Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan


1. Definisi
Menurut Soetjiningsih (2012), pertumbuhan (growth) berkaitan dengan
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) ukuran panjang (cm,
meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).

Sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan serta


struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat
diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang terorganisasi dan berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Dalam hal ini perkembangan juga
termasuk perkembangan emosi, intelektual dan perilaku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan (Soetjiningsih, 2012).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
mempunyai dampak terhadap aspek fisik (kuantitas), sedangkan perkembangan
berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu yang merupakan hasil interaksi
kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya
perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi
(kualitas). Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia secara
utuh.
2. Pemantauan Perkembangan
Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan kemampuan/kepandaian
anak sesuai dengan patokan yang berlaku.Berdasarkan pedoman Deteksi Tumbuh
Kembang Balita, skor yang diperoleh saat pemeriksaan harus berjumlah 9-10. Apabila
menggunakan kalender balita (KMS), maka kemampuan anak sesuai usiayang terdapat
pada gambar. Ada 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai
perkembangan anak, antara lain (Kyle & Carman, 2015) :
a. perkembangan kemampuan gerak kasar
Berakan (motorik) adalah semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh seluruh
tubuh, sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh,
dan perkembangan tersebut erat kaitannya dengan perkembangan pusat di otak.
Disebut gerak kasar karena gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar
bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang
lebih besar. Contoh: gerakan membalik dari terlungkup menjadi terlentang atau
sebaliknya, gerakan berjalan, berlari dan sebagainya.
b. Perkembangan kemampuan gerak halus
Dikatan gerak halus karena hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu sada dan
dilakukan oleh otot-otot kecil, karena itu tidak begitu memerlukan tenaga. Contoh :
gerakan mengambil sesuatu benda dengan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk
tangan, memasukkan benda kedalam lubang, menari, menggambar, dan gerakan
lainnya.
c. Perkembangan kemampuan bicara, bahasa, dan kecerdasan
Kemampuan anak terhadap respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara
sopan.Pada balita kemampuan berpikir mula-mula berkembang melalui kelima
inderanya, misalnya melihat warna-warna, mengenal rasa, dan lain-lain. Melalui
kata-kata yang didengar dan diajarkan, ia mengerti bahwa segala sesuatu itu ada
namanya. Daya fikir dan pengertian mula-mula terbatas pada apa yang nyata
(konkrit), yang dapat dilihat dan dipegang atau dimainkan.
d. Perkembangan kemampuan bergaul dan mandiri
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksidengan lingkungannya. Dengan semakin mampunya anak melakukan
gerakan motorik (berdiri, berjalan, dan berbicara) anak terdorong untuk melakukan
sendiri berbagai hal dan terdorong untuk bergaul dengan orang lain selain anggota
keluarganya sendiri.
Menurut Adriani, M (2012) adapun perumbuhan dan perkembangan yang
terjadi saat usia balita adalah :
a) Usia 12-18 bulan , perkembangan fisik dan mental :
1) Berjalan sendiri tanpa jatuh.
2) Berjalan dan mengeksplorasi sekeliling rumah.
3) Menyusun 2-3 kotak.
4) Memungut benda kecil seperti kacang dengan ibu jari dan telunjuk.
5) Minum sendiri dari gelas tampa tumpah.
6) Dapat mengatakan 5-10 kata.
7) Mengungkapkan keinginan secara sederhana.
8) Memperlihatkan rasa cemburu dan bersaing.
b) Usia 18-24 bulan, perkembangan fisik dan mental :
1) Naik turun tangga.
2) Berjalan mundur sedikitnya lima langkah.
3) Menyusun enam kotak.
4) Menunjuk bagian tubuh dan menyebut namanya.
5) Mencoret-coret dengan alat tulis.
6) Menyusun dua kata.
7) Belajar makan sendiri.
8) Meniru melakukan pekerjangan rumah tangga, misalnya membantu
menyiapkan meja makan.
9) Menggambar garis di kertas atau pasir.
10) Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil.
11) Menaruh minat terhadap apa yang dikerjakan orang yang lebih dewasa.
12) Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain dengan mereka.
c) Usia 2-3 tahun, perkembangan fisik dan mental :
1) Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satukaki tanpa berpegangan
sedikitnya dua hitungan.
2) Membuat jembatan dengan tiga kotak.
3) Mampu menyusun kalimat.
4) Menggunakan kata saya, bertanya, mengerti kata yang ditujukan untuknya.
5) Menggambar lingkaran.
6) Meniru membuat garis lurus.
7) Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di
luar keluarganya.
d) Usia 3-4 tahun, perkembangan fisik dan mental :
1) Berjalan sendiri mengunjungi tetangga.
2) Berjalan pada jari kaki.
3) Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri.
4) Menggambar garis silang.
5) Menggambar orang hanya kepala dan badan.
e) Mengenal 2-3 warna
1) Menyebut namanya, jenis kelamin, dan umur.
2) Banyak bertanya, bertanya bagaimana anak dilahirkan.
3) Mengenal sisi atas, bawah, muka, dan belakang.
4) Mendengarkan cerita.
5) Bermain dengan anak lain.
6) Mematuhi peraturan permainan sederhana.
7) Menunjukkan rasa sayang kepada saudaranya.
8) Dapat melakukan tugas-tugas sderhana.
3. Ciri-ciri Pertumbuhan
Menurut Soetjiningsih (2012), pertumbuhan mempunyai ciri-ciri:
1) Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa.
Gambar 2.1

Perubahan proporsi tubuh sepanjang pertumbuhan


(Behrman, 1992 dalam Soetjiningsih, 2012)

2) Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini ditandai dengan
tanggalnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya refleks primitif pada
masa bayi, timbulnya tanda seks sekunder dan perubahan lainnya.

3) Kecepatan pertumbuhan tidak teratur. Hal ini ditandai dengan adanya masa-masa
tertentu dimana pertumbuhan berlangsung cepat yang terjadi pada masa prenatal,
bayi dan remaja (adolesen). Pertumbuhan berlangsung lambat pada masa pra sekolah
dan masa sekolah.
4. Ciri-ciri Perkembangan
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak bersifat individual. Namun demikian pola
perkembangan setiap anak mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu (Depkes, 2006):
1) Perkembangan menimbulkan perubahan.
2) Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan
disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada
seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.
3) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya
4) Seorang anak tidak bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati
tahapan sebelumnya. Contoh: seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia
berdiri dan ia tidak bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang
terkait dengan fungsi anak terhambat. Perkembangan awal ini merupakan masa
kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
5) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
6) Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan juga mempunyai kecepatan yang
berbeda- beda baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ.
Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak juga berbeda-beda.
7) Pertumbuhan berkorelasi dengan perkembangan.
8) Pada saat pertumbuhan berlangsung, maka perkembanganpun mengikuti. Terjadi
peningkatan kemampuan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain pada
anak, sehingga pada anak sehat seiring bertambahnya umur maka bertambah pula
tinggi dan berat badannya begitupun kepandaiannya.
9) Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
10) Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut hukum yang tetap, yaitu:
a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah
kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).
b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan
gerak halus (pola proksimodistal).
11) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
12) Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan.
Tahap- tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak mampu berjalan
dahulu sebelum bisa berdiri.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Kualitas tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang
berasal dari dalam (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal) (Depkes,
2006).
1) Faktor internal terdiri dari:
a. Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak memiliki faktor herediter
ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
b. Keluarga.
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk
atau kurus.
c. Umur.
Kecepatan pertumbuhan yang pesat terjadi pada masa prenatal, tahun pertama
kehidupan dan masa remaja.
d. Jenis kelamin.
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-
laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas pertumbuhan anak laki-laki akan lebih
cepat.
e. Genetik.
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan
menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada
tumbuh kembang anak. Salah satu contohnya adalah tubuh kerdil.
f. Kelainan kromosom.
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan dan
perkembangan seperti pada sindrom down dan sindrom turner.
2) Sedangkan faktor eksternal terdiri dari 3 (tiga) hal yaitu faktor prenatal, faktor
persalinan dan faktor pasca persalinan.
a. Faktor prenatal
a) Gizi.
Nutrisi yang dikonsumsi ibu selama hamil akan mempengaruhi pertumbuhan
janin yang dikandungnya. Oleh karena itu asupan nutrisi pada saat hamil harus
sangat diperhatikan. Pemenuhan zat gizi menurut kaidah gizi seimbang patut
dijalankan. Dalam setiap kali makan, usahakan ibu hamil mendapat cukup
asupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
b) Mekanis.
Trauma dan posisi fetus yang abnormal dapat menyebabkan kelainan
kongenital seperti club foot, dislokasi panggul, falsi fasialis, dan sebagainya.
c) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti aminopterin, thalidomid dapat menyebabkan
kelainan kongenital palatoskisis.
d) Endokrin.
Diabetes mellitus pada ibu hamil dapat menyebabkan makrosomia,
kardiomegali, hyperplasia adrenal.

e) Radiasi.

Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin
seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota
gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung.
f) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (toksoplasma, rubella,
cytomegalo virus, herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin,
seperti katarak, bisu tuli, mikrosepali, retardasi mental dan kelainan jantung
kongenital.
g) Kelainan imunologi.
Eritoblastosis fetalis timbul karena perbedaan golongan darah antara ibu dan
janin sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah janin,
kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan
menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia
dan kern ikterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
h) Anoksia embrio.
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan
pertumbuhan janin terganggu.
i) Psikologis ibu.
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu
selama hamil serta gangguan psikologis lainnya dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin.
b. Faktor persalinan
Komplikasi yang terjadi pada saat proses persalinan seperti trauma kepala,
asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak bayi.
c. Faktor pasca persalinan
a) Gizi.
Untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, maka bayi dan anak
memerlukan gizi/nutrisi yang adekuat. Pada masa bayi, makanan utamanya
adalah ASI. Berikan hak anak untuk mendapatkan ASI eksklusif, yaitu hanya
ASI sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah itu tambahkan makanan pendamping
ASI (MP ASI), yang diberikan sesuai dengan usia anak. Pemberian MP ASI
harus diberikan secara bertahap sesuai dengan usia anak. Secara garis besar
pemberian MP ASI dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu MP ASI untuk usia 6
bulan, dan MP ASI untuk usia 9 bulan ke atas. Keduanya berbeda dalam rasa
dan teksturnya, sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak.
b) Penyakit kronis/kelainan congenital.
Penyakit-penyakit kronis seperti tuberculosis, anemia serta kelainan kongenital
seperti kelainan jantung bawaan atau penyakit keturunan seperti thalasemia
dapat mengakibatkan gangguan pada proses pertumbuhan.

c) Lingkungan fisik dan kimia.


Lingkungan sering disebut milieu adalah tempat anak hidup yang berfungsi
sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang
kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radio aktif, zat kimia
tertentu (plumbum, mercuri, rokok dan sebagainya) mempunyai dampak
negatif terhadap pertumbuhan anak.
d) Psikologis.
Faktor psikologis yang dimaksud adalah bagaimana hubungan anak dengan
orang di sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya
atau anak yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangannya.
g) Endokrin.
Gangguan hormon, seperti pada penyakit hipotiroid dapat menyebabkan anak
mengalami hambatan pertumbuhan.
h) Sosio-ekonomi.
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan. Keadaan seperti ini dapat
menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
i) Lingkungan pengasuhan.
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh
kembang anak.
j) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan,
demikian juga dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang
menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.
6. Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Berdasarkan beberapa teori, maka proses tumbuh kembang anak dibagi menjadi
beberapa tahap (Depkes, 2006), yaitu:
a. Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan). Masa ini dibagi
menjadi 3 periode, yaitu:
1) Masa zigot/mudigah, yaitu sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu.
2) Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu. Sel
telur/ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organism, terjadi
diferensiasi yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.
3) Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan.
Masa janin ini terdiri dari 2 periode yaitu:

 Masa fetus dini, yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester ke 2
kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan, alat
tubuh telah terbentuk dan mulai berfungsi.

 Masa fetus lanjut, yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini pertumbuhan
berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi organ. Terjadi transfer
imunoglobin G (Ig G) dari darah ibu melalui plasenta. Akumulasi asam lemak
esensial omega 3 (docosa hexanic acid) dan omega 6 (arachidonic acid) pada
otak dan retina. Trimester pertama kehamilan merupakan periode terpenting
bagi berlangsungnya kehidupan janin. Pada masa ini pertumbuhan otak janin
sangat peka terhadap lingkungan sekitarnya. Gizi kurang pada ibu hamil,
infeksi, merokok dan asap rokok, minuman beralkohol, obat-obatan, bahan-
bahan toksik, pola asuh, depresi berat, faktor psikologis seperti kekerasan
terhadap ibu hamil dapat menimbulkan pengaruh buruk bagi pertumbuhan
janin dan kehamilan.

Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat,
maka selama hamil ibu dianjurkan untuk:
 Menjaga kesehatannya dengan baik.
 Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan.
 Mendapat asupan gizi yang adekuat untuk janin yang dikandungnya.
 Memeriksakan kehamilan dan kesehatannya secara teratur ke sarana
kesehatan.
 Memberi stimulasi dini terhadap janin.
 Mendapatkan dukungan dari suami dan keluarganya.
 Menghindari stress baik fisik maupun psikis.
b. Masa bayi (infancy) umur 0-11 bulan. Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu:
1) Masa neonatal, umur 0-28 hari.
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan
sirkulasi darah serta mulai berfungsinya organ-organ. Masa neonatal dibagi
menjadi dua periode:
 Masa neonatal dini, umur 0-7 hari.
 Mas neonatal lanjut, umur 8-28 hari.
2) Masa post neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara terus-menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf.
Selain itu untuk menjamin berlangsungnya proses tumbuh kembang optimal, bayi
membutuhkan pemeliharaan kesehatan yang baik termasuk mendapatkan ASI
eksklusif selama 6 bulan, diperkenalkan pada makanan pendamping ASI sesuai
dengan umurnya, mendapatkan imunisasi sesuai jadwal serta mendapatkan pola
asuh yang sesuai. Masa ini juga masa dimana kontak ibu dan bayi berlangsung
sangat erat, sehingga dalam masa ini pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat
besar.

c. Masa anak toddler (umur 1-3 tahun).


Pada periode ini kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat
kemajuan dalam perkembangan motorik kasar dan motorik halus serta fungsi
ekskresi. Periode ini juga merupakan masa yang penting bagi anak karena
pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada masa balita akan menentukan dan
mempengaruhi tumbuh kembang anak selanjutnya. Setelah lahir sampai 3 tahun
pertama kehidupannya (masa toddler), pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak
masih berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabang-
cabangnya sehingga terbentuk jaringan saraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan
pengaturan hubungan antar sel saraf ini akan sangat mempengaruhi kinerja otak
mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal hurup hingga bersosialisasi. Pada
masa ini perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya. Perkembangan moral dan dasar-dasar kepribadian anak
juga dibentuk pada masa ini sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun
apabila tidak dideteksi dan ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber
daya manusia dikemudian hari.
7. Perkembangan Anak Balita
Periode penting dalam tumbang anak adalah masa balita. Perkembangan
kemampuan berbahasa, kreativitas, dan keadaan social emosional dan intelegensi
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkem–
bangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa-masa ini sehingga
setiap kelainan/penyimpangan seksual apapun. Apabila tidak terdeteksi dan tidak
ditangani dengan baik maka akan mengurangi kualitas perkembangan.
Kratenburg, dkk (2012) melalui DDST (Denver Development Screening Test)
mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembanagn
anak balita yaitu :
a. Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan.
b. Fine motor adaptif (gerakan motorik halus)
Aspek yang b/d kemampuan anak untuk melakukan gerakan yang melibatkan bagian
tubuh dan dilakukan otot-otot kecil memerlukan koordinasi yang cermat missal:
ketrampilan menggambar.
c. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberi respon terhadap suara, mengikuti perintah berbicara
spontan.
d. Gross motor (motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Beberapa “Milestone”
pokok yang harus diketahui dalam mengikuti taraf perkembangan secara awal.
Milestone adalah tingkat perkembangan yang harus dicapai anak umur tertentu
misalnya:
a) 4-6 minggu :tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu
kemuadian.
b) 10-16 minggu : menegakkan kepala, tengkurap sendiri, menoleh ke arah suara.
c) 20 minggu : meraih benda yang didekatkan kepadanya.
d) 26 minggu : dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain.
e) 9-10 bulan : menunjuk dengan jari telunjuk, memegang benda dengan jari
telunjuk dan ibu jari.
f) 13 bulan : berjalan tanpa bantuan, mengucapkan kata-kata tunggal.
B. Konsep Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Nursalam (2005), Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan anak
dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tumbuh-kembang
anak sehingga dengan data yang ada dapat diketahui mengenai keadaan anak. Hal-hal
yang perlu dikaji pada pengkajian anak adalah :
a. Riwayat pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat hamil, seperti
terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi, dan lain-lain serta apakah
kehamilannya di pantau secara berkala.Kehamilan resiko tinggi yang tidak ditangani
yang tidak benar dapat menggagu tumbuh-kembang anak. Dengan mengetahui
riwayat prenatal maka keadaan anaknya dapat diperkirakan.
b. Riwayat kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah secara normal
dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang dalam kandungan terdeteksi
sehat, apabila kelahirannya mengalami gangguan (cara kelahiran dengan tindakan
seperti porceps, partus lama, atau kasep) maka gangguan tersebut dapat
mempengaruhi tumbuh-kembang anak.
c. Pertumbuhan fisik
Untuk menentukan pertumbuhan fisik anak, perlu dilakukan pengukuran
antropometri dn pemeriksaan fisik. Pengukuran antropometri yang sering digunakan
di lapangan untuk memantau tumbuh-kembang anak adalah BB, TB, dan Lingkar
kepala.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari rambut, kepala, leher, dada, perut, genetalia,
ekstermitas.Selain itu, tanda-tanda vital dan keadaan umum perlu dikaji.
Pemeriksaan fisik pada pertumbuhan dan perkembangan ini adalah sama seperti cara
pemeriksaan fisik pada bayi dan anak. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik tidak
dibahas secara khusus pada bagian ini.
e. Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku pedoman
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita.Dari pedoman ini dapat diketahui mengenai
keadaan perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam keadaan normal,
meragukan, atau memerlukan, rujukan.
f. Data lain
Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas anak, data penunjang
lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium, serta data yang diperlukan terutama
apabila anak berada diklinik.
2. Analisa data
Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya berfikir
dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan,
pengalaman, dan pengertian keperawatan. Dalam melakukan analisis data, diperlukan
kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori
dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan klien.
Analisa data memerlukan pengenalan pola atau kecenderungan yang ada pada
kelompok data, membandingkannya dengan nilai normal, dan kemudian dibuat
kesimpulan mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan. Tahap analisa data :
kenali pola atau kecenderungan tanda, bandingkan dengan nilai normal, buat
kesimpulan yang beralasan (potter & perry, 2010).
3. Rumusan masalah
Diagnosa keperawatan merupakan keperawatan klinis tentang respon individu,
keluarga, komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial atau proses
kehidupan. Tujuannya adalah mengarahkan rencana asuhan keperawatan untuk
membantu klien dan keluarga beradaptasi terhadap penyakit dan menghilangkan
masalah keperawatan kesehatan (Dermawan, 2012). Diagnosa yng mungkin muncul :
a. Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan situasi
yang terjadi di lingkungan
b. Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan lingkungan.
c. Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak berdasarkan tumbuh
kembangnya.
d. Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang tumbang anak
4. Perencanaan/Intervensi
Rencana keperawatan adalah terapi atau tindakan berdasarkan pertimbangan dan pengetahuan klinis yang dilakukan oleh perawat untuk
mencapai hasil pada klien.Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke
status kesehatan yang diharapkan (potter & perry, 2010).

No Diagnosa Tujuan dan Keriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Potensial perubahan Tujuan: a. Ajarkan orang tua a. agar orang tua mampu
pertumbuhan dan Setelah dilakukan tindakan tentang tugas melakukan tugas
perkembangan keperawatan selama 1 x 4 jam di perkembangan yang tumbang pada anak.
berhubungan dengan harapkan orang tua dapat sesuai dengan b. mainan dapat
situasi yang terjadi di memahami tentang konsep kelompok usia meningkatkan
lingkungan pertumbuhan dan perkembanagan rangsangan anak dalam
pada anak dengan b. Tingkatkan rangsangan tumbang
Keriteria Hasil: dengan menggunakan c. Mengurangi rasa
1. Orang tua dapat memahami berbagai mainan dalam ketidaknyamanan
tugas perkembangan sesuai tempat tidur anak. d. mengetahui adanya
dengan usia anak keluhan dalam tumbang
2. Orang tua dapat memahmi c. Berikan tindakan anak
tentang adanya keluhan nyaman setelah
pertumbuhan dan prosedur yg
perkembangan anak. menyebabkan rasa
takut.
d. orang tua untuk kontrol
setiap bulan.
2. Risiko terhadap cedera Tujuan a. Awasi anak saat a. Mengurangi risiko
b/d keadaan tumbang dan Setelah diberikan tindakan makan, mandi, cedera pada saat anak
lingkungan. keperawatan selama 1 x 4 jam bermain, eliminasi beraktivitas
diharapkan orang tua mampu b. Lindungi kaki anak b. Mengurangi risiko
dalam menjaga anak pada dengan sandal/ sepatu cedera pada kaki anak
lingkungan yang aman dengan c. Beri makanan yang c. Mencegah risiko
keriteria hasil: aman untuk usia anak keracunan makanan
1. orang tua mampu dalam d. Periksa suhu air mandi d. Mengurangi risiko
mengawasi anak ketika sebelum dimandikan cedera yang diakibatkan
bermain oleh air mandi yang
2. Orang tua mampu mengawasi terlalu panas
anak ketika bermain.

3. Potensial orang tua dalam Setelah dilakukan tindakan a. Jelaskan pada orang tua a. Meningkatkan
meningkatkan kesehatan keperawatan selama 1 x 4 jam tentang proses tumbang pemahaman orang tua
anak berdasarkan tumbuh diharapkan orang tua mampu yang terjadi terhadap tumbang
kembangnya. dalam memahami proses tumbang b. Bantu ibu/ orang tua
yang terjadi pada anak. dengan untuk mengerti dan
keriteria hasil: mengetahui tentang b. Agar orang tua
1. Orang tua mampu dalam tahapan tumbang yang mengetahui tentang
memahmi proses tumbuh dilewati anak dengan tumbuh kembang
kembang anak. masa pertumbuhandan anaknya
perkembangan
c. Anjurkan ibu membaca
berbagai tips perawatan
anak
c. Meningkatatkan
pemahaman tentang
perawatan anaknya
5. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses keperawatan, kategori
dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (potter &
perry, 2010)
e. Evaluasi
Menurut Dermawan, D (2012), Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan asuhan
keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan
respon perilaku klien yang tampil. Evaluasi yang akan dilakukan oleh penulis
disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada sehingga rencana tindakan
dapat dilaksanakan dengan SOAP (subjective, objective, analisa, planning).
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, M., Wirjatmadi, B. 2012.Peran Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kharisma
Putra Utama.
Dede, D. 2012. Proses keperawatan: penerapan konsep dan kerangka kerja. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Depkes RI. (2006). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak di tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta: Dirjen Binkesmas.

Kyle, T & Carman, S. 2015. Buku Ajar Keperawatan Pediatric, Ed.2, Vol.1. Jakarta:EGC.
Nursalam, dkk.2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan Bidan).
Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. 2010. Fundamental keperawatan, edisi 7 buku 1 . Singapure: ELSEVIER.
Soetjiningsih. (2012). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai