Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Periode todler mencakup 2 tahun kedua kehidupan, sejak usia 1 sampai 3 tahun. P
eriode ini adalah waktu pencapaian pertumbuhan dan perkembangan anak yang signifi
kan. Untuk mencapai perkembangan tumbuh kembang anak yang optimal perlu diper
hatikan beberapa aspek perkembangan, yakni sensoris, motorik, komunikasi bahasa d
an bicara, kognitif, kreatifitas seni, urus diri, emosi sosial, kerjasama, dan leadership,
moral & spiritual. Dimana perkembangan tersebut berkaitan dengan perkembangan ot
ak anak juga. Jika melihat dari perkembangan otak, otak terbagi menjadi 2 sisi yakni:
Otak kiri (hard skill 10%) spesific competencies yakni berhubungan dengan logika, be
rhitung, rasional dan merencanakan. Otak kanan (soft skill 90%) basic competencies y
akni berhubungan dengan sensitiveness, self controlling, vision, communication, risk t
aking dan continual learning.
Kemudian dalam tahap perkembangan tumbuh kembang anak, anak berusia 12 bu
lan seharusnya sudah bisa untuk berjalan dengan dituntun, makan menggunakan send
ok, saat dipanggil datang, dan bicara lebih dari 8 kata. Usia 18 bulan sudah bisa untuk
naik tangga dengan dibantu, menyusun 6 balok, dan mengikuti mimik. Anak usia 2 ta
hun cenderung gerakannya memakai otot-otot besar, bergerak dengan banyak kompon
en tubuh dan dapat merangsang oksigenasi otak. Dan untuk mengetahui anak sudah si
ap jalan atau belum dapat dilihat dari refleks jinjit (plantar reflex) yang mulai hilang,
atau sudah dapat melakukan koordinasi kompleks.
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu perkembangan?

2. Apa saja perkembangan yang terjadi pada anak usia todler?

3. Bagaimana koping yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan


normal pada anak usia todler?

4. Bagaimana dukungan kesehatan pada anak usia todler?

5. Apa saja masalah kesehatan yang terjadi pada anak usia todler?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Agar mahasiswa mampu memberikan informasi tentang definisi perkembangan.

2. Agar mahasiswa mampu memberikan informasi perkembangan yang terjadi pada


anak usia todler.

3. Agar mahasiswa mampu memberikan informasi tentang koping yang berhubungan


dengan pertumbuhan dan perkembangan normal pada anak usia todler.

4. Agar mahasiswa mampu memberikan informasi tentang dukungan kesehatan pada


anak usia todler

5. Agar mahasiswa mampu memberikan informasi tentang masalah kesehatan yang


terjadi pada anak usia todler.

D. Metode Penulisan
Makalah ini dibuat dengan menggunakan metode pustaka yaitu metode yang
dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka, baik berupa
buku maupun informasi di internet dan juga melalui metode deskriptif yaitu untuk
membuat gambaran mengenai suatu situasi.

E. Ruang Lingkup
Pembahasan makalah ini difokuskan hanya membahas tentang tumbuh kembang
dan promosi kesehatan pada anak usia todler.

F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan kelompok ini adalah sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode,
Ruang Lingkup, dan Sistematika Penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka yang meliputi Pertumbuhan, perkembangan, Koping yang
berhubungan dengan bertumbuhan dan perkembangan normal, Dukungan kesehatan
anak usia todler, dan Masalah kesehatan anak usia todler.
Bab III : Penutup meliputi Kesimpulan dan Saran.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan proses perubahan fisik dan bertambahnya ukuran yang


dapat diukur secara kuantitatif seperti tinggi badan, berat badan, ukuran tulang dan
gigi dan bersifat irreversible (Kozier, Erb, Berman & Synder, 2008).

Proses pertumbuhan akan berlangsung hingga individu tumbuh dewasa.


Pertumbuhan secara pesat terjadi pada masa prenatal, neonatal, bayi, remaja,
sementara secara lambat terjadi pada masa kanak-kanak, lalu secara minim ketika
telah dewasa (Kozier, Erb, Berman & Synder, 2008). Pertumbuhan mempunyai aspek
perilaku yang disebut dengan perkembangan.

B. Perkembangan

Perkembangan (development) merupakan bertambahnya kemampuan (skill)


dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Perkembangan
emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya
(Cahyaningsih, 2011).

Perkembangan atau development adalah bertambahnya kemampuan (skill)


dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai
hasil pematangan (Sulistyawati, 2015).

1. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik adalah berkembangnya proporsi tubuh, berat badan dan


tinggi badan dari sebelumnya. Pada anak usia 1 - 3 tahun umumnya mengalami
perkembangan fisik yaitu akan terjadi pertambahan tinggi rata-rata 6,35 cm setiap
tahun dan pertambahan berat badan 2,5 - 3,6 kg setiap tahun (Soetjiningsih, 2012).

Menurut Allen & Marotz (2010), pada usia 1 tahun berat badan akan
1 1
bertambah kira-kira /4 - /2 pon (0,13 - 0,25 kg) per bulan sehingga rata-rata
berat badannya 21 - 27 pon (9,6 - 12,3 kg), dan tinggi badan akan bertambah
sekitar 2 - 3 inci (5,0 - 7,6 cm) per tahun sehingga kurang lebih tingginya 32 - 35
inci (81,3 - 88,9 cm).

Pada usia 2 tahun, berat badan akan bertambah kira-kira 2 - 2,5 pon (0,9 - 1,1
kg) per tahun sehingga rata-rata berat badannya 26 - 32 pon (11,8 - 14,5 kg), dan

3
tinggi badan akan bertambah sekitar 3 - 5 inci (7,6 - 12,7 cm) per tahun sehingga
kurang lebih tingginya 34 - 38 inci (86,3 - 96,5 cm). Pada anak usia 3 tahun akan
memiliki pertambahan berat badan 3 - 5 pon (1,4 - 2,3 kg) per tahun sehingga rata-
rata berat badannya 30 - 38 pon (13,6 - 17,2 kg), dan tinggi badan akan bertambah
2 - 3 inci (5 - 7,6 cm) per tahun sehingga tingginya mencapai 38 - 40 inci (96,5 -
101,6 cm).

2. Perkembangan Motorik Kasar

Menurut Depkes RI (2006), perkembangan motorik kasar adalah aspek yang


berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh
yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya.

Menurut Allen & Marotz (2010), anak-anak pada usia 1 - 3 tahun akan
mengalami perkembangan sesuai usianya dalam keterampilan motorik kasar dan
motorik halus. Pada usia 1 tahun, kemampuan gerak kasar anak bisa mengangkat
badannya dari posisi duduk ke berdiri tanpa bantuan dan duduk sendiri tanpa
bantuan. Anak juga dapat berdiri selama 30 detik tanpa bantuan atau pegangan
dan berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh, serta anak akan bisa menangkap
dan melempar bola.

Pada usia 2 tahun, kemampuan gerak kasar anak bisa melompat jauh,
melempar dan menangkap bola besar. Anak bisa merangkak dan memanjat. Anak
juga bisa menendang bola kecil ke depan tanpa berpegangan, serta bisa berjalan
naik tangga sendiri. Pada usia 3 tahun, kemampuan gerak kasar anak bisa berdiri
selama 30 detik atau lebih tanpa berpegangan. Anak bisa melempar bola lurus ke
arah perut. Anak juga bisa melompati selembar kertas dengan mengangkat kedua
kakinya. Anak dapat mengayuh sepeda roda tiga.

3. Perkembangan Motorik Halus

Menurut Depkes RI (2006), perkembangan motorik halus adalah aspek yang


berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan
koordinasi bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti
menulis.

Keterampilan motorik halus anak pada usia 1 – 3 tahun juga akan meningkat.
Pada usia 1 tahun, kemampuan motorik halus anak sudah dapat memegang pensil
tanpa bantuan dan mencoret-coret kertas tanpa petunjuk. Anak bisa menyusun
balok-balok, memasukkan dan mengeluarkan benda dari suatu tempat ke tempat
lain, serta memasukkan benda satu ke benda lainnya yang ukurannya berbeda.

Pada usia 2 tahun, kemampuan gerak halus anak dapat menyusun balok-balok
dengan jumlah yang lebih banyak. Anak akan mengerti konsep jumlah seperti
jumlah balok ada 6, dan akan mengelompokkan benda-benda sesuai jenisnya.

4
Sementara pada usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak, anak akan mampu
menyusun balok-balok dengan jumlah yang lebih banyak. Anak dapat membuat
garis lurus.

4. Perkembangan Psikososial

Menurut Erik H. Erikson Teori perkembangan psikososial ini adalah salah


satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson
percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu
elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan
persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan
melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah
berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam
berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan
memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif,
inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan
psikososial.

Teori Psikososial Ericson, ia mengemukan ada delapan tahap perkembangan


manusia, dua di antaranya adalah tahap perkembangan yang terjadi pada anak usia
todler, yaitu: tahap percaya dan tidak percaya (usia lahir hingga 1,5 tahun), rasa
percaya akan berkembang jika kebutuhan anak bertemu dengan sikap konsisten
dan penuh kasih sayang dari lingkungan. Tahap otonom dan malu-ragu (usia 1,5-3
tahun), merupakan tahap kemerdekaan atau kebebasan ketika anak ingin
melakukan sesuatu untuk mereka sendiri. Jika banyak dilarang dan dihukum,
mereka cenderung mengembangkan perasaan malu dan ragu. (Santrock, 2011).

5. Perkemangan Psikoseksual

Sigmund Freud (Dariyo, 2007) mengajukan 5 tahap perkembangan


psikoseksual manusia, yang sesuai masa 1-3 tahun adalah masa oral dan anal,
berikut penjelasannya:

a. Masa Oral (0 - 1,5 tahun)

Masa oral ialah masa perkembangan bayi yang ditandai dengan


kecenderungan perilaku untuk memusatkan kepuasan fisiologis pada bagian
mulut (oral). Anak biasanya senang mengisap ibu jari, menggigit dan merusak
dengan mulut. Yang menjadi sasaran pemuasan pada masa ini adalah mulut
sendiri dan memilih benda-benda ke mulut, selain itu digigit dengan keras.

b. Masa Anal (1.5 – 3 tahun)

5
Masa perkembangan anak usia 1,5 - 3 tahun yang ditandai dengan
kecenderungan perilaku untuk memusatkan kepuasan fisiologis pada bagian
anus (dubur). Anak senang memeriksa dan memainkan duburnya serta
memperlihat duburnya. Sasaran pemuasan pada masa anak adalah memilih
beda dan menyentuhnya/ memasukan ke dalam duburnya. Peran lingkungan
adalah membantu anak untuk belajar mengontrol pengeluaran (melakukan
Toilet Training), yaitu suatu konsep bersih dimana anak belajar mengontrol
pengeluaran tepat waktu dan tempat serta dapat melakukan dengan mandiri.
Adapun kreteria yang umumnya ditemukan antara lain:

 Kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak terhadap dirinya sendir


i, sangat egoistik, mulai mempelajari struktur tubuhnya.

 Pada fase ini tugas yang dapat dilaksanakan anak adalah latihan kebersi
han

 Anak senang menahan feses, bahkan bermain-main dengan fesesnya ses


uai dengan keinginanya.

 Untuk itu toilet training adalah waktu yg tepat dilakukan dalam periode
ini.

6. Perkembangan Kognitif

Piaget membagi perkembangan kognitif ke dalam empat tahap yaitu: tahap


sensori-motorik (0 - 2 tahun), tahap pra operasional (2 - 6 tahun), tahap
operasional konkret (7 - 11 tahun), dan tahap operasional formal (11 - 15 tahun).

Dalam setiap tahapan mempunyai karakteristik yang berbeda. Pada tahap


sensori-motorik merupakan tahap awal anak mulai berinteraksi dengan lingkungan
menggunakan gerak reflek. Selanjutnya pada tahap pra operasional, anak mulai
menggunakan bahasa yang sistematis dan berpikir egosentris.

Kemudian pada tahap operasional konkret, egosentris berkurang dan


memiliki kemampuan problem solving secara logis serta mengerti konsep
reversibility. Pada tahap operasional formal, seseorang akan memiliki kemampuan
berfikir abstrak, mampu memahami cara berpikir ilmiah, mulai berpikir tentang
identitas diri dan tertarik dengan isu-isu sosial.

Menurut Allen & Marotz (2010), tahap perkembangan kognitif pada anak
usia 1 - 3 tahun yang sesuai usianya adalah seperti berikut ini: Pada usia 1 tahun,
anak akan senang dengan menyembunyikan benda, senang melihat buku gambar.
Anak tidak sering lagi memasukkan benda ke mulutnya. Anak juga bisa
menyebutkan nama-nama benda sehari-hari.

6
Pada usia 2 tahun, anak akan cenderung memberikan perintah atau arahan.
Anak akan menatap dalam jangka waktu panjang terhadap sesuatu yang terlihat
menarik. Anak juga akan mengenali dan mengekspresikan rasa sakit serta
menunjukkan bagian yang sakit. Sementara itu, pada anak usia 3 tahun, anak akan
mulai mendengarkan penuh perhatian pada cerita yang dibacakan untuknya dan
berkomentar tentang cerita. Anak bisa menyebutkan segitiga, lingkaran, kotak dan
dapat menunjukkan bentuk yang diminta. Anak juga bisa mengelompokkan jenis
mainan sesuai ukuran, warna dan menghitung jumlahnya dengan suara yang keras.

Anak yang mengalami keterlambatan perkembangan kognitif bisa


dikarenakan beberapa faktor seperti faktor internal dan eksternal (Wiyani, 2014).
Faktor internal meliputi faktor bawaan, faktor kematangan dan faktor minat dan
bakat. Faktor bawaan adalah genetik dari bapak ibunya akan mempengaruhi
perkembangan anak sejak anak itu lahir. Faktor kematangan organ saat anak lahir
belum pada saat usianya seperti prematur atau berat badan lahir rendah. Faktor
minat dan bakat anak harus diiringi dengan stimulus dari orang tua sehingga dapat
mengoptimalkan perkembangannya.

Selain faktor internal, faktor eksternal juga dapat mempengaruhi


perkembangan kognitif anak meliputi faktor lingkungan, faktor pembentukan, dan
faktor kebebasan. Faktor lingkungan berpengaruh karena dari lingkungan
pengetahuan dan pengalaman diperoleh. Faktor pembentukan seperti sekolah juga
berpengaruh terhadap perkembangan anak. Faktor kebebasan anak yang dibatasi
seperti dalam menyelesaikan sesuatu hal dengan caranya sendiri tetapi orang tua
melarang. Hal ini juga menghambat perkembangan kognitif anak.

7. Perkembangan Body Image

Pada perkembangan ini ada beberapa perkembangan body image pada anak
usia todler, yaitu:

a. Mengenal penggunaan bagian-bagian tubuh & berangsur-angsur mengenal


namanya
b. Mengenal perbedaan seksual
c. Menggunakan nama/dengan kata pengganti dapat menggunakan symbol untuk
sesuatu obyek.

8. Perkembangan Gender dan Identitas

Menurut Kyle & Susan Carman (2014), anak-anak mulai belajar tentang
perbedaan jenis kelamin pada masa usia todler. Mereka belajar dengan
mengobservasi perbedaan antara bagian tubuh pria dan wanita jika perbedaan
tersebut diperlihatkan pada todler. Todler dapat bertanya kepada orang tua tentang
perbedaan ini dan dapat mulai mengeksplorasi genetalia diri mereka sendiri.

7
Todler juga mulai memahami dan meniru perbedaan jenis kelamin secara social.
Mereka melakukan observasi tentang perilaku spesifik jenis kelamin secara sosial.
Mereka melakukan observasi tentang perilaku spesifik jenis kelamin yang
bergantung pada apa yang dipaparkan pada mereka.

9. Perkembangan Personal Sosial

Perkembangan personal sosial adalah kemampuan anak untuk berinteraksi dan


beradaptasi di dalam suatu lingkungan (Depkes RI, 2006). Menurut Allen & Maro
tz (2010), perkembangan personal sosial anak usia 1 - 3 tahun akan berkembang s
esuai usianya. Pada usia 1 tahun, anak akan cenderung bersikap ramah dan memili
ki rasa ingin tahu yang besar. Anak senang digendong dan dibacakan cerita. Anak
juga akan menirukan tingkah laku orang disekitarnya. Anak akan cenderung mena
ngis bila hal yang diinginkannya tidak dipenuhi atau saat kelelahan.

Pada usia 2 tahun, anak akan lebih menunjukkan kasih sayangnya dengan me
meluk atau mencium anak-anak lain sebagai tanda empati dan peduli. Anak sering
tidak sabaran untuk menunggu giliran dan sering menentang dengan berteriak. An
ak juga sering melihat dan menirukan permainan anak lain tetapi jarang mau berga
bung serta sering membuat perintah kepada orang dewasa. Sementara pada usia 3 t
ahun, anak akan mengerti bertukar giliran dan akan ikut bergabung dalam permain
an bersama teman. Anak juga menunjukkan kasih sayang kepada anak lain yang le
bih kecil atau yang terluka.

Jika anak tidak bisa melakukan tugas perkembangan sesuai usianya berarti ana
k tersebut mengalami keterlambatan perkembangan. Faktor-faktor yang mempeng
aruhi terjadinya keterlambatan perkembangan personal sosial (Wiyani, 2014) yaitu:
rasa takut anak, rasa cemas anak, rendah diri, pemalu dan ketidakpatuhan. Rasa ta
kut anak umumnya karena gelap, takut binatang seperti anjing, takut petir, hantu d
an lainnya. Hal ini wajar akan tetapi jika rasa takut itu sudah berlebihan, maka aka
n menimbulkan masalah sosial pada anak. Selain itu, rasa cemas yang anak hadapi
akan lingkungan sekitar yang terlalu banyak mengkritik, sikap perfeksionis orang t
ua dan sikap bebas orang tua. Hal tersebut berdampak terhadap perkembangan per
sonal sosial anak.

Rendah diri dapat timbul karena bentuk tubuh yang kecil atau cacat sehingga
minder dan tidak mau bergaul. Sikap anak yang pemalu karena sering diejek atau f
aktor ekonomi orang tua juga bisa berpengaruh ke perkembangan personal sosial a
nak. Ketidakpatuhan anak dikarenakan orang tua kurang disiplin atau disiplinnya s
angat keras sehingga membuat perkembangan anak juga terganggu.

8
10. Perkembangan Bahasa

Kemampuan bahasa merupakan kemampuan untuk memberikan respon


terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya
(Depkes RI, 2006).

Perkembangan bahasa anak usia 1 - 3 tahun pada umumnya menurut Allen &
Marotz (2010):

 Pada usia 1 tahun, anak sudah menggunakan satu kata seperti aku, mama, pa
pa, serta berkata sederhana seperti mana papa cangkirnya. Anak memahami
bagian tubuhnya seperti hidung, telinga, dan kaki. Anak juga mulai merespo
n pertanyaan dengan menjawab iya atau tidak.

 Pada usia 2 tahun, anak lebih menguasai kosa kata. Anak juga sering bertany
a tentang sesuatu yang dilihatnya. Anak mulai mengatakan kalimat bukan ja
waban tidak tetapi misalnya tidak mau susu lagi.

 Pada usia 3 tahun, anak akan lebih menguasai banyak kosa kata. Anak berny
anyi dan berkomentar tentang apa yang dilihatnya. Anak selalu bertanya dan
membuat percakapan berlanjut terus serta menarik perhatian orang lain terha
dap dirinya.

Pada anak yang tidak mencapai tugas perkembangan di atas sesuai usianya,
maka dapat diartikan anak tersebut mengalami keterlambatan perkembangan
bahasa. Menurut Wiyani (2014), hal ini terjadi karena beberapa faktor antara lain:
faktor kesehatan, intelegensi, status sosial ekonomi keluarga, jenis kelamin dan
hubungan keluarga. Faktor kesehatan anak pada tahun pertama sangat penting.
Anak yang sering sakit-sakitan akan memperbesar kemungkinan untuk terjadinya
keterlambatan bahasa. Orang tua dapat mencegahnya dengan pemberian ASI dan
makanan bergizi serta rutin memeriksakan anak ke dokter.

Tingkat intelegensi akan mempengaruhi perkembangan bahasa jika intelegensin


ya normal atau di atas normal maka umumnya perkembangan bahasanya cepat. Statu
s sosial ekonomi keluarga yang miskin lebih banyak menunjukkan keterlambatan per
kembangan bahasa karena perbedaan kecerdasan dan kesempatan belajar. Jenis kela
min pun mempengaruhi perkembangan bahasa biasanya anak perempuan lebih cepat
perkembangan bahasanya dibandingkan anak laki-laki. Selain itu, hubungan keluarg
a seperti sikap orang tua mudah marah, suka membentak-bentak, kurang perhatian d
an kurang memberikan kesempatan anak untuk belajar juga akan mempengaruhi per
kembangan.

9
C. Koping yang Berhubungan dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Normal

1. Negativisme
Ketika todler terpisah dari orang tua, mengenali individualitas nya sendiri, d
an memperlihatkan otonomi, akan terjadi banyak negativisme. Orang tua harus
memahami bahwa negativisme ini sebagai kejadian perkembanagan normal dan
bukan merupakan bentuk perlawanan yang disengaja (meskipun ini juga dapat te
rjadi). Hindari mengajukan pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak, baik maks
udnya adalah benar atau tidak.

2. Tamper tantrum
Tamper tantrum merupakan hasil alami dari frustasi yang dialami todler.
Todler berkeinginan besar untuk mengeksplorasi hal-hal baru, tetapi upaya
mereka seringkali di halangi (biasanya karena alasan keamanan). Todler tidak
berperilaku buruk secara sengaja. Mereka memerlukan waktu dan kematangan
untuk mempelajari aturan dan peraturan. Beberapa dari rasa frustasi mereka
berasal dari kurangnya keterampilan bahasa dan untuk mengekspresikan diri
mereka sendiri. Todler baru mulai mempelajari cara mengungkapkan perasaan
dan menggunakan tindakan alternatif daripada hanya marah.
Tamper tantrum dapat dimanifestasikan sebagai serangan jeritan dan
tangisan atau episode komplet ketika todler membanting dirinya sendiri ke
lantai, menendang, berteriak, dan memukul, bahkan mungkin menahan nafas.
Keletihan atau rasa marah dapat membatasi kemampuan koping todler dan
meningkatkan perilaku negative dan tamper tantrum (Lyness, 2008).

3. Menghisap Jempol dan Empeng


Bayi memasukkan tangan mereka ke mulut mereka dan mulai menghisap
jempol sebagai bentuk penenangan diri (Brazelton & Sparrow, 2006). Kebiasaan
ini dapat berlanjut sampai masa todler dan lebih. Empeng digunakan karena
alasan yang sama. Todler dapat menenangkan diri mereka sendiri dalam situasi
penuh stress dengan menghisap jempol atau menghisap empeng. Opini tentang
mengisap jempol dan jari tangan serta menggunakan empeng sangat dipengaruhi
oleh riwayat dan kultur keluarga. Bagi sebagian besar anak tidak ada
kekhawatiran tentang kebiasaan mengisap sampai waktunya muncul gigi
permanen. Mengisap dalam waktu lama dan sering pada anak yang menarik diri
lebih cenderung menghasilkan perubahan pada gigi dan struktur rahang daripada
menghisap yang terutama digunakan untuk menenangkan diri. Orang tua harus
menyeleksi perasaan mereka tentang menghisap jempol dan menggunakan
empeng kemudian memutuskan bagaimana mereka mau menangani kebiasaan
tersebut.
Untuk memastikan keamanan penggunaan empeng:
a. Gunakan hanya empeng satu potong

10
b. Ganti empeng yang sudah dipakai dengan empeng yang baru
c. Jangan pernah mengikat empeng ke sekeliling leher todler.
Orang tua mungkin ingin mengatasi mengisap jempol dan menggunakan
empeng pada waktu tidur, didalam mobil, dan dalam situasi penuh stress. Orang
tua harus dengan tenang mendiskusikan pembatasan ini kepada todler dan
kemudian tetap konsisten untuk menerapkannya (Marter & Agruss,2007).

4. Sibling Rivalry
Banyak keluarga memiliki anak kedua ketika anak pertama mereka berusia
todler. Todler terbiasa untuk menjadi bayi dan mendapatkan perhatian yang
besar, baik di rumah maupun dikeluarga besar. Karena todler normalnya bersifat
egosentrik, membawa bayi baru kerumah mungkin cukup mengganggu. Untuk
meminimalkan masalah sibling rivalry, orang tua harus berupaya menjaga
rutinitas todler senormal mungkin. Habiskan waktu tersendiri dengan todler
setiap hari. Libatkan todler dalam perawatan bayi. Todler mampu mengambil
popok atau T-shirt, menghibur bayi dengan mainan, atau membantu
menyanyikan lagu untuk menenangkan bayi (Brazelton&sparrow,2006).
“Membantu” orang tua merawat bayi membantu sensasi penting pada todler.
Todler akan memerlukan dukungan besar saat memegang bayi.

5. Regresi
Beberapa todler mengalami regrasi selama peristiwa penuh stress (misal:
kelahiran saudara kandung, hospitalisasi). Stress pada todler mempengaruhi
kemampuannya untuk menguasai tugas perkembangan yang baru. Selama regresi,
todler mungkin berkeinginan untuk kembali ketahap sebelumnya. Ia mungkin
menginginkan botol atau empeng yang sudah lama dilupakannya. Todler mungkin
berhenti memperlihatkan bahasa atau melakukan keterampilan motorik yang
sudah dicapai sebelumnya. Stress yang bermakna pada kehidupan todler dapat
juga mengganggu proses pengajaran ke toilet. Ketika regresi terjadi, orang tua
harus mengabaikan perilaku regresif dan menawarkan pujian untuk prilaku yang
tepat atau pencapaian ketrampilan (Brazelton & Sparrow, 2006).

6. Toilet training
Salah satu tugas mayor masa todler adalah toilet training. Kontrol volunter
sfingter anal dan uretra terkadang dicapai kira-kira setelah anak berjalan,
mungkin antara usia 18 dan 24 bulan. Dalam toilet training anak harus mampu
megenali urgenci untuk mengeluarkan dan menahan eliminasi serta mampu
mengkomunikasikan sensasi ini kepada orang tua. Sejumlah teknik dapat
membantu ketika mulai berlatih salah satunya adalah pemilihan tempat duduk
berlubang untuk eliminasi (potty chair) atau pengunaan toilet.
Konsep tumbuh kembang anak terkait dengan suatu bentuk perilaku anak
dalam menyelesaikan tugas perkembangannya, salah satunya adalah adaptasi
anak terhadap situasi lingkungan di sekitar anak. Koping merupakan bagian dari
proses adaptasi untuk mencapai keseimbangan dalam pertumbuhan dan

11
perkembangan anak. Koping muncul karena adanya stressor tertentu dimana
anak akhirnya menggunakan mekanisme koping yang berbeda sesuai dengan
usia anak. Stressor seperti ketakutan, perpisahan, kehilangan dan kematian dapat
menimbulkan respon tingkah laku anak yang berbeda, bisa berupa perilaku
agresif, fantasi, phobi sekolah dan anak bisa menggunakan berbagai mekanisme
pertahanan yang akan mempunyai dampak positif maupun negatif terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.

D. Dukungan Kesehatan Anak Usia Todler

1. Nutrisi Anak Usia Todler


Menurut NAPNAP (2011) dalam Kyle & Susan Carman (2014), karena
kecepatan pertumbuhan todler lebih lambat dibandingkan yang terjadi di masa
bayi, todler memerlukan asupan kalori yang lebih sedikit untuk ukuran tubuhnya
dibandingkan dengan bayi. Kondisi ini menghasilkan anoreksia fisiologis,
dimana todler tidak memerlukan banyak asupan makanan untuk ukuran tubuh
mereka sebagaimana yang mereka butuhkan di masa bayi. Todler juga akan
memperlihatkan food jag. Selama food jag, todler dapat memeilih hanya satu
makanan tertentu selama beberapa hari, kemudian mereka tidak menginginkan
selama beberapa berminggu-minggu. Sekali lagi, orang tua harus terus
menawarkan pilihan makanan sehat selama food jag dan jangan menyerah
dengan membiarkan todler memakan makanan yang tidak bergizi.
Menurut Cathey & Gaylord (2004) dalam Kyle & Susan Carman (2014),
masalah perkembangan normal tentang pengujian batas kesabaran juga akan
terjadi untuk todler di waktu makan. Karena todler masih memiliki kemampuan
terbatas untuk mengekspresikan emosi mereka dengan kata-kata, mereka
menggunakan perilaku nonverbal untuk melakukannya. Saat makan, todler
mungkin tidak menyukai rasa makanan tertentu atau merasa kenyang, tetapi akan
mengkomunikasikan perasaan tersebut dengan berteriak atau melempar
makanan. Ketika anak memperlihatkan perilaku ini, orang tua harus tetap tenang
dan mengeluarkan todler dari situasi. Makanan harus dimakan dalam lingkungan
yang tenang dan menyenangkan. Orangtua harus menjadi model peran untuk
kebiasaan makan yang benar, tetapi todler juga dapat berkeinginan untuk
mencoba lebih banyak makanan jika mereka terpajan pada anak lain yang
memakan makanan tersebut. Puji anak yang sudah mencoba makanan baru, dan
jangan pernah menghukum todler karena menolak untuk mencoba sesuatu yang
baru. Makanan yang baru mungkin perlu ditawarkan berkali-kali secara berturut-
turut sebelum memilih untuk mencobanya. Orang tua harus yakin untuk
memasukkan makanan yang dikenal dan disukai anak di waktu yang sama
dengan saat makanan baru diperkenalkan.

2. Aktivitas dan Tidur

12
Anak berusia 18 bulan memerlukan waktu tidur 13,5 jam per hari, anak
berusia 24 bulan memerlukan waktu tidur 13 jam per hari, dan anak berusia 3
tahun memerlukan waktu tidur 12 jam per hari (Feigelman, 2007 dalam Kyle &
Susan Carman, 2014).
Menurut Kyle & Susan Carman (2014), todler biasanya harus tidur
sepanjang malam dan tidur siang satu kali di siang hari. Sebagian besar anak
berhenti tidur siang pada usia sekitar 3 tahun.
Todler tidur di dalam tempat tidur bayi seperti seorang bayi perlu
dipindahkan ke tempat tidur anak kecil atau todler, atau bahkan ke tempat tidur
ukuran penuh di periode todler. Ketika tempat tidur bayi menjadi tidak aman
(ketika todler mampu menaiki pagar tempat tidur bayi), ia harus dipindahkan ke
tempat tidur biasa.
Ritual waktu tidur yang konsisten membantu todler bersiap untuk tidur.
Pilih waktu dan ketat terhadap waktu tidur tersebut semaksimal mungkin.
Rutinitas di malam hari mungkin mencakup mandi diikuti dengan membacakan
cerita. Rutinitas harus dilakukan dalam periode yang tenang disertai distraksi
minimal dari luar. Todler sering kali memerlukan benda keamanan untuk
membantu mereka untuk tidur. Todler dewasa mungkin takut terhadap gelap
sehingga lampu malam hari sering kali membantu.
Bangun di malam hari merupakan masalah bagi beberapa todler. Ini dapat
terjadi akibat perubahan rutinitas atau sebagai keinginan untuk mendapatkan
perhatian di waktu malam hari. Perhatian selama bangun di malam hari harus
diminimalkan sehingga todler tidak mendapatkan dukungan karena terbangun di
malam hari. Bagi beberapa todler, terbangun di malam hari disebabkan oleh
mimpi buruk. Karena imajinasi dan kemampuan untuk percaya sedang
bertunbuh, todler mungkin tidak mampu membedakan realita dan imajinasi.
Orang tua harus memeluk dan menenangkan todler setelah mimpu buruk.
Membatasi menonton televisi (terutama sesaat sebelum waktu tidur) mungkin
membantu dalam membatasi mimpi buruk.

3. Kesehatan Gigi
Pada usia 30 bulan, todler harus memiliki gigi primer (gigi susu/gigi bayi)
dalam jumlah lengkap. Orang tua mungkin tidak menyadari pentingnya
mencegah lubang di gigi primer karena gigi primer tersebut pada akhirnya akan
digantikan oleh gigi permanen. Higiene oral yang buruk, penggunaan botol atau
cangkir sisip antitumpah, kurang asupn fluorida, dan keterlambatan atau tidak
adanya perawatan gigi professional dapat berkontribusi pada terjadinya karies
gigi (Wagner & Oskouian, 2008 dalam Kyle & Susan Carman, 2014).
Menurut Kyle & Susan Carman (2014), membersihkan gigi todler harus
berkembang dari menyikat dengan air sederhana hingga menggunakan pasta gigi
berfluorida dalam jumlah sangat sedikit (seukuran kacang polong) yang dimulai
pada usia 2 tahun. Menyapih dari botol tidak lebih dari usia 15 bulan dan
penggunaan cangkir sisip antitumpah (jenis yang memerlukan pengisapan untuk
dapat menghantarkan cairan) yang dibatasi secara ketat direkomendasikan.

13
Pada usia 1 tahun, todler harus melakukan kunjungan pertama mereka ke
dokter gigi untuk membentuk kesehatan gigi dan gusi pada masa ini. Makan
harus dibatasi pada waktu makan dan kudapan, karena “merumput” selama siang
hari memajankan gigi pada makanan sepanjang hari. Makanan yang
mengandung karbohidrat dikombinasikan dengan bakteri oral menciptakan
penurunan kadar pH oral yang optimal untuk pembentuk karies gigi (gigi
berlubang).
Fluoridasi air masyarakat adalah inisiatif/program kesehatan masyarakat
yang memastikan agar sebagian besar anak mendapatkan asupan fluorida yang
adekuat untuk mencegah karies gigi. Jika suplai air mengandung fluorida yang
adekuat, tidak dibutuhkan suplemen lain selain menyikat gigidengan sejumlah
kecil pasta gigi yang mengandung fluorida setelah anak berusia 2 tahun.
Kelebihan mengonsumsi fluorida harus dihindari, karena berkontribusi pada
terjadinya fluorosis (bitnik-bintik pada enamel gigi). Faktor resiko terjadinya
fluorosis terdiri dari:
 Kadar fluorida tinggi dalam suplai air setempat.
 Menggunakan pasta gigi yang mengandung fluorida sebelum anak
berusia 2 tahun.
 Kelebihan menelan fluorida baik pasta gigi maupun di makanan.

4. Pencegahan Injury
Cedera adalah dampak dari agen eksternal yang menimbulkan kerusakan
fisik maupun mental. Cedera termasuk salah satu dari beberapa utama morbiditas
dan mortalitas pada anak didunia. Prevalensi cedera pada tahun 2007 mencapai
7,5% dan mengalami peningkatan tahun 2013 yaitu 8,5%. Melihat karakteristik
perkembangannya todler lebih berisiko mengalami cedera. Hal ini dapat
berdampak pada psikologis, terganggunya proses pertumbuhan dan
perkembangannya dikemudian hari.
Antisipasi cedera adalah suatu ramalan mengenai suatu kondisi individu
yang berisiko untuk mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi lingkungan
yang berhubungan dengan sumber-sumber adaptif dan pertahanan. Pencegahan
cedera dapat dilakukan dengan memberikan pengamanan disekitar anak usia
todler, yaitu sebagai berikut:
 Jatuh. Menganjurkan kepada orangtua untuk memasang pengaman tempat
tidur, memasang pagar/pegangan pada tangga, menutup semua jendela yang
terbuka, baru menganjurkan todler untuk bermain.
 Tidak meletakkan pisau atau benda tajam dan benda berbahaya
sembarangan.
 Menyimpan zat zat berbahaya sehingga jauh dari jangkauan anak anak.
 Tidak meninggalkan anak dalam keadaan sendirian tanpa pengamanan
 Tidak membiarkan anak bermain sendiri di dalam air, di kolam atau di
ember, anak-anak mempunyai sifat suka bermain dengan air dan selalu ingin
tahu dengan hal-hal baru. Jangan biarkan juga anak bermain dekat kolam

14
renang atau sumur tanpa pengawasan orangtua.
 Hindari anak dari benda panas seperti, kompor, setrika, dispenser air panas.
 Hindari penggunaan taplak meja, karena anak senang atau mudah
menariknya dan benda benda yang ada diatas meja akan berhamburan
mengenai anak.
 Kabel-kabel listrik dan peralatan elektronik tidak ada yang terbuka, lecet
atau terkelupas yang menyebabkan anak akan terkena strum
 Benda-benda kecil seperti jarum, manik-manik, peniti, perhiasan, mainan
kecil harus disimpan di laci yang tertutup rapat dan terkunci.
 Alat makan dan minum yang terbuat dari bahan yang mudah pecah karena
apabila anak menggunakannya dan kemudian pecah hal ini beresiko
perlukaan pada anak.
 Stop kontak dipasang yang tidak dapat dijangkau oleh anak, karena anak
akan penasaran ingin memegang bahkan mencolok dengan jari
 Apabila saat bermain diluar rumah ajarkan anak untuk tetap menjauh dari
jalan raya dan memberikan supervisi konstan untuk mencegah kecelakaan
saat bermain diluar.
 Awasi dan waspadai terhadap binatang yang belum anak kenal, seperti
kucing liar maupun ular liar yang mungkin bisa saja terdapat di taman
bermain.

E. Masalah Kesehatan Anak Usia Todler

Masalah kesehatan pada anak todler yang sering terjadi meliputi sebagai berikut:

1. Gizi
Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia yang jika
kekurangan akan menyebabkan efek tang sangat serius sepwrti kegagalan
pertumbuhan fisik serta tidak optimalnya perkembangan dan kecerdasan. Akibat
lainnya adalah terjadinya penurunan produktifitas, menurunnya daya tahan tubuh
terhadap penyakit yang akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian
(Ariani, 2017).
Jika kondisi kurang gizi terjadi pada todler, khususnya pada golden periode
perkembangan otak, otak tidak dapat berkembang sebagaimana anak yang sehat,
dan kondisi ini akan sulit untuk dapat pulih kembali. Dengan demikian
dikhawatirkan anaknyang menderita gizi kurang pada usia todler akan
mengalami gangguan perkembangan yang bersifat menetap dimasa-masa
berikutnya. Kelainan tumbuh kembang yang paling banyak yaitu Delayed
Development (pertumbuhan yang terlambat), Global Delayed Development
dimana terjadi keterlambatan perkembangan umum, yang meliputi
perkembangan motorik, bahasa, sosio-emosional dan kognitif.

15
2. Infeksi saluran nafas (ISPA)
Kondisi ini biasanya disertai dengan gejala berupa pilek, batuk dan demam.
Demam pada ISPA bisa mencapai 39-40’C, ummunya akan sembuh selama 7-10
hari.

3. Bintik merah pada kulit


Umumnya bintik merah pada kulit anak disebabkan oleh pengakit yang
cukup beragam namun tidak berbahaya. Bintik merah bisa terjadi karena virus,
bakteri, parasit, alergi dan kelainan pembulih darah.

4. Gangguan pencernaan
Salah satu pencernaan yang sering terjadi oleh anak adalah konstipasi atau
sulit buang air besar (BAB), dapat disebabkan kurangnya makanan berserat,
sering menahan BAB atau gangguan pada usus.

5. Karies gigi
Kareis gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang paling sering
ditemui. Penyakit ini ditandai dengan adanya kerusakan pada jaringanleras gigi
itu sendiri (lubang pada gigi).

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses yang berubah-ubah, misa
lnya pembentukan jaringan, pembesaran kepala, tubuh serta anggota badan lain seperti t
angan dan kaki, peningkatan dalam kekuatan dan kemampuan untuk mengendalikan oto
t-otot yang besar maupun kecil, perkembangan hubungan sosial, pemikiran dan bahasa,
serta mulai terbentuknya kepribadian. Todler adalah usia anak 1-3 tahun yang secara ps
ikologis membutuhkan cinta dan kasih sayang, rasa aman atau bebas dari ancaman. Per
kembangan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal yang mampu memberik
an rasa aman, peduli, dan penuh kasih sayang.
Todler mungkin seringkali terjatuh, tapi akan menggunakan lengan yang direnggan
gkan keluar untuk menangkap dirinya sendiri (refles parasut). Setelah sekitar 6 bulan m
empraktikan berjalan, gaya berjalan todler menjadi lebih halus dan kedua kaki menjadi
lebih rapat. Pada usia 3 tahun, todler berjalan dalam arah tumit ke jari serupa dengan ga
ya berjalan orang dewasa.
Usia batita merupakan masa ke emasan bagi perkembangan anak. Pada usia 1-3 tah
un inilah perkembangan otak, psikologi, sosial, dan fisik anak berjalan dengan cepat. T
ahap-tahap perkembangan batita dapat dilihat dari bertambahnya kemampuan anak dala
m berosisalisasi, perkembangan mental, dan aktifitas fisiknya.
Perkembangan batita sejatinya merupakan perkembangan yang sangat cepat hingga
mau tidak mau, orang tua harus selalu waspada dan selalu bersiap umtuk “terkejut” mel
ihat perkembangan batita mereka.

B. Saran
Masa balita merupakan masa yang penting bagi pertumbuhan dan perkembang ana
nak oleh karena itu, diperlukan stimulasi dari orang-orang penting sekitarnya. stimulasi
yang diberikan pada balita harus meliputi aspek keseluruhan, yaitu aspek biologis, psik
oseksual, psikososial, kognitif dan bahasa, juga tidak lepas dari peran juga perawat dala
m memberikan promosi kesehatandan bimbingan antisipasi pada orang tua.

17
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam didalam melakukan didikan anak usia todle
r dengan tujuan meningkatkan kecerdasan anak perlu diperhatikan dalam perkembanga
n dan pertumbuhan nya dalam aspek fisik dan psikis yang didampingi dengan perhatian
pula, pada gangguan-gangguan yang dialami oleh anak dan cara penanggulangan serta
cara mengatasinya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Allen & Marotz. 2010. Profil Perkembangan Anak. Alih Bahasa Valentino. Jakarta : PT Ind
eks.

Ariani, 2017. Ilmu Gizi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Cahyaningsih, D.S., (2011). Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: CV T


rans Info Media

Dariyo A. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung: PT Refika
Aditama.

Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervens
i Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Depkes RI

https://media.neliti.com/media/publications/189657-ID-perbedaan-tumbuh-kembang-anak-toddler-
ya.pdf/
Diakses pada tanggal 17 September 2019

Kozier, B., Erb, G., Berman, A.J., & Snyder. (2008). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process
and Practice. 8th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Kyle, Terri dan Susan Carman. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri: Jakarta : EGC.

Santrock, John W. (2011). Perkembangan Anak Edisi 7 Jilid 2. (Terjemahan: Sarah Genis
B) Jakarta: Erlangga.

Soetjiningsih. 2012. Perkembangan Anak dan Permasalahannya dalam Buku Ajar I IlmuPe
rkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta : Sagungseto

Sulistyawati, Ari. 2015. Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Wiyani, N. A. (2014). Buku Ajar Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus. Yogya
karta: Ar-Ruzz Media

19
www.nutriclub.co.id/kategori/balita/kesehatan/5-penyakit-umum-yang-sering-dialami-balita/?=2 D
iakses pada tanggal 19 September 2019

20

Anda mungkin juga menyukai