TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Anak Usia Toddler
1. Pengertian Anak Usia Toddler
Anak usia toddler merupakan anak yang berada antara rentang
usia 12-36 bulan (Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013). Masa ini juga
merupakan masa golden age/masa keemasan untuk kecerdasan dan
perkembangan anak (Loeziana Uce, 2015).
Toddler dalam kamus bahasa Inggris Indonesia berarti anak kecil
yang baru belajar berjalan. Anak usia toddler merupakan masa antara
rentang usia 12 sampai dengan 36 bulan. Masa ini merupakan masa
eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu
bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol perilaku orang lain
melalui perilaku negativism dank eras kepala (Hidayatul, 2015).
Masa toddler berada pada rentang masa kanak-kanak mulai
berjalan sendiri hingga anak dapat berjalan dan berlari dengan mudah,
yaitu mendekati usia 12 bulan sampai 36 bulan. Toddler adalah usia anak
1-3 tahun yang secara psikologis membutuhkan cinta dan kasih sayang,
rasa aman atau bebas dari ancaman. Perkembangan anak sangat di
pengaruhi oleh lingkungan eksternal yang mampu memberikan rasa
aman, peduli, dan penuh kasih sayang (Rahma, 2013).
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Toddler
a. Pengertian Pertumbuhan
Definisi pertumbuhan (growth) menurut (Soetjiningsih dan Ranuh,
2015) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya
jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu.
Sebagai contoh, anak bertambah besar bukan saja secara fisik,
melainkan juga ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan otak. Otak
anak semakin tumbuh terlihat dari kapasitasnya untuk belajar lebih besar,
mengingat, dan mempergunakan akalnya semakin meningkat. Anak
tumbuh baik secara fisik maupun mental.
Pertumbuhan merupakan perubahan yang bersifat kuantitatif
(dapat diukur) perubahan ukuran tubuh dan bagiannya seperti
peningkatan jumlah sel, jaringan, struktur, dan sistem. Sebagai contoh
pertumbuhan fisik seseorang dengan bertambahnya tinggi badan, berat
badan, kepadatan tulang, dan struktur gigi dan polanya dapat
diprediksikan. Tahap pertumbuhan yang paling cepat terjadi pada usia
prenatal, bayi dan usia remaja (DeLaune & Ladner dalam Arif Rohman ,
2019 ).
Istilah pertumbuhan menurut Sobur (2013), khusus dimaksudkan
bagi pertumbuhan dalam ukuran badan dan fungsi fisik dan murni.
Pertumbuhan pada umumnya dibatasi pada perubahan-perubahan
struktural dan fisiologis dalam pembentukan seseorang secara jasmaniah
dari saat masih berbentuk janin melalui periode-periode prenatal (dalam
kandungan), dan postnatal (setelah lahir), sampai pada kedewasaannya.
Kartono dalam Sobur (2013), mendefinisikan pertumbuhan
sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsifungsi fisik, yang berlangsung secara normal pada diri
anak yang sehat, dalam peredaran waktu tertentu. Pertumbuhan sifatnya
sementara, hanya terjadi sampai manusia mencapai kematangan fisik.
Artinya, individu tidak 10 akan bertambah tinggi atau besar, jika batas
pertumbuhan tubuhnya telah mencapai tingkat kematangan. Jadi, yang
dimaksud dengan pertumbuhan adalah berkembangnya ukuran fisik dan
struktur tubuh yang dapat diukur dengan satuan panjang ataupun satuan
berat.
b. Ciri-Ciri Pertumbuhan Anak Usia 12 – 36 Bulan (1 – 3 Tahun) Menurut
Potter & Perry (2010) ciri-ciri pertumbuhan yaitu
1) Pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal
bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan,
lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan lain- lain.
2) Pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat terlihat
pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari
masa konsepsi hingga dewasa.
Dari uraian ciri-ciri pertumbuhan di atas, dapat dijelaskan
bahwa pertumbuhan merupakan proses perubahan ukuran baik fisik
seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan,
lingkar dada mengikuti proses kematangan menuju dewasa,
contohnya tumbuhnya rambut di daerah tertentu, lepasnya gigi
susu, dan lain sebagainya.
c. Pengertian Perkembangan
Perkembangan berkaitan dengan bertambahnya struktur fungsi
tubuh yang meliputi kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara, dan
bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Soetjiningsih dan Ranuh,
2015). Perkembangan merupakan perubahan yang progresif dan terus
menerus dalam diri organisme sejak lahir hingga mati (Sobur, 2013).
Menurut Yusuf (2011), perkembangan adalah perubahan-perubahan yang
dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau
kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis,
progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah)
maupun psikis (rohaniah). Perkembangan diartikan sebagai perubahan
bentuk yang dimulai saat konsepsi dan terus berlanjut sepanjang satu
masa kehidupan (Soetjiningsih dan Ranuh, 2015). Perubahan bentuk
meliputi perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional yang terjadi
selama masa kehidupan individu.
Perkembangan (development) merupakan bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, jaringan tubuh, organ-
organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Perkembangan emosi,
intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya
(Cahyaningsih, 2011). Perkembangan atau development adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil pematangan
(Sulistyawati, 2015)
d. Ciri-Ciri Perkembangan
Menurut Yusuf (2011), ciri-ciri perkembangan yaitu:
1) Terjadinya perubahan dalam
a) aspek fisik: perubahan tinggi dan berat badan serta organ-organ
tubuh lainnya.
b) aspek psikis: semakin bertambahnya perbendaharaan kata dan
matangnya kemampuan berpikir, mengingat, serta menggunakan
imajinasi kreatifnya.
2) Terjadinya perubahan dalam proporsi:
a) aspek fisik: proporsi tubuh anak berubah sesuai dengan fase
perkembangannya.
3) Tahapan perkembangan berurutan mulai dari kemampuan
melakukan gerakan sederhana berlanjut menjadi melakukan hal
yang sempurna.
e. Perkembangan Anak Usia Toddler
Perkembangan yang sudah mampu dicapai oleh anak usia toddler
diantaranya sebagai berikut.
1) Perkembangan motorik kasar anak usia toddler
a) Usia 12-18 bulan anak mampu berdiri sendiri tanpa
berpegangan, membungkuk untuk memungut permainannya
kemudian berdiri tegak kembali secara mandiri, berjalan mundur
lima langkah.
b) Usia 18-24 bulan anak mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan
selama 30 detik, anak mampu berjalan tanpa terhuyung-huyung.
c) Usia 24-36 bulan anak mampu menaiki tangga secara mandiri,
anak dapat bermain dan menendang bola kecil.
2) Perkembangan motorik halus anak usia toddler
a) Usia 12-18 bulan anak mampu menumpuk dua buah kubus,
memasukkan kubus ke dalam kotak.
b) Usia 18-24 bulan anak mampu melakukan tepuk tangan,
melambaikan tangan, menumpuk empat buah kubus, memungut
benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk, anak bisa
menggelindingkan bola ke sasaran.
c) Usia 24-36 bulan anak mampu mencoret-coretkan pensil diatas
kertas (Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013).
3) Perkembangan Bahasa
Tahapan perkembangan bahasa pada anak yaitu Reflective
vocalization, Bubbling, Lalling, Echolalia, dan True speech. Usia 10-
16 bulan anak mampu memproduksi kata-kata sendiri, menunjuk
bagian tubuh atau mampu memahami kata-kata tunggal; usia 18-24
bulan anak mampu memahami kalimat sederhana, perbendaharaan
kata meningkat pesat, menucapkan kalimat yang terdiri dari dua
kata atau lebih ; usia 24-36 bulan pengertian anak sudah bagus
terhadap percakapan yang sudah sering dilakukan di keluarga,
anak mampu melakukan percakapan melalui kegiatan tanya-jawab
(Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013).
4) Perkembangan personal-sosial
Teori Erick Erickson menyatakan perkembangan psikososial
seseorang dipengaruhi oleh masyarakat dibagi menjadi lma tahap
yaitu trust >< mistrust (usia 0-1 tahun), otonomi/mandiri ><
malu/ragu-ragu (usia 2-3 tahun), inisiatif >< rasa bersalah (usia 3-6
tahun), keaaktifan >< rendah diri (usia 6-12 tahun), identitas >< fusi
identitas (usia 12-20 tahun).
Perkembangan personal-sosial anak pada usia toddler sebagai
berikut.
a) Usia 12-18 bulan anak mampu bermain sendiri di dekat orang
dewasa yang sudah dikenal, mampu menunjuk apa yang
diinginkan tanpa menangis, anak mampu mengeluarkan suara
yang menyenangkan atau menarik tangan ibu, memeluk orang
tua, memperlihatkan rasa cemburu atau bersaing.
b) Usia 18-24 bulan anak mampu minum dari cangkir dengan dua
tangan, belajar makan sendiri, mampu melepas sepatu dan kaos
kaki serta mampu melepas pakaian tanpa kancing, belajar
bernyanyi, meniru aktifitas di rumah, anak mampu mencari
pertolongan apabila ada kesulitan atau masalah, dapat mengeluh
bila basah atau kotor, frekuensi buang air kecil dan besar sesuai,
muncul kontrol buang air kecil biasanya tidak kencing pada siang
hari, mampu mengontrol buang air besar, mulai berbagi mainan
dan bekerja bersama-sama dengan anak-anak lain, anak bisa
mencium orang tua.
c) Usia 24-36 bulan anak mampu menunjukkan kemarahan jika
keinginannya terhalang, mampu makan dengan sendook dan
garpu secara tepat, mampu dengan baik minum dari cangkir,
makan nasi sendiri tanpa banyak yang tumpah, mampu melepas
pakaian sendiri, sering menceritakan pengalaman baru,
mendengarkan cerita dengan gambar, mampu bermain pura-
pura, mulai membentuk hubungan sosial dan mampu bermain
dengan anak-anak lain, menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi dengan ditambahkan gerakan isyarat
(Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013).
5) Perkembangan seksualitas
Teori psikoseksual oleh Sigmund Freud menjelaskan bahwa tahap
perkembangan anak memiliki ciri dan waktu tertentu serta
diharapkan berjalan secara kontinyu. Berikut perkembangan
psikoseksual anak usia 12-36 bulan menurut Freud.
a) Fase oral (umur 0-1 tahun)
Tahap ini anak akan selalu memasukkan segala sesuatu yang
berada di genggamannya ke dalam mulut. Peran dan tugas ibu
disini adalah memberikan pengertian bahwa tidak semua
makanan dapat dimakan.
b) Fase anal (umur 2-3 tahun)
Fungsi tubuh yang memberikan kepuasan terhadap anus.
c) Fase phallic/oedipal (3-6 tahun)
Anak senang memegang genetalia, anak cenderung akan dekat
dengan orang tua yang berlawanan jenis kelamin (anak
perempuan akan lebih dekat dengan bapak) dan mempunyai
rasa persaingan ketat dengan orang tua sesama jenis (merasa
tersaingi oleh bapak dalam mendapatkan kasih sayang ibu).
d) Fase Laten (6-12 tahun)
Anak mulai megeksplor dunia luar, mulai mencari teman sebaya
untuk diajak bermain.
e) Fase Genital
Pemusatan seksual pada genetalia, anak belajar menentukan
identitas dirinya, belajar untuk tidak tergantung dengan orang
tua, bertanggung jawab pada dirinya sendiri, mulai ada perasaan
senang dengan lawan jenis (Ridha, 2014).
6) Perkembangan kognitif anak usia toddler
Perkembangan kognitif anak meliputi semua aspek perkembangan
anak yang berkaitan dengan pengertian mengenai proses
bagaimana anak belajar dan memikirkan lingkungan. Kognisi
meliputi persepsi (penerimaan indra dan makna yang diindra),
imajinasi, menangkap makna, menilai dan menalar. Semua bentuk
mengenal, melihat, mengamati, memperhatikan, membayangkan,
memperkirakan, menduga dan menilai adalah kognisi (Sulistyawati,
2015).
Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak dibagi dalam empat
tahap, yaitu sebagai berikut.
a) Sensori motor (0-2 tahun)
Tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam
diri anak. Keinginan terbesar anak adalah menyentuh atau
memegang karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui
reaksi dari perbuatannya.
b) Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Anak menjadi egosentris, sehingga terkesan pelit karena tidak
bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak memiliki
kecenderungan meniru orang disekitarnya. Usia 6-7 tahun anak
sudah mulai mengerti motivasi, tetapi mereka tidak mengerti cara
berpikir yang sistematis.
c) Operasional konkret (7-11 tahun)
Anak mulai berpikir logis tentang kejadian-kejadian konkrit,
proses berpikir menjadi lebih rasional.
d) Operasional formal (mulai umur 11 tahun)
Perkembangan kemampuan nalar abstrak dan imajinasi lebih baik,
pengertian terhadap ilmu dan teori lebih mendalam (Sulistyawati,
2015).
Perkembangan kognitif anak toddler dijabarkan sebagai berikut.
a) Usia 12-18 bulan anak dapat menemukan objek yang
disembunyikan, membedakan bentuk dan warna, memberikan
respon terhadap perintah sederhana, menggunakan trial dan
error untuk mempelajari tentang objek.
b) Usia 18-24 bulan anak mampu menggelindingkan bola kearah
sasaran, membantu atau meniru pekerjaan rumah tangga, dapat
memulai permainan pura-pura, memegang cangkir sendiri,
belajar makan dan minum sendiri, menikmati gambar sederhana,
mengeksplorasi lingkungan, mengetahui bagianbagian dari
tubuhnya.
c) Usia 24-36 bulan anak dapat menunjuk satu atau lebih bagian
tubuhnya ketika diminta, melihat gambar dan dapat menyebut
nama benda dua atau lebih, dapat bercerita menggunakan
paragraf sederhana, menggabungkan dua sampai tiga kata
menjadi kalimat, menggunakan nama sendiri untuk menyebutkan
dirinya. (Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013)
7) Perkembangan moral anak usia toddler
Teori Kohlberg menyatakan perkembangan moral anak sudah harus
dibentuk pada usia toddler. Tahap orientasi hukuman dan
kepatuhan (sekitar usia 2-4 tahun) anak mampu menilai suatu
tindakan apakah baik atau buruk bergantung dari hasilnya berupa
hukuman atau penghargaan. Usia 4-7 tahun anak berada pada
tahap orientasi instrumental naif dimana segala tindakan ditujukan
ke arah pemuasan kebutuhan mereka dan lebih jarang ditujukan
pada kebutuhan orang lain, rasa keadilan konkret. Timbal balik atau
keadilan menjadi landasan mereka (misalkan, jika kamu memukul
tanganku, aku akan memukul tanganmu juga) tanpa berpikir
mengenai loyalitas atau rasa terima kasih (Wong, 2008).
3. Tahap dan Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh kembang pada masa anak menurut Nursalam (2013) sudah
dimulai sejak dalam kandungan hingga usia 18 tahun.
a. Tahapan Tumbuh Kembang Anak Menurut Soetjiningsih (2012),
tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Masa Pranatal (konsep lahir), meliputi: Masa embrio (mudigah)
yaitu masa konsepsi-8 minggu dan masa janin (fetus) yaitu 9
minggu-kelahiran.
2) Masa pascanatal, meliputi: Masa neonatal usia 0-28 hari, neonatal
dini (perinatal) 0-7 hari, dan neonatal lanjut 8-28 hari
3) Masa bayi yaitu meliputi masa bayi dini 1-12 bulan, masa bayi akhir
1-2 tahun.
4) Masa prasekolah (usia 2-6 tahun), terbagi atas: Prasekolah awal
(masa balita) mulai 2-3 tahun, dan prasekolah akhir mulai 4-6 tahun.
5) Masa sekolah atau masa prapubertas, terbagi atas: Wanita 6-10
tahun, dan laki-laki 8-12 tahun.
6) Masa adolesensi atau masa remaja, terbagi atas: Wanita 10-18
tahun, dan laki-laki 12-20 tahun
4. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Faktor tumbuh kembang meliputi:
a. Faktor Internal Faktor internal misalnya faktor genetik yang merupakan
modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
balita. Anak dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif
diperoleh hasil akhir yang optimal (Soetjiningsih, 2012).
b. Faktor eksternal atau peranan lingkungan adalah faktor prenatal ibu
yang termasuk status gizi ibu pada saat hamil. Toksin atau obat-
obatan yang bias menyebabkan kelainan kongenital seperti
thalidomide. Paparan terhadap sinar radiasi seperti X-ray dapat
mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida,
retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital
mata dan jantung. Ibu yang mengalami infeksi pada trimester pertama
dan kedua, misalnya TORCH (toksoplasma, rubella, sitomegalo virus,
herpes simpleks) dan penyakit menular seksual dapat berakibat janin
tidak berkembang normal, dan mengalami gangguan seperti katarak,
bisu, tuli, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital. Jika ibu
memiliki golongan darah yang berbeda antara dirinya dan janin, maka
ada kemungkinan terjadi Eritroblastosis fetalis (Tanuwidjaya, 2013).
Faktor eksternal yang lainnya adalah faktor pascanatal, yaitu bila gizi
yang diperlukan bayi untuk bertumbuh dan berkembang mencukupi.
Jika anak atau bayi mengalami penyakit kronis atau kelainan
kongenital, serta lingkungan fisik dan kimia. Psikologis sang anak,
caranya berhubungan dan berinteraksi dengan orang sekitarnya.
Sosio-ekonomi keluarga sang anak, apakah kebutuhannya terpenuhi,
serta apakah ia tumbuh pada lingkungan yang mendukung atau tidak
(Tanuwidjaya, 2013).
Sumber: Sriyanti (2014), Maccoby & Mcloby dalam Madyawati (2016), Rika Widya
dkk (2020), Potegal dan Davidson (2003) dalam Syamsuddin (2013)
Keterangan:
Diteliti :
Tidak diteliti :