Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEPERAWATAN ANAK


TUMBUH KEMBANG ANAK

Disusun Oleh :
Rifdah Faradillah 224291517001

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS 2023
1. PENGERTIAN
Aspek tumbuh kembang pada anak ini adalah salah satu aspek yan
g diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupaka
n aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, anak
secara fisik maupun psikososial. Namun sebagian orang tua belum memah
ami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan so
sial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak
tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pert
umbuhan dan perkembangannya. Sering kali para orang tua mempunyai pe
mahaman bahwa pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian
yang sama. (Nursalam, 2011 : 31-32) Aspek tumbuh kembang pada masa a
nak merupakan suatu hal yang sangat penting, yang sering diabaikan oleh t
enaga kesehatan khususnya di lapangan. Biasanya penanganan lebih banya
k difokuskan pada mengatasi penyakitnya, sementara tumbuh kembangnya
diabakan. Sering terjadi setelah anak sembuh dari sakitnya, justru timbul
masalah berkaitan dengan tumbuh kembangnya, misalnya anak mengalami
kemunduran dalam kemampuan otonominy (Nursalam, 2011)
Tumbuh adalah proses bertambahnya ukuran/ dimensi akibat pena
mbahan jumlah atau ukuran sel dan jaringan interseluler (Mansjoer, 2010).
Pertumbuhan adalah suatu peningkatan ukuran fisik keseluruhan atau seba
gian yang dapat diukur, dimana grafik pertumbuhan meliputi tinggi, berat
badan dan diameter pada lipatan kulit (Suriadi, 2011). Pertumbuhan adalah
bertambah besar dalam aspek fisis akibat multiplikasi sel dan bertambahny
a jumlah zat interseluler (Hassan, 2011)
Menurut Whaley dan Wong, perkembangan manitik beratkan pada
perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke t
ingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pemb
elajaran ( Supartini, Yupi: 2011).

2. INDIKATOR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


a. Pertumbuhan Pada Anak
1) Berat Badan
Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjdai dua y
aitu usia 0-6 bulan dan usia 0-12 bulan. Untuk usia 0-6 bulan berat bad
an akan mengalami penambahan setiap seminggu sekita 140 -200 gram
dan berat badannya akan menjadi dua kali berat badan lahir pada akhir
bulan ke 6. Sedang kan pada usia 6-12 bulan terjadi penambahan setiap
seminggu sekitar 40 gram dan pada akhir bulan ke 12 akan menjadi pe
nambahan 3 kali lipat berat badan lahir.
Pada masa bermain, terjadi penambahan berat badan sekitar 4 k
ali lipat dari berat badan lahir pada usia kurang lebih 2,5 tahun serta pe
nambahan berat badan setiap tahunnya adalah 2-3 kilogram. Pada masa
pra sekolah dan sekolah akan terjadi penambahan berat badan setiap ta
hunya kurang lebih 2-3 kilogram.
2) Tinggi badan
Pada usia 0-6 bulan bayi akan mengalami penambahan tinggi b
adan sekitar 2,5 cm setiap bulannya. Pada usia 6-12 bulan akan mengal
ami penambahan tinggi badan hanya sekitar 1,25 cm setiap bulannya.p
ada akhir tahun pertama akan meningkat kira-kira 50% dari tinggi bada
n waktu lahir. Pada masa bermain penambahan selama tahun ke 2 kura
ng lebih 12 cm sedangkan penambahan tahun ketiga rata-rata 4-6 cm.
Pada masa pra sekolah, khususnya diakhir usia 4 tahun, terjadi penamb
ahan rata-rata 2 kali lipat dari tinggi badan waktu lahir dan mengalami
penambahan setiap tahunya kurang lebih 6-8 cm. Pada masa sekolah a
kan mengalami penambahan setiap tahunnya.setelah usia 6 tahun tingg
i badan bertambah rata-rata 5 cm, kemudian pada usia 13 tahun bertam
bah lagi menjadi rata-rata 3 kali lipat dari tinggi badan waktu lahir.
3) Lingkar Kepala
Pertumbuhan pada lingkar kepala ini terjadi dengan sangat cepa
t sekitar 6 bulan pertama, yaitu dari 35 -43 cm. Pada usia-usai selanjut
nya pertumbuhan lingkar kepala mengalami perlambatan. Pada usia 1 t
ahun hanya mengalami pertumbuhan kurang lebih 46,5 cm. Pada usia
2 tahun mengalami pertumbuhan kurang lebih 49 cm, kemudian akan b
ertambah 1 cm sampai dengan usia tahun ke tiga bertambah lagi kuran
g lebih 5 cm sampai dengan usia remaja.
4) Organ Penglihatan
Perkembangan organ penglihatan dapat dimuali pada saat lahir.
Pada usia 1 bulan bayi memiliki perkembangan, yaitu adanya kemamp
uan melihat untuk mengikuti gerakan dalam rentang 90 derajat, dapat
melihat orang secara terus menerus, dan kelenjar air mata sudah mulai
berfungsi. Pada usia 2-3 bulan memiliki penglihatan perifer hingga 180
derajat. Pada usia 4-5 bulan kemampuan bayi untuk memfiksasi sudah
mulai pada hambatan 1,25 cm, dapat mengenali botol susu, melihat tan
gan saat duduk atau berbaring, melihat bayangan di cermin, dan mamp
u mengakomodasi objek. Usia 5-7 bulan dapat menyesuaikan postur un
tuk melihat objek, mampu mengembangkan warna kesukaan kuning da
n merah, menyukai rangsangan visual kompleks, serta mengembangka
n koordinasi mata dan tangan. Pada usia 7-11 bulan mampu memfiksas
i objek yang sangat kecil. Pada usia 11-12 bulan ketajaman penglihatan
mendekati 20/20, dapat mengikuti objek yang dapat bergerak. Pada usi
a 12-14 bulan mampu mengidentifikasi bentuk geometrik. Pada usia 1
8-24 bulan mampu berakamodasi dengan baik.
5) Organ Pendengaran
Sete;ah lahir, bayi sudah dapat berespons terhadap bunyi yang
keras dan refleks. Pada usia 2-3 bulan mampu memalingkan kepala ke
smping bila bunyi setinggi telinga. Pada usia 3-4 bulan anak memiliki
kemampuan dalam melokalisasi bunyi dengan makin kuat dan mulai m
ampu membuat bunyi tiruan. Pada usia 6-8 bulan mampu berespons pa
da nama sendiri. Pada usia 10-12 bulan mampu mengenal beberapa kat
a dan artinya. Pada usia 18 bulan mulai dapat membedakan bunyi. Pad
a usia 36 bulan mampu membedakan bunyi yang halus dalam bicara. P
ada usia 48 bulan mulai membedakan bunyi yang serupa dan mampu
mendengarkan yang lebih halus.
6) Organ Seksual
Pertumbuhan organ seksual laki-laki antara lain terjadinya pert
umbuhan yang cepat pada penis pada usia 12-15 tahun, testis pada usia
11-15 tahun, kemudian rambut pubis pada usia 12-15 tahun.
b. Perkembangan Pada Anak
1) Perkembangan Motorik Halus a)
Masa neonatus (0-28 hari)
Perkembangan motorik halus pada masa ini dimulai dengan
adanya kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita member
ikan respons terhadap gerakan jari atau tangan. b) Masa Bayi (28 h
ari-1 tahun)
Usia 1-4 bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat mel
akukan hal-hal seperti memegang suatu objek, mengikuti objek dari
sisi ke sisi, menvoba memegang dan memasukan benda kedalam m
ulut, memegang benda tapi terlepas, memerhatikan tangan dan kaki
memegang benda dengan kedua tangan, serta menahan benda ditan
gan walaupun hanya sebentar.
Usia 4-8 bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah sudah mu
lai mengamati benda, menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk
memegang, mengekplorasi benda yang sedang dipegang, mengamb
il objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda d
i kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan seb
agai satu kesatuan, serta memindahkan objek dari satu tangan ketan
gan yang lain.
Usia 8-12 bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah mencari a
tau merainh benda kecil; bila diberi kubus mampu memindahkan,
mengambil, memegang dengan telunjuk dan ibu jari, membenturka
nnya, serta meletakkan benda atau kubus ke tempatnya.
c) Masa Anak (1-2 tahun)
Perkembangan motorik halus pada usia ini dapat ditunjukan
dengan adanya kemampuan dalam mencoba, menyusun, atau mem
buat menara pada kubus. d) Masa Prasekolah
Perkembangan motorik halus dapat dilihat pada anak, yaitu
mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, mengga
mbar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan m
enggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjep
it benda, melambaikan tangan, menggunakan tanggannya untuk ber
main, menempatkan objek kedalam wadah, makan sendiri, minum
dari cangkir dengan bantuan, menggunakan sendok dengan bantuan,
makan dengan jari, serta membuat coretan diatas kertas(wong,201
0)

2) Perkembangan Motorik Kasar


a) Masa Neonatus (0-28 hari)
Perkembangan motorik kasar yang dapat dicapai pada usia i
ni diawali dengan tanda gerakan seimbang pada tubuh dan mulai m
engangkat kepala.
b) Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
Usia 1-4 bulan
Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan
kemampuan mengangkat kepala saat tegkurap, mencoba duduk seb
entar dengan ditopang, mampu duduk dengan kepala tegak, jatuh te
rduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, kontrol kep
ala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berg
uling dari terlentang ke miring, kesisi lengan dan tungkai kurang fl
eksi, dan berusaha untuk merangkak.
Usia 4-8 bulan
Usia perkembangan motorik kasar awal bulan ini dapat dili
hat pada pertumbuhan dalam aktivitas, seperti posisi telungkup pad
a alas dan sudah mulai mengangkat kepala dengan melakukan gera
kan menekan kedua tangannya. Pada bulan ke empat sudah mampu
memalingkan kepala ke kanan dan kiri, duduk dengan kepala tegak,
membalikan badan, bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban
pada kaki dengan lengan berayun kedepan dan kebelakang, berguli
ng dari terlentang dan tengkurap, serta duduk dengan bantuan dala
m waktu yang singkat.
Usia 8-12 bulan
Perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan duduk t
anpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit lalu berdiri, berdi
ri 2 detik dan berdiri sendiri. c) Masa Anak (1-2 tahun)
Dalam perkembangan masa anak terjadi perkembangan mot
orik kasar secara signifikan. Pada masa ini anak sudah mampu mel
angkah dan berjalan dengan tegak. Sekitar usia 18 bulan anak mam
pu menaiki tangga dengan cara 1 tangan dipegang. Pada akhir tahu
n kedua sudah mampu berlari-lari kecil, menendang bola, dan mula
i mencoba melompat. d) Masa Prasekolah
Perkembangan motorik kasar masa prasekolah ini dapat dia
wali dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama sat
u sampai lima detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan t
umit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak, dan berj
alan dengan bantuan (wong, 2010).
3) Perkembangan Bahasa
a) Masa Neonatus (0-28 hari)
Perkembangan bahasa masa neonatus ini dapat ditunjukan de
ngan adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap
suara atau bel.
b) Masa Bayi (28 hari- 1 tahun)
Usia 1-4 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan adanya k
emampuan bersuara dan tersenyum, mengucapkan huruf hidup, berce
loteh, mengucapkan kata “oh/ah”, tertawa dan berteriak, mengoceh s
pontan, serta bereaksi dengan mengoceh.
Usia 4-8 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat menirukan b
unyi atau kata-kata, menoleh ke arah suara atau sumber bunyi, tertaw
a, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, serta menggun
akan kata yang terdiri atas dua suku kata dan dapat membuat dua bun
yi vokal yang bersamaan seperi “ba-ba”.
Usia 8-12 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah mampu mengucap
kan kata “papa” dan “mama” yang belom spesifik, mengoceh hingga
mengatakannya secara spesifik, serta dapat mengucapkan satu samap
ai dua kata.

c) Masa Anak (1-2 tahun)


Perkembangan bahasa masa anak ini adalah dicapainya kema
mpuan bahasa pada anak yang mulai ditandai dengan anak mampu m
emiliki sepuluh perbendaharaan kata; tingginyakemampuan meniru,
mengenal, dan responsip terhadap orang lain; mampu menujukan dua
gambar; mampu mengkombinasikan kata-kata; seta mulai mampu m
enunjukan lambaian anggota badan. d) Masa Prasekolah
Perkembangan bahasa diawali dengan adanya kemampuan m
enyebutkan hingga empat gambar; menyebutkan satu hingga dua war
na; menyebutkan kegunaan benda; mengitung; mengartikan dua kata;
mengerti empat kata depan; mengerti beberapa kata sifat dan jenis ka
ta lainnya; menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek, orang,
dan aktivitas; menirukan berbagaibuny kata; memahami arti larangan;
serta merespons panggilan orang dan anggota keluarga dekat.

4) Perkembangan Prilaku atau adaptasi sosial


a) Masa Neonatus (0-28 hari)
Perkembangan adaptasi sosial atau prilaku masa neonatus in
i dapat ditunjukan dengan adanyab tanda-tanda tersenyum dan mul
ai menatap muka untuk menegnali seseorang. b) Masa Bayi (28 har
i-1 tahun)
Usia 1-4 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat diawali de
ngan kemampuan mengamati tangannya: tersenyum spontan dan m
embalas senyum bila di ajak tersenyum; mengenali ibunya dengan
penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak; tersenyum pda
wajah manusia; waktu tidur dalam sehari lebih sedikit dari pada wa
ktu terjaga; membentuk siklus tidur bangun; menangis bila terjadi s
esuatu yang aneh; membedakan wajahwajah yang dikenal dan tidak
dikenal; senang menatap wajahwajah yang dikenalnya; serta terdia
m bila ada orang yang tak dikenal (asing). Usia 4-8 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini antara lain anak
merasa takut dan terganggu dengan keberadaan orang asing, mulai
bermain dengan mainan, mudah frustasi, serta memukul-mukul len
gan dan kaki jika sedang kesal.
Usia 8-12 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dimulai dengan
kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai
minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang, bermain bola at
au lainnya dengan orang lain. c) Masa Anak (1-2 tahun)
Perkembangan adaptasi sosial masa anak dapat ditunjukan d
engan adanya kemampuan membantu kegiatan dirumah, menyuapi
boneka, mulai menggosok gigi serta mencoba mengenakan baju se
ndiri. d) Masa Prasekolah
Perkembangan adaptasi sosial pada masa prasekolah adalah
adanya kemampuan bermain dengan permainan sederhana, menang
is jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubu
h, menunjukan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, serta
mengenali anggota keluarga (wong, 2010).

3. CIRI TUMBUH KEMBANG


Menurut Nursalam (2011 ) menjelaskan bahwa pada umumnya pert
umbuhan mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:
a. Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dew
asa. Sebagaimana pada usia 2 tahun besar kepala hampir seperempat d
ari panjang badan keseluruhan, kemudian secara berangsur-angsur pro
porsinya berkurang.
b. Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai den
gan lepasnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya reflex
primitif pada masa bayi, timbulnya tanda seks sekunder, dan perubaha
n lainnya.
c. Kecepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditanda dengan adanya mas
a-masa tertentu yaitu masa pranatal, bayi dan adolesensi, dimana terjad
i pertumbuhan cepat. Dan masa prasekolah dan masa sekolah dimana p
ertumbuhan berlangsung lambat.

4. POLA PERKEMBANGAN
Yaitu peristiwa yang terjadi selama proses pertumbuhan dan perkembanga
n pada anak.
a) Pola perkembangan fisik yang terarah Terdiri dari dua prinsip yaitu ce
phalocaudal dan proximal distal (Wong, 2010)
1) Cephalocaudal adalah pola pertumbuhan dan perkembangan yang
dimulai dari kepala yang ditandai dengan perubahan ukuran kepal
a yang lebih besar, kemudian berkembang kemampuan untuk men
ggerakkan lebih cepat dengan menggelengkan kepala dan dilanjut
kan ke bagian ekstremitas bawah lengan ,tangan dan kaki
2) Proximaldistal yaitu pola pertumbuhan dan perkembangan yang d
imulai dengan menggerakkan anggota gerak yang paling dekat de
ngan pusat/sumbu tengah, seperti menggerakkan bahu dahulu bar
u kemudian jari-jari.
b) Pola perkembangan dari umum ke khusus
Yaitu pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai deng
an menggerakkan daerah yang lebih umum (sederhana) dahulu baru ke
mudian daerah yang lebih kompleks. Misalnya melambaikan tangan ke
mudian memainkan jari.
c) Pola perkembangan berlangsung dalam tahapan perkembangan. Pola in
i mencerminkan ciri khusus dalam setiap tahapan perkembangan yang
dapat digunakan untuk mendeteksi dini perkembangan selanjutnya. Pa
da masa ini dibagi menjadi lima tahap yaitu :
1) Masa pra lahir, terjadi pertumbuhan yang sangat cepat padaalatda
n jaringan tubuh
2) Masa neonatus, terjadi proses penyesuaian dengan kehidupan di l
uar rahim dan hampir sedikit aspek pertumbuhan fisik dalam peru
bahan
3) Masa bayi , terjadi perkembangan sesuai dengan lingkungan yang
mempengaruhinya dan mempunyai kemampuan untuk
melindungi dan menghindari dari hal yang mengancam dirinya
4) Masa anak, terjadi perkembangan yang cepat dalam aspek sifat, si
kap, minat dan cara penyesuaian dengan lingkungan
5) Masa remaja, terjadi perubahan kearah dewasa sehingga kematan
gan pada tanda-tanda pubertas
Menurut Milestone perkembangan adalah tingkat perkembangan ya
ng harus dicapai anak pada umur tertentu, misalnya :
a) 4-6 minggu : tersenyum spontan, dapat mengeluarkan sua
ra 1-2 minggu kemudian
b) 12-16 minggu : Menegakkan kepala, tengkurap sendiri,
menoleh kearah suara, memegang beneda yang ditaruh dit
angannya
c) 20 minggu : meraih benda yang didekatkan padanya
d) 26 minggu :Dapat memeindahkan benda dari astu tang
an ke tangan lainnya, duduk, dengan bantuan kedua tan
gan ke depan, makan biskuit sendiri
e) 9-10 bulan : menunjuk dengan jari telunjuk, memega
ng benda dengan ibu jari dan telunjuk,
merangkak, bersuara da.. da…
f) 13 bulan : Berjalan tanpa bantuan, mengucapkan katak
ata tunggal
Dengan milestone ini kita dapat mengetahui apakah anak mengala
mi perkembangan anak dalam batas normal atau mengalami keterlambatan
Sehingga kita dapat melakukan deteksi dini dan intervensi dini, agar tumb
uh kembang anak dapat lebih optimal.

5. TEORI TUMBUH KEMBANG


a. Teori Tumbuh Kembang Sidmund Freud
Sidmund Freud terkenal sebagai pengganti teori alam bawah sadar
dan pakar psikoanalisis. Tapi kita sering lupa bahwa Freud lah yang mene
kankan pentingnya arti perkembangan psikososial pada anak. Freud mener
angkan bahwa berbagai problem yang dihadapi penderita dewasa ternyata
disebabkan oleh gangguan atau hambatan yang dialami perkembangan psi
kososialnya. Dasar psikaonalisis yang dilakukannya adalah untuk menelus
uri akar gangguan jiwa yang dialami penderita jauh kemasa anak, bahkan
kemasa bayi. Freud membagi perkembangan menjadi 5 tahap, yang secara
berurut dapat dilalui oleh setiap individu dalam perkembangan menuju ked
ewasaan.

1) Fase Oral
Disebut fase oral karena dalam fase ini anak mendapat kenikmatan da
n kepuasan berbagai pengalaman sekitar mulutnya. Fase oral mencaku
p tahun pertama kehidupan ketika anak sangat tergantung dan tidak be
rdaya. Ia perlu dilindungi agar mendapat rasa aman. Dasar perkemban
gan mental sangat tergangtung dari hubungan ibu – anak pada fase ini.
Bila terdapat gangguan atau hambatan dalam hal ini maka akan terjadi
fiksasi oral, artinya pengalaman buruk, tentang masalah makan dan m
enyapih akan menyebabkan anak terfiksasi pada fase ini, sehingga peri
lakunya diperoleh pada fase oral. Pada fase pertama belum terselesaik
an dengan baik maka persoalan ini akan terbawa ke fase kedua. Ketida
k siapan ini meskipun belum berhasil dituupi biasanya kelak akan mun
cul kembali berupa berbagai gangguan tingkah laku.

2) Fase Anal
Fase kedua ini berlangsung pada umur 1-3 tahun. Pada fase ini anak m
enunjukkan sifat ke-AKU-annya. Sikapnya sangat narsistik dan egoisti
c. Ia pun mulai belajar kenal tubuhnya sendiri dan mendapatkan kepua
san dari pengalaman. Suatu tugas penting dalam yang lain dalam fase i
ni adalah perkembangan pembicaraan dan bahasa. Anak mulamula ha
nya mengeluarkan bahasa suara yang tidak ada artinya, hanya untuk m
erasakan kenikmatan dari sekitar bibir dan mulutnya. Pada fase ini hu
bungan interpersonal anak masih sangat terbatas. Ia melihat benda-ben
da hanya untuk kebutuhan dan kesenangan dirinya. Pada umur ini seor
ang anak masi bermain sendiri, ia belum bias berbagi atau main bersa
ma dengan anak lain. Sifatnya sangat egosentrik dan sadistik.

3) Fase Falik
Fase falik antara umur 3-12 tahun. Fase ini dibagi 2 yaitu fase oediopa
l antara 3-6 tahun dan fase laten antara 6-12 tahun. Fase oediopal dena
gn pengenalan akan bagian tubuhnya umur 3 tahun. Disini anak mulai
belajar menyesuaiakan diri dengan hukum masyarakat. Perasaan seksu
al yang negative ini kemudia menyebabkania menjauhi orang tua deng
an jenisn kelamin yang sama. Disinilah proses identifikasi seksual. An
ak pada fase praoediopal biasanya senang bermain denagn anak yang j
enis kelaminnya berbeda, sedangkan anak pasca oediopal lebih suka b
erkelompok dengan anak sejenis.

4) Fase Laten
Resolusi konflik oediopal ini menandai permulaan fase laten yang tere
ntang 7-12 tahun, untuk kemudian anak masuk ke permulaan masa pu
bertas. Periode ini merupakan integrasi, yang bercirikan anak harus be
rhadapan dengan berbagai tuntutan dan hubungan denagn dunia dewas
a. Anak belajar untuk menerapkan dan mengintegrasikan pengalaman
baru ini. Dalam fase berikutnya berbagai tekanan sosial akan dirasaka
n lebih berat oleh karena terbaur dengan keadaan transisi yang sedang
dialami si anak.

5) Fase Genital
Dengan selesainya fase laten, maka sampailah anak pada fase terakhir
dalam perkembangannya. Dalam fase ini si anak menghadapi persoala
n yang kompleks. Kesulitan sering timbul pada fase ini disebabkan kar
ena si anak belum dapat menyelesaikan fase sebelumnya dengan tunta
s.

b. Teori tumbuh Kembang Erik Erikson


Erik H Erickson mengungkapkan pendapatnya tentang teori ten
tang perkembangan psikososial diantaranya :
1. Trust vs mistrust -- bayi (lahir – 12 bulan)
Anak memiliki indikator positif yaitu belajar percaya pada orang la
in, tetapi selain itu ada segi negatifnya yaitu tidak percaya, menari
k diri dari lingkungan masyarakat,dan bahkan pengasingan. Pemen
uhan kepuasan untuk makan dan menghisap, rasa hangat dan nyam
an, cinta dan rasa aman itu bisa menghasilkan kepercayaan. Pada sa
at kebutuhan dasar tidak terpenuhi bayi akan menjadi curiga, penuh
rasa takut, dan tidak percaya. Hal ini ditandai dengan perilaku mak
an, tidur dan eliminasi yang buruk.
2. Otonomi vs ragu-ragu dan malu (autonomy vs shame & doubt) – to
ddler (1-3 tahun)
Gejala positif dari tahap ini adalah kontrol diri tanpa kehilangan ha
rga diri, dan negatifnya anak terpaksa membatasi diri atau terpaksa
mengalah. Anak mulai mengembangkan kemandirian dan mulai ter
bentk kontrol diri. Hal ini harus didukung oleh orang tua, mungkin
apabila dukungan tidak dimiliki maka anak tersebut memiliki kepri
badian yang ragu-ragu.
3. Inisiatif vs merasa bersalah (initiative vs guilt) -- pra sekolah ( 3-6 t
ahun)
Anak mulai mempelajari tingkat ketegasan dan tujuan mempengaru
hi lingkungan dan mulai mengevaluasi kebiasaan diri sendiri. Disa
mping itu anak kurang percaya diri, pesimis, pembatasan dan kontr
ol yang berlebihan terhadap aktivitas pribadinya. Rasa bersalah mu
ngkin muncul pada saat melakukan aktivitas yang berlawanan deng
an orang tua dan anak harus diajari memulai aktivitas tanpa mengg
anggu hak-hak orang lain..
4. Industri vs inferior (industry vs inferiority) -- usia sekolah (6-12 tah
un)
Anak mendapatkan pengenalan melalui demonstrasi ketrampilan da
n produksi benda-benda serta mengembangkan harga diri melalui p
encapaian, anak biasanya terpengaruhi oleh guru dan sekolah. Ana
k juga sering hilang harapan, merasa cukup, menarik diri dari sekol
ah dan teman sebaya.
5. Identitas vs bingung peran (identity vs role confusion) -- remaja (12
- 18 tahun)
Teman sebaya memiliki pengaruh yang sangat besar yang kuat terh
adap perilaku anak, anak mengembangkan penyatuan rasa diri send
iri, kegagalan untuk mengembangkan rasa identitas dengan kebing
ungan peran,sering muncul dari perasaan tidak adekuat, isolasi dan
keragu-raguan.
6. Intimasi vs isolasi (intimacy vs isolation) – dewasa muda (1825sam
pai 45tahun)
Individu mengembangkan kedekatan dan berbagi hubungan denga
n orang lain, yang mungkin termasuk pasangan seksualnya, ketidak
pastian individu mengenai akan mempunyai kesulitan mengemban
gkan keintiman, individu tidak bersedia atau tidak mampu berbagi
mengenai diri sendiri hal ini akan menjadikan individu meraa sendi
ri.
7. Generativitas vs stagnasi atau absorpsi diri – dewasa tengah (45 – 6
5 tahun)
Absorpsi diri orang dewasa akan direnungi selanjutnya, mengekspr
esikan kepedulian pada dunia di masa yang akan datang, perenunga
n diri sendiri mengarah pada stagnasi kehidupan. Orang dewasa me
mbimbing generasi selanjutnya, mengekspresikan kepada dunia di
masa yang akan datang.
8. Integritas ego vs putus asa -- dewasa akhir (65 tahun keatas) Masa l
ansia dapat melihat kebelakang dengan rasa puas dan penerimaan h
idup dan kematian, pencaian yang tidak berhasil dalam krisis ini bis
a menghasilkan perasaan putus asa karena individu melihat
kehidupan sebagai bagian dari ketidakberuntungan.
Selain teori tersebut menurut, diketahui bahwa gejolak emo
si remaja dan masalah remaja lain pada umumnya disebabkan antar
a lain oleh adanya konflik peran sosial. Di satu pihak ia sudah ingin
mandiri sebagai orang dewasa, di pihak lain ia masih harus terus m
engikuti kemauan orang tua. Rasa ketergantungan pada orang tua d
i kalangan anak anak Indonesia lebih besar lagi, karena memang di
kehandaki demikian oleh orang tua.Konflik peran yang yang dapat
menimbulkan gejolak emosi dan kesulitan kesulitan lain pada amas
a remaja dapat dikurangi dengan memberi latihan latihan agar anak
dapat mandiri sedini mungkin. Dengan kemandiriannya anak dapat
memilih jalannya sendiri dan ia akan berkembang lebih mantap. Ol
eh karena ia tahu dengan tepat saat saat yang berbahaya di mana ia
harus kembali berkonsultasi dengan orang tuanya atau dengan oran
g dewasa lain yang lebih tahu dari dirinya sendiri.

c. Teori Tumbuh Kembang Menurut Piaget


Piaget adalah pakar terkemuka dalam bidang teori perkembang
an kognitif. Seperti juga Freud, Piaget melihat bahwa perkembangan it
u mulai dari suatu orientasi yang egosentrik, kemudian makin meluas d
an akhirnya memasuki dunia sosial. Piaget membagi perkembangan m
enjadi empat fase:

Fase Sensori-motor (0-2 tahun)


Seorang anak mempunyai sifat yang sangat egosentrik dan sang
at terpusat pada diri sendiri. Oleh karena itu kebutuhan pada fase ini be
rsifat fisik, fungsi ini menyebabkan si anak cepat menguasainya dan di
bekali dengan keterampilan tersebut melangkah ke fase berikutnya.
Fase Pra-operasional (2-7 tahun)
Fase ini dibagi menjadi dua, yaitu fase para konseptual dan fase
intuitif. Fase pra konseptual (2-4 tahun). Disini anak mulai mengemban
gkan kemampuan bahasa yang memungkinkan untuk berkomunikasi da
n bermasyarakat dengan dunia kecilnya. Fase intuitif (4-7 tahun) anak
makin mampu bermasyarakat namun ia belum dapat berfikir secara tim
bal balik. Ia banyak memperhatikan dan meniru perilaku orang dewasa.

Fase Operasional Konkrit (7-11 tahun)


Pengalaman dan kemampuan yang diperoleh pada fase sebelum
nya menjadi mantap. Ia mulai belajar untuk menyesuaikan diri dengan
teman-temannyadan belajar menerima pendapat yang berbeda dari pen
dapatnya sendiri.

Fase Operasional Formal (11-16 tahun)


Pada fase akhir ini kemampuan berfikir anak akan mencapai tar
af kemampuan berfikir orang dewasa. Tercapainya kemampuan ini me
mungkinkan remaja untuk masuk ke dalam dunia pendidikan yang lebi
h kompleks, yaitu dunia pendidikan tinggi.

Dari tiga teori berkembang tersebut diatas, yaitu teori Freud, Erikso
n, dan Piaget, maka kita dapat melihat bagaimana para pakar tersebut mem
pelajari perkembangan anak dari sudut yang berbeda namun semuanya sep
eandapat bahwa:
1. Perkembanagn suatu proses yang diatur dan berurutan, yang dimula
i dari beberapa hal sederhana, dan terus berkembang menjadi sema
kin kompleks.
2. Timbulnya gangguan jiwa disebabkan oleh adanya kegagalan disal
ah satu fase untuk menyelesaikan suatu tugas perkembangan tertent
u.
3. Adanya kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dari pihak anak
sendiri.
6. FAKTOR PENGARUH TUMBUH KEMBANG
Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu
dengan yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi
oleh interaksi banyak faktor. Menurut Soetjiningsih (2012), faktor yang me
mpengaruhi tumbuh kembang, yaitu:
a. Genetika
1. Perbedaan ras, etnis, atau bangsa
2. Keluarga, Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gem
uk atau perawakan pendek
3. Umur, Masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja merupakan ta
hap yang mengalami pertumbuhan cepat dibandingkan dengan
masa lainnya.
4. Jenis kelamin, Wanita akan mengalami pubertas lebih dahulu di
bandingkan laki-laki.
5. Kelainan kromosom
Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya sindrom
down.
b. Pengaruh hormone
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat j
anin berumur empat bulan. Pada saat itu terjadi pertumbuhan yang cep
at. Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon pertumbuhan s
omatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Selain itu kelenja
r tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk metab
olisme serta maturasi tulang, gigi, dan otak. c. Faktor lingkungan
Faktor kelompok yang dapat berpengaruh dikelompokkan menj
adi tiga, yaitu pranatal, kelahiran, dan pascanatal. d. Faktor prenatal
a. Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, t
erutama selama trimester akhir kehamilan
b. Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat me
nyebabkan kelainan conginetal, misalnya club foot
c. Toksin, zat kimia, radiasi
d. Kelainan endokrin
7. PENGAWASAN TUMBUH KEMBANG
Pengawasan tumbuh kembang anak dilakukan secara kontinue dengan
pencatatan yang baik dimulai sejak dalam kandungan (Ante Natal Care) secara
teratur dan pengawasan terutama anak balita.
a. Untuk pertumbuhan anak dengan pengukuran BB dan TB menggunaka
n Kartu Menuju Sehat (KMS).
b. Untuk perkembangan anak dengan menggunakan DDST (Denver Deve
lopment Screening Test).
Sedangkan tahap-tahap penilaian perkembangan anak yaitu :
a. Anamnesis
b. Skrining gangguan perkembangan anak
c. Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak
d. Evaluasi bicara dan bahasa anak
e. Pemeriksaan fisik
Perkembangan dan tumbuh kembang anak perlu kita pantau secara
terus menerus. Dengan memperhatikan tumbuh kembangnya kita berharap
dapat mengetahuinya secara dini kelainan pada anak kita sehingga langka
h-langkah antisipatif lebih cepat kita ambil. Anak yang cedas adalah harap
an setiap orang tua. Orang tua selalu berharap agar anaknya dapat tumbuh
sehat. Berikut 7 gangguan tumbuh kembang anak yang perlu kita ketahui
1) Gangguan bicara dan bahasa. Kemampuan berbahasa merupakan in
dikator seluruh perkembangan anak. Kurangnya stimulasi akan dapat
menyebabkan gangguan berbicara dan berbahasa bahkan gangguan ini
dapat menetap.
2) Cerebral palsy. Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh
yang tidak progresif, yang disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel mot
orik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertu
mbuhannya.
3) Sindrom Down. Anak dengan sindrom down adalah individu yang da
pat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas,
yang menjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang lebih.
Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang be
rat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan kete
rlambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk menolong d
iri sendiri.
4) Perawakan pendek. Penyababnya dapat karena variasi normal, gangg
uan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan e
ndokrin.
5) Gangguan autisme. Merupakan gangguan perkembangan pervasif pa
da anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervas
if berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan ter
sebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendala
m. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup
bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
6) Retardasi mental. Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intele
gensia yang rendah ( IQ<70) yang menyebabkan ketidakmampuan ind
ividu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas
kemampuan yang dianggap normal.
7) Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH). Meru
pakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan
perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a) Identitas Anak dan/atau Orang Tua


1) Nama
2) Alamat
3) Tempat dan tanggal lahir
4) Ras/kelompok entries
5) Jenis kelamin
6) Agama
7) Tanggal wawancara
8) Informan

b) Keluhan Utama

diharapkan dalam kondisi sehat jasmani dan rohani yang


memliki gangguang petumbuhan dan perkembangan

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan


keluhan utama. Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit
sekarang mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika ana
k dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanj
ut untuk mengetahui status kesehatan anak saat ini, selain untuk ke
pentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan panduan apakah a
nak harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai penyakitnya

d) Riwayat Kesehatan Dahulu

Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau


pembedahan sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunaka
n sebagai petunjuk.

1. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perin


atal).
2. Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya.
3. Alergi.
4. Pengobatan terbaru.
5. Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/re
aksi terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.
6. Pertumbuhan dan perkembangan anak
7. Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.

e) Pemeriksaan Fisik

Untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya kemu


ngkinan masalah kesehatan pada anak, tinjauan ini akan menjadi pi
lihan yang lebih baik selain pengkajian riwayat kesehatan anak kar
ena dalam pengkajian cenderung hanya berfokus pada informasi ya
ng diberikan anak/keluarga sedangkan kemungkinan terhadap kond
isi kelainan yang ada pada tubuh anak belum disadari olehnya . Tin
jauan sistem meliputi:

f) Riwayat keluarga

Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penya


kit yang memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk
mengkaji pajanan terhadap penyakit menular pada anggota .

g) Riwayat Psikososial

Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak

h) Pengkajiaan Nutrisi

Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan d


an kebutuhan nutrisi anak dalam kaitannya dengan kesehatan anak
saat ini dapat dijadikan bahan untuk pendidikan kesehatan pada ana
k dan orang tua. Pengkajian nutrisi meliputi pengkajian terhadap as
upan diet dan pemeriksaan klinis.

i) Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaa


n mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tumbuh kemban
g anak. Prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan dan dapat diterapk
an di lapangan adalah:

1. Lingkungan/ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalny


a memberikan warna dinding netral, cukup ventilasi, menjauh
kan peralatan yang menakutkan bagi anak, dan menyediakan
makanan.
2. Sebelum pengkajiaan sebaiknya disediakan waktu untuk ber
main agar anak menjadi kooperatif
3. Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah da
n tidak menakutkan anak.
4. Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang kooperati
f sehingga akan mengurangi rasa takut dari anak yang lain.
5. Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa menjelas
kan pada anak mengenai hal-hal yang perlu dilakukan pada di
rinya. Apabila mungkin, beri kesempatan anak untuk memba
ntu proses pemeriksaan.
6. Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat ber
baring di pangkuaan orang tua.
7. Berikan pujiaan kepada anak yang kooperatif. Hal ini dapat
merangsang anak yang lain agar tidak takut untuk diperiksa.
8. Berikan pujian pada orang tua apabila anak maju dan ibunya
mengetahui nasehat petugas.

Berikutnya adalah melakukan pengkajiaan pada anak. Halhal


yang perlu dikaji adalah

1. Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko
tinggi saat hamil, seperti terinfeksi TORCH, berat badan
tidak naik, preeksklamsi, dan lain-lain, serta apakah eha
milannya dipantau berkala. Kehamilan risiko tinggi yam
g tidak ditangani dengan benar dapat mengganggu tumbu
h kembang anak. Dengan mengetahui riwayat prenatal m
aka keadaan anaknya dapat diperkirakan.
2. Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anak
nya, apakah secara normal, dan bagaimana keadaan anak
sewaktu lahir. Anak yang dalam kandungan terdeteksi se
hat, apabila kelahirannya mengalami gangguan (cara kel
ahiran dengan tindakan seperti forceps, partuss lama, ata
u kasep), maka gangguan tersebut dapat mempengaruhi k
eadaan tumbuh kembang anak.
3. Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perl
u diperlakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaa
n fisik. Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, pe
ngukuran antropometri yang sering digunakan di lapanga
n untuk memantau tumbuh kembang anak adalah TB, B
B, dan lingkar kepala. Sedangkan lingkar lengan dan ling
kar dada baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan
pada anak.

2. DIAGNOSA
a. Gangguan komunikasi verbal b.d kurangnya stimulasi bahasa
b. Defisit nutrisi b.d kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan den
gan intake yang tidak adekuat
c. Ansietas orang tua b.d tubuh kembang anak yang sesuai
d. Defisit pengetahuan keluarga (ibu)

Intervensi
No Diagnosa keper Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
awatan
1 Gangguan komu Observasi
Setelah dilakukan intervens
nikasi verbal b.d  Monitor kecepatan, tekana
i keperawatan selama 2 x 2
kurangnya stimul n, kuantitias, volume, dan
4 jam, maka komunikasi ve
asi bahasa diksi bicara
rbal meningkat, dengan krit
 Monitor progress kognitif,
eria hasil:
anatomis, dan fisiologis ya
1. Kemampuan berbicara
ng berkaitan dengan bicara
meningkat
2. Kesesuaian ekspresi wa (mis: memori, pendengara
jah/tubuh meningkat n, dan Bahasa)
 Monitor frustasi, marah, d
epresi, atau hal lain yang
mengganggu bicara
 Identifikasi perilaku emosi
onal dan fisik sebagai bent
uk komunikasi
Terapeutik
 Gunakan metode komunik
asi alternatif (mis: menuli
s, mata berkedip, papan ko
munikasi dengan gambar
dan huruf, isyarat tangan,
dan komputer)
 Sesuaikan gaya komunikas
i dengan kebutuhan (mis:
berdiri di depan pasien, de
ngarkan dengan seksama, t
unjukkan satu gagasan ata
u pemikiran sekaligus,  bic
aralah dengan perlahan sa
mbal menghindari teriaka
n, gunakan komunikasi ter
tulis, atau meminta bantua
n keluarga untuk memaha
mi ucapan pasien)
 Modifikasi lingkungan unt
uk meminimalkan bantuan
 Berikan dukungan psikolo
gis
Edukasi
 Anjurkan berbicara perlah
an
 Ajarkan pasien dan keluar
ga proses kognitif, anatom
is, dan fisiologis yang ber
hubungan dengan kemam
puan bicara

Kolaborasi
 Rujuk ke ahli patologi bic
ara atau terapis

2 Defisit nutrisi ku Setelah dilakukan intevensi Manajemen Nutrisi


rang dari kebutuh keperawatan selama 2x24 j Observasi      
an tubuh b.d inta am maka Status Nutrisi Me
 Identifikasi status nutrisi  
ke yang tidak ade mbaik dengan kriteria hasil
 Identifikasi alergi dan intol
kuat : Status Nutrisi Membaik d
eransi makanan  
engan kriteria hasil :
 Identifikasi makanan yang
 Porsi makanan yang disukai  
dihabiskan meningk  Identifikasi kebutuhan kal
at ori dan jenis nutrient  
 Kekuatan otot mene  Identifikasi perlunya peng
lan meingkat gunaan selang nasogastrik
 Perasaan cepat keny  Monitor asupan makanan  
ang menurun  Monitor berat badan  
 Frekuensi makan m  Monitor hasil pemeriksaan
eningkat laboratorium
 Nafsu Makan menin Terapeutik    
gkat  Lakukan oral hygiene sebe
lum makan, jika perlu    
 Fasilitasi menentukan ped
oman diet (mis. Piramida
makanan)  
 Sajikan makanan secara m
enarik dan suhu yang sesu
ai  
 Berikan makan tinggi serat
untuk  mencegah konstipas

 Berikan makanan tinggi ka
lori dan tinggi protein  
 Berikan suplemen makana
n, jika perlu  
 Hentikan pemberian maka
n melalui selang nasogastri
k jika asupan oral dapat dit
oleransi        
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jik
a mampu  
 Ajarkan diet yang diprogra
mkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian med
ikasi sebelum makan  (mi
s. Pereda nyeri, antiemeti
k), jika perlu Kolaborasi
 dengan ahli gizi untuk me
nentukan jumlah  kalori da
n jenis nutrient yang dibut
uhkan, jika perlu 

3 Ansietas orang tu Reduksi ansietas


Setelah dilakukan intervens
a b.d tumbuh ke
i keperawatan selama 2 x 2 Observasi
mbang anak yang
4 jam, maka tingkat ansieta  Identifikasi saat tingkat an
sesuai
s menurun, dengan kriteria sietas berubah (mis: kondi
hasil: si, waktu, stresor)
1. Verbalisasi kebin  Identifikasi kemampuan m
gungan menurun engambil keputusan
2. Perilaku gelisah  Monitor tanda-tanda ansiet
menurun as (verbal dan nonverbal)
3. Perilaku tegang
Terapeutik
menurun
 Ciptakan suasana terapeuti
k untuk menumbuhkan k
epercayaan
 Temani pasien untuk meng
urangi kecemasan, jika me
mungkinkan
 Pahami situasi yang memb
uat ansietas
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu kece
masan

Edukasi
 Jelaskan prosedur, termas
uk sensasi yang mungkin
dialami
 Informasikan secara faktua
l mengenai diagnosis, pen
gobatan, dan prognosis
 Anjurkan melakukan kegia
tan yang tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
 Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi ketegan
gan
 Latih Teknik relaksasi

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
4 Defisit pengetah Setelah dilakukan intervens Edukasi Perilaku Upaya Kesehata
uan keluarga (ib i keperawatan selama 2 x 2 n
u) 4 jam maka defisit pengeta Observasi
huan meningkat dengan krit  Identifikasi kesiapan dan k
eria hasil : emampuan menerima infor
1) Perilaku sesuai anjuran masi
meningkat Terapeutik
2) Kemampuan menjelaska  Sediakan materi dan media
n pengetahuan tentang suat pendidikan kesehatan
u topik meningkat  Jadwalkan pendidikan kes
3) Pertanyaan tentang masa ehatan sesuai kesepakatan
lah yang dihadapi menurun  Berikan kesempatan untuk
4) Presepsi yang keliru terh bertanya
adap masalah menurun  Gunakan variasi mode pe
mbelajaran
 Berikan pujian dan dukun
gan terhadap usaha positif
dan pencapaiannya
Edukasi
 Jelaskan penanganan masa
lah kesehatan
 Informasikan sumber yang
tepat yang tersedia di mas
yarakat
 Anjurkan menggunakan fa
silitas kesehatan
 Ajarkan mengidentifikasi t
ujuan yang akan dicapai
 Ajarkan program kesehata
n dalam kehidupan sehari
hari
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2011. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidana
n. Jakarta;Salemba Mesika. Hal : 8-23

Mansjoer, dkk. 2011, Kapita Selekta Kedokteran, ed.3, Media Aesculapius, Jakart
a.

Nursalam dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Bayi & Anak (Untuk Perawat Bidan).
Jakarta: Salemba Medika

Rukiyah, Ai Yeyeh.2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta; Trans
Info Media. Hal : 106-123

Soetjiningsing, dr. 2011. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta; EGC.

Supartini, Yupi. 2011. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Suriadi, Yuliani. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Set
o

Wong and Whaley. 2010 . Clinical Manual of Pediatric Nursing. Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai