oleh
Ervinda Desiana Eka P.
Dwiki Choirul Arifin
Fahmadini Rozana P.
Faizatul Ulya
Muhammad Sufyan Asasi
Adhi Nur Satrio Alim
Shoviatul Widad
Nabillah Linda Kurnia P.
Mohammad Fariyadid T.
Moh. Cahyo Al Mulqi
(162310101244)
(162310101245)
(162310101253)
(162310101264)
(162310101271)
(162310101281)
(162310101120)
(162310101280)
(162310101293)
(162310101294)
c. Masa
bayi,
terjadi
perkembangan
sesuai
dengan
lingkungan
yang
seimbang
pada
tubuh
seperti
mengangkat
kepala.
gerakan
jari
atau
tangan.
Perkembangan
bahasa
di tandai dengan
mulai
tumbuh.perkembangan
motorik
kasar
ditandai
dengan
kemampuan
Perkembangan
bahasa
ditandai
dengan
lebih
banyaknya
yang tinggi dan kemampuan motorik semakin kuat. Anak semakin mandiri,
menyelesaikan masalah sendiri, menyesuaikan dengan lingkungan, tumbuh
rasa tanggung jawab dan percaya diri, dan apabila mengalami kegagalan
reaksinya adalah marah atau gelisah. Perkembangan kognitif, psikososial,
interpersonal, psikoseksual, moral, dan spiritual menunjukkan kematangan dan
b.
Posisi anak dalam keluarga dapat memengaruhi tumbuh kembangnya. Pada anak
perama atau tunggal, secara umum kemampuan intelektualnya lebih menonjol dan
cepat berkembang karena sering berinteraksi dengan orang dewasa.
9. Status Kesehatan
Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian tumbuh kembang. Pada
anak dengan kondisi tubuh yang sehat, kecepatan untuk tumbuh kembang sangat
mudah. Namun sebaliknya, apabila kondisi suatu kesehatan kurang baik, akan terjadi
perlambatan.
10. Faktor Hormonal
Faktor hormonal yang memengaruhi tumbuh kembang anak, diantaranya adalah
somatotropin (hormon pertumbuhan) yang menstimulasi terjadinya proliferasi sel
kartilago dan sistem skeletal untuk pertumbuhan tinggi badan, hormon tiroid yang
menstimulasi metabolisme tubuh, dan hormon glukokortiroid yang berfungsi
menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron
dan ovarium untuk memproduksi esterogen.
D. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Menurut piaget (dalam Wong, 1999) dibagi dalam 4 tahap, yaitu tahap
sensorimotor, pra operational, bedah konkret, dan tahap bedah formal.
1. Tahap sensorimotor
Pada tahap sensorimotor (0-2 tahun), anak mulai mampu, mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi dengan cara melihat, mendengar, dan menyentuh.
Sebagian besar gerakan ada masa ini, diarahkan ke mulut. Anak mulai menyadari
naluri sebab dan akibat dan memecahkan masalah secara coba-coba (trial and
error).
2. Tahap Pra Operational
Pada tahap pra operational (2-7 tahun), anak belum mampu mengoperasikan apa
yang dipikirkan melalui tindakan, perkembangannya masih bersifat egosentris.
Egosentris bukan berarti egois, namun merupakan ketidakmampuan anak untuk
menempatkan diri di posisi orang lain.
3. Tahap Bedah Konkret
Pada tahap ini (7-11 tahun), anak sudah memandang dunianya secara realistis,
jalan pikiran sudah mulai logis dan koheren. Sifat egosentris mulai hilang melalui
perubahan progresif dalam proses berpikir dan hubungan dengan orang lain.
4. Tahap Bedah Formal
Pada tahap ini (11-15 tahun), anak sudah mengalami masa perkembangan pikiran,
mampu membentuk gambaran mental dan menyelesaikan aktifitas dalam berpikir,
mampu menduga dan meperkirakan dengan pikiran yang abstrak.
E. PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL
Perkembangan psikoseksual anak pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud
(dalam Wong, 1999), psikoseksual merupakan proses perkembangan anak dalam
pertambahan kematangan fungsi struktur dan kejiwaan yang dapat menimbulkan
dorongan mencari rangsangan dan kesenangan menjadi dewasa.
1. Tahap Oral (0-1 tahun)
Kenikmatan didapat dengan cara menghisap, menggigit, mengunyah, atau
bersuara. Ketergantungan sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk
mendapatkan rasa aman. Masalah yang terjadi pad tahap ini adalah masalah
menyapih dan makan.
2. Tahap Anal (1-3 tahun)
Kepuasan dalam tahap ini didapat melalui pengeluaran feses, anak menunjukkan
ke-aku-annya, bersikap narsistik (cinta diri sendiri), dan sangat egoistik. Anak
juga mulai mempelajari struktur tubuhnya. Masalah yang muncul pada tahap ini
adalah obsesif, pandangan sempit, sifat tertutup (introfer), dan sifat terbuka tetapi
kurang mengendalikan diri (ekstrofer impulsif).
3. Tahap Phalik (3-6 tahun)
Kepuasaan dalam tahap ini terletak pada rangsangan otoerotic, yaitu meraba-raba,
merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, dan timbul rasa ingin tahu
mengenai perbedaan yang terdapat pada lawan jenisnya.
4. Tahap Laten (6-12 tahun)
Pada tahap ini anak mengembangkan keterampilan dan sifat yang dimilikinya
serta dorongan libido mulai mereda.
5. Tahap Genital (12 keatas)
Tahap ini diawali dengan pubertas, kematangan sistem reproduksi, dan produksi
hormon seks. Sumber kepuasan utama adalah daerah genitalia, namun, energi juga
digunakan utnuk berinteraksi dengan orang lain dan mempersiapkan pernikahan.
F. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Teori mengenai perkembangan psikososial dikemukakan oleh Erikson (dalam Wong,
1999) yang mengatakan bahwa anak dalam perkembangannya selalu dipengaruhi oleh
lingkungan sosial.
1. Tahap Percaya vs Tidak Percaya (0-1 tahun)
Pada tahap ini bayi sudah membangun rasa percaya pada seseorang, baik orang tua
maupun yang mengasuhnya. Kesalahan dalam mengasuh atau merawat pada tahap
ini dapat menimbulkan rasa tidak percaya.
2. Tahap Kemandirian vs Rasa Malu dan Ragu (1-3 tahun)
Pada tahap ini anak mulai mencoba mandiri dalam tugas tumbuh kembang.
Misalnya, dalam hal motorik dan bahasa, anak sudah mulai latihan jalan sendiri,
dan berbicara. Perasaan negatif seperti ragu dan malu mulai muncul ketika
membuat pilihan yang salah, dipermalukan oleh orang lain, ketika orang tua terlalu
melindungi dan tidak memberikan kemandirian, dan sebagainya.
3. Tahap Inisiatif vs Rasa Bersalah (4-6 tahun)
Pada tahap ini anak mulai berinisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru
secara aktif, dan apabila pad tahap ini anak dilarang atau dicegah, akan muncul
perasaan bersalah.
4. Tahap Rajin vs Rendah Diri (6-12 tahun atau masa sekolah)
Pada tahap ini anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau
berprestasi atau cenderung rajin dalam melakukan sesuatu. Namun, apabila
harapan atau keinginan tersebut tidak tercapai, kemungkinan besar anak akan
rendah diri.
5. Tahap Identitas vs Kebingungan Peran (12-18 tahun ataun masa remaja)
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam diri anak, khususnya dalam fisik dan
kematangan usia serta perubahan hormonal. Anak akan menujukkan identitas
dirinya dan sangat peduli mengenai pandangan orang lain tentang dirinya.
6. Tahap Keintiman vs Isoslasi (masa dewasa muda)
Pada tahap ini anak mencoba melakukan hubungan dengan teman sebayanya atau
kelompok masyarakat dalam kehidupan sosial untuk menjalin keakraban. Apabila
anak tidak mampu bergabung atau membina hubungan dengan orang lain maka
kemungkinan dapat memisahkan diri dari anggota atau kelompok orang.
7. Tahap Generasi vs Penghentian (masa dewasa pertengahan)
Pada tahap ini individu ingin mencoba memerhatikan generasi berikutnya dalam
aktivitas dimasyarakat dan keinginannya adalah membuat duia menerimanya. Jika
pada tahap ini terjadi kegagalan, akan terjadi penghentian dalam kegiatan atau
aktivitasnya.
8. Tahap Integritas vs Keputus Asaan (masa dewasa lanjut)
Pada tahap ini individu memikirkan tugas-tugas dalam mengakhiri kehidupan,
perasaan putus asa akan mudah timbuh karena kegagalan pada dirinya untuk
melakukan aktivitas dalam kehidupan.
G. PERKEMBANGAN PSIKOMORAL
Tahap psikomoral ini dikemukakan oleh Kohlberg (dalam Wong, 1999) yang
mengatakan bahwa tumbuh kembang anak dapat ditinjau dari segi moralitas yang
terdiri dari tiga tingkat utama, dan masing-masing dengan dua tahap.
1. Tingkat Pra Konvensional
Pada tingkat ini morlitas berasal dari luar karena anak mematuhi aturan yang
dibuat oleh orang yang berwenang. Tingkat ini ada dua tahap:
a. Orientasi, hukuman, dan kepatuhan. Pada tahap ini anak menentukan baik
buruknya tindakan dari sisi akibat yang ditimbulkannya. Anak menghindari
hukumandan mematuhi orang yang dianggapnya mampunyai kekuasaan untuk
menjatuhkan hukuman tersebut. Anak belum mengenal konsep moral yang
mendasari konsekuensi tersebut.
b. Orientasi, relatifitas, instrumental. Perilaku yang benar adalah yang
memuaskan kabutuhan anak itu sendiri (kadang-kadang juga kebutuhan orang
lain). Anak sudah menyadari aspek timbal balik yang dan berbagi dengan
orang lain, namun hal tersebut belum disertai elemen kesetiaan, penghargaan,
atau keadilan.
2. Tingkat Konvesional
Pada tingkat ini anak mulai peduli dengan nilai kepatuhan dan kesetiaan, serta
berusaha memenuhi aturan sosial atau harapan orangyang penting bagi dirinya.
Tingkat ini dibagi dalam dua tahap:
a. Orientasi keselarasan dengan orang lain. Pada tahap ini anak berupaya
menyelaraskan diri dengan lingkungan serta membantu dan menyenangkan
orang lain. Mematuhi norma-norma yang berlaku adalah berilaku yang
dianggap alami dan anak merasa dinilai dari seberapa hubungannya dengan
orang lain.
b. Orientasi hukum dan ketertiban. Perilaku yang dianggap adalah mematuhi
aturan, menghormati orang lan, dan menjaga ketertiban sosial. Aturan dan
wewenang dapat bersifat sosial atau keagamaan, tergantung pada hal yang
dianggap lebih penting.
DAFTAR PUSTAKA