KAJIAN TEORETIK
A. Hakikat Perkembangan
1. Konsep perkembangan
Konsep dasar yang dimaksud sebagai perubahan-perubahan yang
dialami oleh individu atau organsme menuju tingkat kedewasaanya yang
berlangsung secara sistematik (Lefrancois, 1975:197) progresif
(Witherington, 1952:57) dan berkesinambungan (Hurlock, 1956:7), baik
mengenal fisik maupun psikisnya. Terdapat beberapa istilah yang bertalian
dan sering diasosiasikan dengan konsep perkembangan tersebut, antara
lain pertumbuhan (growth), kematangan atau masa peka (Maturation) dan
belajar atau pendidikan serta latihan.
Dengan istilah pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan
alamaiah secara kuantitataif pada segi jasmanaiayah atau fisik (Lefrancois,
1975:180) atau menunjukan kepada suatu fungsi tertentu yang baru dari
organisme atau individu, baik fisik maupun psikis (termasuk pola-pola
prilaku yang perilaku dan sifat-sifat kepribadian ), dalam arti yang luas
(Witherington 1952 :87-88) &Hurlock 1956).
Lefrancois (1975:180) berpendapat bahwa konsep perkembangan
mempunyai makna yang luas, mencakup segi-segi kuantitatif dan kualitatif
serta aspek-aspek fisik psikis seperti yang terkandung dalam istilah
pertumbuhan, kematangan dan belajar atau pendidikan serta latihan (Ali
Muhamad, 2008).
Perkembangan anak usia dini sangatlah penting bagi periode
perkembangan berikutnya, karena pada usia dini semua aspek
perkembangan anak mulai terbentuk dan cenderung menetap. Hurlock
(2004) menyatakan, perkembangan awal di masa kanak-kanak lebih kritis
dibandingkan dengan perkembangan berikutnya. Hal ini disebabkan
karena perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan,
artinya perkembangan suatu tahap akan berpengaruh pada perkembangan
tahap berikutnya dan pola kepribadian anak berkembang relatif tetap.
Slavin (1994) juga menyatakan, perkembangan anak usia dini berlangsung
paling cepat dalam semua siklus kehidupan manusia, dan paling
menentukan terhadap perkembangan anak berikutnya(Utsman, 2013).
2. Tahapan perkembangan
Tahapan tahapan perkembangan intelek/kognitif (pikiran)
a. Tahapan sensor motorik
Tahap ini Dialami anak usia 0-2 tahun. Pada tahap ini interaksi
anak dengan orangtuanya terutama dilakukan melalui perasaan dan
otot-ototnya. Dan ditandai dengan karakter yang menonjol, Contoh
karakter: tindakan bersifat naluri, aktifitas berdasarkan pada
pengalaman indra, dan individu mampu melihat dan meresapi
pengalaman tetapi belum mampu mengategorikan.
b. Tahap pra oprasional
Tahap ini berlangsung pada 2-7 tahun. Tahapan ini juga disebut
tahapan intuisi. Karna perkembanagn kognitifnya memperlihatkan
kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif, artinya semua
perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran, tapi oleh unsur
perasaan yang cenderung alami. Contoh karakter: cara berfikir
imajinatif, bahasa yang bersifat egosentris, rasa ingin tahu yang tinggi,
dan bahasa perkembangan pesat (Dasmita, 2013).
Menurut Papalia Dkk. (2008), depalan priode perkembangan
individu, yaitu; (1). Priode pra lahir. (2). Priode bayi dan batita atau
bawah tiga tahun (dari lahir hingga tiga tahun). (3). Masa kanak-kanak
awl(3-6 tahun). (4). Masa kanak-kanak akhir (6-11 tahun). (5). Masa
remaja (11-20 tahun). (6). Masa dewasa awal (20-40 tahun). (7). Masa
dewasa tengah (40-65 tahun). (8). Masa dewasa akhir (65 tahun dan
selanjutnya). (Soetjiningsih, 2012)
Bardasarkan beberapa pendapat yang telah di paparkan diatas,
maka dapat disimpulkan: adanya 1). pralahir,2). masa bayi dimana
masa ini jatuh pada tahun 0-2 taun batita dan balita,3). masa anak
masa ini dibagi dua yaitu; masa anak awal (2-6 tahun), masa anak
akhir (6-12 tahun),4). masa remaja dibagi menjadi masa remaja awal
(12-15 tahun), masa remaja tengah (15-18 tahun), masa remaja akhir
(18-21 tahun), 5). Masa dewasa dapat dibagi menjadi 3 bagian, masa
dewasa awal (21-40 tahun), masa dwasa madya (40-65 tahun), dan
masa dewasa akhir/usia lanjut (65 tahun keatas).
3. Tugas-tugas perkembangan
Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul dalam
suatu priode tertentu dalam kehidupan individu. Pada setiap masa
perkembangan individu, ada berbagai tugas perkembangan yang harus
dikuasai, adapun tugas perkembangan masa kanak-kanak menurut Carolyn
Triyon dan J. W. Lilenthal (Hildebrand, 1986:45)adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan menjadi pribadi yang mandiri. Anak berkembang
untuk menjadi yang bertanggung jawab dapat mematuhi praturan
sendiri sesuai dengan tingkat perkembangan.
b. Belajar memberi, membagi, dan proleh kasih sayang. Anak diajarkan
untuk hidup sosial dalam lingkungan yang lebih luas bukan hanya
dalam keluarga saja.
c. Belajar bergaul dengan anak lain. Anak dapat berinteraksi langsung
dengan anak lain selain dalam lingkungan keluarga.
d. Mengembangkan pengembangan diri. Pada masa ini anak belajar
untuk bertingkah laku sesuai dengan tuntutan lingkungan. Anak
belajar untuk mengendalikan diri dalam bergaul dengan orang lain.
e. Belajar bermacam-macam peran dalam masyaraka. Anak perlu
diberitahu bahwa dalam masyarakat banyak berbagai macam
pekerjaan.
f. Belajar untuk megenal tubuh masing-masing. Anak perlu mengetahui
berbagai anggota tubuh, apa fungsi dan bagai mana kegunaanya.
g. Belajar menguasai keterampilan motorik halus dan kasar. Anak
belajar mengkordinasikan otot-otot dalam tubuhnya baik kordinasi
otot kasarmaupun otot halus.
h. Belajar mengenal lingkungan fisik dan menggendalikan. Anak
mengenal benda-benda yang ada di ligkunganya, dan fungsi benda
tersebut.
i. Belajar mengasai kata-kata baru untuk memahamiorang lain. Anak
mengenal lingkunganya untuk mengathui kosakata baru dalam
lingkungan tersebut,
j. Mengembangkan perasaan positif dalam hubungan dengan
lingkungan. Anak mengembangkan rasa kasih sayang terhadap apa
yang ada dalam lingkungan.
4. Prinsip-prinsip perkembangan
a. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (Never
Ending Process)
Indipidu secara terus menerus berkembang atau berubah yang
dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepenjang atau hidupnya.
Perkembangan, baik fisik maupun psikis berlangsung secara terus
menerus sejak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa
tua.
b. Semua aspek pekembangan saling mempengaruhi
Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, intelektual,
emosi, sosial, maupun moral spiritual, satu sama lainya saling
mempengaruhi. Pada umumnya terdapat hubungan atau korelasi yang
fositip pada aspek-aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam
pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan),
amak dia akan megalami kemandegan dalam perkembangan aspek
lainya, seperti: kecerdasan dan emosinya. Begitu pula, apabila
perkebnagn spiritualnya kegamaan anak kurang baik, maka anak akan
berkembang menjadi seorang yang berkarakter atau kepribadian yang
tidak baik.
c. Perkembanagn mengikuti pola atau arah tertentu
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola asuh atau
arah tertentu. Setiap tahap perkembangan merupakan hasil
perkembangan tahap selanjutnya, dan merupakan prasyarat bagi
perkembanagn selanjutnya. Menurut Yelon dan Weinstein (1977)
pola perkembangan sebagai berikut: Cephalocaudal, perkembangan
itu dimulai dari kepala ke kaki. Proximodistal, perkembangan itu
dimuali dari tengah. Struktur mendahului fungsi, yang berarti bahwa
anggota tubuh individu akan berfungsi setelah matang strukturnya.
Perkembangan itu teridentifikasi yang berarti bahwa
perkembangan fisik maupun psikis berlangsung dari umum kehusus.
Perkembangan berlangsung dari kongkret ke abstrak, yang berati
bahwa perkembangan itu terproses dari kemmpuan berpikir kongkret
menuju kebstrak. Perkembangan berlangsung dari egosentrisme ke
perspektivisme, yang berati bahwapada mulanya seorang anak hanya
mementingkan keinginannya, kebutuhan dirinya sendiri. Melalui
pengalamanya bergaul dengan orang lain (khusunya teman sebaya),
sikap egosentris itu secara perlahan-lahan berubah jadi perspektivis
(anak sudah memperhatikan kepentngan orang lain).
d. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan. Perkembangan
fisik dan psikis mencapai kematangan terjadi pada wktu dan tempo
yang berbeda (ada yang cepat dan ada yang lambat).
e. Setiap pase perkembangan mempunyai ciri khas. 1). Sampai usia 2
tahun anak memusatkan perhatian untuk menguasai gerak-gerik fisik
dan belajar berbicara. 2). Pada usia 3-6 tahun perkembnagan
dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan
orang lain). (Rita Eka Izzaty, 2008).
Adapun prinsip perkembangan menurut Soetjiningsih dalam bukunya
Perkembangan anak. Prinsip-prinsip perkembangan:
1) Perkembangan mencakup proses - proses biologis (Biological
Process), Kogitif (Cognitive Process), dan Sosioemosional
(Socioemotional Process).
2) Tahun-tahun permulaan (perkembangan awal) merupakan masa kritis.
3) Perkembangan individu bersifat holistik.
4) Perkembangan memiliki pola tertentu yang dapat di prediksi.
5) Perkembangan dibantu oleh stimulasi (rangsangan).
6) Perkembangan merupakan hasil kematangan/kemasakan (naturation)
dan belajar.
7) Dalam perbedaan individual (Individual Differences) dan
perkembangan.
8) Perkembangan di pengaruhi oleh budaya.
9) Setiap tahap-tahap perkembangan memiliki tugas-tugas
perkembangan (Soetjiningsih, 2012).
B. Perkembangan Fisik Motorik
1. Definisi fisik motorik
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu
proses perkembangan dan pertumbuhan yang pesat.(Basri, 2003).
Perkembangan fisik motorik anak adalah tahapan yang sangat penting bagi
perkembangan anak usia dini. Dimana perkembangan ini akan
berpengaruh bagi anak untuk menuis menggenggam dan lain sebagainya.
Setiap anak membutuhkan rangsangan dari para guru untuk
mengembangkan kemampuan motorik halus. Semakin banyak yang
dilihat, didengar, serta yang dialami oleh mereka dari pembelajaran
motorik di sekolah, semakin banyak pula yang ingin diketahui oleh
mereka. Apabila anak kurang mendapatkan rangsangan di sekolah, maka
anak akan merasa bosan, sehingga perkembangan motoriknya terganggu.
Motorik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan gerakan-
gerakan tubuh. Secara umum, kemampuan motorik terbagi menjadi dua
macam, yaitu ketrampilan motorik kasar atau gross motor skills dan
ketrampilan motorik halus atau fine motor skills.
Perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur
kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Dalam proses perkembangan
anak, motorik kasar berkembang terlebih dahulu dibandingkan motorik
halus. Hal ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa anak sudah dapat
menggunakan otot-otot kakinya untuk berjalan sebelum ia mampu
mengontrol tangan dan jari-jarinya untuk menggambar atau menggunting.
Perkembangan Gerakan Motorik Halus anak taman kanak-kanak
ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan
dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan
menggunakan jari tangan. (Marliza, 2012)
Aktivitas sehari-hari, baik yang bersifat sederhana maupun yang
kompleks, selalu berkaitan dengan gerak. Kegiatan seperti mengerjapkan
mata, berjalan, berlari, menuang air, menyusun kepingan puzzle
merupakan aktivitas yang berhubungan dengan gerak. Istilah gerak
(movement) dalam bahasa Indonesia terkadang digabungkan dengan kata
motorik (motor) sehingga terkadang muncul kata-kata “gerakan motorik”.
Gallahue (1997: 17-18) menyatakan bahwa istilah motorik (motor)
itu sendiri sebenarnya merujuk pada faktor biologis dan mekanis yang
mempengaruhi gerak (movement). Sementara istilah gerak (movement)
merujuk pada perubahan aktual yang terjadi pada bagian tubuh yang dapat
diamati. Dengan demikian, motorik merupakan kemampuan yang bersifat
lahiriah yang dimiliki seseorang untuk mengubah beragam posisi tubuh.
Perubahan yang terjadi pada anak, ketika mereka bertambah tinggi,
sistem syaraf yang semakin kompleks, pertumbuhan tulang dan otot pada
intinya mengacu pada perkembangan motorik. Menurut Meggitt (2002: 2),
istilah perkembangan motorik merujuk pada makna perkembangan fisik.
Perkembangan fisik memiliki arti bahwa anak telah mencapai sejumlah
kemampuan dalam mengontrol diri mereka sendiri. Dodge (2002: 20)
menyatakan bahwa pencapaian kemampuan motorik kasar dan motorik
halus pada anak usia prasekolah merupakan tujuan dari pengembangan
fisik anak.
Meningkatkan kemampuan motorik anak saat mereka di usia AUD
membuat aktifitas fisik atau motorik mereka juga semakin banyak. Tak
heran jika anak-anak Usia Dini gemar sekali bermain tanpa mengenal
lelah. Segala kegiatan anak selalu dilakukan dengan bermain. Bermain
akan meningkatkan aktifitas anak. Maxim ( 1993 ) menyatakan bahwa
aktivitas fisik akan meningkatkan pula rasa keingintahuan anak dan
membuat anak-anak akan memperhatikan benda-benda untuk dapat
menangkapnya, mencoba melemparkannya atau menjatuhkannya,
mengambil, menggosok-gosok, dan meletakan kembali benda-benda
kedalam tempatnya.(Susilowati, 2014)
2. Tahapan fisik motorik
Pencapaian perkembangan fisik motorik anak usia dini ini
mencakup kemampuan untuk: melakukan gerakan jari tangan untuk
kelenturan; melakukan gerakan jari tangan untuk kekuatan otot;
melakukan gerakan jari tangan untuk koordinasi; menggerakkan
lengannya untuk kelenturan, kekuatan, dan koordinasi otot; menggerakkan
badan dan kaki untuk keseimbangan; dan menggerakkan badan dan kaki
melatih kekuatan otot kasar (Barnet , 2009; Brewer, 2007; BSNP, 2009;
Coughlin, 1997; Fisher, 2005; Gallahue, 1994; Hardy, et al., 2009;
Wortham, 2006; Zgourides, 2000) (Utsman, 2013).
3. Prinsip perkembangan fisik motorik
Dalam mengembangkan motorik halus anak usia dini yang berusia
5-6 tahun secara optimal, perlu diperhatikan prinsip-prinsip perkembangan
sebagai berikut:
a. Memberikan kebebasan berekpresi kepada peserta didik di PAUD/TK.
Ekpresi adalah proses pengumpulan perasaan dan jiwa secara jujur dan
langsung dari dalam diri anak di TK/PAUD, oleh karna itu perlu di
pupuk dan dikembangkan.
b. Melakukan pengaturan waktu, tempat dan media (alat dan bahan) agar
dapat merangsang peserta didik di TK untuk kreatif. Untuk mendukung
peserta didik di PAUD/TK dalam merangsang kreativitasnya dan perlu
dialokasikan tempat, waktu dan media yang cukup.
c. Memberi bimbingan kepada peserta didik di PAUD/TK untuk
menemukan teknik atau cara yang baik dalam melakukan kegiatan
dengan berbegai media.
d. Menumbuhkan keberanian dan menghindari petunjuk yang dapat
meruksak keberanian serta perkembangan peserta didik di PAUD/TK.
Agar anak bisa termotivasi dengan kata-kata yang positif sehingga anak
didik termotivasi untuk terus mengembangkan kemampuan mereka.
e. Memberikan rasa gembira dan menciptakan suasana yang
menyenangkan pada anak di PAUD/TK. Jadi perlu memberikan
kenyamanan psikologis kepada anak dalam berkarya dengan motorik
halusnya.
f. Melakukan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan.
Dalam mengembangkan motorik halus, orang dewasa perlu
memberikan perhatian yang memedai kepada anak, hususnya sebgai
peserta didik di PAUD/TK. Hal ini untuk mendorong peserta didik di
PAUD/TK dan sekaligus menghindari terjadinyahal-hal yang tidak
diinginkan seperti memperoleh alat berkarya.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi fisik motorik
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status
kesehatan, dan perlakuan gerak yang sesuai dengan masa
perkembangannya. Jadi secara tidak langsung, perkembangan akan terjadi
pada struktur tubuh individu yang berubah secara proporsionalseiring
denganbertambahnya usia seseorang. Berikut beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan fisik motorik anak, yaitu:
a. Status gizi dapat berpengaruh terhadap perkembangan fisik motorik
anak. Apabila seorang anak mengalami kekurangan gizi akan
menghambat laju perkembangan yang dialami individu, akibatnya
proporsi struktur tubuh menjadi tidak sesuai dengan usianya, itu
semua akan berdampak pada perkembangan aspek lainnya.Kebutuhan
stimulasi atau rangsangan. Ternyata stimulasi sangat penting dalam
peningkatan kecerdasan anak untuk memperkenalkan suatu
pengetahuan ataupun keterampilan baru.
b. Salah satu bentuk kecerdasan yang harus dikembangkan ialah
stimulasi motorik, karena perkembangan motorik anak usia balita
sangat pesat perkembangannya, terutama pada motorik halus. Apabila
anak tidak pernah dirangsang untuk melakukan gerakan yang
berhubungan dengan motorik halus, maka otot-otot kecilnya akan
merasa kaku karena tidak pernah dirangsang atau di stimulasi
(Lindawati, 2013).
Dapat dipahami pengertian diatas bahwa perbedaan status gizi balita
sangat mempengaruhi perkembangan anak, dimana jika asupan gizi tidak
dipenuhi dengan baik maka perkembangan anak akan terhambat dan
berdampak pada perkembangan yang lainnya seperti, kognitif, bahasa dan
kreativitasnya dibandingkan dengan anak yang memiliki status gizi yang
dipenuhi secara baik.
Stimulasi pun sama pentingnya untung peningkatan perkembangan
anak,Apabila pada usia tertentu anak belum bisa melakukan motorik halus,
maka anak telah mengalami keterlambatan. Oleh sebab itu stimulasi
motorik harus dikembangkan karena anak yang mendapat stimulasi terarah
dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
tidak/kurang mendapatkan stimulasi.
G. Hipotesis Pengembangan
Menurut (Sugiyono, 2012: 96) hipotesis merupakan jawaban sementara
dari rumusan masalah dalam penelitian, atau dapat dikatakan pula bahwa
hipotesis adalah jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian yang
belum merupakan jawaban empirik yang ada.
Berdasarkan permasalahan dan teori yang dikumpulkan maka hipotesis
yang peneliti ajukan adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan media LKA sesuai di terapkan untuk kelompok A PAUD
Pelangi, Kelurahan Karyamulya, kecamatan Kesambi, Kota Cirebon.
Penggunaan media LKA Tematik efektif di terapkan untuk kelompok A PAUD
Persil, Kelurahan Karyamulya, kecamatan Kesambi,Kota Cirebon.