Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tumbuh Kembang Anak


1. Pengertian tumbuh kembang anak
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang
sifatnya berbeda Tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan.
Menururt Whalley & Wong (2000) pertumbuhan (growth)
merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di seluruh bagian tubuh
selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis protein baru,
menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan atau
sebagian. Sedangkan perkembangan (development) adalah perubahan
secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh,
meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan,
kematangan atau kedewasaan (maturation), dan pembelajaran (learning).
Perkembangan pada anak adalah bertambahnya kemampuan (skill)
anak dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan
(Soetjiningsih, 1995). Nursalam, dkk. (2005) mendefinisikan
perkembangan pada anak sebagai bertambahnya kemampuan dan struktur
/ fungsi tubuh anak yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat
diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel,
jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi.
Sementara itu menurut Whalley & Wong (2000), perkembangan pada
anak merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh anak yang
dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar.

7
2. Pengertian perkembangan motorik halus anak usia prasekolah
Perkembangan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan
otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi
oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih (Harlimsyah & F.P, 2008).
Menurut Nursalam, dkk. (2005), perkembangan motorik halus adalah
kemampuan untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerakan yang
melibatkan bagian tubuh-tubuh tertentu dan otot-otot kecil yang
memerlukan koordinasi secara cermat serta tidak memerlukan banyak
tenaga. Sementara itu menurut Widodo (2003) dalam Nursalam (2003),
perkembangan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-
otot halus berkoordinasi dengan otak dalam melakukan suatu kegiatan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
perkembangan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-
otot halus dan otak yang memerlukan koordinasi tanpa tenaga yang
banyak dan dipengaruhi oleh kesempatan untuk bekerja dan berlatih.

3. Kemampuan motorik halus anak usia prasekolah


Setiap anak adalah individu yang unik akibat faktor bawaan dan
lingkungan yang berbeda. Karena itu pencapaian kemampuan
perkembangan anak juga berbeda, namun demikian setiap anak pasti
akan melalui semua tahapan sesuai dengan usia. Menurut Celicy (2002)
kemampuan motorik halus anak usia prasekolah berdasarkan pada usia
meliputi hal sebagai berikut :
a. Usia 3 tahun
Perkembangan motorik halus pada usia ini ditandai dengan
kemampuan untuk memasang menarik-narik sangat besar, anak sudah
mampu melukis tanda silang, berpakaian dan membuka pakaian
sendiri, dan melambaikan tangan, menyusun menara dari 8 kubus,
serta menggoyangkaan ibu jari.

8
b. Usia 4 tahun
Perkembangan motorik halus pada usia 4 tahun ditandai dengan
kemampuan anak untuk menggunakan gunting, menggunting
sederhana, dan anak sudah mulai mampu menggambar bujur sangkar.
c. Usia 5 tahun
Pada usia 5 tahun perkembangan motorik halus pada anak ditandai
dengan kemampuan untuk memukul paku dengan palu, mengikat tali
sepatu, menulis beberapa huruf alphabet, dan menulis nama.
d. Usia 6 tahun
Perkembangan motorik halus pada usia ini ditandai dengan
kemampuan untuk menggunakan garpu, menggunakan sendok,
menggunakan pisau, pergi tidur tanpa bantuan, dan membuat sesuatu
dari lilin / tanah liat.

4. Pemantauan perkembangan motorik halus anak


Pemantauan perkembangan motorik halus anak adalah hal penting
untuk mengetahui penyimpangan secara dini sehingga diperlukan upaya
pencegahan, upaya stimulasi, dan upaya penyembuhan dan pemulihan
dalam pelayanan kesehatan anak. Upaya tersebut dilakukan sesuai umur
perkembangan anak sehingga dapat tercapai kondisi optimal. Pada
umumnya terdapat pola-pola tertentu dalam perkembangan anak, namun
pada hakikatnya perkembangan pada masing-masing anak adalah unik
dan bersifat individu. Akibatnya tidak mungkin untuk mengukur
perkembangan anak secara keseluruhan, namun yang dapat diukur
hanyalah gejala / tanda-tanda tertentu dari perkembangan anak (Sachrin
(1996) dalam Hidayat, A. A (2008).
Kegiatan pemantauan perkembangan motorik halus anak dapat
dilakukan di pusat pelayanan kesehatan seperti puskesmas, posyandu
atau bahkan di lingkungan keluarga. Pemantauan yang dilakukan di
pusat-pusat pelayanan kesehatan dapat dilakukan menggunakan skirining
perkembangan menurut DENVER II (Denver Developmental Screening

9
test / DDST II), di dalam DDST (deteksi perkembangan) ini mencakup
empat aspek menurut Frankerburg (1981) yang dikutip oleh Soetjiningsih
(1995) Empat aspek tersebut salah satunya adalah perkembangan motorik
halus.
Dalam penilaian status perkembangan anak dengan DDST II ada
beberapa hal yang harus dipersiapkan terlebih dahulu, antara lain
peralatan yang digunakan dan prosedur cara penilaian. Peralatan yang
digunakan adalah spidol warna atau pensil dan skala DDST II.
Sementara itu prosedur dapat dilakukan dengan urutan sebagai
berikut, yaitu menentukan usia anak, memberi garis atau tanda pada usia
anak dan tarik atas dan bawah pada skala DDST II, melakukan penilaian
tingkat pencapaian pada masing-masing komponen (motorik halus,
motorik kasar, personal social, dan bahasa) pada batasan usia yang
ditentukan, dan menentukan hasil penilaian sebagai berikut.
Hasil penilaian berdasarkan DDST II dibedakan atas pertumbuhan
anak terlambat (abnormal) apabila terdapat 2 keterlambatan / lebih pada
2 sektor atau bila 1 sektor didapat lebih dari 2 keterlambatan ditambah 1
sektor atau lebih terdapat 1 keterlambatan, dan pertumbuhan meragukan
apabila dalam 1 sektor terdapat 2 keterlambatan atau lebih didapat 1
keterlambatan. Selain itu juga dengan menentukan ada tidaknya
keterlambatan pada masing-masing sektor bila menilai setiap sektor
(tidak menyimpulkan ganngguan perkembangan secara keseluruhan).
Sementara itu pemantauan yang dilakukan di posyandu dan
lingkungan keluarga misalnya dengan menggunakan kartu perkembangan
anak dan menggunakan keluarga balita. Berdasarkan buku pedoman
Deteksi Tumbuh Kembang yang disusun oleh Departemen Kesehatan
tersebut, tes perkembangan yang dapat dilakukan adalah Kuesioner Pra
Skirining. Tes KPSP hanya ditujukan pada orang tua dan diperguankan
sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan untuk perkembangan
anak usia 3 bulan sampai 6 tahun. Pertanyaan dalan KPSP harus dijawab
dengan ya atau tidak oleh orang tua.

10
Setelah semua pertanyaan dijawab, selanjutnya hasil KPSP dinilai
dengan criteria sebagai berikut, yaitu apabila jawaban ya berjumlah 9-
10, berarati anak tersebut normal (perkembangan baik), dan apabila
jawaban ya kurang dari 9, maka perlu diteliti lebih lanjut mengenai
apakah cara menghitung usia dan kelompok pertanyaaanya sudah sesuai,
atau kesesuaian jawaban orang tua dengan maksud pertanyaan. Apabila
ada kesalahan, maka pemeriksaan harus diulang. Apabila setelah diteliti,
jawaban ya berjumlah 7-8, berarti hasilnya adalah meragukan dan perlu
diperiksa ulang 1 minggi kemudian. Apabila jawaban ya berjumlah 6
atau kurang, berarti hasilnya kurang atau positif untuk perlu dirujuk guna
pemerikasaan lebih lanjut.

5. Ciri-ciri perkembangan
Perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan.
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf
pusat dengan organ yang dipengaruhinya, antara lain oleh perkembangan
system berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.
Menurut Suganda (2002) dalam Hidayat, A. A. (2005) , ciri-ciri
perkembangan meliputi hal berikut:
a. Perkembangan melibatkan perubahan
Karena perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, maka
setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan
system reproduksi misalnya, disertai dengan perubahan pada organ
kelamin, perkembangan intelegensia menyertai pertumbuhan otak dan
serabut saraf. Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan ukuran
tubuh secara umum, perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri
lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan suatu
organ tubuh tertentu.
b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum
ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak

11
akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Karena itu perkembangan
awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan
perkembangan selanjutnya.
c. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang
tetap, yaitu perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala
kemudian menuju daerah kaudal, dan pola ini disebut pola
sefalokaudal. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal
(gerakan kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang
mempunyai kemampuan dalam gerakan halus dan pola ini disebut
proksimodistal.
d. Perkembangan memilki tahap yang berurutan
Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan, tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya
anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu
membuat gambar kotak, berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
e. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Seperti halnya pertumbuhan, perkembangan berlangsung dalam
kecepatan yang berbeda-beda, kaki dan tangan berkembang pesat pada
awal remaja, sedangkan begian tubuh yang lain mungkin berkembang
pesat pada masa lainnya.
f. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlengsung cepat, perkembangan pun
demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan
lain-lain.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak


Menurut Hidayat, A.A (2006), dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan pada anak setiap individu akan mengalami siklus yang
berbeda setiap kehidupan manusia. Peristiwa tersebut secara cepat
maupun lambat tergantung dari individu atau lingkungan. Proses

12
percepatan dan perlambatan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya:
a. Faktor dalam (internal)
1) Genetika
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang anak, yaitu:
a) Perbedaan ras, etnis, atau bangsa
Tinggi badan orang Indonesia atau bangsa lainnya, dengan
demikian postur tubuh tiap bangsa berlainan.
b) Keluarga
Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk atau
perawakan pendek.
c) Umur
Masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja merupakan tahap
yang mengalami pertumbuhan cepat dibandingkan dengan masa
lalu.
d) Jenis kelamin
Wanita akan mengalami masa prapubertas lebih dahulu
dibandingkan dengan laki-laki.
e) Kelainan kromosom
Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya
sindroma down.
2) Pengaruh hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat
janin berumur 4 bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang
cepat. Hormon yang berpengaruh oleh terutama adalah hormon
pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan kelenjar pituitary.
Selain itu, kelenjar tiroid juga mengahasilkan kelenjar tiroksin
yang berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan
otak.

13
b. Faktor lingkungan (luar)
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu pranatal, kelahiran, dan pascanatal
1) Lingkungkan pranatal (selama kehamilan), meliputi:
a) Gizi, nutrisi ibu hamil akan memengaruhi pertumbuhan janin,
terutama selama trimester akhir kehamilan.
b) Mekanis. Posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat
menyebabkan kelainan congenital, misalnya club foot.
c) Toksin, zat kimia, radiasi.
d) Kelainan endokrin.
e) Infeksi TORCH atau penyakit menular seksual.
f) Kelainan imonulogi.
g) Psikologis ibu.
2) Lingkungan pascanatal
Selain faktor lingkungan intrauteri, lingkungan setelah anak lahir
yang juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak misalnya
budaya lingkungan, social ekonomi keluarga, nutrisi, iklim atau
cuaca, kebiasaan berolahraga, posisi anak dalam keluarga, dan
stasus kesehatan.
a) Budaya ligkungan
Budaya lingkungan dalam hal ini adalah masyarakat dapat
mempengaruhi tumbuh kembang anak dalam memahami atau
mempersiapkan pola hidup sehat. Sebagai contoh, anak dalam
usia tumbuh kembang membutuhkan makanan yang bergizi,
namun karena adanya adat atau budaya tertentu dilarang makan
tertentu, padahal makanan tersebut dibutuhkan untuk perbaikan
gizi. Contoh yang lain adalah perbedaan budaya kehidupan kota
dan kehidupan desa dalam waktu tidur. Di kota karena banyak
hiburan dan saluran TV sampai malam. Kebiasaan ini
kemungkinan besar dapat mempengaruhi tumbuh kembang.

14
b) Stasus sosial ekonomi
Stasus sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi tumbuh
kembang anak. Hal ini dapat terlihat anak dengan social
ekonomi tinggi, tentunya pemenuhan kebutuhan gizi sangat
cukup baik dibandingkan dengan anak dengan social
ekonominya rendah. Stasus pendidikan keluarga juga menjadi
salah satu faktor tumbuh kembang anak. Keluarga dengan
tingkat pendidikan rendah biasanya sulit menerima arahan
dalam pemenuhan gizi dan sulit diyakinkan mengenai
pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi atau pentingnya
pelayanan kesehatan lain yang menunjang tumbuh kembang
anak.
c) Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen penting yang menunjang
kelangsungan proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh
kembang, anak sangat membutuhkan zat gizi seperti protein,
karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila
kebutuhan tersebut tidak atau kurang terpenuhi, maka proses
tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat.
d) Iklim / cuaca
Iklim atau cuaca juga menjadi salah satu faktor tumbuh
kembang anak. Pada musim tertentu, makanan bergizi dapat
mudah diperoleh, atau sebaliknya, justru menjadi sulit diperoleh.
Misalnya pada musim kemarau, sumber makanan atau hasil
panen sebagai faktor pemenuhan gizi anak menjadi terbatas
karena berkurangnya kadar air dalam tanah.
e) Olahraga / latihan fisik
Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan anak
karena meningkatkan sirkulasi darah sehingga pasokan oksigen
ke seluruh tubuh menjadi teratur. Hal ini selanjutnya dapat
meningkatkan stimulasi perkembangan otot dan pertumbuhan

15
sel. Dari sisi aspek social, anak dapat berinteraksi dengan
teman-teman sesuai dengan jenis olahraga yang ditekuni.
f) Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak dalam keluarga dapt mempengaruhi tumbuh
kembangnya. Pada anak pertama atau tunggal, secara umum
kemampuan intelektualnya lebih menonjol dan cepat
berkembang karena sering berinteraksi dengan orang dewasa.
Namun, perkembangan motoriknya kadang-kadang terlambat
karena tidak ada stimulasi yang biasanya dilakukan saudara
kandungnya. Sedangkan pada anak kedua atau anak yang berada
di tengah, kepercayaan diri orang tua yang sudah merasa biasa
dalam merawat anak akan membuat anak lebih cepat dan mudah
beradaptasi, namun perkembangan intelektual mereka mungkin
tidak senaik anak pertama. Meskipun demikian, kecenderungan
tersebut juga tergantung pada keluarga.
g) Stasus kesehatan
Stasus kesehatan anak dapt mempengaruhi pada pencapaian
tumbuh kembang. Pada anak dengan kondisi tubuh yang sehat,
percepatan untuk tumbuh kembang sangat mudah. Namun
sebalikanya, apabila kondisi stasus kesehatan kurang baik, akan
terjadi perlambatan. Sebagai contoh, pada saat anak seharusnya
mencapai puncak dalam tumbuh kembang namun mengalami
penyakit kronis, maka pencapaian kemampuan untuk maksimal
dalam tumbuh kembang tersebut akan mengalami hambatan.
h) Faktor hormonal
Faktor hormonal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
diantaranya adalah somatotropin (hormon pertumbuhan) yang
menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan system
skeletal untuk pertumbuhan tinggi badan, hormon tiroid yang
menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk
memproduksi testoteron dan ovarium untuk memproduksi

16
estrogen, yang selanjutnya akan menstimulasi perkembangan
seks, baik pada anak laki-laki maupun perempuan sesuai dengan
peran hormonya (Whalley & Wong, 1995).

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik


Faktor-faktor yang dapat mempercepat atau memperlambat
perkembangan motorik menurut Rumini, S & Sundari, S (2004) antara
lain ialah:
a. Faktor genetik
Individu mempunyai beberapa factor ketrunan yang dapat menunjang
perkembangan motorik misalnya otot kuat, syaraf baik, cerdas,
menyebabkan perkembangan motorik individu tersebut menjadi baik
dan cepat.
b. Faktor kesehatan pada periode prenatal
Janin yang selama dalam kandungan dalam keadaan sehat, tidak
keracunan, tidak kekurangan gizi, tidak kurang vitamin, dapat
membantu memperlancar perkembangan motorik anak.
c. Faktor kesulitan dalam kelahiran
Bayi yang mengalami kesulitan dalam kelahiran, misalnya dalam
perjalanan kelahiran dengan bantuan alat (vacum, tang) sehingga bayi
mengalami kerusakan otak, akam memperlambat perkembangan
motorik bayi.
d. Kesehatan dan gizi
Kesehatan gizi yang baik pada awal kehidupan pasca lahir akan
mempercepat perkembangan motorik bayi.
e. Rangsangan
Adanya rangsangan, bimbingan dan kesempatan anak untuk
menggerakan semua bagian tubuh, akan mempercepat perkembangan
motorik. Sehingga anak yang di play group lebih aktif bermain sambil
belajar, pendidik memberikan instruksi saja dengan alat peraganya.

17
f. Perlindungan
Perlindungan yang berlebihan sehingga anak tidak ada waktu untuk
bergerak, misalnya anak hanya digendong terus, ingin naik tangga
tidak boleh, akan menghambat perkembangan motorik anak.
g. Prematur
Kelahiran sebelum masanya disebut prematur, biasanya
memperlambat perkembangan motorik.
h. Kelainan
Individu yang mengalami kelainan, baik fisik maupun psikis, social,
mental, biasanya mengalami hambatan perkembangan motorik.
i. Kebudayaan
Peraturan daerah setempat dapat mempengaruhi perkembangan
motorik ini. Misalnya ada daerah yang tidak mengijinkan anak putri
naik sepeda, maka akan diberi pelajaran naik sepeda roda tiga.

B. Play group (Kelompok Bermain)


1. Pengertian
Play group adalah pendidikan anak-anak di usia 3 sampai 6 tahun,
di play group ini anak-anak diperkenalkan tentang sekolah sejak dini,
bagaimana berinteraksi dengan orang lain, cara mengenal warna, bentuk,
binatang, dan sebagainya sebagai bentuk pengetahuan dasar (Maimunah,
H, 2009). Menurut Muliawan (2009) dalam Maimunah (2009), play
group adalah sebuah kelompok yang terdiri dari anak usia 3-6 tahun.
Sesuai dengan namanya, maka play group & Tk harus dilengkapi dengan
berbagai fasilitas bermain anak dan suasana yang menyenangkan bagi
anak. Sementara menurut Chugani (2007) dalam Maimunah (2009), play
group atau kelompok bermain adalah suatu lembaga yang dikelolah
untuk membantu menumbuh kembangkan semua aspek yang ada pada
anak dini usia. Tempat ini biasanya menjadi alternative orangtua yang
sibuk kerja atau tidak mempunyai waktu untuk mengasuh anaknya
(sekitar 3-4 tahun). Di tempat ini mereka menitipkan anak-anaknya

18
dengan berbagai harapan dapat membantu tumbuh kembangnya dengan
baik. Akan tetapi dalam lapangan masih banyak sekali masalah dan
kekurangan yang dihadapinya, terutama yang lembaga yang belum
professional. Masalah-masalah itu antara lain masalah tenaga
pendidik/pengasuh, dan orangtua.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa play group adalah kelompok bermain untuk anak usia pra sekolah
(3-6 tahun) yang di dalamnya ada beberapa stimulasi untuk merangsang
perkembangan anak, sedang dalam stimulasi pendidik menggunakan alat
peraga atau alat permainan edukatif sehingga anak lebih aktif.

2. Tujuan
Secara umum, tujuan pendidikan anak usia dini adalah
mengembangkaan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan
untuk hidup agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya
(Mamur, 2009).
Tujuan kerangka dasar kurikulum pendidikan anak usia dini adalah
kerangka dasar yang dijadikan sebagai acuan bagi lembaga pendidikan
anak usia dini dalam mengembangkan kurikulum (Mamur, 2009).
Secara spesifiknya, tujuan diselenggarakannya pendidikan anak
usia dini dibedakan menjadi tujuan utama dan tujuan penyerta. Tujuan
utama adalah untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu
anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam
memasuki pendidikan dasar dan dalam mengarungi kehidupan di masa
dewasa. Sedangkan tujuan penyerta adalah untuk membantu menyiapkan
anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah (Mamur, 2009).

19
Play group / kelompok bermain mempunyai tujuan umum, sebagai
berikut:
a. Membiasakan anak untuk bersosialisasi dan berkomunikasi dengan
teman sebaya agar mampu peduli dan berbagi dengan sesama.
b. Memperkenalkan kepada anak lingkungan yang beragam dan
lingkungan yang bernuansa Islam.
c. Menanamkan dasar-dasar leadership pada anak sejak usia dini agar
memiliki kepekaan dan keingintahuan lebih dalam terhadap segala
sesuatu yang dihadapinya.
d. Membantu menstimulasi dan mengembangkan potensi efektif,
kognitif dan psikomotor anak.
e. Memperkenalkan suasana sekolah yang menyenangkan kepada anak
sehingga memberikan image yang baik agar mempermudah orang tua
dalam anak ke jenjang sekolah yang sesungguhnya.
Menurut Harianti (2003) dalam Maimunah (2009), tujuan dari
pendidikan prasekolah ini diselenggarakan yaitu untuk membantu
meletakkan dasar sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta
diluar lingkungan keluarga bagi anak usia sebelum memasuki
pendidikan dasar.
Menurut Rahman (2005) dalam Maimunah (2009), tujuan
program pendidikan anak prasekolah adalah mengembangkan seluruh
aspek fisik mental, emosi, social dan bahasa anak.

3. Metode Pengajaran
Mengajar anak usia dini membutuhkan metodologi yang unik dan
kreatif . Disinilah signifikannya peran seorang guru dalam mendidik dan
menggali potensi anak didik. Menurut rini utami aziz, pendidik harus
memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan ruhani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

20
Kualitas pendidik sangat menentukan hasil pembelajaranyang
dicapai. Kegagalan dan kesuksesan pendidikan sangat dipengaruhi oleh
kualitas tenaga pengajar yang menguasai materi, metodologi pengajaran,
dan skills yang profesional.
Walaupun pendidikan berlangsung sepanjang hayat, namun Maria
Montessori, enam tahun pertama masa anak adalah jangka waktu yang
paling penting bagi perkembangannya. Tahun prasekolah menjadi masa
anak membina kepribadian mereka. Karenanya, setiap usaha yang
dirancang untuk mengembangkan minat dan potensi anak harus
dilakukan pada masa awal ini untuk membimbing anak menjadi diri
mereka dengan segala kelebihannya. Orang tua dan pendidik harus dapat
membantu anak menyadari dan merealisasikan potensi anak untuk
menimba ilmu pengetahuan, bakat, dan kepribadian yang utuh.
Acuan memilih metode pengajaran untuk anak usia 0-6 tahun
menurut penasihat Himpunan Tenaga Kependidikan Usia Dini, Dr.
Anggani Sudono MA, adalah melibatkan anak dalam kegiatan belajar.
Karena itu, ketika di sekolah, anak sebaiknya diajak memilih materi yang
ingin dieksplorasi. Dengan begitu, anak mendapat inspirasi dan belajar
mengambil keputusan sendiri. Terdapat beberapa metode pengajaran
yang disesuaikan dengan tahap uaia anak. Pertama, anak dapat mengikuti
kegiatan di sekolah taman bermain. Apa pun metodenya, yang harus
diperhatikan ialah hubungan komunikasi guru dengan anak, bagaimana
cara guru itu berkomunikasi. Ketika mengajar, sebaikanya guru tidak
mendominasi kegiatan anak.
Kedua, pada usia 5 tahun, anak dapt diberikan kegiatan yang bisa
memberi kesempatan untuk mengobservasi sesuatu. Sebaiknya, pendidik
tidak melulu mencontohkan lalu anak mengikuti. Tapi, biarkan anak
mencoba-coba, misal anak menggambar bunga dengan warna hijau,
kuning atau biru. Pendidik dapat memberikan kosakata baru pada anak
dan membiarkan merangkai kalimat.

21
Ketiga, pada usia 6-12 tahun : perbanyaklah melatih kemampuan
anak bercerita dan mempersentasikan apa yang mereka ketahui. Metode
belajar ditekankan pada bagaimana anak berpikir kreatif. Salah satunya
dengan metode main mapping, yaitu membuat jaringan topik. Misal,
minta anak menjelaskan konsep meja dan biarkan anak memaparkan satu
per satu pengetahuannya tentang meja mulai dari berbagai bentuk, fungsi
sampai jumlah penyangganya.
Proses belajar mengajar yang baik adalah jika anak berinteraksi
dengan pendidik, yaitu orang tua dan guru. Karena itu, pendidik harus
pandai menciptakan situasi yang nyaman, membangkitkab semangat
belajar, dan anak antusias belajar dengan memberikan metode pengajaran
yang tepat. Jika tipe belajar anak lebih aktif melalui alat pendengarannya
(auditif), maka anak bisa diajarkan dengan mendengarkan kaset yang
diselingi dengan menunjukan gambarnya (demomntrasi). Dapat juga
dengan memutarkan video agar anak melihat (visual) dengan jelas apa
yang terjadi. Dengan harapan, tujuan pembelajaran akan lebih mudah
tercapai untuk meningatkan pola perkembangannya (Mamur, 2009).

4. Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Kurikulum adalah inti sebuah lembaga pendidikan.
Kurikulum yang benar akan menghasilakan pengajaran dan kegiatan
yang terpadu dan holistik yang mengarah kepada visi dan misi lembaga
pendidikan yang dicanangkan. Di sinilah pentingnya menyusun
kurikulum yang visioner dan prospektif (Mamur, 2009)
Kurikulum harus disesuaikan dengan perkembangan anak. Menurut
Harizal (2005) dalam Maimunah (2009), anak-anak dalam kelompok
prasekolah. Anak hanya bermain, melakukan latihan berkelompok,
melakukan penjelajahan, bertanya, menirukan, dan menciptakan sesuatu.

22
Pada masa ini, anak mengalami kemajuan pesat dalam ketraampilan
menolong dirinya sendiri dan dalam ketrampilan bermain. Seluruh sistem
geraknya sudah lentur, sering mengulangi perbuatan yang diminatinya,
dan melakukan secara wajar tanpa rasa malu. Hal-hal yang menarik
adalah anak-anak juga ingin mandiri dan tak banyak lagi mau tergantung
pada orang lain.
Sehubungan dengan ciri-ciri di atas, tugas perkembangan yang
diemban anak-anak adalah sebagai berikut :
a. Belajar ketrampilan fisik yang diperlukan untuk bermain.
b. Membangun sikap yang sehat terhadap diri sendiri.
c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya.
d. Mengembangkan peran sosial sebagai lelaki atau perempuan.
e. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam hidup
sehari-hari.
f. Mengembangkan hati nurani, penghayatan moral, dan sopan santun.
g. Mengembangka ketrampilan dasar untuk membaca, menulis,
matematika, dan berhitung.
h. Mengembangkan diri untuk kemerdekaan diri.
Dengan adanya tugas perkembangan yang diemban anak-anak,
diperlukan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi anak-
anak yang bisa dibungkus dengan permainan, suasana riang, enteng,
beryanyi, dan menari. Bukan yang pendekatan pembelajaran yang
penuh dengan tugas-tugas berat, apalagi dengan tingkat pengetahuan,
ketrampilan, dan pembiasaan yang tidak sederhana lagi, seperti
paksaan untuk membaca, menulis, dan berhitung dengan segala
pekerjaan rumahnya yang melebihi kemampuan anak-anak (Mamur,
2009).

23
5. Ketrampilan
Ketrampilan yang seharusnya dikuasai anak-anak peserta PAUD
(termasuk play group) adalah ketrampilan melukis, menggambar,
memainkan permainan edukatif, mengenali kemampuan terbesarnya, dan
lain-lain dengan latihan intensif. Ketrampilan-ketrampilan ini bisa
berkembang sesuai dengan perkembangan potensi anak didik yang ada,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pesatnya gelombang
informasi yang berjalan secara massif dan eskalatif. Dalam konteks ini
guru berperan aktif mengembangkan ketrampilan anak didik secara
maksimal, mempunyai tips-tips khusus menggali dan
mengembangkannya agar sesuai dengan bakat dan minatnya (Mamur,
2009).
Fasilitas, sarana prasarana, dan perangkat yang lain harus disiapkan
demi suksenya pendidikan ketrampilan anak usia dini. Dengan sarana
prasarana yang memadai, anak tertarik untuk mencoba dan terus
mencoba sampai bisa, mengingat watak dasar anak adalah meniru dan
melakukan apa saja yang disenanginya (Mamur, 2009).

C. Perbedaan Antara Perkembangan Motorik Halus Anak Usia


Prasekolah di Kelompok Bermain Dengan Anak yang tidak di
Kelompok Bermain
Perkembangan motorik halus anak usia prasekolah adalah
kemampuan untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerakan yang
melibatkan bagian tubuh-tubuh tertentu dan otot-otot kecil yang
memerlukan koordinasi secara cermat serta tidak memerlukan banyak
tenaga (Nursalam, dkk, 2005). Dalam usia prasekolah anak sangat
membutuhkan rangsangan untuk stimulasi perkembangannya terutama
perkembangan motorik halus. Sering anak yang di play group mendapatkan
pendidikan dan ketrampilan untuk memacu perkembangannya dibanding
dengan anak yang tidak di play group. Sehingga terdapat perbedaan antara
anak yang di play group dan tidak di play group.

24
Kelompok bermain (play group) adalah sebuah kelompok yang
terdiri dari anak usia 3-6 tahun. Sesuai dengan namanya maka play group
dilengkapi dengan berbagai fasilitas bermain anak dan suasana yang
menyenangkan bagi anak (Muliawan (2009) dalam Maimunah (2009).
Dalam kelompok bermain (play group) ini lebih banyak bermain daripada
belajar sehingga merangsang stimulasi anak dalam ketrampilannya, di
dalam play group anak diajarkan bagaimana cara memegang alat makan
yang benar, alat untuk menulis yang benar, menyusun bangun-bangunan,
menggunting dan ketrampilan lainnya. Sehingga anak yang di play group
lebih cepat berkembang motorik halusnya dibanding dengan anak yang
tidak di play group. Dalam perkembangan motorik halus anak usia
prasekolah ini menggunakan gerakan otot-otot halus berkoordinasi dengan
otak dalam melakukan suatu kegiatan. Anak yang di play group motorik
halusnya dapat berkembang secara optimal karena mendapatkan
pembelajaran, latihan serta ketrampilan yang dapat diulang kembali pada
waktu anak di rumah dibanding dengan anak yang tidak di play group.
Sedangkan anak yang tidak di play group hanya mendapatkan
pendidikan atau pengetahuan dari orangtuanya atau orang disekitarnya.
Mungkin pendidikan atau pengetahuan tersebut tidak sama dengan apa yang
didapat anak yang di play group. Seringnya anak banyak bermain diluar dan
kurang dalam belajarnya mengakibatkan perkembangan motorik halusnya
mungkin terhambat, seharusnya anak yang sudah bisa menyusun,
menggunting, menghitung, menulis, menggambar maupun ketrampilan
lainnya namun belum bisa melakukannya. Sehingga play group mempunyai
peran yang cukup besar dalam memacu perkembangan motorik halus anak
usia prasekolah.

25
D. Kerangka teori

Faktor internal :
1. Genetika
a. Perbedaan ras, etnis, atau
bangsa
b. Keluarga
c. Umur
d. Jenis kelamin
e. Kelainan kromosom
2. Pengaruh hormon

Faktor eksternal :
Pranatal
1. Gizi
2. Toksin
3. Infeksi
4. Kelainan imunologi
5. Psikologi ibu
Perkembangan motorik
Postnatal halus anak usia
1. Pengetahuan ibu gizi prasekolah
2. Gizi
3. Budaya lingkungan
4. Status social lingkungan
5. Lingk.fisik
6. Lingk.pengasuhan
7. Stimulasi PLAY
GROUP
8. Olahraga

Skema 2.1
Kerangka Teori Penelitian

Sumber: Soetjiningsih (1995)

26
E. Kerangka Konsep
variabel bebas variabel terikat
Anak usia Perkembangan
prasekolah di motorik halus anak
play group usia prasekolah

Anak usia Perkembangan


prasekolah motorik halus anak
tidak di play usia prasekolah
group

Skema 2.2
Kerangka Konsep Penelitian

F. Variabel penelitian
1. Variabel bebas adalah anak usia prasekolah di kelompok bermain dengan
anak yang tidak di kelompok bermain di Desa Ambokembang.
2. Variabel terikat adalah perkembangan motorik halus anak usia prasekolah.

G. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah:
Ada perbedaan perkembangan motorik halus antara anak di kelompok
bermain dengan anak yang tidak di kelompok bermain.

27

Anda mungkin juga menyukai