Anda di halaman 1dari 24

BAB II

KAJIAN TEORETIK
A. Hakikat Perkembangan
1. Konsep perkembangan
Konsep dasar yang dimaksud sebagai perubahan-perubahan yang
dialami oleh individu atau organsme menuju tingkat kedewasaanya yang
berlangsung secara sistematik (Lefrancois, 1975:197) progresif
(Witherington, 1952:57) dan berkesinambungan (Hurlock, 1956:7), baik
mengenal fisik maupun psikisnya. Terdapat beberapa istilah yang bertalian
dan sering diasosiasikan dengan konsep perkembangan tersebut, antara
lain pertumbuhan (growth), kematangan atau masa peka (Maturation) dan
belajar atau pendidikan serta latihan.
Dengan istilah pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan
alamaiah secara kuantitataif pada segi jasmanaiayah atau fisik (Lefrancois,
1975:180) atau menunjukan kepada suatu fungsi tertentu yang baru dari
organisme atau individu, baik fisik maupun psikis (termasuk pola-pola
prilaku yang perilaku dan sifat-sifat kepribadian ), dalam arti yang luas
(Witherington 1952 :87-88) &Hurlock 1956).
Lefrancois (1975:180) berpendapat bahwa konsep perkembangan
mempunyai makna yang luas, mencakup segi-segi kuantitatif dan kualitatif
serta aspek-aspek fisik psikis seperti yang terkandung dalam istilah
pertumbuhan, kematangan dan belajar atau pendidikan serta latihan (Ali
Muhamad, 2008).
Perkembangan anak usia dini sangatlah penting bagi periode
perkembangan berikutnya, karena pada usia dini semua aspek
perkembangan anak mulai terbentuk dan cenderung menetap. Hurlock
(2004) menyatakan, perkembangan awal di masa kanak-kanak lebih kritis
dibandingkan dengan perkembangan berikutnya. Hal ini disebabkan
karena perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan,
artinya perkembangan suatu tahap akan berpengaruh pada perkembangan
tahap berikutnya dan pola kepribadian anak berkembang relatif tetap.
Slavin (1994) juga menyatakan, perkembangan anak usia dini berlangsung
paling cepat dalam semua siklus kehidupan manusia, dan paling
menentukan terhadap perkembangan anak berikutnya(Utsman, 2013).
2. Tahapan perkembangan
Tahapan tahapan perkembangan intelek/kognitif (pikiran)
a. Tahapan sensor motorik
Tahap ini Dialami anak usia 0-2 tahun. Pada tahap ini interaksi
anak dengan orangtuanya terutama dilakukan melalui perasaan dan
otot-ototnya. Dan ditandai dengan karakter yang menonjol, Contoh
karakter: tindakan bersifat naluri, aktifitas berdasarkan pada
pengalaman indra, dan individu mampu melihat dan meresapi
pengalaman tetapi belum mampu mengategorikan.
b. Tahap pra oprasional
Tahap ini berlangsung pada 2-7 tahun. Tahapan ini juga disebut
tahapan intuisi. Karna perkembanagn kognitifnya memperlihatkan
kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif, artinya semua
perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran, tapi oleh unsur
perasaan yang cenderung alami. Contoh karakter: cara berfikir
imajinatif, bahasa yang bersifat egosentris, rasa ingin tahu yang tinggi,
dan bahasa perkembangan pesat (Dasmita, 2013).
Menurut Papalia Dkk. (2008), depalan priode perkembangan
individu, yaitu; (1). Priode pra lahir. (2). Priode bayi dan batita atau
bawah tiga tahun (dari lahir hingga tiga tahun). (3). Masa kanak-kanak
awl(3-6 tahun). (4). Masa kanak-kanak akhir (6-11 tahun). (5). Masa
remaja (11-20 tahun). (6). Masa dewasa awal (20-40 tahun). (7). Masa
dewasa tengah (40-65 tahun). (8). Masa dewasa akhir (65 tahun dan
selanjutnya). (Soetjiningsih, 2012)
Bardasarkan beberapa pendapat yang telah di paparkan diatas,
maka dapat disimpulkan: adanya 1). pralahir,2). masa bayi dimana
masa ini jatuh pada tahun 0-2 taun batita dan balita,3). masa anak
masa ini dibagi dua yaitu; masa anak awal (2-6 tahun), masa anak
akhir (6-12 tahun),4). masa remaja dibagi menjadi masa remaja awal
(12-15 tahun), masa remaja tengah (15-18 tahun), masa remaja akhir
(18-21 tahun), 5). Masa dewasa dapat dibagi menjadi 3 bagian, masa
dewasa awal (21-40 tahun), masa dwasa madya (40-65 tahun), dan
masa dewasa akhir/usia lanjut (65 tahun keatas).
3. Tugas-tugas perkembangan
Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul dalam
suatu priode tertentu dalam kehidupan individu. Pada setiap masa
perkembangan individu, ada berbagai tugas perkembangan yang harus
dikuasai, adapun tugas perkembangan masa kanak-kanak menurut Carolyn
Triyon dan J. W. Lilenthal (Hildebrand, 1986:45)adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan menjadi pribadi yang mandiri. Anak berkembang
untuk menjadi yang bertanggung jawab dapat mematuhi praturan
sendiri sesuai dengan tingkat perkembangan.
b. Belajar memberi, membagi, dan proleh kasih sayang. Anak diajarkan
untuk hidup sosial dalam lingkungan yang lebih luas bukan hanya
dalam keluarga saja.
c. Belajar bergaul dengan anak lain. Anak dapat berinteraksi langsung
dengan anak lain selain dalam lingkungan keluarga.
d. Mengembangkan pengembangan diri. Pada masa ini anak belajar
untuk bertingkah laku sesuai dengan tuntutan lingkungan. Anak
belajar untuk mengendalikan diri dalam bergaul dengan orang lain.
e. Belajar bermacam-macam peran dalam masyaraka. Anak perlu
diberitahu bahwa dalam masyarakat banyak berbagai macam
pekerjaan.
f. Belajar untuk megenal tubuh masing-masing. Anak perlu mengetahui
berbagai anggota tubuh, apa fungsi dan bagai mana kegunaanya.
g. Belajar menguasai keterampilan motorik halus dan kasar. Anak
belajar mengkordinasikan otot-otot dalam tubuhnya baik kordinasi
otot kasarmaupun otot halus.
h. Belajar mengenal lingkungan fisik dan menggendalikan. Anak
mengenal benda-benda yang ada di ligkunganya, dan fungsi benda
tersebut.
i. Belajar mengasai kata-kata baru untuk memahamiorang lain. Anak
mengenal lingkunganya untuk mengathui kosakata baru dalam
lingkungan tersebut,
j. Mengembangkan perasaan positif dalam hubungan dengan
lingkungan. Anak mengembangkan rasa kasih sayang terhadap apa
yang ada dalam lingkungan.
4. Prinsip-prinsip perkembangan
a. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (Never
Ending Process)
Indipidu secara terus menerus berkembang atau berubah yang
dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepenjang atau hidupnya.
Perkembangan, baik fisik maupun psikis berlangsung secara terus
menerus sejak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa
tua.
b. Semua aspek pekembangan saling mempengaruhi
Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, intelektual,
emosi, sosial, maupun moral spiritual, satu sama lainya saling
mempengaruhi. Pada umumnya terdapat hubungan atau korelasi yang
fositip pada aspek-aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam
pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan),
amak dia akan megalami kemandegan dalam perkembangan aspek
lainya, seperti: kecerdasan dan emosinya. Begitu pula, apabila
perkebnagn spiritualnya kegamaan anak kurang baik, maka anak akan
berkembang menjadi seorang yang berkarakter atau kepribadian yang
tidak baik.
c. Perkembanagn mengikuti pola atau arah tertentu
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola asuh atau
arah tertentu. Setiap tahap perkembangan merupakan hasil
perkembangan tahap selanjutnya, dan merupakan prasyarat bagi
perkembanagn selanjutnya. Menurut Yelon dan Weinstein (1977)
pola perkembangan sebagai berikut: Cephalocaudal, perkembangan
itu dimulai dari kepala ke kaki. Proximodistal, perkembangan itu
dimuali dari tengah. Struktur mendahului fungsi, yang berarti bahwa
anggota tubuh individu akan berfungsi setelah matang strukturnya.
Perkembangan itu teridentifikasi yang berarti bahwa
perkembangan fisik maupun psikis berlangsung dari umum kehusus.
Perkembangan berlangsung dari kongkret ke abstrak, yang berati
bahwa perkembangan itu terproses dari kemmpuan berpikir kongkret
menuju kebstrak. Perkembangan berlangsung dari egosentrisme ke
perspektivisme, yang berati bahwapada mulanya seorang anak hanya
mementingkan keinginannya, kebutuhan dirinya sendiri. Melalui
pengalamanya bergaul dengan orang lain (khusunya teman sebaya),
sikap egosentris itu secara perlahan-lahan berubah jadi perspektivis
(anak sudah memperhatikan kepentngan orang lain).
d. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan. Perkembangan
fisik dan psikis mencapai kematangan terjadi pada wktu dan tempo
yang berbeda (ada yang cepat dan ada yang lambat).
e. Setiap pase perkembangan mempunyai ciri khas. 1). Sampai usia 2
tahun anak memusatkan perhatian untuk menguasai gerak-gerik fisik
dan belajar berbicara. 2). Pada usia 3-6 tahun perkembnagan
dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan
orang lain). (Rita Eka Izzaty, 2008).
Adapun prinsip perkembangan menurut Soetjiningsih dalam bukunya
Perkembangan anak. Prinsip-prinsip perkembangan:
1) Perkembangan mencakup proses - proses biologis (Biological
Process), Kogitif (Cognitive Process), dan Sosioemosional
(Socioemotional Process).
2) Tahun-tahun permulaan (perkembangan awal) merupakan masa kritis.
3) Perkembangan individu bersifat holistik.
4) Perkembangan memiliki pola tertentu yang dapat di prediksi.
5) Perkembangan dibantu oleh stimulasi (rangsangan).
6) Perkembangan merupakan hasil kematangan/kemasakan (naturation)
dan belajar.
7) Dalam perbedaan individual (Individual Differences) dan
perkembangan.
8) Perkembangan di pengaruhi oleh budaya.
9) Setiap tahap-tahap perkembangan memiliki tugas-tugas
perkembangan (Soetjiningsih, 2012).
B. Perkembangan Fisik Motorik
1. Definisi fisik motorik
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu
proses perkembangan dan pertumbuhan yang pesat.(Basri, 2003).
Perkembangan fisik motorik anak adalah tahapan yang sangat penting bagi
perkembangan anak usia dini. Dimana perkembangan ini akan
berpengaruh bagi anak untuk menuis menggenggam dan lain sebagainya.
Setiap anak membutuhkan rangsangan dari para guru untuk
mengembangkan kemampuan motorik halus. Semakin banyak yang
dilihat, didengar, serta yang dialami oleh mereka dari pembelajaran
motorik di sekolah, semakin banyak pula yang ingin diketahui oleh
mereka. Apabila anak kurang mendapatkan rangsangan di sekolah, maka
anak akan merasa bosan, sehingga perkembangan motoriknya terganggu.
Motorik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan gerakan-
gerakan tubuh. Secara umum, kemampuan motorik terbagi menjadi dua
macam, yaitu ketrampilan motorik kasar atau gross motor skills dan
ketrampilan motorik halus atau fine motor skills.
Perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur
kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Dalam proses perkembangan
anak, motorik kasar berkembang terlebih dahulu dibandingkan motorik
halus. Hal ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa anak sudah dapat
menggunakan otot-otot kakinya untuk berjalan sebelum ia mampu
mengontrol tangan dan jari-jarinya untuk menggambar atau menggunting.
Perkembangan Gerakan Motorik Halus anak taman kanak-kanak
ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan
dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan
menggunakan jari tangan. (Marliza, 2012)
Aktivitas sehari-hari, baik yang bersifat sederhana maupun yang
kompleks, selalu berkaitan dengan gerak. Kegiatan seperti mengerjapkan
mata, berjalan, berlari, menuang air, menyusun kepingan puzzle
merupakan aktivitas yang berhubungan dengan gerak. Istilah gerak
(movement) dalam bahasa Indonesia terkadang digabungkan dengan kata
motorik (motor) sehingga terkadang muncul kata-kata “gerakan motorik”.
Gallahue (1997: 17-18) menyatakan bahwa istilah motorik (motor)
itu sendiri sebenarnya merujuk pada faktor biologis dan mekanis yang
mempengaruhi gerak (movement). Sementara istilah gerak (movement)
merujuk pada perubahan aktual yang terjadi pada bagian tubuh yang dapat
diamati. Dengan demikian, motorik merupakan kemampuan yang bersifat
lahiriah yang dimiliki seseorang untuk mengubah beragam posisi tubuh.
Perubahan yang terjadi pada anak, ketika mereka bertambah tinggi,
sistem syaraf yang semakin kompleks, pertumbuhan tulang dan otot pada
intinya mengacu pada perkembangan motorik. Menurut Meggitt (2002: 2),
istilah perkembangan motorik merujuk pada makna perkembangan fisik.
Perkembangan fisik memiliki arti bahwa anak telah mencapai sejumlah
kemampuan dalam mengontrol diri mereka sendiri. Dodge (2002: 20)
menyatakan bahwa pencapaian kemampuan motorik kasar dan motorik
halus pada anak usia prasekolah merupakan tujuan dari pengembangan
fisik anak.
Meningkatkan kemampuan motorik anak saat mereka di usia AUD
membuat aktifitas fisik atau motorik mereka juga semakin banyak. Tak
heran jika anak-anak Usia Dini gemar sekali bermain tanpa mengenal
lelah. Segala kegiatan anak selalu dilakukan dengan bermain. Bermain
akan meningkatkan aktifitas anak. Maxim ( 1993 ) menyatakan bahwa
aktivitas fisik akan meningkatkan pula rasa keingintahuan anak dan
membuat anak-anak akan memperhatikan benda-benda untuk dapat
menangkapnya, mencoba melemparkannya atau menjatuhkannya,
mengambil, menggosok-gosok, dan meletakan kembali benda-benda
kedalam tempatnya.(Susilowati, 2014)
2. Tahapan fisik motorik
Pencapaian perkembangan fisik motorik anak usia dini ini
mencakup kemampuan untuk: melakukan gerakan jari tangan untuk
kelenturan; melakukan gerakan jari tangan untuk kekuatan otot;
melakukan gerakan jari tangan untuk koordinasi; menggerakkan
lengannya untuk kelenturan, kekuatan, dan koordinasi otot; menggerakkan
badan dan kaki untuk keseimbangan; dan menggerakkan badan dan kaki
melatih kekuatan otot kasar (Barnet , 2009; Brewer, 2007; BSNP, 2009;
Coughlin, 1997; Fisher, 2005; Gallahue, 1994; Hardy, et al., 2009;
Wortham, 2006; Zgourides, 2000) (Utsman, 2013).
3. Prinsip perkembangan fisik motorik
Dalam mengembangkan motorik halus anak usia dini yang berusia
5-6 tahun secara optimal, perlu diperhatikan prinsip-prinsip perkembangan
sebagai berikut:
a. Memberikan kebebasan berekpresi kepada peserta didik di PAUD/TK.
Ekpresi adalah proses pengumpulan perasaan dan jiwa secara jujur dan
langsung dari dalam diri anak di TK/PAUD, oleh karna itu perlu di
pupuk dan dikembangkan.
b. Melakukan pengaturan waktu, tempat dan media (alat dan bahan) agar
dapat merangsang peserta didik di TK untuk kreatif. Untuk mendukung
peserta didik di PAUD/TK dalam merangsang kreativitasnya dan perlu
dialokasikan tempat, waktu dan media yang cukup.
c. Memberi bimbingan kepada peserta didik di PAUD/TK untuk
menemukan teknik atau cara yang baik dalam melakukan kegiatan
dengan berbegai media.
d. Menumbuhkan keberanian dan menghindari petunjuk yang dapat
meruksak keberanian serta perkembangan peserta didik di PAUD/TK.
Agar anak bisa termotivasi dengan kata-kata yang positif sehingga anak
didik termotivasi untuk terus mengembangkan kemampuan mereka.
e. Memberikan rasa gembira dan menciptakan suasana yang
menyenangkan pada anak di PAUD/TK. Jadi perlu memberikan
kenyamanan psikologis kepada anak dalam berkarya dengan motorik
halusnya.
f. Melakukan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan.
Dalam mengembangkan motorik halus, orang dewasa perlu
memberikan perhatian yang memedai kepada anak, hususnya sebgai
peserta didik di PAUD/TK. Hal ini untuk mendorong peserta didik di
PAUD/TK dan sekaligus menghindari terjadinyahal-hal yang tidak
diinginkan seperti memperoleh alat berkarya.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi fisik motorik
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status
kesehatan, dan perlakuan gerak yang sesuai dengan masa
perkembangannya. Jadi secara tidak langsung, perkembangan akan terjadi
pada struktur tubuh individu yang berubah secara proporsionalseiring
denganbertambahnya usia seseorang. Berikut beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan fisik motorik anak, yaitu:
a. Status gizi dapat berpengaruh terhadap perkembangan fisik motorik
anak. Apabila seorang anak mengalami kekurangan gizi akan
menghambat laju perkembangan yang dialami individu, akibatnya
proporsi struktur tubuh menjadi tidak sesuai dengan usianya, itu
semua akan berdampak pada perkembangan aspek lainnya.Kebutuhan
stimulasi atau rangsangan. Ternyata stimulasi sangat penting dalam
peningkatan kecerdasan anak untuk memperkenalkan suatu
pengetahuan ataupun keterampilan baru.
b. Salah satu bentuk kecerdasan yang harus dikembangkan ialah
stimulasi motorik, karena perkembangan motorik anak usia balita
sangat pesat perkembangannya, terutama pada motorik halus. Apabila
anak tidak pernah dirangsang untuk melakukan gerakan yang
berhubungan dengan motorik halus, maka otot-otot kecilnya akan
merasa kaku karena tidak pernah dirangsang atau di stimulasi
(Lindawati, 2013).
Dapat dipahami pengertian diatas bahwa perbedaan status gizi balita
sangat mempengaruhi perkembangan anak, dimana jika asupan gizi tidak
dipenuhi dengan baik maka perkembangan anak akan terhambat dan
berdampak pada perkembangan yang lainnya seperti, kognitif, bahasa dan
kreativitasnya dibandingkan dengan anak yang memiliki status gizi yang
dipenuhi secara baik.
Stimulasi pun sama pentingnya untung peningkatan perkembangan
anak,Apabila pada usia tertentu anak belum bisa melakukan motorik halus,
maka anak telah mengalami keterlambatan. Oleh sebab itu stimulasi
motorik harus dikembangkan karena anak yang mendapat stimulasi terarah
dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
tidak/kurang mendapatkan stimulasi.

5. Jenis-jenis perkembangan fisk motorik


Terdapat beberapa jenis perkembangan motorik anak usia dini,
jenis-jenis gerakan motorik adalah : (1) gerakan reflek; (2) gerakan
terprogram; (3) gerakan motorik halus (menulis, merangkai, melukis,
berjinjit); (4) gerakan motorik kasar (berjalan, merangkak, memukul,
mengayunkan tangan). Hal yang dapat di pelajari adalah, gerakan tangan
seperti jenis genggaman, gerakan menjepit.
C. Konsep Perkembangan Motorik Halus
1. Definisi motorik halus
Motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian –bagain
tubuh tertetu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil seperti keterampilan
jari-jemari tangan dan pergerakan tangan yang tepat (Adi, 2013). Contoh
gerakan motorik halus adalah gerakan mengambil sebuah benda dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan, menggunting, menyetir mobil,
menulis, menjahit, menggambar dan sebagainya. Menurut Januar
(1999:54) perkembangan motorik adalah “pengendalian proses fungsi
organ tubuh yang menyebabkan terjadinya gerakan. perkembangan
motorik dapat mempengaruhi kemampuan seorang dalam masa
pertumbuhan untuk bergerak”. (Sartika, 2013)
Motorik halus ialah kemampuan anak dalam menunjukkan dan
menguasai gerakan-gerakan otot indah dalam bentuk koordinasi,
ketangkasan dan kecekatan dalam menggunakan tangan dan jari jemari.
Untuk meningkatkan motorik halus dapat dilakukan dengan stimulasi yang
terarah dan terpadu diantaranya dengan penggunaan media kolase
(Hadiati, 2014).
Sumantri menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian
penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang
sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan,
keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alai-alai untuk
mengerjakan suatu objek. Dari pendapat di atas jelaslah bahwa motorik
halus merupakan gerakan-gerakan halus seperti jari-jari tangan yang
mengerjakan sesuatu seperti melipat-lipat kertas dan lainnya sehingga
perkembangan motorik halus anak dapat terlihat sesuai dengan
kematangan otot-otot dan sarafnya.
Berdasarkan kutipan-kutiapan diatas , maka pengertian motorik
halus adalah pengorganisasian penggunaan otot- otot kecilseperti jari-
jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan korninasi tangan
dan mata.
Indikator perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun, yaitu:
a. Anak mampu membuat garis vertikal, horizontal, lengkung
kiri/kanan dan lingkaran.
b. Anak mampu menjiplak bentuk.
c. Anak mampu mengordinasikan mata dan tangan melakukan gerakan
yang rumit.
d. Anak mampu melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan
suatu bentuk benda dengan menggunakan berbagai media.
e. Anak mampu mengekspresikan diri dengan berkarya seni
menggunakan berbagai media.
Dalam perkembangan motorik, unsur-unsur yang menentukan ialah
:(1) Otot; (2) Syaraf;dan (3) Otak. Ketiga unsur itu meaksanakan masing-
masing peranya secara “interaksi positif”, artinya unsur satu dan lain saling
berkaita, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsuryang lainya
untuk mencapai kondisi motoris yang lebih sempurna keadaanya. Selain
mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesempurnaan otot juga turut
menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami
gangguan tampak kurang terampil.
Dapat disimpulkan bahwa motorik adalah semua gerakan yang
memungkinkan dapat dilakukan oleh seluruh tubuh, sedangkan
perkembangan motorik adalah perkembangan unsur kematangan dan
pengendalian gerak tubuh. Keterampilan motorik berkembang sejalan
dengan kematangan syaraf dan otot. Secara langsung, pertumbuhan fisik
anak akan menentukan keterampilannya dalam bergerak, sedangkan
secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan kemampuan fisik/
motorik anak akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri
dan orang lain. Sedangkan meningkatkan keterampilan motorik anak akan
meningkat pula aspek fisiologis, kemampuan sosial emosional dan
kognitif anak.
2. Tahapan pekembangan motorik halus
Perkembangan motorik halus adalah proses tumbuh kembang
kemampuan gerak seorang anak yang sejalan, dengan kematangan saraf
dan otot anak, sehingga gerakan sesederhana apapun adalah merupakan
hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam
tubuh yang dikontrol oleh otak (Hadiati, 2014). Anak di usia 1 tahun,
seluruh kemampuan dan keterampilan kinestetiknya sudah terbentuk.
Untuk itu, perlu diberikan pengembangan stimulasi dengan penambahan
pada bentuk, media, tingkat kesulitan, dan lainnya.
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa
pengaruh perkembangan motorik halus terhadap perkembangan individu
menurut Hurlock adalah sebagai berikut:
a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan
memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan
memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan
menangkap bola atau memainkan alai-alai mainan.
b. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak
berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi
yang independen. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat
lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan
menunjang perkembangan rasa percaya diri.
c. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-
kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis,
menggambar, meluk-is, dan baris berbaris.
d. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak
dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang
tidak normla akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan
teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menajdi anak yang
terpinggirkan.
3. Fungsi pekembangan motorik halus
Fungsi motorik tentunya sangat jelas untuk anak. Menurut Elizabeth
B. Hurlock mencatat bebrapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik
halus bagi konsentrasi perkmbangan individu, yaitu :
a. Memlalui ketempilan motorik anak dapat menghibur dirinya dan
memperoleh perasaan senang, seperti anakmerasa senang dengan
memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan
menangkap bola, atau meminkan alalt-alat mainan lainya.
b. Memlaui keterampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi tidak
berbahaya,pada bulan-bulan pertama kehidupanya, ke kondisi yang
bebas dan tidak bergantng anak dapat bergerak dari suatu tempat
ketempat lainnya dan dapat berbuat sendiri pada dirinya, kondisi ini
akan dapat menunjuk perkembangan rasa percaya diri.
c. melalui keterampilan motorik anak dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekolah , pada usia pra sekolah (taman kanak—kanak )
atau usia kelas awal sekolah dasar, anak sudah dapat dilatih
menggambar, melukis, baris-berbaris, dan persiapan menulis.
4. Tahap perkembangan motorik halus
Tahapan motorik halus ini ada beberapa prinsip utama
perkembangan anak usia dini. Menurut Malina & Bouchard (1991), yaitu:
Kematangan syaraf, Urutan, Motovasi, Pengalaman, dan Praktik.
Tahapan perkembangan motorik dalam buku Balita dan masalah
perkembangannya secara umum ada tiga tahapan perkembanagn
keterampilan motorik anak usia dini, yaitu:
a. Tahapan Kognitif
Pada tahapan kognitif, anak berusaha memehami keterampilan
motorik serta apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan sesuatu
gerakan tertentu. Pada tahapan ini dengan kesadaran mentalnya anak
berusaha mengembangan strategi tertentu untuk mengingat gerakan
serupa yang pernah dilakukan pada masa yang lalu.
b. Tahapan Asositif
Pada tahap asosiatif, anak banyak bejar dengan cara coba-coba
kemudian meralat (trial and error) olahan pada penampilan atau
gerakan akan dikoreksi agar tidak melakukan kesalahan kembali di
masa mendatang. Tahapan ini adalah perubahan strategi dari tahapan
sebelumnya yaitu dari apa yang harus dilakukan menjadi bagaimana
melakukanya.
c. Tahapan Autonomous
Pada tahapan auntonomous, gerakan yang ditampilkan anak
merupakan respon yang lebih efesien dengan sedikit kesalahan. Anak
sudah menampilkan gerakan secara otomatis. Pada anak-anak tertentu
latihan tidak selalu dapat membantu memperbaiki kemmpuan
motoriknya. Sebab ada anak yang memiliki masalah pada susunan
syarafnya sehingga menghambatnya melakukan kemampuan motorik
tertentu. (Komang, 2014)
5. Stimulasi perkembangan motorik halus
Dalam meningkatkan motorik halus anak agar dapat berkembang
dengan baik dan sempurna perlu dilakukan stimulasi yang terarah dan
terpadu. Salah satu stimulasi yang tepat diantaranya dengan penggunaan
media dalam pembelajaran. Media pembelajaran dapat dilakukan melalui
media apa saja, baik media massa seperti majalah, buku, surat kabar, atau
juga lewat media elektronika seperti radio, televisi, internet, dan yang
lainnya. Media sebagai salah satu komponen dari pengajaran yang sangat
berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Dengan adanya media yang
mendukung dalam proses pembelajaran, akan mampu meningkatkan
kualitas hasil belajar siswa. Oleh karena itu, salah satu media yang dapat
digunakan untuk mengembangkan motorik halus anak ialah penggunaan
media LKA/ Lembar Kerja Anak.
Pada rentang usia anak usia dini ada 3 cara yang ditempuh anak usia
dini dalam mengembangkan keterampilan motorik halus anak, yakni
melalui cara meniru, mencoba dan melakukan latihan. Cara pertama
meniru adalah cara atau metode yang paling awal dilakukan anak usia dini,
karena cara ini adalah cara yang baik dan mudah dilakukan anak usia dini
untuk mengembangkan keterampilan motorik halusnya.
Cara kedua mencoba sendiri tanpa bimbingan, hal ini sering
dilakukan anak usia dini karena kekuatan dari rasa ingin tahu anak yang
kuat. Kelemahan pada cara ini, karena tidak adanya bimbingan, maka akan
terjadi rendahnya pemahaman konsep aturan yang diperoleh anak. Cara
Ketiga melakukan latihan dengan bimbingan, melalui cara ini banyak hal
positif yang terbentuk, salah satunya adalah anak akan mendapatkan
konsep yang tepat dan benar, selain itu, guru atau orangtua dapat
memantau perkembangan keterampilan motorik halus anak. Mengacu
pada cara ketiga di atas, sebagai dasar upaya pengembangan motorik halus
anak pada kegiatan belajar mengajar yakni, melalui aktivitas melipat
kertas lipat. (Komang, 2014)
D. Kosep Media Pembelajaran
1. Konsep media pembelajaran anak usia dini
a. Jenis media pembelajaran
Anderson (1976) mengelompokkan media pembelajaran
menjadi 10 golongan sebagai berikut. Contoh: 1) Audio Kaset, , CD,
telepon. 2) Cetak Buku pelajaran, modul, brosur, koran, foto/
gambar. 3) Audio-cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis.
4) Proyeksi visual diam Overhead transparansi (OHT). 5) Proyeksi
audio visual Film bingkai (slide) bersuara. 6) Visual gerak Film bisu,
animasi. 7) Audio visual gerak Film gerak bersuara, video/VCD,
televisi. 8) Objek fisik Benda nyata, model, spesimen. 9) Manusia
dan lingkungan Guru, pustakawan, laboran. 10) Komputer CAI,
CBI. Media adalah suatu pembelajaran yang digunakan dalam
rangka lebih mengekfetifkan komunikasi dan interaksi antara guru
dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah
(Hamalik 1980:23). (Purnamasari, 2017)
Rebert Heinich (1996) menyebutkan macam-macam media
yang digunakan dalam proses pembelajaran sebagai berikut: 1.
Media non proyeksi seperti foto, diagram, disply, dan model. 2.
Media proyeksi seperti slide, overhead transparency (OHT),
proyeksi komputer. 3. Media audio seperti kaset dan compact disc
(CD). 4. Media bergerak seperti video dan film. 5. Pembelajaran
yang dimediasi komputer. 6. Multimedia dan hypermedia berbasis
komputer. 7. Media seperti radio dan televise yang digunakan untuk
pembelajaran jarak jauh (Robert Heinich at. al., 1996: 8)
b. Prinsip media pembelajaran
Suatu media akan dapat berfungsi dengan baik manakala
digunakan dengan baik dan benar. Selain itu sanga dipengaruhi pula
dalam pemilihan media yang tepat. Apalagi untuk pembelajaran
pendidikan anak usia dini, sehingga diperlukan media khusus yang
mengacu pada karateristik anak. Sebab bila media tidak digunakan
dengan benar dan terjadi kesalahan dalam pemilihan media, pesan-
pesan yang diberikan tidak akan tersampaikan kepada anak secara
optimal.
Terkait dengan hal ini, ada beberapa prinsif dalam penggunaan
media pembelajaran yang perlu diperhatikan, diantaranya sebagai
berikut:
Pertama; Tidak ada suatu media yang terbaik untuk mencapai
semua tujuan pembelajaran. Kedua;Penggunaan media harus
didasarkan pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dengan
demikian pemanfaatan media harus menjadi bagian integral dari
penyajian pelajaran. Ketiga; Penggunaan media harus
mempertimbangkan kecocokan ciri media dengan karakteristik
materi pelajaran yang disajikan. Keempat; Penggunaan media harus
disesuaikan dengan bentuk kegiatan belajar yang akan dilaksanakan
seperti belajar klasikal, kelompok kecil, belajar secara individual
dan belajar mandiri.
Kelima; Guru hendaknya kenal betul dengan alat yang akan
digunakan. Penggunaan media harus disertai persiapan yang cukup
seperti mempreview media yang akan dipakai, mempersiapkan
peralatan yang dibutuhkan. Keenam; Penggunaan media harus
diusahakan agar senantiasa melibatkan partisipasi aktif peserta.
Ketujuh; Media yang digunakan hendaknya dipilih secara objektif,
tidak didasarkan atas kesenangan pribadi. Kedelapan; Aneka ragam
media. Kesembilan; Kepraktisan dan ketersediaan media.
c. Fungsi media pembelajaran
Media pembelajaran memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
pertama; Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan
pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap
peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang
menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku,
kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat
mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin
dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang
dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata,
miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat
disajikan secara audio visual dan auditif.
Kedua; Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang
kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di
dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang
disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil;
(c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak
terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang
bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko
tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek
itu dapat disajikan kepada peserta didik.
Ketiga; Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi
langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
Keempat;Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Keliama;
Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan
realistis. Keenam; Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
Ketujuh;Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak
untuk belajar. Kedelapan;Media memberikan pengalaman yang
integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak.
2. Definisi LKA
Lembar Kerja Anak (LKA) ini telah umum digunakan dalam
dunia pendidikan, dari pendidikan tingkat TK/RA/PAUD sampai
tingkat SMA. Lembar kerja anak dalam dunia pendidikan anak usia dini
khususnya sebutan LKA sering jga disebut dengan bahasa LKS (Lembar
kerja Siswa).
Media pembelajaran memiliki bermacam-macam bentuk
dan fungsinya, LKS atau Lembar Kerja Siswa merupakan salah
satu media cetak yang digunakan sebagai pedoman di dalam
pembelajaran serta berisi tugas yang harus dikerjakan oleh
peserta didik, dalam kajian tertentu. Kebanyakan LKS yang
memindai sebuah jawaban dari materi yang terurai pada awal
halaman. (Purnamasari, 2017)
E. Penelitian Relevan
Pertama, hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Supatun, Penerapan
Aktivitas Melipat Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak
Kelompok A Di Tk Mustika Rini Surabaya dengan menggunakan penelitian
tidakan kelas (PTK). Adapun hasil penelitain tersebut menunjukan bahwa
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa dengan penerapan aktivitas melipat pada anak usia dini
dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia dini. Selain itu
pembelajaran melipat dapat meningkatkan keterampilan motorik halus juga
mampu mengasah kemampuan yang lain.
Kedua, hasil penelitian oleh Susi Iriyani, Prodi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Surabaya dalam jurnal yang berjudul, Meningkatkan Kemampuan Motorik
Halus Anak Melalui Kegiatan Menggunting Dengan Menggunakan Bahan
Bekas Pada Kelompok B Tk Widya Merti Surabaya. Adapun hasil penelitian
tersebut Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengamatan, dapat disimpulkan
bahwa, Program pembelajaran yang dilakukan telah berjalan dengan lancar
meskipun ditemukan adanya beberapa hambatan dalam pelaksanaan perbaikan
pada tiap siklusnya. Pada siklus 1 hambatan ditemukan berasal dari
penyampaian materi tentang cara – cara menggunting yang disampaikan guru
masih kurang jelas serta cara memotivasi anak dalam belajar menggunting
masih belum muncul. Sehingga anak kurang tertarik dalam mengikuti
pembelajaran yang berdampak pada keterbatasan anak dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan guru. Selanjutnya guru melakukan perbaikan pada siklus
II dengan menindak lanjuti dari hasil evaluasi siklus 1 yang terletak pada anak
yang membutuhkan motivasi dan bimbingan untuk melatih konsentrasi sangat
diperlukan waktu yang cukup lama dalam menyeleaikan tugasnya.
Setelah mempelajari evaluasi yang terdapat pada siklus 1 maka guru
melakukan perbaikan pada siklus 2 dan diperoleh hasil yang memuaskan
dengan mendapatkan perhatian dan keterlibatan anak dengan baik. Dari
perbaikan tiap siklusnya guru menemukan adanya anak yang belum dapat
menyelesaikan tugas dengan baik sesuai dengan intruksi yang diberikan guru,
karena faktor yang berasal dari dalam diri individu yaitu faktor usia yang belum
matang dan kurangnya kesempatan yang diberikan oleh lingkungan untuk
mencoba.
Ketiga, hasil penelitian oleh Freni Andrimeda dalam artikel yang berjudul
Pengaruh Kegiatan Seni Finger Painting Terhadap Perkembangan
Keterampilan Motorik Halus Anak Kelompok B Di Tk Pembangunan Dsn.
Lawan Ds. Kedungwangi Kec. Sambeng Kab. Lamongan. Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan, maka pada sub bab ini dapat disampaikan simpulan
yang menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, simpulan tersebut
adalah :Penerapan kegiatan seni finger painting ini memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap keterampilan motorik halus anak usia 5-6 tahun di
kelompok B TK Pembangunan Dsn. Lawan Ds. Kedungwangi Kec. Sambeng
Kab. Lamongan. Hal tersebut berdasarkan analisis data yang telah dilakukan
dengan menggunakan uji tanda berjenjang Wilcoxon diperoleh nilai Z sebesar
-4,084 dengan nilai p(sig.) = 0.000 dimana lebih kecil dari 0.05 (0,000 < 0,05)
maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian
hipotesis penelitian yang berbunyi “kegiatan seni finger painting memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan motorik halus anak usia 5-6
tahun di Kelompok B TK Pembangunan Dsn. Lawan ds. Kedungwangi Kec.
Sambeng Kab. Lamongan” telah terbukti. A.
Keempat, hasil penelitian oleh Yuliana Sartika, dalam jurnalnya yang
berjudul ”Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Meremas
Adonan Pada Anak Tunagrahita Ringan” yang dilakukan di TK B di SLB
YPPA Padang. Adapun hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa hasil
penelitian yang telah dilaksanakan di SLB YPPA Padang dapat disimpulkan
bahwa meremas adonan dapat meningkatkan motorik halus anak tunagrahita
ringan X secara lebih baik dan jelas, meremas adonan ini dikenalkan dengan
cara memperlihatkan berbagai macam bentuk adonan yang dapat
meningkatkan kemampuan berfikir dan kreatifitas anak serta dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus anak dan juga dapat mengajak anak
mengenal berbagai bentuk adonan sambil belajar sehinnga anak tidak monoton
dan bosan. Banyaknya pengamatan dalam kondisi Baseline (A) sebanyak lima
kali pengamatan pada kondisi Intervensi (B) sebanyak delapan kali
pengamatan.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut hasilnya menunjukan bahwa pada
kondisi Baseline menunjukan mendatar dan pada kondisi Intervensi anak
dalam motorik halus melalui meremas adonan meningkat. menampakan
kecenderungan yang bervariasi menaik kearah positif. Hal ini digambarkan
bahwa meremas adona dapat meningkatkan motorik halus anak tunagrahita
ringan X di SLB YPPA Padang.
Kelima, hasil penelitian oleh Satria Fajar Ramadan, prodi Pendidikan Seni
Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negri Surabaya dalam jurnal yang
berjudul, Mengembangkan Lembar Media Lembar Kerja Siswa (LKS)
Edukatif untuk Siswa Kelas-B TK Negri Pembina Prigen. Adapun hasil
penelitian tersebut berdasarkan hasil yang diproleh oleh pengamatan, dapat
disimpulkan bahwa Media LKS edukatif layak digunakan dalam proses
pembelajaran, hal ini sesuai dengan hasil penelitian seperti validasi media yang
mencapai prosentase 90% sesuai dengan materi dan penyajian media dengan
prosentase 86%, untuk hasil uji coba bisa dinilai dari hasil rekapitulasi aktifitas
guru dengan pencapaian nilai rata-rata 87%, serta hasil rekapitulasi aktifitas
siswa berkualitas “sangat baik” dengan presentase 90%. Hasil respon siswa
terhadap media juga mendapatkan nilai prosentase yang baik dengan rincian
siswa menyimak dengan tenang sebanyak 86%, siswa, antusias menjawab soal
sebanyak 75%, siswa bertanya sebanyak 72% dan siswa yang menjawab
pertanyaan dengan benar sebanyak 73%, dari melihat hasil respon siswa bisa
disimpulkan bahwa media yang dikembangkan berpengaruh baik terhadap
minat belajar siswa.
Keenam, hasil penelitian yang dilakukan oleh Dian Fitriana, mahasiswa
FKIP Universitas Sriwijaya dalam jurnal yang berjudul, Pengembangan
Lembar Kerja Siswa Menggunakan Pendekatan Saintifik untuk Melihat
Berfikir Kritis Siswa Materi Perbandingan. Adapun hasil penelitian tersebut
berdasarkan hasil yang diproleh dari pengamatan, dapat disimpulkan bahwa,
karakteristik materi pokok bahasan perbandingan yang valid dan praktis
menggunakan pendekatan saintifik adalah a) Materi pokok bahasan
perbandingan yang dikembangkan telah sesuai dengan KI dan KD pada
Kurikulum 2013 b) Konstruk yang digunakan telah sesuai dengan pendekatan
saintifik dan indikator berpikir kritis. c) Kalimat menggunakan bahasa
matematika yang baik dan tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah
pengertian. d) Lembar kerja siswa materi pokok bahasan perbandingan
dinyatakan praktis tergambar berdasarkan hasil ujicoba small group dan field
test terlihat dari siswa dapat menggunakan dan menyelesaikan lembar kerja
siswa (LKS) menggunakan pendekatan saintifik pokok bahasan perbandingan
dengan baik. Dan penelitian ini juga menghasilkan bahan ajar berupa lks yang
memiliki efek potensial yaitu kemampuan berpikir kritis siswa SMP Negeri 33
Palembang. Berdasarkan analisis pengerjaan soal tes siswa pada field test yang
mana siswa mengerjakan tes berupa soal-soal yang mempunyai empat
indikator dari kemampuan berpikir kritis dan mendapatkan hasil yang cukup
baik yakni dengan rata-rata 60.
Perbedaan dengan penelitain peneliti adalah : Pertama; media untuk
menstimulasi motorik halus anak usia dini jelas berbeda. Kedua; penelitian
yang empat diatas menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sedangkan
peneliti akan menggunakan Research and Development (R&D). Ketiga; media
yang dilakukan oleh peneliti diatas menggunakan media yang sering digunakan
tanpa pengembangan, sedangkan penelitian ini akan mengembangkan media
yang telah ada menjadi lebih efektif untuk di gunakan. Keempat, peneliti
menggunakan metode pembelajaran dengan menstimulasi anak dengan
meremas adonan. Kelima, peneliti mengembagkan media LKS edukatif .
keenam, tempat penelitian dengan berbeda jenjang pendidikan.
F. Kerangka Berpikir Pengembangan
Perkembangan fisik motorik anak usia dini terutama motorik halus
sangatlah berperan penting dalam perkembangan anak, dan juga berpengaruh
terhadap perkembangan lainya. Kemampuan motorik halus anak sangatlah
penting ditingkatkan. Karena secara tidak langsung perkembangan motorik
halus anak akan menentukan keterampilan dalam bergerak, misalnya anak
memuali dapat menyikat giginya, menyisir, membuka dan menutup resleting,
memmakai sepetu sendiri, mengancingkan pakaian, menggunting, mewarnai,
menjahit menganyam, dan meronce. Pergerakan tersebut melibatkan bagian-
agian tubuh tertentu dan diawali oleh perkembangan otot –otot kecil seperti
keterampilan menggunakan jari –jemari tangan dan pergerakan tangan yang
luwes.(Darmastuti, 2012)

Media Lembar Kerja Anak Analisis kebutuhan


Berbasis Tema Guru membutuhkan media
1. Media LKA yang dalam pembelajaran guna
dikembangkan pengembangan motorik halus
anak usia dini.
2. Pembelajran dengan LKA
untuk motorik halus
3. Anak usia dini
Spesifikasi Produk yang akan dikembangkan
1. Media yang akan dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan
tujuan pembelajaran anak usia dini.
2. Media LKA yang dikembangkan akan meningkatkan rasa ingin tau,
minat dalam belajar meningkat, dan daya tarik anak dalam
pembalajaran guna meningkatkan motorik halus.
3. Media LKA dikembangkan dengan tema semester 2 dengan 6 tema
yang dekat dengan anak-anak yakni tema rekresi, pekerjaan, alat
komunikasi, air api udara, negaraku dan alam semesta.

Gambar 2.1 Kerangka Bepikir Pengembangan

G. Hipotesis Pengembangan
Menurut (Sugiyono, 2012: 96) hipotesis merupakan jawaban sementara
dari rumusan masalah dalam penelitian, atau dapat dikatakan pula bahwa
hipotesis adalah jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian yang
belum merupakan jawaban empirik yang ada.
Berdasarkan permasalahan dan teori yang dikumpulkan maka hipotesis
yang peneliti ajukan adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan media LKA sesuai di terapkan untuk kelompok A PAUD
Pelangi, Kelurahan Karyamulya, kecamatan Kesambi, Kota Cirebon.
Penggunaan media LKA Tematik efektif di terapkan untuk kelompok A PAUD
Persil, Kelurahan Karyamulya, kecamatan Kesambi,Kota Cirebon.

Anda mungkin juga menyukai