LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
B. Etiologi
1. Otak
Otak merupakan pusat kendali fungsi tubuh yang rumit dengan sekitar 100
millar sel saraf , walaupun berat total otak hanya sekitar 2,5 % dari berat tubuh,
70 % oksigen dan nutrisi yang diperlukan tubuh ternyata digunakan oleh otak.
Berbeda dengan otak dan jaringan lainya. Otak tidak mampu menyimpan nutrisi
agar bisa berfungsi, otak tergantung dari pasokan aliran darah, yang secara
kontinyu membawa oksigen dan nutrisi. Pada dasarnya otak terdiri dari tiga
bagian besar dengan fungsi tertentu yaitu:
a. Otak besar, Otak besar yaitu bagian utama otak yang berkaitan dengan fungsi
intelektual yang lebih tinggi, yaitu fungsi bicara, integritas informasi sensori
( rasa ) dan kontrol gerakan yang halus. Pada otak besar ditemukan beberapa
lobus yaitu, lobus frontalis, lobus parientalis, lobus temporalis, dan lobus
oksipitalis.
b. Otak kecil, Terletak
dibawah otak besar
berfungsi untuk koordinasi
gerakan dan keseimbangan.
c. Batang otak, Berhubungan
dengan tulang belakang,
mengendalikan berbagai
fungsi tubuh termasuk
koordinasi gerakan mata,
menjaga keseimbangan,
serta mengatur pernafasan
dan tekanan darah. Batang
otak terdiri dari, otak tengah, pons dan medula oblongata.
2. Saraf kepala dibagi dua belas yaitu:
a. Nervus olvaktorius, Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi,
membawa rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke otak.
b. Nervus optikus, Mensarafi bola mata, membawa rangsangan penglihatan ke
otak.
c. Nervus okulomotoris, Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot
pengerak bola mata), menghantarkan serabut-serabut saraf para simpati untuk
melayani otot siliaris dan otot iris.
d. Nervus troklearis, Bersifat motoris, mensarafi otot- otot orbital. Saraf pemutar
mata yang pusatnya terletak dibelakang pusat saraf penggerak mata.
e. Nervus trigeminus, Bersifat majemuk (sensoris motoris) saraf ini mempunyai
tiga buah cabang, fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf ini merupakan
saraf otak besar. Sarafnya yaitu:
1). Nervus oltamikus: sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian depan
kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata dan bola mata.
2). Nervus maksilaris: sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir atas,
palatum, batang hidung, ronga hidung dan sinus maksilaris.
3). Nervus mandibula: sifatnya majemuk ( sensori dan motoris ) mensarafi
otot-otot pengunyah. Serabut-serabut sensorisnya mensarafi gigi bawah,
kulit daerah temporal dan dagu.
D. Patofisiologi
Arteroklerosis
Trombosis Emboli
TIA
Iskemia
NDx: Perubahan Perfusi Jaringan
Kerusakan Otak
Reversibel Ireversibel
Koma
Pneumonia
Dekubitus
NDx: NDx: Kerusakan Mobilitas Fisik
Kurang Perawatan diri
Inkontinensia Urin
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala bervariasi, tergantung pada arteri yang diserang (dan, akibatnya,
bagian otak yang disuplainya), keparahan kerusakan, dan perluasan sirkulasi
kolateral yang berkembang untuk membantu otak mengimbangi suplai darah yang
berkurang.
1. Stroke hemisfer kiri: gejala di sisi tubuh sebelah kanan
2. Stroke hemisfer kanan : gejala di sisi tubuh sebelah kiri
3. Stroke yang menyebabkan kerusakan saraf kranial : tanda disfungsi saraf kranial
disisi yang sama dengan terjadinya hemoragi
4. Gejala biasanya diklasifikasikan menurut arteri yang diserang :
a. Arteri serebral tengah : afasia, disfasia, potongan bidang visual dan
hemiparesis disisi yang diserang (lebih parah diwajah dan lengan daripada di
kaki)
b. Arteri karotid : lemah, paralisis, mati rasa, perubahan sensorik, dan gangguan
visual disisi yang diserang ; perubahan tingkat kesadaran ; bunyi abnormal ;
sakit kepala; afasia dan ptosis.
c. Arteri vertebrobasilar : lemah disisi yang diserang, mati rasa disekitar bibir dan
mulut, potongan bidang visual, diplopia, koordinasi buruk, disfagia, bicara
mencerca, pusing, amnesia dan ataksia.
d. Arteri serebral anterior : konfusi, lemah dan mati rasa (terutama dikaki) disisi
yang diserang, inkontinensi, hilang koordinasi, gangguan fungsi motorik dan
sensorik, dan perubahan kepribadian.
e. Arteri serebral posterior : potongan bidang visual, gangguan sensorik,
disleksia, koma, dan kebutaan kortikal.
5. Gejala juga diklasifikasikan sebagai premonitorik, tergeneralisasi, atau fokal
6. Premonitorik (jarang) :mengantuk, pusing, sakit kepala, dan konfusi mental.
7.Tergeneralisasi : sakit kepala,muntah,gangguan mental, sawan,koma,rigiditas
nukal,demam, dan disorientasi.
8. Fokal (misalnya perubahan sensorik dan refleks): merefleksikan tempat hemoragi
atau inarksi dan bisa memburuk.
Tanda dan gejala lain dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2013):
1. Kehilangan motorik.
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu
sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia.
2.Kehilangan komunikasi Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria
(kesulitan berbicara) atau afasia (kehilangan berbicara).
3. Gangguan persepsi
Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan
penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan
kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif, parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
5.Disfungsi kandung kemih, meliputi : inkontinensia urinarius transier,
inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari
kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasi yang berlanjut
(dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang
terkena:
a. Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah.
b. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi,
gangguan penglihatan.
c. Pengaruh terhadap komunikasi: bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
d. Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa
G. Pemeriksaan Diagnosis
1. Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan adalah :
a. laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol,
dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.
b. Computed tomography (CT) scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya
perdarahan atau infark. Menunjukkan adanya stroke hemoragis dengan segera
tetapi bisa jadi tidak mnenunjukkan adanya infarksi trombotik selama 48-72
jam.
c. MRI( magnetic resonance imaging ), untuk mengetahui adanya edema, infark,
hematom dan bergesernya struktur otak, bisa membantu mengidentifikasi area
yang mengalami iskemia atau infarksi dan pembengkakan serebral. MRI
menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
d. Angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai
pembuluh darah yang terganggu
2. Pemeriksaan penunjang :
a. Oftalmoskopi bisa menunjukkan tanda hipertensi dan perubahan aterosklerotik
dalam arteri retina.
b. Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
c. Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau
obstruksi arteri
d. Fungsi Lumbal
1) menunjukan adanya tekanan normal
2) tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan
e. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
g. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)
H. Terapi
Pemilihan intervensi fisioterapi harus disesuaikan dengan kondisi pasien.
Dimana dalam metode pendekatan fisioterapi itu harus banyak variasinya agar
pasien tidak bosan dalam melakukan rehabilitasi. Ada yang berpendapat bahwa
pendekatan fisioterapi pada pasien stroke itu tidak menggunakan satu metode saja
melainkan dengan penggabungan yang disusun sedemikian rupa sesuai dengan
kondisi dan kemampuan pasien agar memperoleh hasil yang maksimal.
Pendekatan yang dilakukan fisioterapi antara lain adalah terapi latihan, yang terdiri
dari latihan perbaikan postur, latihan weight bearing, latihan keseimbangan dan
koordinasi, dan latihan aktifitas fungsional.
1. Latihan dengan mekanisme reflek postur
Gangguan tonus otot (spastisitas) secara postural pada pasien stroke, dapat
mengakibatkan gangguan gerak. Melalui latihan dengan mekanisme reflek postur
mendekati status normal, maka seseorang akan lebih mudah untuk melakukan
gerakan volunter dan mengontrol spastisitas otot secara postural.
Konsep dalam melakukan latihan ini adalah mengembangkan kemampuan
untuk mencegah spastisitas dengan menghambat gerakan yang abnormal dan
mengembangkan kontrol gerakan. Dalam upaya melakukan penghambatan maka
perlu adanya penguasaan teknik pemegangan (Key Point of Control)
2. Latihan weight bearing
Bertujuan untuk mengontrol tonus pada ekstrimitas dalam keadaan spastis.
Melalui latihan ini diharapkan mampu merangsang kembali fungsi pada
persendian untuk menyangga (Rahayu, 1992 ).
3. Latihan keseimbangan dan koordinasi
Latihan keseimbangan dan koordinasi pada pasien stroke stadium recovery
sebaiknya dilakukan dengan gerakan aktif dari pasien. Latihan aktif dapat melatih
keseimbangan dan koordinasi untuk membantu pengembalian fungsi normal serta
melalui latihan perbaikan koordinasi dapat meningkatkan stabilitas postur atau
kemampuan mempertahankan tonus ke arah normal (Pudjiastuti, 2003).
Latihan keseimbangan dan koordinasi pada pasien stroke non haemoragik
stadium recovery dapat dilakukan secara bertahap dengan peningkatan tingkat
kesulitan dan penambahan banyaknya repetisi.
4. Latihan aktifitas fungsional
Pada pasien stroke non haemoragik stadium recovery pasien terjadi gerak
anggota tubuh yang lesi dengan total gerak sinergis sehingga dapat membatasi
dalam gerak untuk aktifitas fungsional dan membentuk pola abnormal. Latihan
aktifitas fungsional dimaksudkan untuk melatih pasien agar dapat kembali
melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri tanpa menggantungkan penuh
kepada orang lain.
Terapi suportif awal :
1. Seringkali kajilah status neurologis pasien untuk menentukan deficit.
2. Pantaulah tekanan darah, berih labelatol ( trandate ) untuk hipertensi.
3. Jaga kepatenan jalan napas dan status oksigenasi.
4. Pantau kadar glukosa darah
5. Jika pasien mengalami sakit kepala beri analgesic.
I. Komplikasi
Komplikasi pada stroke non hemoragik adalah:
1. Berhubungan dengan imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi.
2. Berhubungan dengan paralise: nyeri punggung, dislokasi sendi, deformitas,
terjatuh.
3. Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsy, sakit kepala.
4. Hidrosefalus
J. Prognosis
Prognosis stroke sulit dipastikan karena ada yang sembuh dan dapat
beraktifitas semula namun ada yang cacat bahkan ada juga yang meninggal.
Prognosis stroke ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain : lokasi dan luas area
lesi, umur, tipe stroke, cepat lambatnya penanganan serta kerjasama tim medis
dengan pasien dan keluarga.
Cacat mempengaruhi 75% dari penderita stroke yang cukup untuk
menurunkan kelayakan kerja mereka. Stroke dapat mempengaruhi pasien secara
fisik, mental, emosional, atau kombinasi dari ketiganya. Hasil stroke sangat
bervariasi tergantung pada ukuran dan lokasi lesi. Disfungsi sesuai dengan daerah di
otak yang telah rusak. Beberapa cacat fisik yang dapat hasil dari stroke termasuk
kelemahan otot, kesemutan, luka tekanan, pneumonia, inkontinensia, apraxia
(ketidakmampuan untuk melakukan gerakan-gerakan belajar), kesulitan melakukan
kegiatan sehari-hari, kehilangan nafsu makan, kehilangan bicara, kehilangan
penglihatan, dan rasa sakit. Jika stroke cukup parah, atau di lokasi tertentu seperti
bagian dari koma, batang otak atau kematian itu dapat terjadi.
K. Pencegahan
1. Cara mencegah stroke tidak sulit jika Anda mengambil tindakan pencegahan
tertentu. Menurut asosiasi stroke nasional, pasien disarankan untuk mengetahui
berikut:
a. Berhenti merokok
b. Minum alcohol
c. Makan diet rendah lemak adalah sama pentingnya.
d. Biarkan dokter Anda mengecek untuk itu termasuk risiko stroke.
e. Mengambil langkah-langkah yang memadai untuk mengontrol diabetes.
f. Membuat latihan merupakan bagian integral dari rutinitas harian Anda.
g. Pergilah untuk memeriksa kolesterol.
h. Fokus pada diet rendah garam.
i. Cari gejala stroke dan terburu-buru untuk perhatian medis segera. Gejala
termasuk penglihatan kabur, sakit kepala hebat, pusing, kelemahan dari wajah
atau bahkan batas. Anda harus ingat bahwa tekanan darah tinggi adalah
penyebab utama stroke.
2. Berikut adalah langkah-langkah tertentu untuk mencegah stroke:
a. Anda harus mengontrol tekanan darah Anda.
b. Merokok secara langsung terkait dengan risiko stroke.
c. berolahraga secara teratur senam ringan perlu membuat jantung lebih kuat dan
meningkatkan sirkulasi.
d. Fokus pada diet yang sehat.
e. Anda harus mengontrol diabetes Anda.
ASUHAN KEPERAWATAN
Perencanaan/intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji kemampuan secara fungsional/ - Mengidentifikasi
luasnya kerusakan awal dan dengan cara kekuatan/kelemahan dan dapat memberikan
yang teratur. informasi mengenai pemulihan. Bantu dalam
pemilihan terhadap intervensi, sebab teknik
yang berbeda digunakan untuk paralisis
2. Ubah posisi minimal setiap 3 jam spastik dengan flaksid.
(Terlentang,miring) dan sebagainya dan - Menurunkan resiko terjadinya
jika memungkinkan bisa lebih sering jika trauma/iskemia jaringan. Daerh yang terkena
diletakkan dalam posisi bagian yang mengalami perburukan/sirkulasi yang lebih
terganggu. jelek dan menurunkan sensasi dan lebih besar
menimbulkan kerusakan pada kulit/dekubitus.
3. Letakkan pada posisi terlengkuk satu kali - Membantu mempertahankan
atau dua kali sehari jika pasien dapat ekstensi pinggul funngsional; tetapi
mentoleransinya. kemungkinan akan meningkatkan ansietas
terutama mengenai kemampuan pasien untuk
4. Mulailah melakukan latihan rentang bernapas.
gerak aktif dan pasif pada semua - Meminimalkan atrofi otot,
ekstermitas saat masuk. Anjurka meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah
melakukan latihan seperti latihan kontraktur. Menurunkan resiko terjadinya
quadrisep/gluteal, meremas bola karet, hiperkalsiuria dan osteoporosis jika masalah
melebarkan jari-jari dan kaki/telapak. utamanya adalah perdarahan. Catatan;
stimulasi yang berlebihan dapat menjadi
5. Sokong ekstermitas dalam posisi pencetus adanya perdarahan berulang.
fungsionalnya, gunakan papan kaki - Mencegah kontrakur/footdrop dan
(footboard) selama periode paralisis memfasilitasi kegunaannya jika berfungsi
flaksid, pertahankan posisi kepala netral. kembali. Paralisis flaksid dapat mengganggu
kemampuannya untuk menyangga kepala,
6. Gunakan penyangga lengan ketika pasien dilain pihak paralisis spastik dapat mengarah
berada dalam posisi tegak, sesuai pada deviasi kepala kesalah satu sisi.
indikasi. - Selama paralisis flaksid,
penggunaan penyangga dapat menurunkan
7. Evaluasi penggunaan dari kebutuhan alat resiko terjadinya subluksasio lengan dan
bantu untuk pengaturan posisi atau alat “sindrom bahu-lengan”.
pembalut selama periode paralisis - Kontraktur fleksi dapat terjadi
spastik. akibat dari otot fleksor lebih kuat
8. Tempatkan bantal dibawah aksila untuk dibandingkan dengan otot ekstensor.
melakukan abduksi pada tangan.
9. Tinggikan tangan dan kepala - Mencegah adduksi bahu dan
fleksi siku
10. Tempatkan “hand roll” keras pada
telapak tangan dengan jari-jari dan ibu - Meningkatkan aliran balik vena
jari saling berhadapan. dan membantu mencegah terbentuknya edema.
- Alas/dasar yang keras
11. Posisikan lutut dan panggul dalam posisi menurunkan stimulasi fleksi jari-jari,
ekstensi. mempertahankan jari-jari dan ibu jari pada
12. Pertahankan kaki dalam posisi normal (posisi anatomis).
posisi netral dengan - Mempertahankan posisi
gulungan/bantalan fungsional.
trokanter. - Mencegah rotasi eksternal pada
13. Gunakan papan kaki secara berganti, jika pinggul.
memungkinkan.
- Penggunaan yang kontinu
(setelah perubahan dari paralisis flaksid ke
spastik) dapat menyebabkan tekanan yang
14. Bantu untuk mengembangkan berlebihan pada sendi peluru kaki,
keseimbangan duduk (seperti meningkatkan spastisitas, dan secara nyata
meninggikan bagian kepala tempat tidur) meningkatkan fleksi plantar.
15. Observasi daerah yang terkena termasuk - Membantu dalam melatih
warna, edema, atau tanda lain dari kembali jaras saraf, meningkatkan respons
gangguan sirkulasi. propioseptik dan motorik.
16. Inspeksi kulit terutama pada daerah- - Jaringan yang mengalami edema
daerah yang menonjol secara teratur. lebih mudah mengalami trauma dan
penyembuhannya lambat.
- Titik-titik tekanan pada daerah
17. Bangunkan dari kursi sesegera mungkin yang menonjol paling beresiko untuk
setelah tanda-tanda vital stabil kecuali terjadinya penurunan perfusi/iskemia.
pada hemoragik serebral. Stimulasi sirkulasi dan memberikan bantalan
membantu mencegah kerusakan kulit dan
berkembangnya dekubitus.
- Membantu menstabilkan tekanan
18. Alasi kursi duduk dengan busa atau balon darah (tonus vasomotor terjaga),
air dan bantu pasien untuk memindahkan meningkatkan keseimbangan ekstrenitas dalam
berat badan dengan interval yang teratur. posisi normal dan pengosongan kantung kemih
19. Susun tujuan dengan pasien/orang /ginjal menurunkan resiko terjadinya batu
terdekat untuk berpartisipasi dalam kandung kemih dan infeksi karena urine yang
aktivitas/latihan dan mengubah posisi. statis.
20. Anjurkan pasien untuk membantu - Mencegah/menurunkan tekanan
pergerakan dan latihan dengan koksigeal/kerusakan kulit.
menggunakan eksternitas yang tidak sakit
untuk menyokong/menggerakkan daerah - Meningkatkan harapan terhadap
tubuh yang mengalami kelelahan. perkembangan/peningkatan dan memberikan
Kolaborasi perasaan kontrol/kemandirian.
21. Berikan tempat tidur dengan matras bulat - Dapat berespons dengan baik jika
(seperti egg crate mattress), tempat tidur daerah yang sakit tidak menjadi lebih
air,alat flotasi, atau tempat tidur khusus terganggu dan memerlukan dorongan serta
(seperti tempat tidur kinetik) sesuai latihan aktif untuk “menyatukan kembali”
indikasi. sebagai bagian dari tubuhnya sendiri.