Anda di halaman 1dari 27

APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN MASA

KANAK - KANAK

MATA KULIAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

DOSEN PENGAMPU: Dra. Suprayekti, M.Pd.

OLEH TIM 4 :

Azmira Maulidina 1101617078

Esgi Afrista Novrianto 1101617045

Farhan Satryananda 1101617113

Fernanda Irnawan 1101617051

Raden M. Budi Mulyono 1101617034

Ramadhan Bangun Setiaji 1101617084

Shaffiya Rasidha Andinnari 1101617057

Yoga Pangestu 1101617103

Yudha Pangestu 1101617076

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2020
APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN MASA
KANAK - KANAK

I. Perkembangan Fisik Masa Kanak - Kanak

A. Analisis perkembangan fisik ideal masa kanak - kanak

Manusia terdiri dari fisik dan psikis. Fisik merupakan tempat berkembang
berbagai perkembangan manusia. Di dalam fisik terjadi perkembangan kognitif, sosial,
moral, agama, dan bahasa. Fisik merupakan tempat bagi perkembangan psikis
manusia. Oleh sebab itu ada pepatah dalam Bahasa Latin yang menyatakan: Man sano
in corpore sano​ (di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat).
Perkembangan fisik anak-anak dimulai dari masa bayi sampai masa anak-anak
akhir. Pertumbuhan fisik pada masa anak-anak relatif seimbang. Peningkatan berat
badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak
terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran beberapa
organ tubuh lainnya.
Anak-anak mengalami berbagai perkembangan penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan rasa sakit. Pada usia 3-5 tahun, perkembangan motorik kasar anak
antara lain: berjalan dengan berbagai variasi, berlari, memanjat, melompat, menari,
melempar, menangkap, dan lain sebagainya. Termasuk perkembangan fisik anak
adalah kemampuan mengontrol buang air besar dan kecil. Kemampuan ini berkaitan
dengan kemampuan menggunakan toilet (toilet training).
Di atas usia 2 (dua) tahun anak-anak mulai mengalami perkembangan motorik
halus. Perkembangan motorik halus adalah perkembangan koordinasi tangan dan
mata. Aktivitas-aktivitas motorik halus mensyaratkan penggunaan otot-otot kecil di
tangan. Beberapa perkembangan motorik halus anak usia 3-5 tahun antara lain:
menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan, menghitung dengan
jari-jarinya, mendengar dan mengulang hal-hal penting dan mampu bercerita,
mewarnai, menarik garis dengan berbagai variasi, memegang pensil, menggunting,
mengancingkan, menganyam, dan persiapan menulis. Kecakapan motorik halus sangat
diperlukan anak untuk persiapan menulis di sekolah.
Beberapa perkembangan motorik kasar pada usia 6-9 tahun, antara lain:
ketangkasan meningkat, melompat tali, dan naik sepeda. Beberapa perkembangan
motorik (kasar maupun halus) pada usia 10-12 tahun, antara lain: perubahan postur
tubuh yang berhubungan dengan pubertas mulai tampak, mampu melakukan aktivitas
rumah tangga, seperti mencuci, menjemur pakaian sendiri, dan lain-lain. Anak-anak di
atas usia 5 tahun umumnya telah menguasai berbagai gerakan motorik halus dengan
lebih baik. Mereka umumnya telah mampu menulis dan menggambar lebih rapi dan
mampu menggunakan peralatan rumah tangga dan sekolah.

B. Mengapa perkembangan fisik kanak - kanak menjadi bagian dalam


perkembangan peserta didik?

Perkembangan fisik anak-anak dimulai dari masa bayi sampai masa anak-anak
akhir. Pertumbuhan fisik pada masa anak-anak relatif seimbang. Pertumbuhan dan
perkembangan fisik pada masa anak-anak terdiri dari pertumbuhan dan perkembangan
motorik kasar dan motorik halus.

Perkembangan ​motorik kasar merupakan perkembangan kemampuan anak


menggunakan seluruh anggota badan (otot-otot besar) untuk melakukan sesuatu. Di
samping itu, anak-anak juga mengalami berbagai perkembangan seperti
perkembangan penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa sakit.

Perkembangan ​motorik halus adalah perkembangan koordinasi tangan dan mata.


Aktivitas-aktivitas motorik halus mensyaratkan penggunaan otot-otot kecil di tangan.
Beberapa perkembangan motorik halus anak usia 3-5 tahun antara lain:
menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan, menghitung dengan
jari-jarinya, mendengar dan mengulang hal-hal penting dan mampu bercerita,
mewarnai, menarik garis dengan berbagai variasi, memegang pensil, menggunting,
mengancingkan, menganyam, dan persiapan menulis. Kecakapan motorik halus sangat
diperlukan anak untuk persiapan menulis di sekolah. Beberapa perkembangan motorik
kasar pada usia 6-9 tahun, antara lain: ketangkasan meningkat, melompat tali, dan naik
sepeda. Beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) pada usia 10-12
tahun, antara lain: perubahan postur tubuh yang berhubungan dengan pubertas mulai
tampak, mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur pakaian
sendiri, dan lain-lain. Anak-anak di atas usia 5 tahun umumnya telah menguasai
berbagai gerakan motorik halus dengan lebih baik. Mereka umumnya telah mampu
menulis dan menggambar lebih rapi dan mampu menggunakan peralatan rumah tangga
dan sekolah.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas menunjukkan bahwa, perkembangan fisik


anak pada motorik kasar mempengaruhi motorik halusnya sehingga membangun
kemampuan seorang anak dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui motorik
halus ini lah seorang anak dapat dilihat sampai sejauh mana anak dapat berkembang,
dan juga yang menjadi alasan mengapa perkembangan fisik anak menjadi bagian
dalam perkembangan peserta didik. Perkembangan fisik anak dapat membantu guru
untuk mengetahui sampai sejauh mana perkembangan motorik kasar dan motorik halus
yang dimiliki oleh peserta didik. Hal ini menjadi salah satu karakteristik peserta didik
yang harus diperhatikan oleh Guru dalam menentukan perkembangan peserta didik.

Contohnya, pada usia 6-9 tahun perkembangan motorik kasar pada anak akan
meningkat dengan pesat. Anak anak sudah mulai meningkat ketangkasan fisiknya,
seperti melompat, bermain sepeda, dan berlari. Sehingga anak anak merasakan
pengalaman baru dan membuat mereka tidak bisa diam atau sulit untuk berdiam diri
saja di kelas. Anak anak selalu hanya ingin bermain dan berlarian di halaman sekolah
dengan teman sebayanya. Hal ini menyebabkan guru mengalami kesulitan dalam
mengajar di kelas.

C. Bagaimana perkembangan fisik berpengaruh pada PPD

1. Aspek Kesehatan

Perkembangan fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang


kompleks dan sangat mengagumkan. Menurut Kuhlen dan Thompson
mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu:

a. Sistem saraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan


emosi;

b. Otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan


motorik;

c. Kelenjar Endoktrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku


baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam
suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis;

d. Struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi berat dan proporsi.

Masa kanak-kanak awal ​(early childhood) merupakan periode perkembangan


yang terjadi mulai akhir masa bayi hingga sekitar usia 5 atau 6 tahun, kadang
periode ini disebut tahun pra sekolah. Kelas satu sekolah dasar biasanya
menandai akhirnya periode ini.2 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa, masa kanak-kanak awal masa perkembangan anak dari usia 2 tahun
sampai usia 6 tahun, yang mana bisa disebut juga dengan periode prasekolah.

Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya,


dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh baik berat badan maupun tinggi
badan serta kekuatannya, memungkinkan anak untuk lebih aktif dan
berkembang keterampilan fisiknya, dan juga berkembangnya eksplorasi
terhadap lingkungan tanpa bantuan orang
tuanya. Perkembangan sistem syaraf pusat
memberikan kesiapan pada anak untuk lebih
meningkatkan pemahaman dan
penguasaannnya terhadap tubuhnya.

a. ​Tinggi: Pertambahan tinggi badan setiap


tahunnya rata-rata tiga inci. Pada usia enam
tahun tinggi anak rata-rata 46,6 inchi;

b. Berat: Pertambahan berat badan setiap tahunnya rata-rata tiga sampai lima
pon. Pada usia enam tahun kurang lebih tujuh kali berat pada waktu lahir. Anak
perempuan rata-rata 48,5 pon dan laki-laki 49 pon;

c. Perbandingan tubuh: Penampilan bayi tidak tampak lagi. Wajah tetap kecil
tetapi dagu tampak jelas dan leher lebih memanjang. Gumpalan tubuh berkurang
dan tubuh cenderung berbentuk kerucut, dengan perut yang rata, dan dada yang
lebih bidang, bahu lebih luas dan persegi, lengan dan kaki lebih panjang dan
lurus, tangan dan kaki lebih besar;

d. ​Postur tubuh: Perbedaan dalam tubuh pertama kali tampak jelas pada awal

masa kanak-kanak, ada yang postur tubuhnya gemuk lembek (endomorfik), ada
yang kuat berotot (mesomorfik), ada yang relatif kurus (ektomorfik);

e. ​Tulang dan otot: Tingkat pergeseran otot bervariasi pada bagian tubuh

mengikuti hukum perkembangan arah. Otot menjadi lebih besar, berat dan kuat,
sehingga anak tampak lebih kurus meskipun beratnya bertambah;

f. ​Lemak: Anak yang cenderung bertubuh endomorfik lebih banyak jaringan

lemaknya dari pada jaringan ototnya sedangkan mesomorfik sebaliknya dan


yang bertubuh ektomorfik mempunyai otot yang kecil dan sedikit jaringan lemak;

g. ​Gigi: Selama empat sampai enam bulan pertama dari awal masa

kanak-kanak, empat gigi bayi terakhir geraham belakang muncul. Selama


setengah tahun terakhir gigi bayi mulai tanggal digantikan oleh gigi tetap. Yang
pertama lepas adalah gigi bayi yang pertama kali tumbuh yaitu gigi seri tengah.
Bila masa kanak-kanak berakhir, pada umumnya bayi memiliki satu atau dua gigi
tetap di depan dan beberapa celah di mana gigi tetap akan muncul.

Proporsi tubuh anak berubah secara dramatis, seperti pada usia tiga tahun,
rata-rata tingginya sekitar 80-90 cm, dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan
pada usia lima tahun, tingginya mencapai 100-110 cm. Tulang kakinya tumbuh
dengan cepat, namun pertumbuhan tengkoraknya tidak secepat usia
sebelumnya. Tulang dan gigi anak semakin besar serta lengkapnya gigi anak,
sehingga si anak sudah mulai menyukai makanan padat, seperti: daging,
sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan.

Anggota badan tumbuh dengan kecepatan yang berbeda-beda dan tiap anak
mempunyai tempo perkembangannya sendiri. Proporsi badan dan jaringan urat
daging dapat dikatakan tetap sampai kurang lebih tahun kelima. Setelah itu
mulailah apa yang disebut “Gestaltwandel” pertama. Hal ini berarti bahwa anak
yang dulunya mempunyai kepala yang relatif besar dan anggota badan yang
pendek, mulai mempunyai proporsi badan yang seimbang. Anggota badan yang
lainnya menjadi lebih panjang. Perut mengecil dan anggota badan lainnya
mendapatkan proporsi yang normal. Jaringan tulang dan urat lebih berkembang
menjadi lebih berat dan jaringan lemak lebih melambat. Selama tahun kelima
nampak perkembangan jaringan urat daging yang secara cepat.

Pertumbuhan otak anak pada usia lima tahun mencapai 75% dari ukuran orang
dewasa dan 90% pada usia 6 tahun. Pada usia ini juga tumbuh “myelination”
(lapisan urat syaraf dalam otak yang terdiri dari bahan penyekat berwarna putih,
yaitu myelin) secara sempurna. Lapisan urat syaraf ini membantu transmisi
impul-impul saraf secara cepat, yang memungkinkan pengontrolan terhadap
kegiatan motorik lebih seksama dan efisien. Di samping itu, pada usia ini terjadi
banyak perubahan fisiologis lainnya seperti: pernapasan menjadi lebih lambat
dan mendalam dan denyut jantung lebih lambat dan menetap.

2. Aspek Psikologi
Jika dilihat melalui aspek psikologi berdasarkan kasus fisik di atas para
guru tidak perlu sampai dengan memarahi atau sampai menghukum secara fisik
anak-anak tersebut. Karena pada usia mereka memang sedang sangat aktif. Hal
yang bisa dilakukan oleh guru adalah dengan memfasilitasi keaktifan mereka
agar semakin berkembang dan bisa melihat minat atau bakat yang dimiliki oleh
anak-anak tersebut. Salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan
pembelajaran di luar kelas, bukan hanya dalam mata pelajaran olahraga saja,
tetapi dalam mata pelajaran yang lain juga. Untuk mata pelajaran IPA misalnya,
guru bisa melakukan kegiatan praktek di lab IPA atau di halaman sekolah,
seperti bermain dokter dokteran atau melakukan eksperimen sains sehingga
anak-anak yang aktif tadi dapat menyalurkan keaktifan nya ke dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan melakukan hal ini pula, secara psikologis anak anak akan
merasa sedang tidak belajar, melainkan bermain. Namun, selain itu anak anak
juga tetap mendapatkan pelajaran tanpa mereka sadari.

3. Aspek Pembelajaran
Dalam proses perkembangan fisik masa kanak-kanak, berfokus pada
motorik kasar dan motorik halus dari anak-anak. Pada masa kanak-kanak umur
6 - 9 tahun, terdapat perkembangan motorik kasar seperti ketangkasan fisik,
melompat tali dan bersepeda. Dalam proses pembelajaran, guru lebih baik
merancang pembelajaran dengan konsep belajar sambil bermain agar
anak-anak mendapatkan pengalaman baru dalam belajar.
Menurut Piaget pada usia 7-11 tahun pemikiran anak-anak usia sekolah
dasar disebut pemikiran operasional konkret (​concrete operational)​ . Dimana
kondisi dimana anak-anak sudah dapat memfungsikan akalnya untuk berfikir
logis terhadap sesuatu yang bersifat konkret atau nyata. Maka dalam proses
pembelajaran, guru lebih baik menggunakan belajar berbasis masalah agar
kemampuan berfikir anak lebih terasah lagi.

4. Fase Perkembangan Fisik Masa Kanak - Kanak

Pertumbuhan selama periode umur 6-12 tahun rata-rata 3-3,5 kg dan 6


cm pertahunnya. Lingkar kepala tumbuh hanya 2-3 cm selama periode ini,
menandakan pertumbuhan otak yang melambat karena proses mielinisasi sudah
sempurna pada usia 7 tahun (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000). Anak laki-laki
usia 6 tahun, cenderung memiliki berat badan sekitar 21 kg, kurang lebih 1 kg
lebih berat daripada anak perempuan. Rata-rata kenaikan berat badan anak usia
sekolah 6 – 12 tahun kurang lebih sebesar 3,2 kg per tahun.

Periode ini, perbedaan individu pada kenaikan berat badan disebabkan


oleh faktor genetik dan lingkungan. Tinggi badan anak usia 6 tahun, baik laki-laki
maupun perempuan memiliki tinggi badan yang sama, yaitu kurang lebih 115 cm.
Setelah usia 12 tahun, tinggi badan kurang lebih 150 cm (Kozier, Erb, Berman, &
Snyder, 2011). Habitus tubuh (endomorfi, mesomorfi atau ektomorfi) cenderung
secara relatif tetap stabil selama masa anak pertengahan. Pertumbuhan wajah
bagian tengah dan bawah terjadi secara bertahap. Kehilangan gigi desidua (bayi)
merupakan tanda maturasi yang lebih dramatis, mulai sekitar usia 6 tahun
setelah tumbuhnya gigi- gigi molar pertama. Penggantian dengan gigi dewasa
terjadi pada kecepatan sekitar 4/tahun. Jaringan limfoid hipertrofi, sering timbul
tonsil adenoid yang mengesankan membutuhkan penanganan pembedahan
(Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000; Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson,
Winkelstein, & Schwartz, 2009; Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Kekuatan otot, koordinasi dan daya tahan tubuh meningkat secara terus-
menerus. Kemampuan menampilkan pola gerakan-gerakan yang rumit seperti
menari, melempar bola, atau bermain alat musik. Kemampuan perintah motorik
yang lebih tinggi adalah hasil dari kedewasaan maupun latihan; derajat
penyelesaian mencerminkan keanekaragaman yang luas dalam bakat, minat dan
kesempatan bawaan sejak lahir. Organ-organ seksual secara fisik belum
matang, namun minat pada jenis kelamin yang berbeda dan tingkah laku seksual
tetap aktif pada anak-anak dan meningkat secara progresif sampai pada
pubertas (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000).

II. Perkembangan Kognitif Masa Kanak - Kanak

A. Analisis perkembangan kognitif ideal masa kanak - kanak

Perkembangan bagi setiap anak mempunyai sifat yang unik. Santrock dan
Yussen menulis ​“each us develops some other individuals and like individuals, like
some other individuals and like no other individual”​ . Kedua pakar ini menganggap
masing-masing individu berkembang dengan cara-cara tertentu. Di samping adanya
kesamaan secara umum, pola perkembangan yang dialami oleh setiap individu, namun
terjadinya vanasi individual dalam perkembangan anak dapat terjadi setiap saat. Ini
terjadi karena perkembangan merupakan suatu perubahan yang tidak hanya
penambahan beberapa sentimeter pada tubuh ataupun peningkatan kemampuan
manusia, melainkan proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks,
serta saling berpengaruh satu sama lainnya.
Kognitif adalah kemampuan berpikir pada manusia. Menurut Terman
kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir abstrak. Sedangkan Colvin
menyatakan kemampuan kognitif adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Hunt menyatakan kemampuan kognitif merupakan kemampuan
memproses informasi yang diperoleh melalui indera. Sedangkan Gardner menyatakan
kemampuan kognitif adalah kemampuan menciptakan karya.Beberapa ahli psikologi
berpendapat bahwa perkembangan kemampuan berpikir manusia tumbuh bersama
dengan pertambahan usia manusia. Sebagian ahli psikologi lainnya berpandangan
bahwa perkembangan berpikir manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana
manusia hidup. Kemampuan berpikir manusia juga turut mempengaruhi kemampuan
bahasa manusia sebab bahasa merupakan alat berpikir pada manusia.Perkembangan
kognitif manusia berkaitan dengan kemampuan mental dan fisik untuk mengetahui
objek tertentu, memasukkan informasi ke dalam pikiran, mengubah pengetahuan yang
telah ada dengan informasi yang baru diperoleh, dan perubahan tahapan-tahapan
berpikir. Di antara ahli psikologi yang banyak membicarakan perkembangan kognitif
adalah Piaget, Bruner, dan Vigotsky. Disini akan dibahas lebih lanjut perkembangan
kognitif menurut teori Vygotsky, Menurut pandangan Vygotsky, perkembangan kognitif
menekankan pada pengaruh budaya. Vygotsky berpendapat fungsi mental yang lebih
tinggi bergerak antara inter-psikologi (inter psychological) melalui interaksi sosial dan
intra-psikologi (intra psychological) dalam benaknya. Internalisasi dipandang sebagai
transformasi dari kegiatan eksternal ke internal. Ini terjadi pada individu bergerak antara
interpsikologi (antar orang) dan intra-psikologi (dalam diri individu). Berkaitan dengan
perkembangan kognitif, Vygotsky mengemukakan dua ide; Pertama, bahwa
perkembangan kognitif dapat dipahami hanya dalam konteks budaya dan sejarah
pengalaman anak (Van der Veer dan Valsiner dalam Slavin, 2000), Kedua, Vygotsky
mempercayai bahwa perkembangan kognitif bergantung pada sistem tanda (sign
system) setiap individu selalu berkembang (Ratner dalam Slavin, 2006: 43). Sistem
tanda adalah simbol-simbol yang secara budaya diciptakan untuk membantu seseorang
berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah, misalnya budaya bahasa, sistem
tulisan, dan sistem perhitungan. Vygotsky menjabarkan 3 (tiga) konsep pokok dalam
perkembangan kognitif, yaitu:
a. Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan
secara developmental (dengan cara memeriksa asal-usul dan transformasinya dari
bentuk awal ke bentuk selanjutnya).
b. Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa dan bentuk diskursus yang
berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi aktivitas
mental. Bahasa sangat bermakna ketika orang dewasa menyampaikan informasi
kepada anak. Bahasa merupakan alat yang sangat canggih dalam adaptasi kognitif
anak. ​Private speech (percakapan pribadi) sebagai kegiatan yang dilakukan oleh anak
secara terencana dan strategi dalam membantu perkembangannya. Bahasa sejatinya
adalah akselerator dari berpikir dan pemahaman anak. Vygotsky mempercayai bahwa
bahasa berkembang melalui interaksi sosial dengan tujuan komunikasi. Kemampuan
berbahasa yang terjadi melalui interaksi tersebut selanjutnya terinternalisasi dalam
pikiran anak dan menjadi percakapan dalam pikiran (inner speech). Dengan kata lain
menurut Vygotsky pemikiran adalah hasil dari bahasa.
c. Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang
sosiokultural.

B. Mengapa perkembangan kognitif kanak - kanak menjadi bagian dalam


perkembangan peserta didik?
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara
umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan:
pengetahuan (​knowledge​), pemahaman (​comprehension​), penerapan
(​application​), analisa (​analysis​), sintesa (​synthesis)​ , evaluasi (​evaluation)​ . Ranah
kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Kognitif berarti
persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan
rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya
untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.
Perkembangan kognitif anak melibatkan proses belajar yang progresif
seperti perhatian, memori/ingatan, dan logika berpikir. Perkembangan
keterampilan tersebut penting agar anak bisa memproses informasi, belajar
mengevaluasi, menganalisis, mengingat, membandingkan dan memahami
hubungan sebab akibat. Perkembangan keterampilan kognitif seringkali dikaitkan
dengan faktor genetik, namun sebagian besar sebetulnya bisa dipelajari.
Kemampuan berpikir dan belajar dapat ditingkatkan dengan mempraktikkannya
atau memberikan stimulasi yang tepat.
Perkembangan kemampuan kognitif anak akan menghasilkan kemajuan
besar dalam enam tahun pertama. Pada masa ini, orangtua akan melihat anak
mulai memahami koneksi atau hubungan antara objek dan orang disekitarnya.
Saat ia terus membuat kemajuan besar secara fisik dan mental, kemampuannya
juga seharusnya tumbuh dan berkembang.
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan
kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk
sekolah, dunia dan minat anak semakin luas, dan dengan meluasnya minat
maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang
sebelumnya kurang berarti bagi anak. Pada sekolah dasar, pemikiran seorang
anak sudah berkembang ke arah konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya
menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar dalam stadium belajar.
Jean Piaget menggambarkan masa kanak-kanak awal sebagai tahap
praoperasional (preoperational stage) yaitu, tahap utama kedua dalam
perkembangan kognitif Piaget dimana seorang anak menjadi lebih canggih
dalam menggunakan pemikiran simbolis tetapi masih belum dapat menggunakan
logika. Tahap praoperasional berlangsung pada usia sekitar 2-7 tahun, ditandai
oleh ekspansi besar dalam pemikiran-pemikiran simbolis, atau kemampuan
representasi yang pertama kali muncul pada akhir tahap sensorimotorik (tahap
pertama dalam perkembangan kognitif).
Contohnya, Seorang anak hanya bisa menerima pendapatnya sendiri dan
cenderung abai terhadap pendapat orang lain. Karena, pada masa tahap
praoperasional ini anak tergolong “egosentris” karena hanya mampu
mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandang diri sendiri dan kesulitan melihat
dari sudut pandang orang lain. Ia sudah dapat mengklasifikasikan objek
menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda berwarna merah,
walaupun bentuknya berbeda-beda.

C. Bagaimana perkembangan kognitif berpengaruh pada PPD

1. Aspek Kesehatan

Jika dilihat melalui aspek kesehatan,


Memiliki anak yang cerdas tentu menjadi idaman
para orangtua. Untuk mewujudkannya,
sebaiknya selain belajar dengan rajin, nutrisi si
kecil juga harus diperhatikan.Pilihlah makanan
yang bisa mendukung tumbuh kembang dan
memberi nutrisi agar anak cerdas. Beberapa
jenis makanan diketahui memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik untuk
perkembangan otak anak. Seperti ikan salmon, minyak ikan kod, telur, buah beri,
dsb.

2. Aspek Psikologi
Jika dilihat melalui faktor psikologis berdasarkan contoh kasus kognitif di
atas, salah satu faktornya adalah lingkungan atau tempat dimana anak tersebut
tumbuh dan berkembang. Masa kanak-kanak adalah masa yang penting bagi
mereka, pada masa ini anak-anak akan melihat dan meniru apa yang dilakukan
orang tuanya atau orang dewasa di sekitarnya. Apabila anak tumbuh dan
berkembang di dalam lingkungan yang baik (mendukung tumbuh kembangnya)
akan mempengaruhi bagaimana kecerdasan anak itu berkembang, karena yang
mereka lihat dan tiru merupakan sesuatu yang baik dan benar yang diajarkan
oleh orang tuanya atau orang dewasa di sekitarnya.
Namun sebaliknya, untuk anak-anak yang kurang beruntung yang tumbuh
dan berkembang di dalam lingkungan yang kurang baik, akan memiliki
perkembangan kecerdasan yang kurang baik pula. Untuk itu, sebagai orang tua
bisa mencontohkan bagaimana perbedaan itu ada, berikan pemahaman bahwa
tidak setiap anak memiliki pemikiran yang sama dengan dirinya, orang tua juga
harus mengajarkan kepada anaknya bagaimana cara bertoleransi dengan teman
sebayanya. Dengan begitu, seiring dengan tumbuh kembangnya, anak akan
mengerti bahwa ia tidak hidup sendirian, ia harus bersosialisasi dengan teman
sebayanya, dan salah satu cara untuk bersosialisasi yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan toleransi dengan teman-teman seusianya.

3. Aspek Pendidikan
Kognisi artinya kemampuan berpikir, kemampuan menggunakan otak.
Perkembangan kognisi berarti perkembangan anak dalam menggunakan
kekuatan berpikirnya. Dalam perkembangan kognitif, anak dalam hal ini otaknya
mulai mengembangkan kemampuan untuk berpikir, belajar dan mengingat.
Dunia kognitif anak pada usia ini adalah kreatif, bebas, dan fantastis. Imajinasi
anak berkembang sepanjang waktu, dan pemahaman mental mereka mengenai
dunia menjadi lebih baik. Pada tingkat ini anak sudah dapat meningkatkan
penggunaan bahasa dengan menirukan perilaku orang dewasa.

4. Aspek Pembelajaran
Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan
dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan
bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal
kemampuan fitrahnya. Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak
hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka
harus diperlukan sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara
melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar
mengajar. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai
orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan
pengarahan.Dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan, secara
kodrati anak membutuhkan dari orang tuanya. Dasar-dasar kodrati ini dapat
dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak dalam
kehidupannya.
Guru harus selalu memberi rangsangan, stimulus dan membimbing untuk
mengembangkan kognitif anak adalah dengan memberi kesempatan anak untuk
memperoleh pengalamannya sendiri dalam pembelajaran, maksudnya anak
jangan terlalu ditekan untuk mengerjakan semua tugas yang telah ditentukan.
Seorang guru harus menjadi penanya yang aktif, membuat konflik yang dapat
merangsang pikiran anak, berilah dorongan, mengagumi, dan memberi pujian
atas apa saja yang telah dilakukan anak.
Peran guru dalam mengembangkan kognitif adalah belajar tentang
kemampuan-kemampuan baru; Menghasilkan banyak gagasan atau jawaban
yang relevan dan arus pemikiran lancar; Kemampuan untuk beradaptasi secara
berhasil; Mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya sehingga
pada akhirnya ia akan menjadi individu yang mampu menolong dirinya sendiri.
Disini guru dituntut lebih aktif dalam setiap pembelajarannya.
Selain dari pada materi ajar, pemahaman tentang perkembangan kognitif
anak juga menjadi pedoman dalam menentukan strategi, model, metode dan
teknik evaluasi dalam pembelajaran. Anak akan mudah paham apabila materi
yang disampaikan oleh guru menggunakan metode yang sesuai dengan
kemampuan berfikir anak. Misalnya, ketika belajar tentang Ilmu Pengetahuan
Alam, guru tidak cukup dengan metode ceramah saja, guru mesti menggunakan
metode eksperimen (praktek) atau memberikan contoh langsung terkait objek
yang dipelajari (​modelling)​ , sebab kemampuan berfikir anak usia dasar (7- 11
tahun) berada pada level berpikir konkret (nyata) bukan bersifat khayalan atau
sesuatu yang abstrak. Dengan demikian, pemahaman tentang perkembangan
kognitif anak usia dasar bukan suatu pemahaman yang dapat dianggap remeh,
melainkan pemahaman yang sangat penting terhadap keberhasilan suatu proses
KBM khususnya pencapaian pada kompetensi kognitif anak.

5. Fase Perkembangan kognitif Masa Kanak - kanak


Cara berpikir pada diri seseorang berkembang seiring pertumbuhannya
dimulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa. Cara berfikir anak-anak tentu
sangat jauh berbeda dengan remaja apalagi orang dewasa. Menurut penelitian
Piaget juga bahwa tahap-tahap perkembangan intelektual individu serta
perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan individu mengamati ilmu
pengetahuan. (Laura A. King:152). Hal tersebut menunjukan perbedaan umur
sangat mempengaruh intelektual seseorang dalam menerima serta mengolah
informasi atau pengetahuan yang diterima sehingga membentuk cara berfikir
seseorang.
Perkembangan kognitif anak-anak merupakan pertumbuhan berfikir logis
dari masa anak-anak hingga dewasa, menurut Piaget perkembangan yang
berlangsung melalui 3 tahap, yaitu:
A.​ ​Tahap pra-operasional : 1,5 – 6 tahun
B.​ ​Tahap operasional konkrit : 6 – 12 tahun
C.​ ​Tahap operasional formal : 12 tahun ke atas

A.​ T
​ ahap pra-operasional

Pada tingkat ini, anak telah menunjukkan aktivitas kognitif dalam menghadapi
berbagai hal diluar dirinya. Aktivitas berfikirnya belum mempunyai sistem yang
teroganisasikan. Anak sudah dapat memahami realitas di lingkungan dengan
menggunakan tanda –tanda dan simbol. Pemikiran praoperasional adalah awal
dari kemampuan melakukan rekonstruksi dalam pikiran terhadap hal-hal yang
telah dicapai dalam bentuk perilaku. Tahap ini dapat dibagi ke dalam dua
subtahapan: subtahapan fungsi simbolik dan subtahapan pemikiran intuitif.

1.​ Subtahap Fungsi Simbolik


Subtahap fungsi simbolik (symbolic function substage) merupakan subtahap


pertama dari pemikiran praoperasional, yang terjadi antara usia 2-4 tahun. Dalam
subtahap ini, anak kecil memperoleh kemampuan untuk membayangkan
penampilan objek yang tidak hadir secara fisik. Kemampuan ini secara cepat dapat
memperluas dunia mental anak. Anak-anak kecil menggunakan coretan-coretan
untuk merepresentasikan manusia, rumah, mobil, awan dsb; mereka mulai
menggunakan bahasa dan terlibat dalam permainan pura-pura. Meskipun di dalam
sub-tahap ini anak-anak kecil sudah membuat kemajuan yang berarti, pemikiran
mereka masih terbatas; dua bentuk keterbatasan ini adalah egosentrisme dan
animisme.

Egosentrisme (egocentrism) adalah ketidakmampuan membedakan antara


perspektif orang lain. Piaget dan perspektif orang lain. Peneliti menempatkan
sebuah boneka ke lokasi-lokasi yang berbeda disekeliling meja; di setiap lokasi,
sang anak diminta untuk memilih salah satu dari serangkaian foto yang paling tepat
mencerminkan pemandangan yang dapat dilihat oleh boneka tersebut. Anak-anak
yang berada di subtahapan praoperasional sering kali menunjuk foto menurut yang
dilihatnya sendiri dibandingkan yang dilihat oleh boneka. Anak-anak prasekolah
sering kali memperlihatkan kemampuan untuk menggunakan perspektif orang lain
pada sejumlah tugas, namun tidak pada tugas-tugas lainnya.
· Animisme (animism), keterbatasan lain daripemikiran praoperasional, adalah

keyakinan bahwa benda-benda mati memiliki kualitas yang seolah-olah hidup


dan mampu beraksi. Seorang anak kecil mungkin memperlihatkan animism
ketika mengatakan “ pohon itu mendorong daun, sehingga daunnya jatuh,”
seorang anak kecil yang mengguanakan animisme sulit membedakan antara
peristiwa-peristiwa yang tepat bagi penggunaan perspektif manusia.

Hal itu mungkin disebabkan anak-anak kecil tidak terlalu menaruh perhatianpada
realitas; hasil gambar mereka bersifat khayalan dan berdaya-cipta. Matahari
yang berwarna biru, langit yang berwarna kuning dan mobil yang melayang di
awan, semuanya adalah dunia simbolis dan imajinatifnya.

2.​ Sub Tahap Berpikir Intuitif


Sub Tahap berpikir intuitif (intuitive thought substage) adalah subtahap kedua
dari berpikir praoperasional dan berlangsung ketika anak berusia antara 4-7 tahun.
Pada sub tahap ini, anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin
mengetahui jawaban terhadap segala jenis pertanyaan. Anak yang berusia 4 tahun
dan berada di subtahap beripikir intuitif. Meskipun ia mulai mengembangkan
ide-idenya sendiri mengenai dunia dimana ia tinggal, idenya msih sederhana, dan ia
belum terlalu baik dalam menyelesaikan masalah. Fantasinya kurang memiliki kaitan
dengan realitas. Ia belum mampu menjawab pertanyaan “bagaimana seandainya?”.

Pada usia 5 tahun, anak-anak akan membuat orang dewasa kelelahan karena
banyak mengajukan pertanyaan. “mengapa”. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini
mengindikasikan munculnya minat terhadap penalaran dan berusaha memahami
mengapa berbagai hal berlangsung seperti adanya. Oleh Piaget subtahapan ini
disebut intuitif karena anak-anak kecil tampaknya demikian yakin terhadap
pengetahuannya dan pemahamannya meskipun mereka belum menyadari
bagaimana mereka mengetahui hal-hal yang mereka ketahui itu. Kesimpulannya,
anak-anak mengetahui sesuatu namun mengetahuinya tanpa pemikiran rasional.

B.​ T
​ ahap Operasional Konkrit

Pada tahap ini, anak sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika
atau operasi, tetapi hanya untuk objek fisik yang ada saat ini. Dalam tahap ini, anak
telah hilang kecenderungan terhadap animism dan articialisme. Egosentrisnya
berkurang dan kemampuannya dalam tugas-tugas konservasi menjadi lebih baik.
Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap operasional
kongkrit masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.
(Matt Jarvis, 2011:149- 150). Sebagai contoh anak-anak yang diberi tiga boneka
dengan warna rambut yang berlainan (edith, susan dan lily), tidak mengalami
kesulitan untuk mengidentifikasikan boneka yang berambut paling gelap. Namun
ketika diberi pertanyaan, “rambut edith lebih terang dari rambut susan. Rambut edith
lebih gelap daripada rambut lily. Rambut siapakah yang paling gelap?”, anak-anak
pada tahap operasional kongkrit mengalami kesulitan karena mereka belum mampu
berpikir hanya dengan menggunakan lambanglambang.

C.​ T
​ ahap Operasional Formal

Pada umur 12 tahun keatas, timbul periode operasi baru. Periode ini anak dapat
menggunakan operasi-operasi konkritnya untuk membentuk operasi yang lebih
kompleks. ( Matt Jarvis, 2011:111). Kemajuan pada anak selama periode ini ialah ia
tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda atau peristiwa konkrit, ia mempunyai
kemampuan untuk berpikir abstrak. Anak-anak sudah mampu memahami bentuk
argumen dan tidak dibingungkan oleh sisi argumen dan karena itu disebut
operasional formal.

​1)​ ​ Perkembangan Kognitif Menurut Pandangan Vygotsky

Teori dari vygotsky memberikan sejumlah ide atau gagasan mengenai


bagaimana anak-anak kecil berpikir serta bagaimana pemikiran mereka berubah.
Belakangan ini, pendekatan pemrosesan informasi telah menghasilkan riset yang
memberikan penerangan mengenai bagaimana anak-anak memproses informasi di
masa prasekolah. Dan teori Vygotsky juga menyebutkan bahwa bahwa bahasa
sebuah bagian penting dari perkembangan kognitif anak-anak.

A)​ P
​ emrosesan Informasi

·​ Atensi atau perhatian


Suatu bentuk pemrosesan dengan sadar memproses sejumlah kecil


Informasi dari sejumlah informasi yang tersedia. Atensi terbagi menjadi dua yaitu
atensi eksekutif dan atensi yang tertahan,dimana atensi eksekutif adalah
melibatkan perencanaan, mengalokasikan atensi menuju sasaran, mendeteksi
dan kompensasi kesalahan, mengawasi perkembangan tugas, serta menghadapi
situasi yang sulit dan rumit. Sedangkan atensi yang tertahan adalah keterlibatan
yang jauh dan mendalam dengan sebuah objek, tugas, kejadian, atau aspek lain
dari lingkungan (Marry Rothbart dan Maria Gartstein (2008,hal. 332). Kemajuan
dalam atensi eksekutif dan atensi yang bertahan sangat penting di masa
kanak-kanak awal : perkembangan masa kanak-kanak sistem atensi eksekutif
mendukung cepat nya peningkatan dalam usaha pengendalian terhadap
masa-masa balita dan pra sekolah. Meningkatnya atensi tersebut sebagian
disebabkan oleh kemajuan dalam komprehensi dan perkembangan bahasa.
Ketika, Anak-anak menjadi lebih baik dalam memahami lingkungan nya,
peningkatan apresiasi terhadap lingkungannya ini membantu anak-anak
mempertahankan atensinya untuk beberapa waktu.

·​ Memori atau Ingatan


Mengenai informasi sepanjang waktu merupakan sebuah proses yang


utama di dalam perkembangan kognitif anak-anak. Memori dapat di bagi menjadi
dua yaitu memori jangka panjang dan memori jangka pendek. ​Memori jangka
pendek adalah komponen memori dimana individu mempertahankan informasi
selama 30 detik,dengan asumsi informasi tersebut tidak diulang-ulang. Riset
dengan tugas rentang memori menyatakan bahwa memori jangka pendek
meningkat selama masa kanak-kanak awal. Meskipun demikian ingatlah bahwa
rentang memori bervariasi antara individu yang satu dengan individu lainnya.
Memori jangka panjang adalah komponen memori dimana individu
mempertahankan informasi sangat lama,dengan asumsi informasi tersebut
dilakukan secara berulang-ulang.

Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi ketepatan memori seorang anak
(Bruck & Ceci,1999):

1. Terdapat perbedaan usia berkaitan dengan kepekaan anak terhadap sugesti.

2. Perbedaan individual dalam kepekaan.

3. Teknik-teknik wawancara dapat mengakibatkan distorsi yang bersifat substansial


dalam laporan anak mengenai peristiwa-peristiwa yang sangat mencolok.

Teori pemrosesan informasi menekankan pentingnya menggunakan


strategi-strategi yang baik. Strategi ini sebagai upaya untuk aktivitas-aktivitas mental
yang dilakukan secara sengaja untuk meningkatkan pemrosesan informasi. Sebagai
contoh , anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa biasanya menggunakan strategi
mengulang-ulang informasi dan mengorganisasikan agar bisa mengingat nya secara
efektif. Sementara itu, sebagian besar anak keci tidak menggunakan kedua strategi ini
untuk mengingat( Miller & Seier,1994).

B)​ P
​ erkembangan Bahasa

Vygotsky menyatakan bahwa menjelas usia 2 tahun bahasa dan gagasan


menjadi berhubungan dan bahasa mulai meimiliki pengaruh besar pada
perkembangan kognitif. Dia mengusulkan bahwa dari usia 2 tahun
perkembangan kognitif dikontrol oleh bahasa paling tidak sebagian. Vygotsky
menyatakan bahwa ada tiga tahapan dari perkembangan bahasa. Hal tersebut
digambarkan dalam tabel berikut, berdasarkan Luna (1992) dan LeFrancis
(1994).

Tahapan Perkiraan Deskripsi / gambaran


Usia

Pembicara sosial Lebih dari Pembicaraan digunakan untuk mengontrol


(Pembicaraan 3 tahun kebiasaan orang lain. Mengekspressikan emosi
eksternal) dan gagasan yang simpel/biasa. Contohnya “saya
mau ayah”. Ini menimbulkan kebiasaan
menginginkan ayah.

Pembicaraan 3-7 tahun Anak-anak berbicara sendiri tanpa memperhatikan


egosentris individu lain yang mendengarkannya. Mereka
mengatakan sesuatu dengan suara besar untuk
menunjukkan perilaku mereka.Mereka berbicara
tentang apa yang mereka lakukan dan kenapa.
Alasan mereka adalah bahasa harus dicarakan
pada perilaku langsung. Misalnya,seorang anak
akan sering mengatakan ​hop , scotch
(​hopscotch​=main jingkat). ​Hop/​ loncat ketika
bermain permainan jingkat seolah-olah ingin
memberitahukan tubuh mereka untuk melakukan
apa.

Pembicaraan 7 tahun ke Pembicaraan inti ini adalah diam (dalam hati); itu
inti/ mendalam atas dan digunakan untuk gagasan dan kebiasaan secara
dewasa langsung. Ketiakan tahapan ini dicapai individu
bisa terlibat dalam semua tiga tipe fungsi mental
lebih tinggi. Seorang dewasa bisa memiliki
pembicaraan inti/mendalam tentang apa yang
mereka masak untuk makan malam atau akan
mengatakan apa ketika mereka bertemu
seseorang. Ini mempersiapkan mereka dan prilaku
langsung pada situasi sebenarnya.
2) Pendidikan Untuk Masa Kanak - Kanak

Pra sekolah semakin menjadi norma bagi anak-anak. Dasar dari pendidikan
masa kana-kanak awal adalah taman kanak-kanak (TK) yang berpusat pada anak.
Pengasuhan merupakan hal yang penting ketika membicarakan tentang taman
kanak-kanak. Taman kanak-kanak seperti ini menekankan pendidikan secara
keseluruhan dan menaruh perhatian pada perkembangan fisik, kognitif, dan
social-emosi anak-anak (Marion, 2010). Instruksi diatur berdasarkan kebutuhan,
minat dan gaya belajar anak.

Ada tiga prinsip penting dalam harus dipertahankan pada taman kanak-kanak yang
berpusat pada anak-anak :

1.​ Setiap anak mengikuti pola perkembangan yang unik


2. Anak-anak kecil secara terbaik belajar melalui pengalaman langsung dengan


berbagai oaring dan materi

3. Bermain merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan anak secara

total

Bereksperimen, bereksplorasi, menemukan, mencoba, melakukan restruksturasi,


berbicara, dan mendengarkan merupakan aktivitas-aktivitas yang sering ada dalam
program taman kanak-kanak yang unggul. Dan hal ini sangat sesuai dengan status
perkembangan anak usia 4-5 tahun. Seperti contohnya pada salah satu taman
kanak-kanak di TK Islam Adz – Dzikro Boyolali, taman kanak-kanak ini juga
menerapkan aktivitas-aktivitas yang seharusnya dan memang sesuai dengan
perkembangan anak usia 4-5 tahun. Diantaranya, bereksplorasi (menuangkan ide).
Dan eksperimen ini mengambil contoh sederhana yang bisa mengembangkan dan
mengekspresikan kreativitas anak. Dengan menggunakan botol air mineral bekas
dan beberapa cat air serat kuasnya.

Dalam pelaksanaannya masing-masing anak diberikan 1 botol air mineral dan 1


kuas sebagai pegangannya. Untuk cat air diletakkan di beberapa titik sentral.
Anak-anak mendapat instruksi untuk menuangkan ide kreatifnya dalam sebuah
lukisan dengan medan botol air mineral yang memiliki permukaan tidak rata.
Spontan anak-anak mengekspresikan apa yang ada dalam angannya. Ada yang
menghias atau melukis botol dengan gambar hewan maupun tumbuhan, adapula
yang hanya mwnuangkan idenya dengan mencampur wana-warna yang ada ke atas
media. Hal ini disebabkan karena tidak semua anak memiliki kreatifitas yang sama.

Maka dari contoh diatas, dapat menjelaskan beberapa dalam pendidikan masa
kanak-kanak awal. Yang diantaranya adalah taman kanak-kanak yang berpusat
pada anak. Dimana taman kanak-kanak seperti ini menekankan pendidikan secara
keseluruhan dan menaruh perhatian pada perkembangan fisik, kognitif, dan
social-emosi anak-anak. Serta menerapkan beberapa aktivitas yang sering
dilakukan oleh anak di usia 4-5 tahun, diantaranya yaitu bereksperimen,
bereksplorasi, menemukan, mencoba, melakukan restruksturasi, berbicara, dan
mendengarkan.

III. Perkembangan Sosioemosional Masa Kanak - Kanak


A. Analisis perkembangan sosioemosional ideal masa kanak - kanak
Perkembangan sosioemosional semakin dipahami sebagai sebuah krisis
dalam perkembangan anak. Hal ini disebabkan karena anak terbentuk melalui
sebuah perkembangan dalam proses belajar. Menurut Briggs (2012), Masa
perkembangan anak dari prasekolah hingga memasuki masa sekolah dasar
menjadi “fondasi” belajar yang kuat bagi anak untuk mengembangkan
kemampuan sosio emosional menjadi lebih sehat dan anak siap menghadapi
tahapan perkembangan selanjutnya yang lebih rumit. Pada tahap krisis inilah
menjadi waktu yang tepat dalam meletakkan dasar-dasar pengembangan
kemampuan sosio emosional.
Masa AUD (anak usia dini) yaitu anak dengan usia 4-6 tahun dimana anak
telah memasuki jenjang prasekolah. Anak pada usia tersebut mengalami
perubahan pada fase kehidupan sebelumnya. Masa anak usia dini sering disebut
dengan “​golden age​”. Pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami
masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara tepat dan hebat.
Perkembangan setiap anak tidak sama karena setiap individu memiliki
perkembangan yang berbeda.
Piaget menunjukkan adanya sifat egosentris yang tinggi pada anak
karena anak belum dapat memahami perbedaan perspektif pikiran orang lain
(Suyanto, 2005). Pada tahapan ini anak hanya mementingkan dirinya sendiri dan
belum mampu bersosialisasi secara baik dengan orang lain. Anak belum
mengerti bahwa lingkungan memiliki
cara pandang yang berbeda dengan
dirinya (Suyanto, 2005). Anak masih
melakukan segala sesuatu demi
dirinya sendiri bukan untuk orang lain.
Anak usia TK (4-6 tahun)
perkembangan sosial sudah mulai
berjalan. Hal ini tampak dari
kemampuan mereka dalam melakukan
kegiatan secara berkelompok.
Kegiatan bersama berbentuk seperti sebuah permainan. Tanda-tanda
perkembangan pada tahap ini adalah:
(1) Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga
maupun dalam lingkungan bermain,
(2) Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan,
(3) Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain, dan
(4) Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain, atau teman
sebaya ​(peer group)​.
Dari sisi sosial emosional, kegiatan bermain dalam melatih anak
dalam memahami perasaan teman lainnya. Konflik dalam interaksi
keduanya akan membantu anak dalam memahami bahwa orang selain
dirinya yaitu temannya memiliki cara pandang yang berbeda dari dirinya.
Santrock (2007) mengatakan bahwa perkembangan emosi pada
masa kanak-kanak awal ditandai dengan munculnya emosi evaluatif yang
disadari rasa bangga, malu, dan rasa bersalah, dimana kemunculan
emosi ini menunjukkan bahwa anak sudah mulai memahami dan
menggunakan peraturan dan norma sosial untuk menilai perilaku mereka.
Berikut penjelasan dari tiga emosi tersebut:
1) Rasa bangga
Perasaan ini akan muncul ketika anak merasakan kesenangan
setelah sukses melakukan perilaku tertentu. Rasa bangga sering
diasosiasikan dengan pencapaian suatu tujuan tertentu.
2) Malu
Perasaan ini muncul ketika anak menganggap dirinya tidak mampu
memenuhi standar atau target tertentu. Anak yang sedang malu sering
kali berharap mereka bisa bersembunyi atau menghilang dari situasi
tersebut. Secara fisik anak akan terlihat mengkerut seolah-olah ingin
menghindar dari tatapan orang lain. Dan biasanya rasa malu lebih
disebabkan oleh interpretasi individu
terhadap kejadian tertentu.
3) Rasa bersalah
Rasa ini akan muncul ketika
anak menilai perilakunya sebagai
sebuah kegagalan. Dan dalam
mengekspresikan perasaan ini biasa
anak terlihat seperti melakukan
gerakan-gerakan tertentu seakan
berusaha memperbaiki kegagalan
mereka.
Lain halnya pada masa kanak-kanak akhir yakni 6-13 tahun. Masa anak
sekolah ini menurut Erikson, ia menekankan masa ini sebagai masa
timbulnya “​sense of accomplishment​ ” di mana anak-anak pada masa ini
merasa siap untuk menerima tuntutan yang dapat timbul dari orang lain
dan melaksanakan/menyelesaikan tuntutan itu.

● Tugas-Tugas Perkembangan Pada Usia Kanak-Kanak


Dalam dorongan berprestasi, di mana anak membentuk kebiasaan untuk
mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses. Sekali terbentuk
kebiasaan untuk bekerja di bawah, diatas atau sesuai dengan
kemampuan cenderung menetap sampai dewasa. Ahli psikologi
menganggap usia kanak-kanak akhir adalah usia berkelompok suatu
masa dimana perhatian pertama anak tertuju pada keinginan diterima oleh
teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok, terutama kelompok
yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya. Para psikolog
menemukan masa akhir kanak-kanak adalah masa kreatif, masa dalam
rentang kehidupan dimana akan menentukan apakah

Tugas seorang pendidik dalam mengembangkan sosial emosi pada


anak didik hendaknya menguasai prinsip tindakan:
(1) Menjadi contoh atau teladan yang baik,
(2) Mengenalkan emosi,
(3) Menanggapi perasaan anak,
(4) Melatih pengendalian diri,
(5) Melatih mengelola emosi,
(6) Menerapkan disiplin dengan konsep empati,
(7) Melatih keterampilan komunikasi,
(8) Mengungkapkan emosi dengan kata-kata, dan
(9) Memperbanyak permainan dinamis.

B. Mengapa perkembangan sosioemosional kanak - kanak menjadi bagian


dalam perkembangan peserta didik?
Perkembangan ini merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku
individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi dibedakan menjadi
dua, yakni emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif seperti perasaan senang,
bergairah, bersemangat, atau rasa ingin tahu yang tinggi akan mempengaruhi
individu untuk mengkonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar. Emosi
negatif seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah, individu tidak
dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar, sehingga kemungkinan besar dia
akan mengalami kegagalan dalam belajarnya. Selain itu, dari segi etimologi, emosi
berasal dari akar kata bahasa Latin ‘movere’ yang berarti ‘menggerakkan,
bergerak’. Kemudian ditambah dengan awalan ‘e-‘ untuk memberi arti ‘bergerak
menjauh’. Makna ini menyiratkan kesan bahwa kecenderungan bertindak
merupakan hal mutlak dalam emosi.
Perkembangan sosio-emosional peserta didik termasuk suatu
pembahasan yang sangat penting karena dengan mengetahui perkembangan
sosio-emosional peserta didik, para pendidik dapat mengambil tindakan pada
permasalahan peserta didik dengan berbagai karakteristik dan sifat yang
berbeda-beda. Sosio-emosional adalah perubahan yang terjadi pada diri setiap
individu dalam warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku
individu. Dalam pembahasan sosio-emosional ini lebih ditekankan dalam
sosioemosional pada remaja. Pada masa remaja, tingkat karakteristik emosional
akan menjadi drastis tingkat kecepatannya. Gejala-gejala emosional para remaja
seperti perasaan sayang, cinta dan benci, harapan-harapan dan putus asa, perlu
dicermati dan dipahami dengan baik. Sebagai pendidik. kita harus mengetahui
setiap aspek yang berhubungan dengan perubahan tingkah laku dalam
perkembangan remaja, serta memahami aspek atau gejala tersebut sehingga
kita bisa melakukan komunikasi yang baik dengan remaja. Perkembangan emosi
remaja merupakan suatu titik yang mengarah pada proses dalam mencapai
kedewasaan. Meskipun sikap kanak-kanak akan sulit dilepaskan pada diri
remaja karena pengaruh didikan orang tua.

Perkembangan Sosial Emosional Peserta Didik, Faktor yang sangat


mempengaruhi perkembangan peserta didik pada usia remaja yaitu didikan
orang tua, lingkungan sekitar tempat tinggal dan perlakuan guru di sekolah.
Pengaruh sosio-emosional yang baik pada remaja terhadap diri sendiri yaitu
untuk mengendalikan diri, memutuskan segala sesuatu dengan baik, serta bisa
lebih merencanakan segala hal yang akan diputuskannya, sedangkan terhadap
orang lain, yaitu mampu menjalin kerjasama yang baik, saling menghargai dan
mampu memposisikan diri di lingkungan dengan baik. Agar seorang peserta
didik dapat memiliki kecerdasan emosi dengan baik haruslah dibentuk sejak usia
dini, karena pada saat itu sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan
manusia selanjutnya. Sebab pada usia ini dasar-dasar kepribadian anak telah
terbentuk. Jelaslah sudah betapa pentingnya seorang pendidik memahami
perkembangan sosio-emosional peserta didik, agar dalam proses pembelajaran
perkembangan sosio-emosional peserta didik yang berbeda-beda dapat diatasi
dengan baik.

Contoh studi kasus mengenai perkembangan sosioemosional yang berpengaruh


pada PPD yakni ketika siswa SD kelas 2 diminta untuk tampil menyanyi dan
ternyata hasilnya tidak maksimal menurut gurunya. Atas kritik yang diberikan,
siswa ini merasa kecewa pada dirinya sendiri dan marah pada dirinya yang
membuat ia jadi tidak semangat untuk belajar. Maka dari itu emosi siswa sangat
berpengaruh dengan motivasi bahkan proses belajar hingga hasil belajar siswa
tersebut.
C. Bagaimana perkembangan sosioemosional berpengaruh pada PPD
1. Aspek Kesehatan
Dari segi kesehatan, Indonesia memperluas jangkauan program edukasi
Isi Piringku untuk anak - anak kepada sejumlah guru, pemerintah dan dinas
tingkat daerah, hingga organisasi kemasyarakatan terkait intervensi pola asuh
dan gizi seimbang pada masa
kanak-kanak. Gizi seimbang sangatlah
berpengaruh terhadap perkembangan
sosio emosional peserta didik masa
kanak-kanak, biasanya anak yang
makan makanan yang mengandung
terlalu banyak gula akan lebih mudah
lelah, mengantuk, dan sulit
berkonsentrasi. ​Jika anak
makan-makanan seperti ikan berlemak yakni ​salmon​, sarden, dan makarel yang
mengandung asam lemak omega-3 akan merasakan dampaknya.
Selain baik untuk perkembangan otak, asam lemak omega-3 juga dapat
melancarkan komunikasi antar sel otak. Hasilnya, anak usia dini menjadi lebih
kalem, fokus, dan tidak gampang tantrum.

2. Aspek Psikologi
Pada aspek psikologi perkembangan sosioemosional berpengaruh agar
dapat mentoleransi frustasi ini, yang merupakan upaya anak untuk menghindari
amarah dalam situasi frustasi yang membuat emosi tidak terkontrol dan perilaku
menjadi tidak terorganisir. Anak-anak tampak meningkat kemampuannya dalam
mentoleransi frustasi ketika diminta melakukan sesuatu yang berlawanan
dengan keinginan mereka.
Mereka juga mulai belajar bagaimana menegosiasikan konflik tersebut.
Sedangkan kemampuan untuk menunjukkan kontrol diri terhadap emosi akan
menjadi anugerah yang dilematis bagi
anak apabila anak tidak mampu
menyesuaikan levelnya terhadap
situasi tertentu. Pada beberapa
situasi anak diharapkan mampu
menahan diri, tetapi pada situasi yang
lain anak-anak dapat berperilaku
impulsif dan ekspresif seperti yang
mereka inginkan. Intinya, anak anak
sekolah diharapkan mampu untuk
mengekspresikan emosinya dengan baik dan tanpa merugikan orang lain, serta
dapat pula mulai belajar melakukan regulasi emosi.

3. Aspek Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat
pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan
warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka
dimasa yang akan datang. Dari segi pendidikan perkembangan sosioemosional
dapat dikembangan dengan cara melaksanakan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif akan mengembangkan sikap kerjasama dan saling
menghargai pada diri peserta didik. Pembelajaran kooperatif akan mendorong
peserta didik untuk menghargai kemampuan orang lain dan bersabar dengan
sikap orang lain. Bisa juga dengan melaksanakan pembelajaran kolaboratif.
Pembelajaran kolaboratif akan mengembangkan sikap membantu dan berbagi
dalam pembelajaran. Siswa yang lebih pintar bersedia membantu temannya
yang belum memahami materi pelajaran yang sedang dibahas. Pembelajaran
kolaboratif akan menumbuhkan sikap saling menyayangi di antara peserta didik.

4. Aspek Pembelajaran
Dari segi pembelajaran perkembangan sosioemosional ditinjau dari
tercapai atau tidaknya proses pembelajaran didalam maupun diluar kelas.
Perkembangan sosial-emosional siswa di dalam pembelajaran yang tercapai,
yaitu seperti siswa menunjukkan sikap peduli, partisipasi, komunikasi, interaktif,
kemampuan teamwork, dan menampilkan rasa percaya diri, sedangkan yang
tidak tercapai, yaitu pendiam, sulit beradaptasi, pribadi yang tertutup, dan sulit
berkomunikasi dengan orang yang dianggapnya asing. perkembangan
sosial-emosional siswa di luar pembelajaran yang tercapai, yaitu seperti siswa
menunjukkan sikap empati, peduli, membantu teman, tidak menunjukkan sikap
keakuan, dan mampu mengontrol emosi saat berinteraksi maupun bermain,
sedangkan yang tidak tercapai, yaitu bermain hanya dengan teman dekatnya,
kurang peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya, berbicara seperlunya saja,
dan lebih senang belajar daripada bermain.

5. Fase Perkembangan sosioemosional Masa Kanak2

Awal perkembangan sosial pada anak tumbuh dari hubungan anak


dengan orang tua atau pengasuh dirumah terutama anggota keluarganya. Anak
mulai bermain bersama orang lain yaitu keluarganya. Tanpa disadari anak mulai
belajar berinteraksi dengan orang diluar dirinya sendiri yaitu dengan orang-orang
disekitarnya. Interaksi sosial kemudian diperluas, tidak hanya dengan keluarga
dalam rumah namun mulai berinteraksi dengan tetangga dan tahapan
selanjutnya ke sekolah. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh
proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan
berbagai aspek kehidupan sosial atau norma dalam masyarakat. Proses ini
biasanya disebut dengan sosialisasi. Tingkah laku sosialisasi adalah sesuatu
yang dipelajari, bukan sekedar hasil dari kematangan. Perkembangan sosial
anak diperoleh selain dari proses kematangan juga melalui kesempatan belajar
dari responss terhadap tingkah laku.
Perkembangan sosial mulai agak komplek ketika anak menginjak usia 4
tahun dimana anak mulai memasuki ranah pendidikan yang paling dasar yaitu
taman kanak-kanak (Rahman, 2002). Pada masa ini anak belajar bersama
temanteman diluar rumah. Anak sudah mulai bermain bersama teman sebaya
(cooperative play). Vygotsky dan Bandura menyebutnya dengan teori belajar
sosial melalui perkembangan kognitifnya.
Anak usia TK (4-6 tahun) perkembangan sosial sudah mulai berjalan. Hal ini
tampak dari kemampuan mereka dalam melakukan kegiatan secara
berkelompok. Kegiatan bersama berbentuk seperti sebuah permainan.
Tanda-tanda perkembangan pada tahap ini adalah:
(1)Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga maupun
dalam lingkungan bermain,
(2) Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan
(3) Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain, dan
(4) Anak mulai dapat bermain bersama anak anak lain, atau teman sebaya (peer
group).

Dari sisi sosial emosional, kegiatan bermain dalam melatih anak dalam
memahami perasaan teman lainnya. Konflik dalam interaksi keduanya akan
membantu anak dalam memahami bahwa orang selain dirinya yaitu temannya
memiliki cara pandang yang berbeda dari dirinya.
Begitu pentingnya perkembangan sosial hingga Sri Esti (Yahro, 2009)
mengatakan dalam buku psikologi pendidikan bahwa anak yang kurang popular
adalah anak yang kurang memiliki keterampilan sosial. Perkembangan sosial
dapat dipetakan dalam beberapa aspek. Kostelnik, Soderman dan Waren
(Yahro, 2009) menyebutkan bahwa perkembangan sosial meliputi komperensi
sosial dan tanggung jawab sosial. Kompetensi sosial menggambarkan
keefektifan kemampuan anak dalam beradaptasi dengan lingkugan sosialnya.
Misalnya mau bergantian dengan teman lainnya dalam sebuah permainan.
Tanggung jawab sosial menunjukkan komitmen anak terhadap tugasnya,
menghargai perbedaan individual, memperhatikan lingkungannya dan mampu
menjalankan fungsinya.
Perkembangan sosial anak diperoleh dari kematangan dan kesempatan
belajar dari berbagai respons lingkungan terhadap anak. Perkembangan sosial
yang optimal diperoleh dari respons sosial yang sehat dan kesempatan yang
diberikan kepada anak untuk mengembangkan konsep diri yang positif. Melalui
kegiatan bermain, anak dapat mengembangkan minat dan sikapnya terhadap
orang lain. Dan sebaliknya aktivitas yang terlalu banyak didominasi oleh guru
akan menghambat perkembangan sosial emosi anak.
DAFTAR PUSTAKA

Andesta, Dian (2018). Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar dan
Implikasinya dalam Kegiatan Belajar Mengajar.

Briggs, R. D. (2012). The Importance of Social Emotional Development in Early


Childhood. Pediatrics For Parent.

Santrock, W. J. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga


PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK, DR. MASGANTI SIT, M.AG
BULETIN PSIKOLOGI, VOLUME 23, NO. 2, DESEMBER 2015: 103 – 111

S. Sarayati, ‘Analisis Faktor Perilaku Seksual Pada Anak SD Di SDN Dukuh Kupang II -
489 Kecamatan Dukuh Pakis Kelurahan Dukuh Kupang Surabaya’, ​ADLN
Perpustakaan Universitas Airlangga,​ 2016, 11–76 <http://repository.unair.ac.id>.

https://www.nutriclub.co.id/article-balita/stimulasi/tumbuh-kembang-anak/tahap-perkem
bangan-kognitif-pada-anak

https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/7-dampak-negatif-makanan-terlalu-manis-bagi-pe
rkembangan-anak-49

Anda mungkin juga menyukai