang akan mereka makan.

Walaupun hal ini sering membuat Anak-anak yang berhasil menyelesaikan tahap ini
merasa aman dan percaya diri, sedangkan mereka yang tidak berhasil dibiarkan dengan
rasa tidak mampu dan keraguan diri. Anak-anak yang memiliki kepercayaan pada
keterampilan mereka.

Melakukan toilet training memang harus melihat kesiapan anak secara fisik dan mental
serta kesiapan orangtua. Tetapi prosesnya juga tidak boleh terlambat dilakukan. Usia 2-3
tahun harus sudah dikenalkan ke toilet, apa itu BAK dan BAB. Jika sudah lewat dari usia
3 tahun, apalagi ketika akan memasuki masa sekolah, namun belum diberi toilet training,
itu akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial si kecil. Manfaat toilet training
berkaitan dengan kemandirian si kecil. Toilet training juga membuat anak mengetahui
bagian-bagian tubuh serta fungsinya. Pada usia 2-3 tahun, umumnya anak lebih siap untuk
melakukan toilet training.
Ketika anak-anak memasuki usia prasekolah, mereka memulai tahap ketiga perkembangan
psikososial yang berpusat pada inisiatif versus rasa bersalah. Jika mereka telah berhasil
menyelesaikan dua tahap sebelumnya, anak-anak sekarang memiliki perasaan bahwa dunia
dapat dipercaya dan bahwa mereka dapat bertindak secara mandiri. Sekarang penting bagi
anak-anak untuk belajar bahwa mereka dapat mengerahkan kekuatan atas diri mereka
sendiri dan dunia. Mereka perlu mencoba berbagai hal sendiri dan mengeksplorasi
kemampuan mereka sendiri.

Anak-anak perlu mulai menegaskan kontrol dan kekuasaan atas lingkungan dengan
mengambil inisiatif dengan merencanakan kegiatan, menyelesaikan tugas dan menghadapi
tantangan. Selama tahap ini, penting bagi pengasuh untuk mendorong penjelajahan dan
membantu anak-anak membuat pilihan yang tepat. Pengasuh yang meremehkan
kemampuan anak, dapat menyebabkan anak-anak merasa malu pada diri mereka sendiri
dan menjadi terlalu bergantung pada bantuan orang lain. Tahap ini kadang-kadang bisa
membuat orang tua merasa gagal karena anak-anak mulai melakukan kontrol lebih besar
atas hal-hal yang berdampak pada kehidupan mereka.

Keputusan semacam itu dapat berasal dari teman-teman bermainnya, kegiatan yang mereka
lakukan, dan cara mereka melakukan peran yang berbeda. Orang tua dan orang dewasa
lainnya mungkin ingin membimbing anak-anak dengan teman-temannya, kegiatan, atau
pilihan tertentu, tetapi anakanak mungkin menolak dan bersikeras membuat pilihan mereka
sendiri. Meskipun hal ini dapat menyebabkan beberapa pertentangan dengan keinginan
orang tua pada waktu-waktu tertentu, penting untuk memberi anak-anak kesempatan untuk
membuat pilihan seperti itu.

Namun, penting agar orang tua terus menegakkan batasan yang aman dan mendorong anak-
anak untuk membuat pilihan yang baik melalui pemberian teladan dan memberikan
apresiasi. Permainan dan imajinasi berperan penting pada tahap ini. Anakanak memiliki
rasa inisiatif yang diperkuat dengan diberi kebebasan dan dorongan untuk bermain. Ketika
upaya untuk terlibat dalam permainan fisik dan imajinatif dihambat oleh pengasuh, anak-
anak mulai merasa bahwa upaya yang diprakarsai sendiri adalah sumber rasa malu. Anak-
anak yang terlalu diarahkan oleh orang dewasa akan berusaha untuk mengembangkan rasa
inisiatif dan kepercayaan pada kemampuan mereka sendiri.

Sukses dan gagal pada tahap selanjutnya, sangat ditentukan sukses ditahap ini. Sedangkan
apabila gagal akan menghasilkan rasa bersalah. Apa yang dimaksud Erikson dengan rasa
bersalah? Pada dasarnya, anak-anak yang gagal mengembangkan rasa inisiatif pada tahap
ini dapat muncul dengan rasa takut mencoba halhal baru. Ketika mereka berupaya langsung
melakukan sesuatu yang dituju, mereka mungkin merasa bahwa mereka melakukan sesuatu
yang salah. Sementara kesalahan tidak dapat dihindari dalam hidup, anak-anak yang sukses
mencapai tahap inisiatif akan memahami bahwa kesalahan terjadi dan mereka hanya perlu
mencoba lagi. Sebaliknya, anak-anak yang mengalami kesalahan akan menafsirkan
kesalahan sebagai tanda kegagalan pribadi, dan mungkin dibiarkan dengan perasaan bahwa
mereka adalah sangat jelek atau buruk ( Cherry, 2019).

Pengembangan Rasa Inisiatif (Erikson)


Apabila anak prasekolah telah menguasai tugas pada periode toddler, mereka telah siap
menghadapi dan berupaya keras untuk mencapai tugas perkembangan padantahap ini.
Tugas psikososial utama pada periode prasekolah adalah menguasai rasa inisiatif. Anak
sedang dalam stadium belajar energik. Mereka bermain, bekerja, dan hidup sepenuhnya
serta merasakan rasa pencapaian dan kepuasan yang sebenarnya dalam aktivitas mereka.
Konflik timbul ketika anak telah melampaui batas kemampuan mereka dan memasuki serta
mengalami rasa bersalah karena tidak berperilaku atau bertindak dengan benar. Perasaan
bersalah, ansietas, dan takut juga bisa diakibatkan oleh pikiran yang berbeda dengan
perilaku yang diharapkan.

Pikiran yang sangat membuat stres terutama adalah mengharapkan salah satu orang tua
meninggal. Karena rasa persaingan atau kompetisi berkembang antara anak dan orang tua
dengan jenis kelamin yang sama maka anak bisa berpikir mengenai cara menghilangkan
orang tua yang mengancam tersebut. Pada sebagian besar situasi persaingan ini dapat
diselesaikan dengan mengidentifikasi secara kuat bersama orang tua dan teman sebaya
berjenis kelamin sama selama masa sekolah. Namun, jika orang tua tersebut meninggal
sebelum proses identifikasi selesai, anak prasekolah bisa mengalami kebingungan dengan
perasaan bersalah karena telah berharap sehingga “menyebabkan” kematian. Menjelaskan
kepada anak bahwa harapan tersebut tidak dapat dan tidak menyebabkan kejadian trsebut
terjadi sangat penting dalam membantu mengatasi rasa bersalah dan ansietas mereka.

Perkembangan superego, atau kesadaran, telah dimulai pada akhir masa todler dan
merupakan tugas utama untuk anak prasekolah (lihat kotak kesadaran Budaya).
Mempelajari kebenaran dari kesalahan dan mempelajari kebaikan dari keburukan adalah
permulaan moralitas (lihat Perkembangan Moral).

C. PERKEMBANGAN SEKSUALITAS
Perkembangan seksual selama masa ini merupakan fase yang sangat penting untuk
identitas dan kepercayaan seksual individu secara menyeluruh. Anak prasekolah
membentuk kelekatan yang kuat dengan orang tua yang berlawanan jenis kelamin sambil
mengidentifikasi orang tua yang berjenis kelamin yang sama.

Saat identitas seksual berkembang melebihi pengenalan gender, maka kerendahan hati
menjadi perhatian, begitu juga ketakutan adanya mutilasi. Terjadi imitasi peran seks, dan
“betdandan seperti Ibu (atau Ayah)” merupakan aktivitas yang penting. Perilaku dan
respons orang lain terhadap permainan peran dapat mengondisikan anak untuk memandang
dirinya sendiri atau orang lain. Misalnya, komentar seperti “Anak lelaki tidak boleh
bermain boneka” dapat mempengaruhi konsep diri anak lelaki mengenai maskulinitas
(Finan, 1997).

Eksplorasi seksual mungkin kini lebih menonjol dari sebelumnya, terutama dalam hal
eksplorasi dan manipulasi genital. Pertanyaan mengenai reproduksi seksual bisa sampai ke
bagian depan pencarian pemahaman anak prasekolah (lihat Edukasi Seks, hlm. 502 dan
pada Bab 15 dan 16).

Anak prasekolah memiliki sejumlah besar informasi selama masa kehidupan mereka yang
masih singkat. Meskipun pikiran mereka belum matur, anak selalu mencari penjelasan dan
alasan yang logis dan masuk akal bagi mereka. Kata "mengapa" tampaknya menggantikan
kata "tidak" yang sering dikatakan anak pada masa todler. Alamiah juga ketika mereka
mempelajari mengenai "saya" dan "bagaimana saya". Pertanyaan seperti " dari mana bayi
berasal?" Atau "siapa itu?" Inilah cara untuk menjawab pertanyaan mengenai reproduksi
manusia yang mengindikasikan anak, yang paling muda sekalipun, untuk memisahkan
pertanyaan ini dari pertanyaan lain seputar dunia mereka

Ada dua aturan yang mengatur jawaban dari pertanyaan yang sensitif mengenai topik
seperti seks. Aturan pertama adalah mengetahui apa yang diketahui dan dipikirkan anak.
Dengan menginvestasi teori, anak telah menghasilkan penjelasannya yang masuk akal,
orang tua tidak hanya memberikan jawaban yang benar, tetapi juga membantu anak
memahami mengapa penjelasan mereka tidak akurat. Alasan lain untuk menemukan apa
yang dipikirkan anak sebelum memberi informasi apapun adalah bahwa jawaban yang
"tidak ditanyakan" bisa saja yang diberikan. Misalnya Sally yang berusia 4tahun
menanyakan ayahnya, " dari mana saya berasal?" Kedua orang tua segera saja mengira
bahwa pertanyaan ini merupakan petunjuk untuk memberikan edukasi tentang seks.
Setelah penjelasan, Sally berteriak "saya tidak mengerti semua penjelasan itu! Yang saya
tahu adalah marry berasal dari New York dan saya ingin tahu di mana saya dilahirkan.

Aturan kedua untuk memberikan informasi adalah harus jujur. Memang benar bahwa
sebagian besar informasi yang benar akan dilupakan atau disalahartikan oleh anak
prasekolah, tetapi yang lebih penting adalah informasi yang benar dapat diulang kembali
sampai anak menyerap dan memahami kenyataan tersebut. Meskipun kata-kata anatomis
yang benar mungkin sulit diucapkan atau lebih sulit diingat, kata-kata tersebut merupakan
isi dasar untuk menjelaskan konsep lain dikemudian hari.
Daftar Pustaka

Mansur, Arif Rohman. (2019). Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah. Padang: Andalas
University Press

Anda mungkin juga menyukai