Anda di halaman 1dari 33

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Menurut WHO ( 1986 ), Stroke adalah gangguan peredaran darah ke otak


atau disebut cerebro vascular accident (VCA) atau, stroke adalah tanda-tanda klinis
yang berkembang cepat akibat fungsi vocal (global), dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih ataupun menyebabkan kematian, tanpa adanya
penyebab lain yang ada selain vaskuler.
Menurut Feigin, 2010 Stroke atau sering disebut juga dengan
”cerebrovasculer accident” adalah gejala kelainan neurologi akibat dari penyakit
pembuluh darah otak. Stroke adalah penyakit otak yang paling destruktif dengan
konsekuensi berat, termasuk beban psikologis, fisik, dan keuangan yang besar pada
pasien, keluarga, dan masyarakat.
Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA
(Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam
beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala atau tanda
yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono,2011, hal 67).
Stroke atau cedera cerebro vaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi
penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2011, hal
2131).

B. Etiologi

1. Penyebab-penyebabnya antara lain:


a. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak )
Trombus yang lepas dan menyangkut di pembuluh darah yang lebih distal
disebut embolus.

b. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )

Emboli merupakan 5-15 % dari penyebab stroke. Dari penelitian epidemiologi


didapatkan bahwa sekitar 50 % dari semua serangan iskemik otak, apakah yang
permanen atau yang transien, diakibatkan oleh komplikasi trombotik atau
embolik dari ateroma, yang merupakan kelainan dari arteri ukuran besar atau
sedang, dan sekitar 25 % disebabkan oleh penyakit pembuluh darah kecil di
intyrakranial dan 20 % oleh emboli jantung. Emboli dapat terbentuk dari
gumpalan darah, kolesterol, lemak, fibrin trombosit, udara ,tumor, metastase,
bakteri, benda asing. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang
yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam
sebuah arteri.
c. Hemorargik cerebral (Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perlahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak).
Akibatnya adalah gangguan suplai darah ke otak , menyebabkan kehilangan
gerak, pikir, memori, bicara, atau sensasi baik sementara atau permanen.

d. Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)

Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran


darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa
terjadi jika tekanan darah rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi
jika seseorang mengalami kehilangan darah yang banyak karena cedera atau
pembedahan, serangan jantung atau irama jantung yang abnormal.
2. Penyebab lain terjadinya stroke non hemoragik adalah :
a. Aterosklerosis, Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma
(endapan lemak) yang kadarnya berlebihan dalam pembuluh darah. Selain dari
endapan lemak, aterosklerosis ini juga mungkin karena arteriosklerosis, yaitu
penebalan dinding arteri (tunika intima) karena timbunan kalsium yang
kemudian mengakibatkan bertambahnya diameter pembuluh darah dengan atau
tanpa mengecilnya pembuluh darah.
b. Infeksi, Peradangan juga menyebabkan menyempitnya pembuluh darah,
terutama yang menuju ke otak.
c. Obat-obatan, Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat menyebabkan
stroke seperti: amfetamin dan kokain dengan jalan mempersempit lumen
pembuluh darah ke otak.
d. Hipotensi, Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang
pingsan. Stroke bisa terjadi jika hipotensi ini sangat parah dan menahun.
3. Ada beberapa faktor risiko stroke hemoragik yang sering teridentifikasi, yaitu ;
a. Hipertensi
b. Aneurisma pembuluh darah cerebral
c. Kelainan jantung / penyakit jantung,
d. Diabetes mellitus (DM),
e. Usia lanjut,
f. Polocitemia,
g. Peningkatan kolesterol (lipid total),
h. Obesitas,
i. Perokok,
j. kurang aktivitas fisik,
C. Anatomi Dan Fisiologi

1. Otak
Otak merupakan pusat kendali fungsi tubuh yang rumit dengan sekitar 100
millar sel saraf , walaupun berat total otak hanya sekitar 2,5 % dari berat tubuh,
70 % oksigen dan nutrisi yang diperlukan tubuh ternyata digunakan oleh otak.
Berbeda dengan otak dan jaringan lainya. Otak tidak mampu menyimpan nutrisi
agar bisa berfungsi, otak tergantung dari pasokan aliran darah, yang secara
kontinyu membawa oksigen dan nutrisi. Pada dasarnya otak terdiri dari tiga
bagian besar dengan fungsi tertentu yaitu:
a. Otak besar, Otak besar yaitu bagian utama otak yang berkaitan dengan fungsi
intelektual yang lebih tinggi, yaitu fungsi bicara, integritas informasi sensori
( rasa ) dan kontrol gerakan yang halus. Pada otak besar ditemukan beberapa
lobus yaitu, lobus frontalis, lobus parientalis, lobus temporalis, dan lobus
oksipitalis.
b. Otak kecil, Terletak
dibawah otak besar
berfungsi untuk koordinasi
gerakan dan keseimbangan.
c. Batang otak, Berhubungan
dengan tulang belakang,
mengendalikan berbagai
fungsi tubuh termasuk
koordinasi gerakan mata,
menjaga keseimbangan,
serta mengatur pernafasan
dan tekanan darah. Batang
otak terdiri dari, otak tengah, pons dan medula oblongata.
2. Saraf kepala dibagi dua belas yaitu:
a. Nervus olvaktorius, Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi,
membawa rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke otak.
b. Nervus optikus, Mensarafi bola mata, membawa rangsangan penglihatan ke
otak.
c. Nervus okulomotoris, Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot
pengerak bola mata), menghantarkan serabut-serabut saraf para simpati untuk
melayani otot siliaris dan otot iris.
d. Nervus troklearis, Bersifat motoris, mensarafi otot- otot orbital. Saraf pemutar
mata yang pusatnya terletak dibelakang pusat saraf penggerak mata.
e. Nervus trigeminus, Bersifat majemuk (sensoris motoris) saraf ini mempunyai
tiga buah cabang, fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf ini merupakan
saraf otak besar. Sarafnya yaitu:
1). Nervus oltamikus: sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian depan
kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata dan bola mata.
2). Nervus maksilaris: sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir atas,
palatum, batang hidung, ronga hidung dan sinus maksilaris.
3). Nervus mandibula: sifatnya majemuk ( sensori dan motoris ) mensarafi
otot-otot pengunyah. Serabut-serabut sensorisnya mensarafi gigi bawah,
kulit daerah temporal dan dagu.

f. Nervus abdusen, Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya


sebagai saraf penggoyang sisi mata.

g. Nervus fasialis, Sifatnya majemuk (sensori dan motori) serabut-serabut


motorisnya mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir ronga mulut. Di dalam
saraf ini terdapat serabut-serabut saraf otonom (parasimpatis) untuk wajah dan
kulit kepala fungsinya sebagai mimik wajah untuk menghantarkan rasa
pengecap.
h. Nervus auditoris, Sifatnya sensori, mensarafi alat pendengar, membawa
rangsangan dari pendengaran dan dari telinga ke otak. Fungsinya sebagai
saraf pendengar.
i. Nervus glosofaringeus, Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi
faring, tonsil dan lidah, saraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke otak.
j. Nervus vagus, Sifatnya majemuk ( sensoris dan motoris) mengandung saraf-
saraf motorik, sensorik dan para simpatis faring, laring, paru-paru, esofagus,
gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar pencernaan dalam abdomen.
fungsinya sebagai saraf perasa.
k. Nervus asesorius, Saraf ini mensarafi muskulus sternokleidomastoid dan
muskulus trapezium, fungsinya sebagai saraf tambahan.
l. Nervus hipoglosus, Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai saraf
lidah. Saraf ini terdapat di dalam sumsum penyambung.

D. Patofisiologi

Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan


arteriosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi
klinis dengan cara:
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran
darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan
aterm.
3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi
lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.

Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:

a. Keadaan pembuluh darah.


b. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran darah
ke otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak menjadi
menurun.
c. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak
yaitu kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar
pembuluh darah otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan perfusi
otak.
d. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena
lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak. Suplai darah ke otak
dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan dan
spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksiakarena gangguan
paru dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor penting
terhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotikatau darah
dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau
terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh
embolusmenyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan
kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Anoksia
serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible
dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena
gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.
E. Patway Faktor-faktor penyebab / pencetus Stroke Non Hemoragik

Terganggunya Kerja Jantung

Suplai darah dari ventrikel kiri

Jantung memompa darah ke seluruh tubuh/sistemik

Arteroklerosis

Trombosis Emboli

TIA

Suplai darah ke serebral menurun

Iskemia
NDx: Perubahan Perfusi Jaringan

Hipoxia Jar. Otak

Kerusakan Otak

Reversibel Ireversibel

Menurunnya Kesadaran Edema Jar. Otak


NDx:
Kurang Perawatan diri
Defisit Jar. Otak

NDx: Kerusakan Menelan

Hemaparasis Paralisis Afasia

Koma

Bed Rest NDx: Gangguan Harga diri

NDx: Kerusakan Menelan

Pneumonia
Dekubitus
NDx: NDx: Kerusakan Mobilitas Fisik
Kurang Perawatan diri

Inkontinensia Urin
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala bervariasi, tergantung pada arteri yang diserang (dan, akibatnya,
bagian otak yang disuplainya), keparahan kerusakan, dan perluasan sirkulasi
kolateral yang berkembang untuk membantu otak mengimbangi suplai darah yang
berkurang.
1. Stroke hemisfer kiri: gejala di sisi tubuh sebelah kanan
2. Stroke hemisfer kanan : gejala di sisi tubuh sebelah kiri
3. Stroke yang menyebabkan kerusakan saraf kranial : tanda disfungsi saraf kranial
disisi yang sama dengan terjadinya hemoragi
4. Gejala biasanya diklasifikasikan menurut arteri yang diserang :
a. Arteri serebral tengah : afasia, disfasia, potongan bidang visual dan
hemiparesis disisi yang diserang (lebih parah diwajah dan lengan daripada di
kaki)
b. Arteri karotid : lemah, paralisis, mati rasa, perubahan sensorik, dan gangguan
visual disisi yang diserang ; perubahan tingkat kesadaran ; bunyi abnormal ;
sakit kepala; afasia dan ptosis.
c. Arteri vertebrobasilar : lemah disisi yang diserang, mati rasa disekitar bibir dan
mulut, potongan bidang visual, diplopia, koordinasi buruk, disfagia, bicara
mencerca, pusing, amnesia dan ataksia.
d. Arteri serebral anterior : konfusi, lemah dan mati rasa (terutama dikaki) disisi
yang diserang, inkontinensi, hilang koordinasi, gangguan fungsi motorik dan
sensorik, dan perubahan kepribadian.
e. Arteri serebral posterior : potongan bidang visual, gangguan sensorik,
disleksia, koma, dan kebutaan kortikal.
5. Gejala juga diklasifikasikan sebagai premonitorik, tergeneralisasi, atau fokal
6. Premonitorik (jarang) :mengantuk, pusing, sakit kepala, dan konfusi mental.
7.Tergeneralisasi : sakit kepala,muntah,gangguan mental, sawan,koma,rigiditas
nukal,demam, dan disorientasi.
8. Fokal (misalnya perubahan sensorik dan refleks): merefleksikan tempat hemoragi
atau inarksi dan bisa memburuk.
Tanda dan gejala lain dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2013):
1. Kehilangan motorik.
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu
sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia.
2.Kehilangan komunikasi Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria
(kesulitan berbicara) atau afasia (kehilangan berbicara).
3. Gangguan persepsi
Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan
penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan
kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif, parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
5.Disfungsi kandung kemih, meliputi : inkontinensia urinarius transier,
inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari
kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasi yang berlanjut
(dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang
terkena:
a. Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah.
b. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi,
gangguan penglihatan.
c. Pengaruh terhadap komunikasi: bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
d. Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa

G. Pemeriksaan Diagnosis
1. Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan adalah :
a. laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol,
dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.
b. Computed tomography (CT) scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya
perdarahan atau infark. Menunjukkan adanya stroke hemoragis dengan segera
tetapi bisa jadi tidak mnenunjukkan adanya infarksi trombotik selama 48-72
jam.
c. MRI( magnetic resonance imaging ), untuk mengetahui adanya edema, infark,
hematom dan bergesernya struktur otak, bisa membantu mengidentifikasi area
yang mengalami iskemia atau infarksi dan pembengkakan serebral. MRI
menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
d. Angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai
pembuluh darah yang terganggu
2. Pemeriksaan penunjang :
a. Oftalmoskopi bisa menunjukkan tanda hipertensi dan perubahan aterosklerotik
dalam arteri retina.
b. Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
c. Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau
obstruksi arteri
d. Fungsi Lumbal
1) menunjukan adanya tekanan normal
2) tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan
e. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
g. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)

H. Terapi
Pemilihan intervensi fisioterapi harus disesuaikan dengan kondisi pasien.
Dimana dalam metode pendekatan fisioterapi itu harus banyak variasinya agar
pasien tidak bosan dalam melakukan rehabilitasi. Ada yang berpendapat bahwa
pendekatan fisioterapi pada pasien stroke itu tidak menggunakan satu metode saja
melainkan dengan penggabungan yang disusun sedemikian rupa sesuai dengan
kondisi dan kemampuan pasien agar memperoleh hasil yang maksimal.
Pendekatan yang dilakukan fisioterapi antara lain adalah terapi latihan, yang terdiri
dari latihan perbaikan postur, latihan weight bearing, latihan keseimbangan dan
koordinasi, dan latihan aktifitas fungsional.
1. Latihan dengan mekanisme reflek postur
Gangguan tonus otot (spastisitas) secara postural pada pasien stroke, dapat
mengakibatkan gangguan gerak. Melalui latihan dengan mekanisme reflek postur
mendekati status normal, maka seseorang akan lebih mudah untuk melakukan
gerakan volunter dan mengontrol spastisitas otot secara postural.
Konsep dalam melakukan latihan ini adalah mengembangkan kemampuan
untuk mencegah spastisitas dengan menghambat gerakan yang abnormal dan
mengembangkan kontrol gerakan. Dalam upaya melakukan penghambatan maka
perlu adanya penguasaan teknik pemegangan (Key Point of Control)
2. Latihan weight bearing
Bertujuan untuk mengontrol tonus pada ekstrimitas dalam keadaan spastis.
Melalui latihan ini diharapkan mampu merangsang kembali fungsi pada
persendian untuk menyangga (Rahayu, 1992 ).
3. Latihan keseimbangan dan koordinasi
Latihan keseimbangan dan koordinasi pada pasien stroke stadium recovery
sebaiknya dilakukan dengan gerakan aktif dari pasien. Latihan aktif dapat melatih
keseimbangan dan koordinasi untuk membantu pengembalian fungsi normal serta
melalui latihan perbaikan koordinasi dapat meningkatkan stabilitas postur atau
kemampuan mempertahankan tonus ke arah normal (Pudjiastuti, 2003).
Latihan keseimbangan dan koordinasi pada pasien stroke non haemoragik
stadium recovery dapat dilakukan secara bertahap dengan peningkatan tingkat
kesulitan dan penambahan banyaknya repetisi. 
4. Latihan aktifitas fungsional
Pada pasien stroke non haemoragik stadium recovery pasien terjadi gerak
anggota tubuh yang lesi dengan total gerak sinergis sehingga dapat membatasi
dalam gerak untuk aktifitas fungsional dan membentuk pola abnormal. Latihan
aktifitas fungsional dimaksudkan untuk melatih pasien agar dapat kembali
melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri tanpa menggantungkan penuh
kepada orang lain. 
Terapi suportif awal :
1. Seringkali kajilah status neurologis pasien untuk menentukan deficit.
2. Pantaulah tekanan darah, berih labelatol ( trandate ) untuk hipertensi.
3. Jaga kepatenan jalan napas dan status oksigenasi.
4. Pantau kadar glukosa darah
5. Jika pasien mengalami sakit kepala beri analgesic.

I. Komplikasi
Komplikasi pada stroke non hemoragik adalah:
1. Berhubungan dengan imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi.
2. Berhubungan dengan paralise: nyeri punggung, dislokasi sendi, deformitas,
terjatuh.
3. Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsy, sakit kepala.
4. Hidrosefalus

J. Prognosis
Prognosis stroke sulit dipastikan karena ada yang sembuh dan dapat
beraktifitas semula namun ada yang cacat bahkan ada juga yang meninggal.
Prognosis stroke ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain : lokasi dan luas area
lesi, umur, tipe stroke, cepat lambatnya penanganan serta kerjasama tim medis
dengan pasien dan keluarga.
Cacat mempengaruhi 75% dari penderita stroke yang cukup untuk
menurunkan kelayakan kerja mereka. Stroke dapat mempengaruhi pasien secara
fisik, mental, emosional, atau kombinasi dari ketiganya. Hasil stroke sangat
bervariasi tergantung pada ukuran dan lokasi lesi. Disfungsi sesuai dengan daerah di
otak yang telah rusak. Beberapa cacat fisik yang dapat hasil dari stroke termasuk
kelemahan otot, kesemutan, luka tekanan, pneumonia, inkontinensia, apraxia
(ketidakmampuan untuk melakukan gerakan-gerakan belajar), kesulitan melakukan
kegiatan sehari-hari, kehilangan nafsu makan, kehilangan bicara, kehilangan
penglihatan, dan rasa sakit. Jika stroke cukup parah, atau di lokasi tertentu seperti
bagian dari koma, batang otak atau kematian itu dapat terjadi.

K. Pencegahan
1. Cara mencegah stroke tidak sulit jika Anda mengambil tindakan pencegahan
tertentu. Menurut asosiasi stroke nasional, pasien disarankan untuk mengetahui
berikut:
a. Berhenti merokok
b. Minum alcohol
c. Makan diet rendah lemak adalah sama pentingnya.
d. Biarkan dokter Anda mengecek untuk itu termasuk risiko stroke.
e. Mengambil langkah-langkah yang memadai untuk mengontrol diabetes.
f. Membuat latihan merupakan bagian integral dari rutinitas harian Anda.
g. Pergilah untuk memeriksa kolesterol.
h. Fokus pada diet rendah garam.
i. Cari gejala stroke dan terburu-buru untuk perhatian medis segera. Gejala
termasuk penglihatan kabur, sakit kepala hebat, pusing, kelemahan dari wajah
atau bahkan batas. Anda harus ingat bahwa tekanan darah tinggi adalah
penyebab utama stroke.
2. Berikut adalah langkah-langkah tertentu untuk mencegah stroke:
a. Anda harus mengontrol tekanan darah Anda.
b. Merokok secara langsung terkait dengan risiko stroke.
c. berolahraga secara teratur senam ringan perlu membuat jantung lebih kuat dan
meningkatkan sirkulasi.
d. Fokus pada diet yang sehat.
e. Anda harus mengontrol diabetes Anda.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Data Dasar Pengkajian


1. Adapun hal yang perlu di kaji pada klien dengan penyakit SNH yaitu :
a. Identitas diri klien
1) Pasien (diisi lengkap) : Nama, Tempat/Tgl. Lahir, Umur, Jenis Kelamin,
Alamat, Status Perkawinan, Agama, Suku Bangsa, Pendidikan, Pekerjaan,
Lama bekerja, Tgl Masuk RS.
2) Penanggung Jawab (diisi lengkap) : Sumber informasi, Keluarga terdekat
yang dapat dihubungi, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat.
b. Status kesehatan saat ini
1) Alasan Kunjungan/Keluhan Utama,
2) Faktor Pencetus,
3) Lamanya keluhan,
4) Timbulnya Keluhan,
5) Faktor yang memperberat,
6) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya,
7) Diagnosa Medik.
c. Riwayat kesehatan yang lalu
1) Penyakit yang pernah dialami,
2) Alergi,
3) Imunisasi,
4) Kebiasaan,
5) Obat – obatan,
6) Pola Nurtisi,
7) Pola Eliminasi,
8) Pola tidur dan istirahat,
9) Pola Aktifitas dan Latihan,
10) Pola bekerja.
d. Riwayat keluarga dalam bentuk Genogram
e. Riwayat lingkungan
f. Aspek psikososial
1) Pola piker dan persepsi
2) Persepsi diri
3) Suasana hati
4) Hubungan/ komunikasi
5) Kehidupan berkeluarga
6) Pertahanan koping
7) System nilai – kepercayaan
8) Tingkat perkembangan
g. Pengkajian fisik
1) Tanda-tanda vital saat pasien masuk rumah sakit
2) pemeriksaan persistem
a) sistem persepsi & sensori (pemeriksaan 5 indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecap, perasa),
b) Sistem persarafan (bagaimana tingkat kesadaran, GCS, reflek bicara,
pupil, orientasi waktu & tempat),
c) Sistem pernafasan (Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas),
d) Sistem kardiovaskuler (nilai TD, nadi dari irama, kualitas dan frekuensi),
e) Sistem gastrointestinal (nilai kemampuan menelan, nafsu makan/minum,
peritaltik, eliminasi),
f) Sistem integument (nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien),
g) Sistem reproduksi,
h) Sistem perkemihan (nilai frekunsi BAK, volume BAK) .
2. Pengkajian Primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,
bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa
pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
3. Pengkaian Sekunder
a. Aktivitas dan istirahat
Data Subjektif:
- Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis.
- Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data objektif:
- Perubahan tingkat kesadaran
- Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ),
kelemahan umum.
- Gangguan penglihatan
b. Sirkulasi
Data Subjektif:
- Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data objektif:
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c. Integritas ego
Data Subjektif:
- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data objektif:
- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
- Kesulitan berekspresi diri
d. Eliminasi
Data Subjektif:
- Inkontinensia, anuria
- distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara
usus( ileus paralitik )
e. Makan/ minum
Data Subjektif:
- Nafsu makan hilang, nausea / vomitus menandakan adanya PTIK,
kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia, riwayat DM,
Peningkatan lemak dalam darah
Data objektif:
- Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring ).
Obesitas ( faktor resiko )
f.Sensori neural
Data Subjektif:
- Pusing / syncope ( sebelum CVA/ sementara selama TIA )
- Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
- Penglihatan berkurang
- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan
pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data objektif:
- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan
tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi
kognitif
- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis
stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam
( kontralateral )
- Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli
taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi
ipsi lateral.
g. Nyeri / kenyamanan
Data Subjektif:
- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data objektif:
- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
h. Respirasi
Data Subjektif:
- Perokok ( faktor resiko )
i. keamanan
Data objektif:
- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang
kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali
- Gangguan merespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu
tubuh
- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
berkurang kesadaran diri
j. Interaksi social
Data objektif:
- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi.
B. Diagnosa, Tujuan, Perencanaan/ Intervensi serta Rasional
1. Diagnosa : Perubahan perfusi jaringan, serebral berhubungan dengan interupsi
aliran darah : gangguan oklusif, hemoragi, vasospasme serebral,
edema serebral.
Tujuan : Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik, fungsi
kognitif dan motorik/sensori.
Mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil dan tak ada tanda-
tanda peningkatan TIK.
Menunjukan tidak adanya kelanjutan deteriorasi/kekambuhan
defisit.
Perencanaan/intervensi Rasional
Mandiri
1. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan - Mempengaruhi penetapan
dengan keadaan/penyebab khusus selama intervensi. Kerusakan/kemunduran tanda/gejala
koma/penurunan perfusi serebral dan neorologis atau kegagalan memperbaikinya
potensial terjadi peningkatan TIK. setelah fase awal memerlukan tindakan
pembedahan daan/atau pasien harus
dipindahkan ke ruang perawatan kritis untuk
2. Pantau/catat status neurologis sesering melakukan pematangan terhadap peningkatan
mungkin dan bandingkan dengan keadaan TIK.
normalnya/standar. - Mengetahui kecenderungan
tingakat kesadaran dan potensial peningkatan
TIK dan mengetahui lokasi, luas dan kemajuan
3. Pantau tanda-tanda vital, seperti catat : kerusakan SSP. Dapat menunjukan TIA yang
Adanya hipertensi/hipotensi, bandingkan merupakan tanda terjadi thrombosis CVS baru.
tekanan darah yang terbaca pada kedua - Variasi mungkin terjadi oleh
lengan. karena tekanan serebral pada daerah vasomotor
otak. Hipertensi/hipotensi postural dapat
menjadi faktor pencetus. Hipotensi dapat
terjadi karena syok. Penningkatan TIK dapat
terjadi karena edema adanya faktor pembekuan
Frekuensi dan irama jantung : auskultasi darah. Tersumbatnya arteri subklavia dapat
adnaya mur-mur. dinyatakan dengan adanya perbedaan tekanan
pada ke dua lengan.
- Perubahan terutama adanya
bradikardia dapat terjadi sebagai akibat adanya
Catat pola dan irama dari pernapasan, kerusakan otak. Distrimia dan mur-mur
seperti adanya periode apnea setelah mungkin mencerminkan adanya penyakit
pernapasan hiperpentilas, pernapasan jantung yang mungkin telah menjadi pencetus
cheyne-strokes. CSV.
- Ketidakteraturan pernapasan
4. Evaluasi pupil catat ukuran, bentuk, dapt memberikan gambaran lokasi kerusakan
kesamaan dan reaksi terhadap cahaya. serebral/peningkatan TIK dan kebutuhan untuk
intervensi selanjutnya termasuk kemungkinan
perlunya dukungan terhadap pernapasan.
- Reaksi pupil diatur oleh saraf
kranial okulomotor dan berguna dalam
menentukan apakah batang otak tersebut masih
5. Catat perubahan dalam penglihatan, seperti baik. Ukuran dan kesamaan pupil ditentukan
adanya kebutaan, gangguan lapang oleh keseimbangan antara persarafan simpatis
pandang/kedalaman persepsi. dan parasimpatis yang mempersarafinya.
Respon terhadap refleks cahaya
6. Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, seperti mengkombinasikan fungsi dari saraf kranial
fungsi bicara jika pasien sadar. optikus dan saraf kranial okulomotor.
- Gangguan penglihatan yang
7. Letakan kepala dengan posisi agak spesifik mencerminkan daerah otak yang
ditinggikan dan dalam posisi terkena, mengindikasikan keamanan yang
anatomis/netral. harus mendapat perhatian dan mempengaruhi
8. Pertahankan keadaan tirah baring ; intervensi yang akan dilakukan.
ciptakan lingkungan yang tenang; batasi - Perubahan dalam isi kognitif dan
pengunjung/aktivvitas pasien sesuai bicara merupakan indikator dari lokasi/derajat
indikasi. Berikan istirahat secara periodic gangguan serebral dan mungkin
antara aktivitas perawatan, batasi lamanya mengindikasikan penurunana/peningkatan TIK.
setiap prosedur. - Menurunkan tekanan arteri
9. Cegah terjadinya mengejan saat defekasi, dengan meningkatkan drainase dan
dan pernapasan yang memaksa (batuk meningkatkan sirkulasi/perfusi serebral.
terus-menerus). - Aktivitas/stimulasi yang kontinu
10. Kaji ragiditas nukal, kedutan, kegelisahan dapat meningkatkan TIK istirahat total dan
yang meningkat, peka rangssang dan ketenangan mungkin diperlukan untuk
serangan kejang. pencegahan terhadap pendarahan dalam kasus
stroke hemoragik/pendarahan lainnya.
- Maneuver valsalva dapat
Kolaborasi : meningkatkan TIK dan memperbesar resiko
11. Berikan oksigen sesuai indikasi. terjadinya pendarahan
12. Berikan obat sesuai indikasi : - Merupakan indikasi adanya
antikoagulasi, seperti natrium warfarin iritasi maningeal. Kejang dapt mencerminkan
(coumadin), heparin. adanya peningkatan TIK/trauma serebral yang
memerlukan perhatian dan intervensi
selanjutnya.

Antifibrolatik, seperti asam aminokaproid - Menurunkan hipoksia yang


(amicar). dapat menyebabkan vasodilatasi serebral dan
tekanan meningkat / terbentuknya edema.
- Dapat digunakan untuk
Antihipertensi meningkatkan/ memperbaiki aliran darah
serebral dan selanjutnya dapat mencegah
pembekuan saat embolus/trombus merupakan
faktor masalahnya. Merupakan kontraindikasi
pada pasien dengan hipertensi sebagai akibat
Vasodilatasi perifer, seperti siklandelat, dari peningkatan resiko perdarahan.
papaverin, isoksupresin. - Pengunaan dengan hati-hati
Steroid, deksametason. dalam perdarahan untuk mencegah lisis bekuan
yang terbentuk dan perdarahan berulang yang
Fenitoin, fenobarbital. serupa.
- Hipertensi lama/ kronis
memerlukan penanganan yang hati-hati, sebab
Pelunak feses. penenganan yang berlebihan meningkatkan
resiko terjadinya perluasan kerusakan jaringan.
13. Persiapan untuk pembedahan, Hipertensi sementara seringkali terjadi selama
endarterektomi, bypass mikrovaskuler. fase stroke akut dan penangulangannya
14. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai seringkali tanpa intervensi terapeutik.
indikasi, seperti masa protrombin, kadar - Digunakan untuk memperbaiki
dilantin. sirkulasi kolateral atau menurunkan
vasospasme.
- Pengunaannya kontrolversial
dalam mengendalikan edema serebral.
- Dapat digunakan untuk
mengontrol kejang dan / atau untuk aktivitas
sedatif. Catatan : Fenobarbital memperkuat
kerja dari anti epilepsi.
- Mencegah proses mengejan
selama defekasi dan yang berhubungan dengan
peningkatan TIK.
- Mungkin bermanfaat untuk
mengatasi situasi.

- Memberikan informasi tentang


keefektifan pengobatan/ kadar terapeutik.

2. Diagnosa : Kerusakan mobilitas fisik, berhubungan dengan Keterlibatan


neuromuskuler : Kelemahan, parestesia, Paralisis hipotonik (awal),
Paralisis spastis.
Tujuan : Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan oleh
takadanya kontraktur, footdrop.
Mempertahankan/ meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh
yang terkena atau kompensasi.
Mendemonstrasikan teknik/ perilaku yang memungkinkan melakukan
aktivitas.
Mempertahankan integritas kulit.

Perencanaan/intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji kemampuan secara fungsional/ - Mengidentifikasi
luasnya kerusakan awal dan dengan cara kekuatan/kelemahan dan dapat memberikan
yang teratur. informasi mengenai pemulihan. Bantu dalam
pemilihan terhadap intervensi, sebab teknik
yang berbeda digunakan untuk paralisis
2. Ubah posisi minimal setiap 3 jam spastik dengan flaksid.
(Terlentang,miring) dan sebagainya dan - Menurunkan resiko terjadinya
jika memungkinkan bisa lebih sering jika trauma/iskemia jaringan. Daerh yang terkena
diletakkan dalam posisi bagian yang mengalami perburukan/sirkulasi yang lebih
terganggu. jelek dan menurunkan sensasi dan lebih besar
menimbulkan kerusakan pada kulit/dekubitus.
3. Letakkan pada posisi terlengkuk satu kali - Membantu mempertahankan
atau dua kali sehari jika pasien dapat ekstensi pinggul funngsional; tetapi
mentoleransinya. kemungkinan akan meningkatkan ansietas
terutama mengenai kemampuan pasien untuk
4. Mulailah melakukan latihan rentang bernapas.
gerak aktif dan pasif pada semua - Meminimalkan atrofi otot,
ekstermitas saat masuk. Anjurka meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah
melakukan latihan seperti latihan kontraktur. Menurunkan resiko terjadinya
quadrisep/gluteal, meremas bola karet, hiperkalsiuria dan osteoporosis jika masalah
melebarkan jari-jari dan kaki/telapak. utamanya adalah perdarahan. Catatan;
stimulasi yang berlebihan dapat menjadi
5. Sokong ekstermitas dalam posisi pencetus adanya perdarahan berulang.
fungsionalnya, gunakan papan kaki - Mencegah kontrakur/footdrop dan
(footboard) selama periode paralisis memfasilitasi kegunaannya jika berfungsi
flaksid, pertahankan posisi kepala netral. kembali. Paralisis flaksid dapat mengganggu
kemampuannya untuk menyangga kepala,
6. Gunakan penyangga lengan ketika pasien dilain pihak paralisis spastik dapat mengarah
berada dalam posisi tegak, sesuai pada deviasi kepala kesalah satu sisi.
indikasi. - Selama paralisis flaksid,
penggunaan penyangga dapat menurunkan
7. Evaluasi penggunaan dari kebutuhan alat resiko terjadinya subluksasio lengan dan
bantu untuk pengaturan posisi atau alat “sindrom bahu-lengan”.
pembalut selama periode paralisis - Kontraktur fleksi dapat terjadi
spastik. akibat dari otot fleksor lebih kuat
8. Tempatkan bantal dibawah aksila untuk dibandingkan dengan otot ekstensor.
melakukan abduksi pada tangan.
9. Tinggikan tangan dan kepala - Mencegah adduksi bahu dan
fleksi siku
10. Tempatkan “hand roll” keras pada
telapak tangan dengan jari-jari dan ibu - Meningkatkan aliran balik vena
jari saling berhadapan. dan membantu mencegah terbentuknya edema.
- Alas/dasar yang keras
11. Posisikan lutut dan panggul dalam posisi menurunkan stimulasi fleksi jari-jari,
ekstensi. mempertahankan jari-jari dan ibu jari pada
12. Pertahankan kaki dalam posisi normal (posisi anatomis).
posisi netral dengan - Mempertahankan posisi
gulungan/bantalan fungsional.
trokanter. - Mencegah rotasi eksternal pada
13. Gunakan papan kaki secara berganti, jika pinggul.
memungkinkan.
- Penggunaan yang kontinu
(setelah perubahan dari paralisis flaksid ke
spastik) dapat menyebabkan tekanan yang
14. Bantu untuk mengembangkan berlebihan pada sendi peluru kaki,
keseimbangan duduk (seperti meningkatkan spastisitas, dan secara nyata
meninggikan bagian kepala tempat tidur) meningkatkan fleksi plantar.
15. Observasi daerah yang terkena termasuk - Membantu dalam melatih
warna, edema, atau tanda lain dari kembali jaras saraf, meningkatkan respons
gangguan sirkulasi. propioseptik dan motorik.
16. Inspeksi kulit terutama pada daerah- - Jaringan yang mengalami edema
daerah yang menonjol secara teratur. lebih mudah mengalami trauma dan
penyembuhannya lambat.
- Titik-titik tekanan pada daerah
17. Bangunkan dari kursi sesegera mungkin yang menonjol paling beresiko untuk
setelah tanda-tanda vital stabil kecuali terjadinya penurunan perfusi/iskemia.
pada hemoragik serebral. Stimulasi sirkulasi dan memberikan bantalan
membantu mencegah kerusakan kulit dan
berkembangnya dekubitus.
- Membantu menstabilkan tekanan
18. Alasi kursi duduk dengan busa atau balon darah (tonus vasomotor terjaga),
air dan bantu pasien untuk memindahkan meningkatkan keseimbangan ekstrenitas dalam
berat badan dengan interval yang teratur. posisi normal dan pengosongan kantung kemih
19. Susun tujuan dengan pasien/orang /ginjal menurunkan resiko terjadinya batu
terdekat untuk berpartisipasi dalam kandung kemih dan infeksi karena urine yang
aktivitas/latihan dan mengubah posisi. statis.
20. Anjurkan pasien untuk membantu - Mencegah/menurunkan tekanan
pergerakan dan latihan dengan koksigeal/kerusakan kulit.
menggunakan eksternitas yang tidak sakit
untuk menyokong/menggerakkan daerah - Meningkatkan harapan terhadap
tubuh yang mengalami kelelahan. perkembangan/peningkatan dan memberikan
Kolaborasi perasaan kontrol/kemandirian.
21. Berikan tempat tidur dengan matras bulat - Dapat berespons dengan baik jika
(seperti egg crate mattress), tempat tidur daerah yang sakit tidak menjadi lebih
air,alat flotasi, atau tempat tidur khusus terganggu dan memerlukan dorongan serta
(seperti tempat tidur kinetik) sesuai latihan aktif untuk “menyatukan kembali”
indikasi. sebagai bagian dari tubuhnya sendiri.

- Meningkatkan distribusi merata


berat badan yang menurunkan tekanan pada
tulang-tulang tertentu dan membantu untuk
mencegah kerusakan kulit/terbentuknya
22. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi dekubitus. Tempat tidur khusus membantu
secara aktif, latihan resistif, dan ambulasi dengan letak pasien obesitas (kegemukan),
pasien. meningkatkan sirkulasi dan menurunkan
terjadinya vena stastis untuk menurunkan
23. Bantulah dengan stimulasi elektrik, resiko terhadap cedera pada jaringan dan
seperti TENS sesuai indikasi. komplikasi seperti pneomonia ortostatis.
24. Berikan obat relaksan otot, - Program yang khusus dapat
antispasmodik sesaui indikasi, seperti dikembangkan untuk menemukan kebutuhan
baklofen, dantrolen. yang berarti/ menjaga kekurangan tersebut
dalam keseimbangan, kordinasi, dan kekuatan.
- Dapat membantu memulihkan
kekuatan otot dan meningkatkan kontrol otot
volunter.
- Mungkin diperlukan untuk
menghilangkan spastisitas pada ekstremitas
yang terganggu.
3. Diagnosa : Kerusakan menelan, resiko tinggi terhadap kerusakan
neuromuskuler/perseptual.
Tujuan : Mendemonstrasikan metode makan tepat untuk situasi individual
dengan aspirasi tercegah.
Mempertahankan berat badan yang diinginkan.
Perencanaan/intervensi Rasional
Mandiri :
1. Tinjau ulang patologi/ kemampuan - Intervensi nutrisi/pilihan rute makanan
menelan pasien secara individual, di tentukan oleh faktor-faktor ini
catat luasnya paralisis fasial, - Menetralkan hiperekstensi, membantu
gangguan lidah, kemampuan untuk mencegah aspirasi dan meningkatkan
melindungi jalan napas. Timbang kemampuan untuk menelan.
BB sesuai kebutuhan. - Menggunakan gravitasi untuk
2. Tingkatkan upaya untuk dapat memudahkan proses menelan dan
melakukan proses menelan yang menurunkan risiko terjadinya aspirasi.
efektif, seperti : - Membantu dalam melatih kembali
3. Bantu pasien dengan mengontrol sensori dan meningkatkan kontrol
kepala. muskuler.
4. Letakan pasien pada posisi - Memberikan stimulasi sensori (termasuk
duduk/tegak selama dan setelah rasa kecap) yang dapat mencetuskan
makan. usaha untuk menelan dan meningkatkan
5. Stimulasi bibir untuk menutup dan masukan.
membuka mulut secara manual - Dapat meningkatkan gerakan dan
dengan menekan ringan di atas kontrol lidah (pentingnya untuk
bibir/dibawah dagu jika di butuhkan. menelan) dan menghambat jatuhnya
6. Letakan makanan pada daerah mulut lidah.
yang tidak terganggu. - Pasien dapat berkosentrasi pada
7. Sentuh bagian pipih bagian dalam mekanisme makan tanpa adanaya
dengan spatel lidah/tempatkan es distraksi/gangguan dari luar.
untuk mengetahui kelemahan lidah. - Makanan lunak/cairan kental lebih
8. Berikan makan dengan perlahan mudah untuk mengendalikannya di
pada lingkungan yang tenang. dalam mulut, menurunkan resiko
9. Mulai untuk memberikan makanan terjadinya aspirasi.
per oral setengah cair, makanan - Menguatkan otot fasial dan otot menelan
lunak ketika pasien dapat menelan dan menurunkan resiko terjadinya
air. Pilih/bantu pasien untuk memilih tersedak.
makanan yang kecil/tidak perlu - Menstimulasi upaya makan dan
mengunyah dan mudah di telan, meningkatkan menelan/masukkan.
contoh : telur, agar-agar, makanan - Jika usaha menelan tidak memadai untuk
kecil yang lunak lainnya. memenuhi kebutuhan cairan dan
10. Anjurkan pasien menggunakan makanan, harus dicarikan metode
sedotan untuk meminum cairan. alternatif untuk makan.
11. Anjurkan orang terdekat untuk - Dapat meningkatkan pelepasan endorfin
membawa makanan kesukaan dalam otak yang meningkatkan perasaan
pasien. senang dan meningkatkan nafsu makan.
12. Pertahanakan masukan dan - Mungkin diperlukan untuk memberikan
keluaran dengan akurat, catat cairan pengganti dan juga makanan jika
jumlah kalori yang masuk. pasien tidak mampu untuk memasukkan
13. Anjurkan untuk berpartisipasi segala sesuatu melalui mulut.
dalam program latihan atau
kegiatan
Kolaborasi:
14. Berikan cairan melalui IV dan/atau
makanan melalui selang.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes Marilynn. E, dkk. 2000, Rencana Asuhan


Keperawatan. Edisi 3. Penerbit buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Novak, Patricia D. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland
Cetakan I. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Akperppnisolo. 2008, Sistem Persarafan Stroke Non Hemoragik.
Blogspot. Dalam http://www.akperppni.ac.id/sistem-persarafan/stroke-non-
hemoragik. Diakses pada 05 Mei 2011 pukul 20:00 WITA.
Anonim. 2000, Manifestasi Klinik Stroke Non Hemoragik.
Blogspot. Dalam http://www.infofisioterapi.com/manisfestasi-klinik-
stroke.html. Diakses pada 05 Mei 2011 20:43 wita.
Anonim. 2000, Konsep Dasar Stroke Non Hemoragik . Adobe Acrobat
Dokument. Dalam http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-
garniscint-5431-2-babii.pdf. Diakses pada 05 Mei 2011 Pukul 19:22 WITA.
Boy. 2008, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke. Blogspot.
Bengkulu. Dalam http://mhs.blog.ui.ac.id/fer50/2008/09/17/asuhan-keperawatan-
pada-klien-dengan-stroke/. Diakses pada 05 Mei 2011 pukul 20:01 WITA.
Hidayat. 2009, Stroke Non Hemoragik. Wordpress. Dalam
http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/23/askep-stroke-non-hemoragik/.
Diakses pada 05 Mei 2011 20:17 WITA.
Indeks . 2011, Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit.
Cetakan I. www.indeks-penerbit.com. Jakarta Barat. Diakses pada 05 Mei
2011 pukul 21:00.
Fariyansyah, Nurhadi Febrian. 2009, Patofisiologi Dan Diagnosis
Stroke. Blogspot. Dalam http://kedokteran-
febrian.blogspot.com/2009/02/patofisiologi-dan-diagnosis-stroke.html. Diakses
pada 06 Mei 2011 pukul 11: 05 WITA.
Wikipedia. 2000, Stroke. Wikipedia. Dalam
http://en.wikipedia.org/wiki/Stroke. Diakses pada 05 Mei 2011 pukul 20:15
WITA.

Anda mungkin juga menyukai