Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. SiDENGAN MASALAH


HIPERTENSI DI DUSUN RUNGKANG DESA JENGGIK

Nama Mahasiswa: HURUL INDRAWATI S.Kep


Tanggal : Senin 31 –08-2015
Materi : Penyuluhan penyakit Hipertensi

A. LATAR BELAKANG
Definisi atau pengertian hipertensi banyak dikemukakan oleh para ahli. WHO

mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah diatas 160/95 mmhg,

sementara itu Smelttzer & Bare (2002:896) mengemukakan bahwa hipertensi merupakan

tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga melebihi batas normal dimana

tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan tekanan diastole diatas 90 mmhg. Pendapat yang

sama juga diutarakan oleh doenges (2000:42). Pendapat senada juga disampaikan oleh TIM

POKJA RS Harapan Kita, Jakarta (1993:199) dan Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007),

yang menyatakan bahwa hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150

mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Terdapat perbedaan tentang batasan tentang hipertensi seperti diajukan oleh kaplan

(1990:205) yaitu pria, usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah

waktu berbaring diatas atau sama dengan 130/90mmhg, sedangkan pada usia lebih dari 45

tahun dikatakan hipertensi bila tekanan darah diatas 145/95 mmhg. Sedangkan pada wanita

tekanan darah diatas sama dengan 160/95 mmhg. Hal yang berbeda diungkapkan TIM

POKJA RS Harapan Kita (1993:198) pada usia dibawah 40 tahun dikatakan sistolik lebih dari

140 mmhg dan untuk usia antara 60-70 tahun tekanan darah sistolik 150-155 mmHg masih

dianggap normal. Hipertensi pada usia lanjut didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih

besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg ditemukan dua

kali atau lebih pada dua atau lebih pemeriksaan yang berbeda. (JNC VI, 1997).
Untuk usia kurang dari 18 tahun dikatakan hipertensi bila dua kali kunjungan yang

berbeda waktu didapatkan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih, atau apabila

tekanan darah sistolik pada beberapa pengukuran didapatkan nilai yang menetap diatas

140mmHg (R. P. Sidabutar dan Waguno P, 1990).

Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipertensi

merupakan kenaikan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan atau

diastolik lebih dari 90 mmhg.

B. PROSES KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan
A.Resiko cidera (perdarahan pada pembuluh darah di otak) berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit tekanan
darah tinggi

B.Resiko terjadinya penyakit (DHF & ISPA) berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga dalam memelihara lingkungan rumah
.
2. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 60 menit diharapkan keluarga
mengerti tentang penyebab, pencegahan, pengobatan penyakit Hipertensi, dan
mengenali tanda-tanda infeksi.
1) Tujuan Khusus
Diharapkan keluarga mengerti tentang :
a. Pengertian penyakit hipertensi,
b. Penyebab penyakit hipertensi
c. Pengobatan penyakit hipertensi
d. Pencegahan penyakit hipertensi
C. IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Metode
Metode yang digunakan adalah dengan wawancara dan diskusi
2. Media dan alat
Media yang digunakan adalah SAP dan leaflet.
3. Waktu dan tempat
Hari/tanggal : senin 31 Agustus 2015
Waktu : 19.00 Wita
Alamat : Dusun Rungkang Desa Jenggik Kec Terara
4. Rencana kegiatan
 Ingatkan keluarga kontrak waktu sebelumnya.
 Berikan salam kepada keluarga Tn. Z
 Jelaskan tujuan kunjungan, yaitu memberikan pendidikan keperawatan tentang
penyakit Hipertensi
 Melakukan penyuluhan tentang penyakit Hipertensi, meliputi:
Pengertian, klasifikasi, penyebab, manifestasi klinis, penatalaksanaan, dan
pencegahan penyakit Hipertensi

D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
Persiapan dilakukan sehari sebelum datang ke keluarga berupa kontrak waktu
dengan keluarga untuk dilakukan penyuluhan tentang penyakit Hipertensi
2. Evaluasi proses
a. Penyuluhan dapat berjalan dengan lancar.
b. Keluarga mampu bersikap kooperatif.
c. Keluarga mampu menjawab pertanyaan yang diajukan
3. Evaluasi hasil
a. Mahasiswa mampu berinteraksi baik dengan keluarga
b. Keluarga Tn. S mengerti tentang penyakit Hipertensi, meliputi:
Pengertian, klasifikasi, penyebab, manifestasi klinis, penatalaksanaan, dan
pencegahan penyakit Hipertensi.
PENGESAHAN

Rungkang, 31-Agustus-2014
Mengetahui
Pembimbing Lapangan Pemberi Materi

( Ns.SAIPURRAHMAN S.Kep. M.Pd ) ( HURUL INDRAWATI S.Kep )


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. Z DENGAN MASALAH
HIPERTENSI DI DUSUN RUNGKANG DESA JENGGIK

A. IDENTIFIKASI MASALAH
Definisi atau pengertian hipertensi banyak dikemukakan oleh para ahli. WHO

mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah diatas 160/95 mmhg,

sementara itu Smelttzer & Bare (2002:896) mengemukakan bahwa hipertensi

merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga melebihi batas

normal dimana tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan tekanan diastole diatas 90

mmhg. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh doenges (2000:42). Pendapat senada

juga disampaikan oleh TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta (1993:199) dan Prof.

Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007), yang menyatakan bahwa hipertensi adalah

kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari

90 mmHg.

Terdapat perbedaan tentang batasan tentang hipertensi seperti diajukan oleh

kaplan (1990:205) yaitu pria, usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila

tekanan darah waktu berbaring diatas atau sama dengan 130/90mmhg, sedangkan

pada usia lebih dari 45 tahun dikatakan hipertensi bila tekanan darah diatas 145/95

mmhg. Sedangkan pada wanita tekanan darah diatas sama dengan 160/95 mmhg. Hal

yang berbeda diungkapkan TIM POKJA RS Harapan Kita (1993:198) pada usia

dibawah 40 tahun dikatakan sistolik lebih dari 140 mmhg dan untuk usia antara 60-70

tahun tekanan darah sistolik 150-155 mmHg masih dianggap normal. Hipertensi pada

usia lanjut didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau

tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg ditemukan dua kali atau lebih pada dua

atau lebih pemeriksaan yang berbeda. (JNC VI, 1997).


Untuk usia kurang dari 18 tahun dikatakan hipertensi bila dua kali kunjungan

yang berbeda waktu didapatkan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih, atau

apabila tekanan darah sistolik pada beberapa pengukuran didapatkan nilai yang

menetap diatas 140mmHg (R. P. Sidabutar dan Waguno P, 1990).

Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari 140

mmhg dan atau diastolik lebih dari 90 mmhg.

1. Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli, diantaranya

WHO menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I tekanan

darah meningkat tanpa gejala-gejala dari gangguan atau kerusakan sistem

kardiovaskuler. Tingkat II tekanan darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler,

tetapi tanpa adanya gejala-gejala kerusakan atau gangguan dari alat atau organ lain.

Tingkat III tekanan darah meningkat dengan gejala – gejala yang jelas dari kerusakan

dan gangguan faal dari target organ. Sedangkan JVC VII, Klasifikasi hipertensi

adalah :

Kategori Tekanan sistolik Tekanan Diastolik

(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi:

Stage I (ringan) 140-159 90-99

Stage II (sedang) 160-179 100-109

Stage III (berat) 180-209 110-120


Klasifikasi lain diutarakan oleh Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007),

mengklasifikasikan tekanan darah tinggi menjadi 4 tingkatan yaitu normal (SBP =

Sistole Blood Pressure < 120 mm Hg dan Distole Blood Pressure = DBP < 80 mm

Hg), pra hipertensi (SBP 120-139 mm Hg dan DBP 80-89 mm Hg), hipertensi tahap 1

(SBP 140-159 mm Hg dan DBP 90-99 mm Hg) dan hipertensi tahap 2 (SBP >= 160

dan DBP >= 100. mm Hg.)

Sedangkan menurut TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta, membagi

hipertensi 6 tingkat yaitu hipertensi perbatasan (borderline) yaitu tekanan darah

diastolik, normal kadang 90-100mmHg. Hipertensi ringan, tekanan darah diastolik 90-

140mmHg. Hipertensi sedang, tekanan darah diastolik 105-114 mmHg. Hipertensi

berat tekanan darah diastolik >115mmHg. Hipertensi maligna/ krisis yaitu tekanan

darah diastolik lebih dari 120 mmHg yang disertai gangguan fungsi target organ.

Hipertensi sistolik yaitu tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg.

Pada hipertensi krisis dibagi lagi menjadi 2, menurut melalui TIM POKJA RS

Harapan Kita (2003:63) yaitu: hipertensi emergensi akut, membahayakan jiwa, hal ini

terjadi karena disfungsi atau kerusakan organ target. Yang kedua adalah hipertensi

urgensi yaitu hipertensi berat tanpa ada gangguan organ target akan tetapi tekanan

darah perlu diturunkan dengan segera atau secara bertahap dalam waktu 24-48 jam,

sebab penurunan tekanan darah dengan cepat akan menimbulkan efek ischemik pada

organ target.

B. PENGANTAR
Bidang studi :
Topik : Hipertensi
Hari/Tanggal : Senin 31 Agustus 2015
Jam : 19.00 Wita
Sasaran : Keluarga Tn. Z
Tempat : Di Rumahnya Tn. Z

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 60 menit diharapkan keluarga
mengerti tentang penyakit Hipertensi.

D. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Diharapkan keluarga mengerti tentang :
a. Pengertian penyakit hipertensi,
b. Penyebab penyakit hipertensi
c. Pengobatan penyakit hipertensi,
d. Pencegahan penyakit hipertensi,

E. MATERI
Terlampir

F. METODE
a. Ceramah
b. Tanya jawab

G. MEDIA
a. SAP
b. Leaflet

H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan : Menjawabsalam
- Memberisalam
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan pembelajaran
- Menyebutkan materi atau pokok
bahasan yang akan disampaikan
2. 40 Pelaksanaan Mendengarkan dan
menit Menjelaskan materi penyuluhan secara memperhatikan
berurutan
Materi :
a. Pengertian penyakit hipertensi,
b. Klasifikasi penyakit hipertensi,
c. Penyebab penyakit hipertensi,
d. manifestasi klinis penyakit
hipertensi,
e. penatalaksanaan penyakit
hipertensi,
f. pencegahan penyakit hipertensi
3. 10 Evaluasi Keluarga bertanya kepada
menit - Tanya jawab tentang hal-hal yang penyaji
ingin diketahui oleh keluarga Tn. Z
- Memberikan pujian atas partisipasi
dari keluarga
4. 5 menit Mengakhiri pertemuan dengan salam Peserta menjawab salam

I. EVALUASI
Lisan
PENGESAHAN
Rungkang,31-Agustus-2015
Mengetahui
Pembimbing Lapangan Pemberi Materi

( Ns.SAIFURRAHMAN S.Kep M.Pd ) ( HURUL INDRAWATI S.Kep )

LAMPIRAN.....
A. Pengertian
Definisi atau pengertian hipertensi banyak dikemukakan oleh para ahli. WHO

mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah diatas 160/95 mmhg, sementara

itu Smelttzer & Bare (2002:896) mengemukakan bahwa hipertensi merupakan tekanan darah

persisten atau terus menerus sehingga melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas

140 mmhg dan tekanan diastole diatas 90 mmhg. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh

doenges (2000:42). Pendapat senada juga disampaikan oleh TIM POKJA RS Harapan Kita,

Jakarta (1993:199) dan Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007), yang menyatakan bahwa

hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan tekanan diastolik

lebih dari 90 mmHg.

Terdapat perbedaan tentang batasan tentang hipertensi seperti diajukan oleh kaplan

(1990:205) yaitu pria, usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah

waktu berbaring diatas atau sama dengan 130/90mmhg, sedangkan pada usia lebih dari 45

tahun dikatakan hipertensi bila tekanan darah diatas 145/95 mmhg. Sedangkan pada wanita

tekanan darah diatas sama dengan 160/95 mmhg. Hal yang berbeda diungkapkan TIM

POKJA RS Harapan Kita (1993:198) pada usia dibawah 40 tahun dikatakan sistolik lebih dari

140 mmhg dan untuk usia antara 60-70 tahun tekanan darah sistolik 150-155 mmHg masih

dianggap normal. Hipertensi pada usia lanjut didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih

besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg ditemukan dua

kali atau lebih pada dua atau lebih pemeriksaan yang berbeda. (JNC VI, 1997).

Untuk usia kurang dari 18 tahun dikatakan hipertensi bila dua kali kunjungan yang

berbeda waktu didapatkan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih, atau apabila tekanan

darah sistolik pada beberapa pengukuran didapatkan nilai yang menetap diatas 140mmHg (R.

P. Sidabutar dan Waguno P, 1990).

Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipertensi

merupakan kenaikan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan atau

diastolik lebih dari 90 mmhg.


2. Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli, diantaranya WHO

menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I tekanan darah

meningkat tanpa gejala-gejala dari gangguan atau kerusakan sistem kardiovaskuler. Tingkat II

tekanan darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler, tetapi tanpa adanya gejala-gejala

kerusakan atau gangguan dari alat atau organ lain. Tingkat III tekanan darah meningkat

dengan gejala – gejala yang jelas dari kerusakan dan gangguan faal dari target organ.

Sedangkan JVC VII, Klasifikasi hipertensi adalah :

Kategori Tekanan sistolik Tekanan Diastolik (mmHg)

(mmHg)
Normal < 130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi:

Stage I (ringan) 140-159 90-99

Stage II (sedang) 160-179 100-109

Stage III (berat) 180-209 110-120


Klasifikasi lain diutarakan oleh Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007),

mengklasifikasikan tekanan darah tinggi menjadi 4 tingkatan yaitu normal (SBP = Sistole

Blood Pressure < 120 mm Hg dan Distole Blood Pressure = DBP < 80 mm Hg), pra hipertensi

(SBP 120-139 mm Hg dan DBP 80-89 mm Hg), hipertensi tahap 1 (SBP 140-159 mm Hg dan

DBP 90-99 mm Hg) dan hipertensi tahap 2 (SBP >= 160 dan DBP >= 100. mm Hg.)

Sedangkan menurut TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta, membagi hipertensi 6

tingkat yaitu hipertensi perbatasan (borderline) yaitu tekanan darah diastolik, normal kadang

90-100mmHg. Hipertensi ringan, tekanan darah diastolik 90-140mmHg. Hipertensi sedang,

tekanan darah diastolik 105-114 mmHg. Hipertensi berat tekanan darah diastolik >115mmHg.

Hipertensi maligna/ krisis yaitu tekanan darah diastolik lebih dari 120 mmHg yang disertai
gangguan fungsi target organ. Hipertensi sistolik yaitu tekanan darah sistolik lebih dari 160

mmHg.

Pada hipertensi krisis dibagi lagi menjadi 2, menurut melalui TIM POKJA RS

Harapan Kita (2003:63) yaitu: hipertensi emergensi akut, membahayakan jiwa, hal ini terjadi

karena disfungsi atau kerusakan organ target. Yang kedua adalah hipertensi urgensi yaitu

hipertensi berat tanpa ada gangguan organ target akan tetapi tekanan darah perlu diturunkan

dengan segera atau secara bertahap dalam waktu 24-48 jam, sebab penurunan tekanan darah

dengan cepat akan menimbulkan efek ischemik pada organ target.

3. Etiologi

Penyebab terjadinya hipertensi adalah terdiri dari berbagai faktor, diantaranya

Reeves& lockhart(2001:114) mengemukakan bahwa Faktor-faktor resiko yang dapat

menyebabkan hipertensi adalah stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia). Sedang Long

(1995:660), TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:63) dan Yayasan jantung Indonesia (2007)

menambahkan bahwa Penyebab hipertensi dapat dibedakan menurut jenis hipertensi yaitu

hipertensi primer (essensial) merupakan tekenan darah tinggi yang disebabkan karena retensi

air dan garam yang tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas,

hiperkolesteroemia, emosi yang tergannggu /stress dan merokok. Sedangkan hipertensi

sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang disebabkan karena penyakit kelenjar adrenal,

penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan tekanan intra cranial, yang disebabkan

tumor otak, dan pengaruh obat tertentu missal obat kontrasepsi.

Dari uraian pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab hipertensi beragam

diantaranya adalah: stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia, retensi air dan garam yang

tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia, penyakit kelenjar

adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan tekanan intra cranial, yang

disebabkan tumor otak, pengaruh obat tertentu missal obat kontrasepsi, asupan garam yang
tinggi, kurang olah raga, genetik, Obesitas, Aterosklerosis, kelainan ginjal, tetapi sebagian

besar tidak diketahui penyebabnya.

4. Patofisiologi

Menurut Smeltzer & Bare (2002:898) mengatakan bahwa Mekanisme yang mengontrol

konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada medulla oblongata

di otak dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik yang berlanjut ke bawah korda

spinalis dan keluar dari kolomna medulla ke ganglia simpatis di torax dan abdomen,

rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah

melalui system syaraf simpatis . Pada titik ganglion ini neuron prebanglion melepaskan

asetilkolin yang merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

melepaskannya nere frineprine mengakibatkan konskriksi pembuluh darah.

Factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah

terhadap rangsang vasokonstriktif yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah akibat

aliran darah yang ke ginjal menjadi berkurang /menurun dan berakibat diproduksinya rennin,

rennin akan merangsang pembentukan angiotensai I yang kemudian diubah menjadi

angiotensis II yang merupakan vasokonstriktoryang kuat yang merangsang sekresi aldosteron

oleh cortex adrenaldimana hormone aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal dan menyebabkan peningkatan volume cairan intra vaskuler yang

menyebabkan hipertensi.

TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:63) menyebutkan patofisiologis hipertensi

adalah: pada hipertensi primer perubahan patologisnya tidak jela didalam tubuh dan organ-

organ. Terjadi secara perlahan yang meluas dan mengambil tempat pada pembuluh darah

besar dan pembuluh darah kecil pada organ – organ seperti jantung, ginjal dan pembuluh

darah otak. Pembuluh seperti aorta, arteri koroner, arteri basiler yang ke otak dan pembuluh

darah perifer di ekstremitas menjadi sklerotik dan membengkak. Lumen-lumen menjepit,


aliran darah ke jantung menurun, bergitu juga ke otak dan ekstremitas bawah bisa juga terjadi

kerusakan pembuluh darah besar.

5. Manifestasi Klinik

Menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) mengemukakan bahwa

manifestasi klinik yang sering tidak tampak. Pada beberapa pasien mengeluh sakit kepala,

pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran menurun, mual, gelisah, muntah, kelemahan

otot,epitaksis bahkan ada yang mengalami perubahan mental.

Sedangkan menurut FKUI (1990:210) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007)

hipertensi esensial kadang tampa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi

pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Namun terdapat pasien yang

mengalami gejala dengan sakit kepala, epitaksis.

6. Penatalaksanaan

Terdapat 2 cara penanggulangan hipertensi menurut FKUI (1990: 214-219) yaitu

dengan non farmakologis dan dengan farmakologis. Cara non farmakologis dengan

menurunkan berat badan pada penderita yang gemuk, diet rendah garam dan rendah lemak,

mengubah kebiasaan hidup, olah raga secara teratur dan kontrol tekanan darah secara teraut.

Sedangkan dengan cara farmakologis yaitu dengan cara memberikan obat-obatan anti

hipertensi seperti diuretik seperti HCT, Higroton, Lasix. Beta bloker seperti propanolol. Alfa

bloker seperti phentolamin, prozazine, nitroprusside captapril. Simphatolitic seperti

hidralazine, diazoxine. Antagonis kalsium seperti nefedipine (adalat).

Pengobatan hipertensi harus dilandasi oleh beberapa prinsip menurut FKUI (1990)

yaitu pengobatan hipertensi sekunder harus lebih mendahulukan pengobatan kausal,

pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan
memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi, upaya menurunkan tekanan

darah dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi, pengobatan hipertensi adalah

pengobatan jangka panjang bahkan mungkin seumur hidup, pengobatan dengan menggunakan

standard triple therapy (STT) menjadi dasar pengobatan hipertensi.

Tujuan pengobatan dari hipertensi adalah menurunkan angka morbiditas sehingga

upaya dalam menemukan obat anti hipertensi yang memenuhi harapan terus dikembangkan.

7. Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM POKJA

RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah diantaranya :

penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack

(TIA). Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).

Penyakit ginjal seperti gagal ginjal. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina,

oedema pupil.

Anda mungkin juga menyukai