Disusun Oleh :
Rifdah Faradillah 224291517001
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS 2023
1. PENGERTIAN
Aspek tumbuh kembang pada anak ini adalah salah satu aspek yan
g diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupaka
n aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, anak
secara fisik maupun psikososial. Namun sebagian orang tua belum memah
ami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan so
sial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak
tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pert
umbuhan dan perkembangannya. Sering kali para orang tua mempunyai pe
mahaman bahwa pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian
yang sama. (Nursalam, 2011 : 31-32) Aspek tumbuh kembang pada masa a
nak merupakan suatu hal yang sangat penting, yang sering diabaikan oleh t
enaga kesehatan khususnya di lapangan. Biasanya penanganan lebih banya
k difokuskan pada mengatasi penyakitnya, sementara tumbuh kembangnya
diabakan. Sering terjadi setelah anak sembuh dari sakitnya, justru timbul
masalah berkaitan dengan tumbuh kembangnya, misalnya anak mengalami
kemunduran dalam kemampuan otonominy (Nursalam, 2011)
Tumbuh adalah proses bertambahnya ukuran/ dimensi akibat pena
mbahan jumlah atau ukuran sel dan jaringan interseluler (Mansjoer, 2010).
Pertumbuhan adalah suatu peningkatan ukuran fisik keseluruhan atau seba
gian yang dapat diukur, dimana grafik pertumbuhan meliputi tinggi, berat
badan dan diameter pada lipatan kulit (Suriadi, 2011). Pertumbuhan adalah
bertambah besar dalam aspek fisis akibat multiplikasi sel dan bertambahny
a jumlah zat interseluler (Hassan, 2011)
Menurut Whaley dan Wong, perkembangan manitik beratkan pada
perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke t
ingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pemb
elajaran ( Supartini, Yupi: 2011).
4. POLA PERKEMBANGAN
Yaitu peristiwa yang terjadi selama proses pertumbuhan dan perkembanga
n pada anak.
a) Pola perkembangan fisik yang terarah Terdiri dari dua prinsip yaitu ce
phalocaudal dan proximal distal (Wong, 2010)
1) Cephalocaudal adalah pola pertumbuhan dan perkembangan yang
dimulai dari kepala yang ditandai dengan perubahan ukuran kepal
a yang lebih besar, kemudian berkembang kemampuan untuk men
ggerakkan lebih cepat dengan menggelengkan kepala dan dilanjut
kan ke bagian ekstremitas bawah lengan ,tangan dan kaki
2) Proximaldistal yaitu pola pertumbuhan dan perkembangan yang d
imulai dengan menggerakkan anggota gerak yang paling dekat de
ngan pusat/sumbu tengah, seperti menggerakkan bahu dahulu bar
u kemudian jari-jari.
b) Pola perkembangan dari umum ke khusus
Yaitu pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai deng
an menggerakkan daerah yang lebih umum (sederhana) dahulu baru ke
mudian daerah yang lebih kompleks. Misalnya melambaikan tangan ke
mudian memainkan jari.
c) Pola perkembangan berlangsung dalam tahapan perkembangan. Pola in
i mencerminkan ciri khusus dalam setiap tahapan perkembangan yang
dapat digunakan untuk mendeteksi dini perkembangan selanjutnya. Pa
da masa ini dibagi menjadi lima tahap yaitu :
1) Masa pra lahir, terjadi pertumbuhan yang sangat cepat padaalatda
n jaringan tubuh
2) Masa neonatus, terjadi proses penyesuaian dengan kehidupan di l
uar rahim dan hampir sedikit aspek pertumbuhan fisik dalam peru
bahan
3) Masa bayi , terjadi perkembangan sesuai dengan lingkungan yang
mempengaruhinya dan mempunyai kemampuan untuk
melindungi dan menghindari dari hal yang mengancam dirinya
4) Masa anak, terjadi perkembangan yang cepat dalam aspek sifat, si
kap, minat dan cara penyesuaian dengan lingkungan
5) Masa remaja, terjadi perubahan kearah dewasa sehingga kematan
gan pada tanda-tanda pubertas
Menurut Milestone perkembangan adalah tingkat perkembangan ya
ng harus dicapai anak pada umur tertentu, misalnya :
a) 4-6 minggu : tersenyum spontan, dapat mengeluarkan sua
ra 1-2 minggu kemudian
b) 12-16 minggu : Menegakkan kepala, tengkurap sendiri,
menoleh kearah suara, memegang beneda yang ditaruh dit
angannya
c) 20 minggu : meraih benda yang didekatkan padanya
d) 26 minggu :Dapat memeindahkan benda dari astu tang
an ke tangan lainnya, duduk, dengan bantuan kedua tan
gan ke depan, makan biskuit sendiri
e) 9-10 bulan : menunjuk dengan jari telunjuk, memega
ng benda dengan ibu jari dan telunjuk,
merangkak, bersuara da.. da…
f) 13 bulan : Berjalan tanpa bantuan, mengucapkan katak
ata tunggal
Dengan milestone ini kita dapat mengetahui apakah anak mengala
mi perkembangan anak dalam batas normal atau mengalami keterlambatan
Sehingga kita dapat melakukan deteksi dini dan intervensi dini, agar tumb
uh kembang anak dapat lebih optimal.
1) Fase Oral
Disebut fase oral karena dalam fase ini anak mendapat kenikmatan da
n kepuasan berbagai pengalaman sekitar mulutnya. Fase oral mencaku
p tahun pertama kehidupan ketika anak sangat tergantung dan tidak be
rdaya. Ia perlu dilindungi agar mendapat rasa aman. Dasar perkemban
gan mental sangat tergangtung dari hubungan ibu – anak pada fase ini.
Bila terdapat gangguan atau hambatan dalam hal ini maka akan terjadi
fiksasi oral, artinya pengalaman buruk, tentang masalah makan dan m
enyapih akan menyebabkan anak terfiksasi pada fase ini, sehingga peri
lakunya diperoleh pada fase oral. Pada fase pertama belum terselesaik
an dengan baik maka persoalan ini akan terbawa ke fase kedua. Ketida
k siapan ini meskipun belum berhasil dituupi biasanya kelak akan mun
cul kembali berupa berbagai gangguan tingkah laku.
2) Fase Anal
Fase kedua ini berlangsung pada umur 1-3 tahun. Pada fase ini anak m
enunjukkan sifat ke-AKU-annya. Sikapnya sangat narsistik dan egoisti
c. Ia pun mulai belajar kenal tubuhnya sendiri dan mendapatkan kepua
san dari pengalaman. Suatu tugas penting dalam yang lain dalam fase i
ni adalah perkembangan pembicaraan dan bahasa. Anak mulamula ha
nya mengeluarkan bahasa suara yang tidak ada artinya, hanya untuk m
erasakan kenikmatan dari sekitar bibir dan mulutnya. Pada fase ini hu
bungan interpersonal anak masih sangat terbatas. Ia melihat benda-ben
da hanya untuk kebutuhan dan kesenangan dirinya. Pada umur ini seor
ang anak masi bermain sendiri, ia belum bias berbagi atau main bersa
ma dengan anak lain. Sifatnya sangat egosentrik dan sadistik.
3) Fase Falik
Fase falik antara umur 3-12 tahun. Fase ini dibagi 2 yaitu fase oediopa
l antara 3-6 tahun dan fase laten antara 6-12 tahun. Fase oediopal dena
gn pengenalan akan bagian tubuhnya umur 3 tahun. Disini anak mulai
belajar menyesuaiakan diri dengan hukum masyarakat. Perasaan seksu
al yang negative ini kemudia menyebabkania menjauhi orang tua deng
an jenisn kelamin yang sama. Disinilah proses identifikasi seksual. An
ak pada fase praoediopal biasanya senang bermain denagn anak yang j
enis kelaminnya berbeda, sedangkan anak pasca oediopal lebih suka b
erkelompok dengan anak sejenis.
4) Fase Laten
Resolusi konflik oediopal ini menandai permulaan fase laten yang tere
ntang 7-12 tahun, untuk kemudian anak masuk ke permulaan masa pu
bertas. Periode ini merupakan integrasi, yang bercirikan anak harus be
rhadapan dengan berbagai tuntutan dan hubungan denagn dunia dewas
a. Anak belajar untuk menerapkan dan mengintegrasikan pengalaman
baru ini. Dalam fase berikutnya berbagai tekanan sosial akan dirasaka
n lebih berat oleh karena terbaur dengan keadaan transisi yang sedang
dialami si anak.
5) Fase Genital
Dengan selesainya fase laten, maka sampailah anak pada fase terakhir
dalam perkembangannya. Dalam fase ini si anak menghadapi persoala
n yang kompleks. Kesulitan sering timbul pada fase ini disebabkan kar
ena si anak belum dapat menyelesaikan fase sebelumnya dengan tunta
s.
Dari tiga teori berkembang tersebut diatas, yaitu teori Freud, Erikso
n, dan Piaget, maka kita dapat melihat bagaimana para pakar tersebut mem
pelajari perkembangan anak dari sudut yang berbeda namun semuanya sep
eandapat bahwa:
1. Perkembanagn suatu proses yang diatur dan berurutan, yang dimula
i dari beberapa hal sederhana, dan terus berkembang menjadi sema
kin kompleks.
2. Timbulnya gangguan jiwa disebabkan oleh adanya kegagalan disal
ah satu fase untuk menyelesaikan suatu tugas perkembangan tertent
u.
3. Adanya kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dari pihak anak
sendiri.
6. FAKTOR PENGARUH TUMBUH KEMBANG
Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu
dengan yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi
oleh interaksi banyak faktor. Menurut Soetjiningsih (2012), faktor yang me
mpengaruhi tumbuh kembang, yaitu:
a. Genetika
1. Perbedaan ras, etnis, atau bangsa
2. Keluarga, Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gem
uk atau perawakan pendek
3. Umur, Masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja merupakan ta
hap yang mengalami pertumbuhan cepat dibandingkan dengan
masa lainnya.
4. Jenis kelamin, Wanita akan mengalami pubertas lebih dahulu di
bandingkan laki-laki.
5. Kelainan kromosom
Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya sindrom
down.
b. Pengaruh hormone
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat j
anin berumur empat bulan. Pada saat itu terjadi pertumbuhan yang cep
at. Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon pertumbuhan s
omatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Selain itu kelenja
r tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk metab
olisme serta maturasi tulang, gigi, dan otak. c. Faktor lingkungan
Faktor kelompok yang dapat berpengaruh dikelompokkan menj
adi tiga, yaitu pranatal, kelahiran, dan pascanatal. d. Faktor prenatal
a. Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, t
erutama selama trimester akhir kehamilan
b. Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat me
nyebabkan kelainan conginetal, misalnya club foot
c. Toksin, zat kimia, radiasi
d. Kelainan endokrin
7. PENGAWASAN TUMBUH KEMBANG
Pengawasan tumbuh kembang anak dilakukan secara kontinue dengan
pencatatan yang baik dimulai sejak dalam kandungan (Ante Natal Care) secara
teratur dan pengawasan terutama anak balita.
a. Untuk pertumbuhan anak dengan pengukuran BB dan TB menggunaka
n Kartu Menuju Sehat (KMS).
b. Untuk perkembangan anak dengan menggunakan DDST (Denver Deve
lopment Screening Test).
Sedangkan tahap-tahap penilaian perkembangan anak yaitu :
a. Anamnesis
b. Skrining gangguan perkembangan anak
c. Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak
d. Evaluasi bicara dan bahasa anak
e. Pemeriksaan fisik
Perkembangan dan tumbuh kembang anak perlu kita pantau secara
terus menerus. Dengan memperhatikan tumbuh kembangnya kita berharap
dapat mengetahuinya secara dini kelainan pada anak kita sehingga langka
h-langkah antisipatif lebih cepat kita ambil. Anak yang cedas adalah harap
an setiap orang tua. Orang tua selalu berharap agar anaknya dapat tumbuh
sehat. Berikut 7 gangguan tumbuh kembang anak yang perlu kita ketahui
1) Gangguan bicara dan bahasa. Kemampuan berbahasa merupakan in
dikator seluruh perkembangan anak. Kurangnya stimulasi akan dapat
menyebabkan gangguan berbicara dan berbahasa bahkan gangguan ini
dapat menetap.
2) Cerebral palsy. Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh
yang tidak progresif, yang disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel mot
orik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertu
mbuhannya.
3) Sindrom Down. Anak dengan sindrom down adalah individu yang da
pat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas,
yang menjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang lebih.
Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang be
rat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan kete
rlambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk menolong d
iri sendiri.
4) Perawakan pendek. Penyababnya dapat karena variasi normal, gangg
uan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan e
ndokrin.
5) Gangguan autisme. Merupakan gangguan perkembangan pervasif pa
da anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervas
if berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan ter
sebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendala
m. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup
bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
6) Retardasi mental. Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intele
gensia yang rendah ( IQ<70) yang menyebabkan ketidakmampuan ind
ividu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas
kemampuan yang dianggap normal.
7) Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH). Meru
pakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan
perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.
1. PENGKAJIAN
b) Keluhan Utama
e) Pemeriksaan Fisik
f) Riwayat keluarga
g) Riwayat Psikososial
h) Pengkajiaan Nutrisi
1. Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko
tinggi saat hamil, seperti terinfeksi TORCH, berat badan
tidak naik, preeksklamsi, dan lain-lain, serta apakah eha
milannya dipantau berkala. Kehamilan risiko tinggi yam
g tidak ditangani dengan benar dapat mengganggu tumbu
h kembang anak. Dengan mengetahui riwayat prenatal m
aka keadaan anaknya dapat diperkirakan.
2. Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anak
nya, apakah secara normal, dan bagaimana keadaan anak
sewaktu lahir. Anak yang dalam kandungan terdeteksi se
hat, apabila kelahirannya mengalami gangguan (cara kel
ahiran dengan tindakan seperti forceps, partuss lama, ata
u kasep), maka gangguan tersebut dapat mempengaruhi k
eadaan tumbuh kembang anak.
3. Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perl
u diperlakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaa
n fisik. Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, pe
ngukuran antropometri yang sering digunakan di lapanga
n untuk memantau tumbuh kembang anak adalah TB, B
B, dan lingkar kepala. Sedangkan lingkar lengan dan ling
kar dada baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan
pada anak.
2. DIAGNOSA
a. Gangguan komunikasi verbal b.d kurangnya stimulasi bahasa
b. Defisit nutrisi b.d kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan den
gan intake yang tidak adekuat
c. Ansietas orang tua b.d tubuh kembang anak yang sesuai
d. Defisit pengetahuan keluarga (ibu)
Intervensi
No Diagnosa keper Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
awatan
1 Gangguan komu Observasi
Setelah dilakukan intervens
nikasi verbal b.d Monitor kecepatan, tekana
i keperawatan selama 2 x 2
kurangnya stimul n, kuantitias, volume, dan
4 jam, maka komunikasi ve
asi bahasa diksi bicara
rbal meningkat, dengan krit
Monitor progress kognitif,
eria hasil:
anatomis, dan fisiologis ya
1. Kemampuan berbicara
ng berkaitan dengan bicara
meningkat
2. Kesesuaian ekspresi wa (mis: memori, pendengara
jah/tubuh meningkat n, dan Bahasa)
Monitor frustasi, marah, d
epresi, atau hal lain yang
mengganggu bicara
Identifikasi perilaku emosi
onal dan fisik sebagai bent
uk komunikasi
Terapeutik
Gunakan metode komunik
asi alternatif (mis: menuli
s, mata berkedip, papan ko
munikasi dengan gambar
dan huruf, isyarat tangan,
dan komputer)
Sesuaikan gaya komunikas
i dengan kebutuhan (mis:
berdiri di depan pasien, de
ngarkan dengan seksama, t
unjukkan satu gagasan ata
u pemikiran sekaligus, bic
aralah dengan perlahan sa
mbal menghindari teriaka
n, gunakan komunikasi ter
tulis, atau meminta bantua
n keluarga untuk memaha
mi ucapan pasien)
Modifikasi lingkungan unt
uk meminimalkan bantuan
Berikan dukungan psikolo
gis
Edukasi
Anjurkan berbicara perlah
an
Ajarkan pasien dan keluar
ga proses kognitif, anatom
is, dan fisiologis yang ber
hubungan dengan kemam
puan bicara
Kolaborasi
Rujuk ke ahli patologi bic
ara atau terapis
Edukasi
Jelaskan prosedur, termas
uk sensasi yang mungkin
dialami
Informasikan secara faktua
l mengenai diagnosis, pen
gobatan, dan prognosis
Anjurkan melakukan kegia
tan yang tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi ketegan
gan
Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
4 Defisit pengetah Setelah dilakukan intervens Edukasi Perilaku Upaya Kesehata
uan keluarga (ib i keperawatan selama 2 x 2 n
u) 4 jam maka defisit pengeta Observasi
huan meningkat dengan krit Identifikasi kesiapan dan k
eria hasil : emampuan menerima infor
1) Perilaku sesuai anjuran masi
meningkat Terapeutik
2) Kemampuan menjelaska Sediakan materi dan media
n pengetahuan tentang suat pendidikan kesehatan
u topik meningkat Jadwalkan pendidikan kes
3) Pertanyaan tentang masa ehatan sesuai kesepakatan
lah yang dihadapi menurun Berikan kesempatan untuk
4) Presepsi yang keliru terh bertanya
adap masalah menurun Gunakan variasi mode pe
mbelajaran
Berikan pujian dan dukun
gan terhadap usaha positif
dan pencapaiannya
Edukasi
Jelaskan penanganan masa
lah kesehatan
Informasikan sumber yang
tepat yang tersedia di mas
yarakat
Anjurkan menggunakan fa
silitas kesehatan
Ajarkan mengidentifikasi t
ujuan yang akan dicapai
Ajarkan program kesehata
n dalam kehidupan sehari
hari
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2011. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidana
n. Jakarta;Salemba Mesika. Hal : 8-23
Mansjoer, dkk. 2011, Kapita Selekta Kedokteran, ed.3, Media Aesculapius, Jakart
a.
Nursalam dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Bayi & Anak (Untuk Perawat Bidan).
Jakarta: Salemba Medika
Rukiyah, Ai Yeyeh.2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta; Trans
Info Media. Hal : 106-123
Supartini, Yupi. 2011. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Suriadi, Yuliani. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Set
o