PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode todler mencakup 2 tahun kedua kehidupan, sejak usia 1 sampai 3 tahun. P
eriode ini adalah waktu pencapaian pertumbuhan dan perkembangan anak yang signifi
kan. Untuk mencapai perkembangan tumbuh kembang anak yang optimal perlu diper
hatikan beberapa aspek perkembangan, yakni sensoris, motorik, komunikasi bahasa d
an bicara, kognitif, kreatifitas seni, urus diri, emosi sosial, kerjasama, dan leadership,
moral & spiritual. Dimana perkembangan tersebut berkaitan dengan perkembangan ot
ak anak juga. Jika melihat dari perkembangan otak, otak terbagi menjadi 2 sisi yakni:
Otak kiri (hard skill 10%) spesific competencies yakni berhubungan dengan logika, be
rhitung, rasional dan merencanakan. Otak kanan (soft skill 90%) basic competencies y
akni berhubungan dengan sensitiveness, self controlling, vision, communication, risk t
aking dan continual learning.
Kemudian dalam tahap perkembangan tumbuh kembang anak, anak berusia 12 bu
lan seharusnya sudah bisa untuk berjalan dengan dituntun, makan menggunakan send
ok, saat dipanggil datang, dan bicara lebih dari 8 kata. Usia 18 bulan sudah bisa untuk
naik tangga dengan dibantu, menyusun 6 balok, dan mengikuti mimik. Anak usia 2 ta
hun cenderung gerakannya memakai otot-otot besar, bergerak dengan banyak kompon
en tubuh dan dapat merangsang oksigenasi otak. Dan untuk mengetahui anak sudah si
ap jalan atau belum dapat dilihat dari refleks jinjit (plantar reflex) yang mulai hilang,
atau sudah dapat melakukan koordinasi kompleks.
B. Rumusan Masalah
5. Apa saja masalah kesehatan yang terjadi pada anak usia todler?
1
C. Tujuan Penulisan
D. Metode Penulisan
Makalah ini dibuat dengan menggunakan metode pustaka yaitu metode yang
dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka, baik berupa
buku maupun informasi di internet dan juga melalui metode deskriptif yaitu untuk
membuat gambaran mengenai suatu situasi.
E. Ruang Lingkup
Pembahasan makalah ini difokuskan hanya membahas tentang tumbuh kembang
dan promosi kesehatan pada anak usia todler.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan kelompok ini adalah sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode,
Ruang Lingkup, dan Sistematika Penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka yang meliputi Pertumbuhan, perkembangan, Koping yang
berhubungan dengan bertumbuhan dan perkembangan normal, Dukungan kesehatan
anak usia todler, dan Masalah kesehatan anak usia todler.
Bab III : Penutup meliputi Kesimpulan dan Saran.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan
B. Perkembangan
1. Perkembangan Fisik
Menurut Allen & Marotz (2010), pada usia 1 tahun berat badan akan
1 1
bertambah kira-kira /4 - /2 pon (0,13 - 0,25 kg) per bulan sehingga rata-rata
berat badannya 21 - 27 pon (9,6 - 12,3 kg), dan tinggi badan akan bertambah
sekitar 2 - 3 inci (5,0 - 7,6 cm) per tahun sehingga kurang lebih tingginya 32 - 35
inci (81,3 - 88,9 cm).
Pada usia 2 tahun, berat badan akan bertambah kira-kira 2 - 2,5 pon (0,9 - 1,1
kg) per tahun sehingga rata-rata berat badannya 26 - 32 pon (11,8 - 14,5 kg), dan
3
tinggi badan akan bertambah sekitar 3 - 5 inci (7,6 - 12,7 cm) per tahun sehingga
kurang lebih tingginya 34 - 38 inci (86,3 - 96,5 cm). Pada anak usia 3 tahun akan
memiliki pertambahan berat badan 3 - 5 pon (1,4 - 2,3 kg) per tahun sehingga rata-
rata berat badannya 30 - 38 pon (13,6 - 17,2 kg), dan tinggi badan akan bertambah
2 - 3 inci (5 - 7,6 cm) per tahun sehingga tingginya mencapai 38 - 40 inci (96,5 -
101,6 cm).
Menurut Allen & Marotz (2010), anak-anak pada usia 1 - 3 tahun akan
mengalami perkembangan sesuai usianya dalam keterampilan motorik kasar dan
motorik halus. Pada usia 1 tahun, kemampuan gerak kasar anak bisa mengangkat
badannya dari posisi duduk ke berdiri tanpa bantuan dan duduk sendiri tanpa
bantuan. Anak juga dapat berdiri selama 30 detik tanpa bantuan atau pegangan
dan berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh, serta anak akan bisa menangkap
dan melempar bola.
Pada usia 2 tahun, kemampuan gerak kasar anak bisa melompat jauh,
melempar dan menangkap bola besar. Anak bisa merangkak dan memanjat. Anak
juga bisa menendang bola kecil ke depan tanpa berpegangan, serta bisa berjalan
naik tangga sendiri. Pada usia 3 tahun, kemampuan gerak kasar anak bisa berdiri
selama 30 detik atau lebih tanpa berpegangan. Anak bisa melempar bola lurus ke
arah perut. Anak juga bisa melompati selembar kertas dengan mengangkat kedua
kakinya. Anak dapat mengayuh sepeda roda tiga.
Keterampilan motorik halus anak pada usia 1 – 3 tahun juga akan meningkat.
Pada usia 1 tahun, kemampuan motorik halus anak sudah dapat memegang pensil
tanpa bantuan dan mencoret-coret kertas tanpa petunjuk. Anak bisa menyusun
balok-balok, memasukkan dan mengeluarkan benda dari suatu tempat ke tempat
lain, serta memasukkan benda satu ke benda lainnya yang ukurannya berbeda.
Pada usia 2 tahun, kemampuan gerak halus anak dapat menyusun balok-balok
dengan jumlah yang lebih banyak. Anak akan mengerti konsep jumlah seperti
jumlah balok ada 6, dan akan mengelompokkan benda-benda sesuai jenisnya.
4
Sementara pada usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak, anak akan mampu
menyusun balok-balok dengan jumlah yang lebih banyak. Anak dapat membuat
garis lurus.
4. Perkembangan Psikososial
5. Perkemangan Psikoseksual
5
Masa perkembangan anak usia 1,5 - 3 tahun yang ditandai dengan
kecenderungan perilaku untuk memusatkan kepuasan fisiologis pada bagian
anus (dubur). Anak senang memeriksa dan memainkan duburnya serta
memperlihat duburnya. Sasaran pemuasan pada masa anak adalah memilih
beda dan menyentuhnya/ memasukan ke dalam duburnya. Peran lingkungan
adalah membantu anak untuk belajar mengontrol pengeluaran (melakukan
Toilet Training), yaitu suatu konsep bersih dimana anak belajar mengontrol
pengeluaran tepat waktu dan tempat serta dapat melakukan dengan mandiri.
Adapun kreteria yang umumnya ditemukan antara lain:
Pada fase ini tugas yang dapat dilaksanakan anak adalah latihan kebersi
han
Untuk itu toilet training adalah waktu yg tepat dilakukan dalam periode
ini.
6. Perkembangan Kognitif
Menurut Allen & Marotz (2010), tahap perkembangan kognitif pada anak
usia 1 - 3 tahun yang sesuai usianya adalah seperti berikut ini: Pada usia 1 tahun,
anak akan senang dengan menyembunyikan benda, senang melihat buku gambar.
Anak tidak sering lagi memasukkan benda ke mulutnya. Anak juga bisa
menyebutkan nama-nama benda sehari-hari.
6
Pada usia 2 tahun, anak akan cenderung memberikan perintah atau arahan.
Anak akan menatap dalam jangka waktu panjang terhadap sesuatu yang terlihat
menarik. Anak juga akan mengenali dan mengekspresikan rasa sakit serta
menunjukkan bagian yang sakit. Sementara itu, pada anak usia 3 tahun, anak akan
mulai mendengarkan penuh perhatian pada cerita yang dibacakan untuknya dan
berkomentar tentang cerita. Anak bisa menyebutkan segitiga, lingkaran, kotak dan
dapat menunjukkan bentuk yang diminta. Anak juga bisa mengelompokkan jenis
mainan sesuai ukuran, warna dan menghitung jumlahnya dengan suara yang keras.
Pada perkembangan ini ada beberapa perkembangan body image pada anak
usia todler, yaitu:
Menurut Kyle & Susan Carman (2014), anak-anak mulai belajar tentang
perbedaan jenis kelamin pada masa usia todler. Mereka belajar dengan
mengobservasi perbedaan antara bagian tubuh pria dan wanita jika perbedaan
tersebut diperlihatkan pada todler. Todler dapat bertanya kepada orang tua tentang
perbedaan ini dan dapat mulai mengeksplorasi genetalia diri mereka sendiri.
7
Todler juga mulai memahami dan meniru perbedaan jenis kelamin secara social.
Mereka melakukan observasi tentang perilaku spesifik jenis kelamin secara sosial.
Mereka melakukan observasi tentang perilaku spesifik jenis kelamin yang
bergantung pada apa yang dipaparkan pada mereka.
Pada usia 2 tahun, anak akan lebih menunjukkan kasih sayangnya dengan me
meluk atau mencium anak-anak lain sebagai tanda empati dan peduli. Anak sering
tidak sabaran untuk menunggu giliran dan sering menentang dengan berteriak. An
ak juga sering melihat dan menirukan permainan anak lain tetapi jarang mau berga
bung serta sering membuat perintah kepada orang dewasa. Sementara pada usia 3 t
ahun, anak akan mengerti bertukar giliran dan akan ikut bergabung dalam permain
an bersama teman. Anak juga menunjukkan kasih sayang kepada anak lain yang le
bih kecil atau yang terluka.
Jika anak tidak bisa melakukan tugas perkembangan sesuai usianya berarti ana
k tersebut mengalami keterlambatan perkembangan. Faktor-faktor yang mempeng
aruhi terjadinya keterlambatan perkembangan personal sosial (Wiyani, 2014) yaitu:
rasa takut anak, rasa cemas anak, rendah diri, pemalu dan ketidakpatuhan. Rasa ta
kut anak umumnya karena gelap, takut binatang seperti anjing, takut petir, hantu d
an lainnya. Hal ini wajar akan tetapi jika rasa takut itu sudah berlebihan, maka aka
n menimbulkan masalah sosial pada anak. Selain itu, rasa cemas yang anak hadapi
akan lingkungan sekitar yang terlalu banyak mengkritik, sikap perfeksionis orang t
ua dan sikap bebas orang tua. Hal tersebut berdampak terhadap perkembangan per
sonal sosial anak.
Rendah diri dapat timbul karena bentuk tubuh yang kecil atau cacat sehingga
minder dan tidak mau bergaul. Sikap anak yang pemalu karena sering diejek atau f
aktor ekonomi orang tua juga bisa berpengaruh ke perkembangan personal sosial a
nak. Ketidakpatuhan anak dikarenakan orang tua kurang disiplin atau disiplinnya s
angat keras sehingga membuat perkembangan anak juga terganggu.
8
10. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia 1 - 3 tahun pada umumnya menurut Allen &
Marotz (2010):
Pada usia 1 tahun, anak sudah menggunakan satu kata seperti aku, mama, pa
pa, serta berkata sederhana seperti mana papa cangkirnya. Anak memahami
bagian tubuhnya seperti hidung, telinga, dan kaki. Anak juga mulai merespo
n pertanyaan dengan menjawab iya atau tidak.
Pada usia 2 tahun, anak lebih menguasai kosa kata. Anak juga sering bertany
a tentang sesuatu yang dilihatnya. Anak mulai mengatakan kalimat bukan ja
waban tidak tetapi misalnya tidak mau susu lagi.
Pada usia 3 tahun, anak akan lebih menguasai banyak kosa kata. Anak berny
anyi dan berkomentar tentang apa yang dilihatnya. Anak selalu bertanya dan
membuat percakapan berlanjut terus serta menarik perhatian orang lain terha
dap dirinya.
Pada anak yang tidak mencapai tugas perkembangan di atas sesuai usianya,
maka dapat diartikan anak tersebut mengalami keterlambatan perkembangan
bahasa. Menurut Wiyani (2014), hal ini terjadi karena beberapa faktor antara lain:
faktor kesehatan, intelegensi, status sosial ekonomi keluarga, jenis kelamin dan
hubungan keluarga. Faktor kesehatan anak pada tahun pertama sangat penting.
Anak yang sering sakit-sakitan akan memperbesar kemungkinan untuk terjadinya
keterlambatan bahasa. Orang tua dapat mencegahnya dengan pemberian ASI dan
makanan bergizi serta rutin memeriksakan anak ke dokter.
9
C. Koping yang Berhubungan dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Normal
1. Negativisme
Ketika todler terpisah dari orang tua, mengenali individualitas nya sendiri, d
an memperlihatkan otonomi, akan terjadi banyak negativisme. Orang tua harus
memahami bahwa negativisme ini sebagai kejadian perkembanagan normal dan
bukan merupakan bentuk perlawanan yang disengaja (meskipun ini juga dapat te
rjadi). Hindari mengajukan pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak, baik maks
udnya adalah benar atau tidak.
2. Tamper tantrum
Tamper tantrum merupakan hasil alami dari frustasi yang dialami todler.
Todler berkeinginan besar untuk mengeksplorasi hal-hal baru, tetapi upaya
mereka seringkali di halangi (biasanya karena alasan keamanan). Todler tidak
berperilaku buruk secara sengaja. Mereka memerlukan waktu dan kematangan
untuk mempelajari aturan dan peraturan. Beberapa dari rasa frustasi mereka
berasal dari kurangnya keterampilan bahasa dan untuk mengekspresikan diri
mereka sendiri. Todler baru mulai mempelajari cara mengungkapkan perasaan
dan menggunakan tindakan alternatif daripada hanya marah.
Tamper tantrum dapat dimanifestasikan sebagai serangan jeritan dan
tangisan atau episode komplet ketika todler membanting dirinya sendiri ke
lantai, menendang, berteriak, dan memukul, bahkan mungkin menahan nafas.
Keletihan atau rasa marah dapat membatasi kemampuan koping todler dan
meningkatkan perilaku negative dan tamper tantrum (Lyness, 2008).
10
b. Ganti empeng yang sudah dipakai dengan empeng yang baru
c. Jangan pernah mengikat empeng ke sekeliling leher todler.
Orang tua mungkin ingin mengatasi mengisap jempol dan menggunakan
empeng pada waktu tidur, didalam mobil, dan dalam situasi penuh stress. Orang
tua harus dengan tenang mendiskusikan pembatasan ini kepada todler dan
kemudian tetap konsisten untuk menerapkannya (Marter & Agruss,2007).
4. Sibling Rivalry
Banyak keluarga memiliki anak kedua ketika anak pertama mereka berusia
todler. Todler terbiasa untuk menjadi bayi dan mendapatkan perhatian yang
besar, baik di rumah maupun dikeluarga besar. Karena todler normalnya bersifat
egosentrik, membawa bayi baru kerumah mungkin cukup mengganggu. Untuk
meminimalkan masalah sibling rivalry, orang tua harus berupaya menjaga
rutinitas todler senormal mungkin. Habiskan waktu tersendiri dengan todler
setiap hari. Libatkan todler dalam perawatan bayi. Todler mampu mengambil
popok atau T-shirt, menghibur bayi dengan mainan, atau membantu
menyanyikan lagu untuk menenangkan bayi (Brazelton&sparrow,2006).
“Membantu” orang tua merawat bayi membantu sensasi penting pada todler.
Todler akan memerlukan dukungan besar saat memegang bayi.
5. Regresi
Beberapa todler mengalami regrasi selama peristiwa penuh stress (misal:
kelahiran saudara kandung, hospitalisasi). Stress pada todler mempengaruhi
kemampuannya untuk menguasai tugas perkembangan yang baru. Selama regresi,
todler mungkin berkeinginan untuk kembali ketahap sebelumnya. Ia mungkin
menginginkan botol atau empeng yang sudah lama dilupakannya. Todler mungkin
berhenti memperlihatkan bahasa atau melakukan keterampilan motorik yang
sudah dicapai sebelumnya. Stress yang bermakna pada kehidupan todler dapat
juga mengganggu proses pengajaran ke toilet. Ketika regresi terjadi, orang tua
harus mengabaikan perilaku regresif dan menawarkan pujian untuk prilaku yang
tepat atau pencapaian ketrampilan (Brazelton & Sparrow, 2006).
6. Toilet training
Salah satu tugas mayor masa todler adalah toilet training. Kontrol volunter
sfingter anal dan uretra terkadang dicapai kira-kira setelah anak berjalan,
mungkin antara usia 18 dan 24 bulan. Dalam toilet training anak harus mampu
megenali urgenci untuk mengeluarkan dan menahan eliminasi serta mampu
mengkomunikasikan sensasi ini kepada orang tua. Sejumlah teknik dapat
membantu ketika mulai berlatih salah satunya adalah pemilihan tempat duduk
berlubang untuk eliminasi (potty chair) atau pengunaan toilet.
Konsep tumbuh kembang anak terkait dengan suatu bentuk perilaku anak
dalam menyelesaikan tugas perkembangannya, salah satunya adalah adaptasi
anak terhadap situasi lingkungan di sekitar anak. Koping merupakan bagian dari
proses adaptasi untuk mencapai keseimbangan dalam pertumbuhan dan
11
perkembangan anak. Koping muncul karena adanya stressor tertentu dimana
anak akhirnya menggunakan mekanisme koping yang berbeda sesuai dengan
usia anak. Stressor seperti ketakutan, perpisahan, kehilangan dan kematian dapat
menimbulkan respon tingkah laku anak yang berbeda, bisa berupa perilaku
agresif, fantasi, phobi sekolah dan anak bisa menggunakan berbagai mekanisme
pertahanan yang akan mempunyai dampak positif maupun negatif terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.
12
Anak berusia 18 bulan memerlukan waktu tidur 13,5 jam per hari, anak
berusia 24 bulan memerlukan waktu tidur 13 jam per hari, dan anak berusia 3
tahun memerlukan waktu tidur 12 jam per hari (Feigelman, 2007 dalam Kyle &
Susan Carman, 2014).
Menurut Kyle & Susan Carman (2014), todler biasanya harus tidur
sepanjang malam dan tidur siang satu kali di siang hari. Sebagian besar anak
berhenti tidur siang pada usia sekitar 3 tahun.
Todler tidur di dalam tempat tidur bayi seperti seorang bayi perlu
dipindahkan ke tempat tidur anak kecil atau todler, atau bahkan ke tempat tidur
ukuran penuh di periode todler. Ketika tempat tidur bayi menjadi tidak aman
(ketika todler mampu menaiki pagar tempat tidur bayi), ia harus dipindahkan ke
tempat tidur biasa.
Ritual waktu tidur yang konsisten membantu todler bersiap untuk tidur.
Pilih waktu dan ketat terhadap waktu tidur tersebut semaksimal mungkin.
Rutinitas di malam hari mungkin mencakup mandi diikuti dengan membacakan
cerita. Rutinitas harus dilakukan dalam periode yang tenang disertai distraksi
minimal dari luar. Todler sering kali memerlukan benda keamanan untuk
membantu mereka untuk tidur. Todler dewasa mungkin takut terhadap gelap
sehingga lampu malam hari sering kali membantu.
Bangun di malam hari merupakan masalah bagi beberapa todler. Ini dapat
terjadi akibat perubahan rutinitas atau sebagai keinginan untuk mendapatkan
perhatian di waktu malam hari. Perhatian selama bangun di malam hari harus
diminimalkan sehingga todler tidak mendapatkan dukungan karena terbangun di
malam hari. Bagi beberapa todler, terbangun di malam hari disebabkan oleh
mimpi buruk. Karena imajinasi dan kemampuan untuk percaya sedang
bertunbuh, todler mungkin tidak mampu membedakan realita dan imajinasi.
Orang tua harus memeluk dan menenangkan todler setelah mimpu buruk.
Membatasi menonton televisi (terutama sesaat sebelum waktu tidur) mungkin
membantu dalam membatasi mimpi buruk.
3. Kesehatan Gigi
Pada usia 30 bulan, todler harus memiliki gigi primer (gigi susu/gigi bayi)
dalam jumlah lengkap. Orang tua mungkin tidak menyadari pentingnya
mencegah lubang di gigi primer karena gigi primer tersebut pada akhirnya akan
digantikan oleh gigi permanen. Higiene oral yang buruk, penggunaan botol atau
cangkir sisip antitumpah, kurang asupn fluorida, dan keterlambatan atau tidak
adanya perawatan gigi professional dapat berkontribusi pada terjadinya karies
gigi (Wagner & Oskouian, 2008 dalam Kyle & Susan Carman, 2014).
Menurut Kyle & Susan Carman (2014), membersihkan gigi todler harus
berkembang dari menyikat dengan air sederhana hingga menggunakan pasta gigi
berfluorida dalam jumlah sangat sedikit (seukuran kacang polong) yang dimulai
pada usia 2 tahun. Menyapih dari botol tidak lebih dari usia 15 bulan dan
penggunaan cangkir sisip antitumpah (jenis yang memerlukan pengisapan untuk
dapat menghantarkan cairan) yang dibatasi secara ketat direkomendasikan.
13
Pada usia 1 tahun, todler harus melakukan kunjungan pertama mereka ke
dokter gigi untuk membentuk kesehatan gigi dan gusi pada masa ini. Makan
harus dibatasi pada waktu makan dan kudapan, karena “merumput” selama siang
hari memajankan gigi pada makanan sepanjang hari. Makanan yang
mengandung karbohidrat dikombinasikan dengan bakteri oral menciptakan
penurunan kadar pH oral yang optimal untuk pembentuk karies gigi (gigi
berlubang).
Fluoridasi air masyarakat adalah inisiatif/program kesehatan masyarakat
yang memastikan agar sebagian besar anak mendapatkan asupan fluorida yang
adekuat untuk mencegah karies gigi. Jika suplai air mengandung fluorida yang
adekuat, tidak dibutuhkan suplemen lain selain menyikat gigidengan sejumlah
kecil pasta gigi yang mengandung fluorida setelah anak berusia 2 tahun.
Kelebihan mengonsumsi fluorida harus dihindari, karena berkontribusi pada
terjadinya fluorosis (bitnik-bintik pada enamel gigi). Faktor resiko terjadinya
fluorosis terdiri dari:
Kadar fluorida tinggi dalam suplai air setempat.
Menggunakan pasta gigi yang mengandung fluorida sebelum anak
berusia 2 tahun.
Kelebihan menelan fluorida baik pasta gigi maupun di makanan.
4. Pencegahan Injury
Cedera adalah dampak dari agen eksternal yang menimbulkan kerusakan
fisik maupun mental. Cedera termasuk salah satu dari beberapa utama morbiditas
dan mortalitas pada anak didunia. Prevalensi cedera pada tahun 2007 mencapai
7,5% dan mengalami peningkatan tahun 2013 yaitu 8,5%. Melihat karakteristik
perkembangannya todler lebih berisiko mengalami cedera. Hal ini dapat
berdampak pada psikologis, terganggunya proses pertumbuhan dan
perkembangannya dikemudian hari.
Antisipasi cedera adalah suatu ramalan mengenai suatu kondisi individu
yang berisiko untuk mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi lingkungan
yang berhubungan dengan sumber-sumber adaptif dan pertahanan. Pencegahan
cedera dapat dilakukan dengan memberikan pengamanan disekitar anak usia
todler, yaitu sebagai berikut:
Jatuh. Menganjurkan kepada orangtua untuk memasang pengaman tempat
tidur, memasang pagar/pegangan pada tangga, menutup semua jendela yang
terbuka, baru menganjurkan todler untuk bermain.
Tidak meletakkan pisau atau benda tajam dan benda berbahaya
sembarangan.
Menyimpan zat zat berbahaya sehingga jauh dari jangkauan anak anak.
Tidak meninggalkan anak dalam keadaan sendirian tanpa pengamanan
Tidak membiarkan anak bermain sendiri di dalam air, di kolam atau di
ember, anak-anak mempunyai sifat suka bermain dengan air dan selalu ingin
tahu dengan hal-hal baru. Jangan biarkan juga anak bermain dekat kolam
14
renang atau sumur tanpa pengawasan orangtua.
Hindari anak dari benda panas seperti, kompor, setrika, dispenser air panas.
Hindari penggunaan taplak meja, karena anak senang atau mudah
menariknya dan benda benda yang ada diatas meja akan berhamburan
mengenai anak.
Kabel-kabel listrik dan peralatan elektronik tidak ada yang terbuka, lecet
atau terkelupas yang menyebabkan anak akan terkena strum
Benda-benda kecil seperti jarum, manik-manik, peniti, perhiasan, mainan
kecil harus disimpan di laci yang tertutup rapat dan terkunci.
Alat makan dan minum yang terbuat dari bahan yang mudah pecah karena
apabila anak menggunakannya dan kemudian pecah hal ini beresiko
perlukaan pada anak.
Stop kontak dipasang yang tidak dapat dijangkau oleh anak, karena anak
akan penasaran ingin memegang bahkan mencolok dengan jari
Apabila saat bermain diluar rumah ajarkan anak untuk tetap menjauh dari
jalan raya dan memberikan supervisi konstan untuk mencegah kecelakaan
saat bermain diluar.
Awasi dan waspadai terhadap binatang yang belum anak kenal, seperti
kucing liar maupun ular liar yang mungkin bisa saja terdapat di taman
bermain.
Masalah kesehatan pada anak todler yang sering terjadi meliputi sebagai berikut:
1. Gizi
Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia yang jika
kekurangan akan menyebabkan efek tang sangat serius sepwrti kegagalan
pertumbuhan fisik serta tidak optimalnya perkembangan dan kecerdasan. Akibat
lainnya adalah terjadinya penurunan produktifitas, menurunnya daya tahan tubuh
terhadap penyakit yang akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian
(Ariani, 2017).
Jika kondisi kurang gizi terjadi pada todler, khususnya pada golden periode
perkembangan otak, otak tidak dapat berkembang sebagaimana anak yang sehat,
dan kondisi ini akan sulit untuk dapat pulih kembali. Dengan demikian
dikhawatirkan anaknyang menderita gizi kurang pada usia todler akan
mengalami gangguan perkembangan yang bersifat menetap dimasa-masa
berikutnya. Kelainan tumbuh kembang yang paling banyak yaitu Delayed
Development (pertumbuhan yang terlambat), Global Delayed Development
dimana terjadi keterlambatan perkembangan umum, yang meliputi
perkembangan motorik, bahasa, sosio-emosional dan kognitif.
15
2. Infeksi saluran nafas (ISPA)
Kondisi ini biasanya disertai dengan gejala berupa pilek, batuk dan demam.
Demam pada ISPA bisa mencapai 39-40’C, ummunya akan sembuh selama 7-10
hari.
4. Gangguan pencernaan
Salah satu pencernaan yang sering terjadi oleh anak adalah konstipasi atau
sulit buang air besar (BAB), dapat disebabkan kurangnya makanan berserat,
sering menahan BAB atau gangguan pada usus.
5. Karies gigi
Kareis gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang paling sering
ditemui. Penyakit ini ditandai dengan adanya kerusakan pada jaringanleras gigi
itu sendiri (lubang pada gigi).
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses yang berubah-ubah, misa
lnya pembentukan jaringan, pembesaran kepala, tubuh serta anggota badan lain seperti t
angan dan kaki, peningkatan dalam kekuatan dan kemampuan untuk mengendalikan oto
t-otot yang besar maupun kecil, perkembangan hubungan sosial, pemikiran dan bahasa,
serta mulai terbentuknya kepribadian. Todler adalah usia anak 1-3 tahun yang secara ps
ikologis membutuhkan cinta dan kasih sayang, rasa aman atau bebas dari ancaman. Per
kembangan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal yang mampu memberik
an rasa aman, peduli, dan penuh kasih sayang.
Todler mungkin seringkali terjatuh, tapi akan menggunakan lengan yang direnggan
gkan keluar untuk menangkap dirinya sendiri (refles parasut). Setelah sekitar 6 bulan m
empraktikan berjalan, gaya berjalan todler menjadi lebih halus dan kedua kaki menjadi
lebih rapat. Pada usia 3 tahun, todler berjalan dalam arah tumit ke jari serupa dengan ga
ya berjalan orang dewasa.
Usia batita merupakan masa ke emasan bagi perkembangan anak. Pada usia 1-3 tah
un inilah perkembangan otak, psikologi, sosial, dan fisik anak berjalan dengan cepat. T
ahap-tahap perkembangan batita dapat dilihat dari bertambahnya kemampuan anak dala
m berosisalisasi, perkembangan mental, dan aktifitas fisiknya.
Perkembangan batita sejatinya merupakan perkembangan yang sangat cepat hingga
mau tidak mau, orang tua harus selalu waspada dan selalu bersiap umtuk “terkejut” mel
ihat perkembangan batita mereka.
B. Saran
Masa balita merupakan masa yang penting bagi pertumbuhan dan perkembang ana
nak oleh karena itu, diperlukan stimulasi dari orang-orang penting sekitarnya. stimulasi
yang diberikan pada balita harus meliputi aspek keseluruhan, yaitu aspek biologis, psik
oseksual, psikososial, kognitif dan bahasa, juga tidak lepas dari peran juga perawat dala
m memberikan promosi kesehatandan bimbingan antisipasi pada orang tua.
17
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam didalam melakukan didikan anak usia todle
r dengan tujuan meningkatkan kecerdasan anak perlu diperhatikan dalam perkembanga
n dan pertumbuhan nya dalam aspek fisik dan psikis yang didampingi dengan perhatian
pula, pada gangguan-gangguan yang dialami oleh anak dan cara penanggulangan serta
cara mengatasinya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Allen & Marotz. 2010. Profil Perkembangan Anak. Alih Bahasa Valentino. Jakarta : PT Ind
eks.
Dariyo A. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung: PT Refika
Aditama.
Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervens
i Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Depkes RI
https://media.neliti.com/media/publications/189657-ID-perbedaan-tumbuh-kembang-anak-toddler-
ya.pdf/
Diakses pada tanggal 17 September 2019
Kozier, B., Erb, G., Berman, A.J., & Snyder. (2008). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process
and Practice. 8th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Kyle, Terri dan Susan Carman. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri: Jakarta : EGC.
Santrock, John W. (2011). Perkembangan Anak Edisi 7 Jilid 2. (Terjemahan: Sarah Genis
B) Jakarta: Erlangga.
Soetjiningsih. 2012. Perkembangan Anak dan Permasalahannya dalam Buku Ajar I IlmuPe
rkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta : Sagungseto
Sulistyawati, Ari. 2015. Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Wiyani, N. A. (2014). Buku Ajar Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus. Yogya
karta: Ar-Ruzz Media
19
www.nutriclub.co.id/kategori/balita/kesehatan/5-penyakit-umum-yang-sering-dialami-balita/?=2 D
iakses pada tanggal 19 September 2019
20