Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PSL 109 – SEKSI D


MASA PERKEMBANGAN BATITA

Disusun oleh:

Maxwell Hartanto – 202107000152

Karina Widyastuti Mokoginta – 202107000183

Qotrun Nada – 202107000210

Annora Vania Novesa Nauli Sibuea – 202107000197

Andika Fadhila Surataruna – 202107000155

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK ATMA JAYA
JAKARTA
2021
CHAPTER 5
COGNITIVE DEVELOPMENT IN INFANCY
CHAPTER 5

5.1 Piaget Theory of Infant Development


Teori Piaget menyatukan biologi dan pengalaman dalam pembentukan perkembangan
kognitif. Piaget berpikir bahwa, sama seperti tubuh fisik kita memiliki struktur yang
memungkinkan kita untuk beradaptasi dengan dunia baru, kita membangun struktur mental
yang membantu kita menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan baru.
COGNITIVE PROCESSES
Piaget mengembangkan beberapa konsep, yaitu schemes, assimilation, accommodation,
organization, dan equilibration
Schemes merupakan tindakan atau representasi mental yang mengatur pengetahuan
seseorang. Schema yang dibuat seorang bayi tersusun oleh tindakan sederhana yang dapat
dilakukan pada suatu objek, seperti sucking, looking, dan grasping. Namun, semakin seorang
anak tumbuh, semakin kompleks schema yang mereka buat.
Assimilation terjadi ketika anak-anak menggunakan schema yang ada untuk
menangani informasi atau pengalaman baru. Sementara, accommodation terjadi ketika anak-
anak menyesuaikan schema mereka agar sesuai dengan informasi dan pengalaman baru.
Organization, adalah pengelompokkan perilaku dan pikiran yang terisolasi ke dalam
sistem yang lebih tinggi.
Equilibration, merupakan suatu mekanisme yang menjelaskan bagaimana anak-anak
beralih dari satu tahap pemikiran ke tahap berikutnya.

THE SENSORIMOTOR STAGE


The sensorimotor stage berlangsung sejak lahir sampai sekitar usia 2 tahun. Bayi membangun
pemahaman tentang dunia dengan mengoordinasikan pengalaman sensorik dengan tindakan
fisik dan motorik. Pada awal tahap ini, bayi baru lahir hanya bergantung pada refleks. Pada
akhir tahap ini, anak berusia 2 tahun dapat menghasilkan pola sensorimotor yang kompleks
dan menggunakan simbol primitif.
Substages
Piaget membagi sensorimotor stage ini menjadi 6 substages: (1) simple reflexes; (2) first
habits and primary circular reactions; (3) secondary circular reactions; (4) coordination of
secondary circular reactions; (5) tertiary circular reactions, novelty, and curiosity; dan (6)
internalization of schemes. Piaget menyebutkan bahwa setiap substage membangun dari
substage sebelumnya.
Simple reflexes, terjadi di saat bulan pertama setelah kelahiran. Di substage ini,
sensasi dan tindakan dikoordinasikan terutama melalui reflek bayi. Lama-lama bayi akan
menghasilkan perilaku yang menyerupai reflek itu tanpa adanya stimulus biasa yang memicu
reflek tersebut.
First habits and primary circular reactions, terjadi di antara bulan pertama hingga
keempat setelah kelahiran. Di substage ini, bayi mengoordinasikan sensasi dan dua jenis
schema, yakni habits dan primary circular reactions. Habit merupakan schema berdasarkan
refleks yang benar-benar terpisah dari stimulus yang memicunya. Circular reaction
didefinisikan sebagai tindakan berulang. Primary circular reaction adalah sebuah schema
berdasarkan upaya untuk mereproduksi peristiwa yang awalnya terjadi secara kebetulan.
Habits dan circular reactions distereotipkan—yaitu, bayi mengulanginya dengan cara yang
sama setiap kali. Di substage ini, tubuh bayi itu sendiri menjadi pusat perhatian. Belum ada
ketertarikan dengan peristiwa lingkungan.
Secondary circular reactions terjadi di antara bulan keempat sampai bulan ke
delapan setelah kelahiran. Di substage ini, bayi menjadi lebih tertarik pada objek, sudah
terlepas dari dirinya sendiri. Schema bayi tersebut bersifat tidak disengaja atau tidak
bertujuan, namun terus diulang karena yang dihasilkan objek tersebut..
Coordination of secondary circular reactions terjadi di antara bulan ke delapan dan
bulan ke dua belas setelah kelahiran. Untuk lanjut ke substage ini bayi harus
mengoordinasikan penglihatan dan sentuhan. Tindakan bayi menjadi lebih diarahkan ke luar,
dan bayi mengoordinasikan schema dan bertindak dengan intensionalitas.
Tertiary circular reactions, novelty, and curiosity terjadi di antara bulan ke dua
belas dan delapan belas dari kelahiran. Di substage ini, bayi menjadi lebih tertarik dengan
sifat benda dan hal-hal yang mereka bisa wujudkan pada benda tersebut. Tertiary circular
reaction dapat dijelaskan sebagai schema di mana bayi dengan sengaja mengeksplorasi
kemungkinan baru dengan objek, dan terus melakukan hal-hal baru kepada objek tersebut dan
mengeksplorasikan hasilnya. Piaget menyebutkan bahwa tahap ini menandakan titik awal
keingintahuan manusia dan minat pada kebaruan.
Internalization of schemes terjadi di antara bulan ke delapan belas dan dua puluh
empat setelah kelahiran. Di substage ini, bayi mengembangkan kemampuan untuk
menggunakan simbol-simbol primitif. Symbols membantu bayi memanipulasi dan mengubah
peristiwa yang terjadi dengan cara yang sederhana.
Object Permanence
Di akhir tahap sensorimotor bayi bisa mengerti bahwa suatu benda adalah sesuatu yang
terpisah dari bayi itu sendiri dan merupakan sesuatu yang bersifat permanen. Konsep ini
dinamakan object permanence, yaitu pemahaman bahwa objek terus ada bahkan ketika
mereka tidak dapat dilihat, didengar, atau disentuh secara langsung. Menurut Piaget,
perolehan pengertian object permanence ini merupakan pencapaian terpenting bagi bayi.

EVALUATING PIAGET’S SENSORIMOTOR STAGE


Piaget membuka cara baru dalam memandang bayi dengan pandangannya bahwa tugas utama
mereka adalah mengoordinasikan kesan sensorik mereka dengan aktivitas motorik mereka.
Namun, dunia kognitif bayi tidak dikemas dengan rapi seperti yang digambarkan Piaget, dan
beberapa penjelasan Piaget tentang perubahan masih diperdebatkan. Banyak penelitian baru
menunjukkan bahwa pandangan Piaget tentang perkembangan sensorimotor perlu
dimodifikasi (Adolph, 2018; Bell & others, 2018; Brenner & others, 2017; Van de
Vondervoort & Hamlin, 2018).
The A-not-B Error
Kesalahan yang terjadi ketika bayi salah memilih tempat persembunyian yang sudah dikenal
(A) dengan tempat persembunyian baru (B) dari suatu objek . Hal ini biasa terjadi pada bayi
berumur 8 sampai 12 bulan setelah kelahiran, bayi yang lebih tua lebih jarang membuat
kesalahan ini karena konsep object permanence mereka yang lebih terbentuk.
Perceptual Development and Expectations
Sejumlah ahli berpendapat bahwa kemampuan persepsi bayi dari awalnya sudah sangat
berkembang (Gibson, 2001; Spelke, 1991, 2011, 2013). Para peneliti menyimpulkan bahwa
bayi melihat objek sebagai sesuatu yang dibatasi, satu, padat, dan terpisah dari latar
belakangnya, kira-kira sekitar 3 sampai 4 bulan setelah kelahiran—jauh lebih awal dari yang
Piaget bayangkan.
The Nature-Nurture Issue
Isu nature versus nurture ini merupakan salah satu isu utama psikologi perkembangan.
Nature mengacu pada gen-gen dan faktor keturunanlah yang memengaruhi siapa kita,
sedangkan nurture mengacu pada semua variabel lingkunganlah yang memengaruhi siapa
kita.
Salah satu pendukung sisi nature (nativists), Elizabeth Spelke (Spelke, 2003, 2011, 2013,
2016a, b), mendukung core knowledge approach, sebuah teori bahwa bayi lahir membawa
sistem pengetahuan bawaan.
Dengan mengkritik pendekatan pengetahuan inti, psikolog perkembangan Inggris Mark
Johnson (2008) mengatakan bahwa bayi yang dipelajari oleh Spelke dan pendukung
pengetahuan inti lainnya telah mengakumulasi ratusan, bahkan ribuan, jam pengalaman
dalam memahami dunia, yang memberikan ruangan cukup besar untuk peran lingkungan
dalam pengembangan kognisi bayi (Highfield, 2008). Menurut Locke (1690), manusia
dilahirkan ke dunia ini sebagai “kanvas kosong”, jadi segala sesuatu tentang kita dan semua
pengetahuan kita ditentukan oleh pengalaman kita.
Meskipun debat ini terus berlangsung, kebanyakan ahli perkembangan saat ini setuju bahwa
Piaget meremehkan pencapaian kognitif awal bayi dan bahwa nature dan nurture terlibat
dalam perkembangan kognitif bayi. (Bell & others, 2018; Bremner & others, 2017; Gomez,
2017)
5.2 Learning, Attention, Remembering, and Conceptualizing
CONDITIONING
Menurut teori pengkondisian operan Skinner, konsekuensi dari suatu perilaku menghasilkan
perubahan dalam kemungkinan terjadinya perilaku. Misalnya, jika perilaku bayi oleh
stimulus yang bermanfaat, perilaku tersebut kemungkinan akan terulang kembali.
Pengkondisian operan telah sangat membantu para peneliti dalam upaya mereka untuk
menentukan apa yang dialami bayi (Rovee-Collier & Barr, 2010). Misalnya, bayi akan
mengisap lebih cepat pada puting susu ketika perilaku mengisap diikuti dengan tampilan
visual, musik, atau suara manusia (Rovee-Collier, 1987, 2009). Carolyn Rovee-Collier (1987)
juga menunjukkan bagaimana bayi dapat menyimpan informasi dari pengalaman
dikondisikan.
1) Classical Conditioning
Classical conditioning adalah sebuah metode pembelajaran dimana stimulus netral
dihubungkan dengan stimulus tidak terkondisi untuk menimbulkan respon terkondisi
dimana respon terkondisi bersamaan dengan respon tidak terkondisi.
2) Operant Conditioning
Operant conditioning adalah suatu usaha memperoleh penguatan dengan kata lain
dengan pemberian reinforcement itu maka seseorang dapat mengontrol tingkah laku
organisme.

ATTENTION
Perhatian yang dimaksud adalah pemusatan sumber daya mental pada informasi tertentu,
meningkatkan pemprosesan kognitif pada banyak tugas. Bahkan bayi baru lahir pun bisa
mendeteksi kontur dan memusatkan perhatian mereka. Bayi yang lebih besar dapat memindai
pola dengan lebih teliti. Bayi 4 bulan, dapat secara selektif memperhatikan suatu objek.
Perhatian pada tahun pertama bayi didominasi oleh proses orientasi/investigasi (FalckYtter &
others, 2018). Proses ini mengarahkan perhatian ke lokasi yang berpotensi penting di
lingkungan (yaitu, di mana) dan mengenali objek dan fitur mereka seperti warna dan bentuk.
Dari usia 3 hingga 9 bulan, bayi dapat mengerahkan perhatiannya lebih fleksibel dan cepat.
Jenis perhatian penting lainnya adalah perhatian berkelanjutan, juga disebut sebagai perhatian
terfokus (Ito-Jager & others, 2017; Xie, Mallin, & Richards, 2018). Stimulus baru biasanya
menimbulkan respons yang berorientasi diikuti oleh perhatian yang berkelanjutan. Perhatian
berkelanjutan ini yang memungkinkan bayi mempelajari dan mengingat karakteristik suatu
stimulus sebagaimana adanya.

Habituation and Dishabituation.


Banyak penelitian mengatakan pemrosesan informasi pada bayi didasarkan pada habituation,
yaitu suatu jenis pembelajaran di mana pemaparan berulang atau terus menerus dari suatu
stimulus mengurangi perhatian terhadap stimulus tersebut. Dengan kata lain,habituation
adalah jenis pembelajaran dimana familiaritas dapat mengurangi stimulus, memperlambat
atau menghentikan respon. Penelitian-penelitian mengkaji habituasi pada bayi yang baru lahir
dengan cara berulang-ulang memberikan suatu stimulus (biasanya suara atau pola visual) dan
memonitori respon-respon seperti detak jantung, menghisap, gerakan mata dan aktivitas otak.
Bayi yang sedang menghisap biasanya berhenti ketika stimulus-stimulus diberikan pertama
kali, mengarahkan perhatiannya pada stimulus baru tersebut dan tidak lagi mulai menghisap
sampai stimulusnya berakhir. Setelah suara diberikan lagi dan lagi, stimulus tersebut akan
kehilangan kebaruannya dan tidak lagi membuat bayi berhenti menghisap. Melanjutkan
kembali menghisap, menunjukkan bahwa bayi telah terhabituasi terhadap stimulus tersebut.
Namun gambar dan suara yang baru akan menangkap perhatian bayi dan ia akan kembali
berhenti menghisap. Peningkatan respon terhadap stimulus baru ini disebut dishabituation.

Joint Attention
Joint Attention adalah Proses yang terjadi ketika individu fokus pada objek yang sama dan
mampu melacak perilaku orang lain, individu mengarahkan perhatian orang lain, dan terjadi
interaksi timbal balik.
Jenis perhatian lain yang merupakan aspek penting dari perkembangan bayi adalah Joint
Attention, di mana dua atau lebih individu fokus pada objek atau peristiwa yang sama.
(Mateus & lainnya, 2018; Urqueta Alfaro & lainnya, 2018).
Joint Attention melibatkan :
 Kemampuan untuk melacak perilaku orang lain, seperti mengikuti pandangan orang
lain.
 Satu orang mengarahkan perhatian orang lain.
 Interaksi timbal balik.
Di awal masa bayi, Joint Attention melibatkan pengasuh menunjuk, memutar kepala bayi,
menjentikkan jari, atau menggunakan kata-kata untuk mengarahkan perhatian bayi. Bentuk
Joint Attention yang muncul terjadi sekitar 7 sampai 8 bulan,tetapi tidak sampai menjelang
akhir tahun pertama.

MEMORY
Memori Sebuah fitur sentral dari kognitif perkembangan, berkaitan dengan semua situasi di
dimana seseorang menyimpan informasi.
Explicit Memory (ingatan eksplisit) bersifat sadar atau ingatan yang disengaja, biasanya
terdiri atas berbagai fakta,nama,peristiwa,dan hal lain yang sesorang dapat utarakan dan
nyatakan. Implicit Memory (ingatan implisit) mengacu pada ingatan yang terjadi tanpa usaha
atau bahkan kesadaran, secara umum menyimpan informasi tentang berbagai kebiasaan dan
keterampilan, seperti tahu bagaimana melempar bola dan mengendarai sepeda. Memori
eksplisit terus meningkat selama tahun kedua karena struktur otak ini semakin matang dan
koneksi di antara mereka meningkat. Sedikit yang diketahui tentang area otak yang terlibat
secara implisit memori di masa bayi.

IMITATION
Invisible imitation (imitasi tidak terlihat) adalah imitasi yang menggunakan bagian tubuh bayi
yang mana tidak dapat terlihat oleh bayi itu sendiri, seperti mulut.Visible Imitation (Imitasi
terlihat) adalah imitasi yang menggunakan bagian tubuh bayi dimana bayi tersebut dapat
melihatnya. Piaget juga berpendapat bahwa anak dibawah usia 18 bulan tidak dapat
melakukan Deffered Imitation (imitasi tertunda), suatu tindakan yang mereka lihat disuatu
waktu sebelum mereka mengembangkan kemampuan mempertahankan representasi mental.
Elicited Imitation adalah metode penelitian dimana bayi atau anak dibuat mengimitasi
serangkaian tindakan khusus yang mereka telah lihat, tetapi belum tentu pernah dilakukan
sebelumnya.Elicited imitation jauh lebih andal dalam 2 tahun pertama, hampir 8 dari 10 anak
usia 13 hingga 20 bulan dapat mengulang urutan yang asing dan langkah jamak hingga 1
tahun kemudian. Latihan sebelumnya membantu mengaktifkan kembali ingatan anak,
terutama bila ada item-item baru yang menggantikan item-item sebelumnya.
4 Faktor Yang Tampaknya Menentukan Kemampuan Mengingat Anak :
 Banyaknya urutan peristiwa yang telah dialami.
 Apakah anak secara aktif berpartisipasi atau sekedar mengamati.
 Apakah anak diingatkan secara verbal tentang pengalaman tersebut.
 Apakah urutan peristiwa terjadi menurut urutan biologis dan kausal.

CONSEPT FORMATION AND CATEGORIZATION


Seiring dengan perhatian, memori, dan imitasi, konsep adalah aspek kunci dari
perkembangan kognitif bayi (Quinn, 2016). Konsep adalah pengelompokan kognitif dari
objek, peristiwa, orang, atau ide yang serupa. Tanpa konsep, Anda akan melihat setiap objek
dan peristiwa sebagai unik, tanpa konsep kita tidak akan bisa membuat generalisasi apapun.
Beberapa peneliti telah menemukan bahwa bayi usia 3 sampai 4 bulan dapat
mengelompokkan benda-benda dengan penampilan serupa, seperti binatang (Quin, 2016).
Penelitian ini memanfaatkan pengetahuan bahwa bayi lebih cenderung melihat objek baru
daripada objek yang sudah dikenal. Jean Mandler (2004, 2009) berpendapat bahwa
kategorisasi awal ini paling baik digambarkan sebagai kategorisasi persepsi. Artinya,
kategorisasi didasarkan pada fitur persepsi objek yang serupa, seperti: ukuran, warna, dan
gerakan, serta bagian-bagian benda, seperti kaki untuk hewan (Quinn &Bhat, 2016). Mandler
(2004) menyimpulkan bahwa baru sekitar usia 7 sampai 9 bulan bayi membentuk kategori
konseptual daripada hanya membuat diskriminasi persepsi antara kategori yang berbeda.
Dalam satu penelitian terhadap anak usia 9 hingga 11 bulan, bayi mengklasifikasikan burung
sebagai hewan dan pesawat terbang sebagai kendaraan meskipun objeknya secara persepsi
mirip pesawat terbang dan burung dengan sayapnya yang melebar. (Mandler & McDonough,
1993).

5.3 Language Development


DEFINING LANGUAGE
Bahasa adalah bentuk komunikasi yang didasarkan pada sistem simbol. Bahasa terdiri dari
kata-kata yang digunakan oleh suatu komunitas dan aturan masing-masing untuk
memvariasikan dan menggabungkannya.
Semua bahasa manusia memiliki beberapa karakteristik umum (Clark, 2017), termasuk
infinite generativity dan organizational rules.

LANGUAGE’S RULE SYSTEMS


Bahasa sangat teratur dan terorganisir. Organisasian bahasa melibatkan 5 sistem aturan:
phonology, morphology, syntax, semantics, and pragmatics.
Phonology adalah sistem suara bahasa, termasuk suara yang digunakan dan
bagaimana mereka dapat digabungkan (Goswami & Bryant, 2016). Phonology memberikan
dasar untuk membangun kumpulan kata yang besar dan dapat diperluas dari banyak sekali
phonemes. Phonemes adalah unit dasar bunyi dalam bahasa yang memengaruhi makna.
Morphology adalah unit makna yang terlibat dalam pembentukan kata. Morpheme
adalah unit makna minimal; kata atau bagian dari kata yang tidak dapat dipecah menjadi
bagian-bagian kecil yang bermakna (Lems, Miller, & Soro, 2017; Payne, 2017).
Syntax adalah cara kata-kata digabungkan untuk membentuk frasa dan kalimat yang
benar(Langacker, 2017; Narrog, 2017).
Semantics adalah arti dari kata dan kalimat. Setiap kata memiliki seperangkat fitur
semantic, yang merupakan atribut yang diperlukan untuk memiliki makna (McKeown &
others, 2017).
Pragmatics adalah penggunaan bahasa yang benar dalam konteks yang berbeda-beda.

HOW LANGUAGE DEVELOPS


Recognizing Language Sounds
Jauh sebelum mereka mulai belajar kata-kata, bayi dapat membedakan bunyi-bunyi bahasa.
Penelitian Kuhl (2007, 2009, 2011, 2015) telah menunjukkan bahwa sejak lahir hingga
sekitar umur 6 bulan, bayi mengenali kapan suara berubah sebagian besar waktu, tidak peduli
dari bahasa apa suara itu berasal.
Di akhir tahun pertama, bayi mulai bisa menstruktur pembicaraan yang mereka dengar
menjadi kata-kata (Ota & Skarabela, 2018; Polka & others, 2018).
Richard Aslin (2017) baru-baru ini menekankan bahwa pembelajaran statistik — tanpa
melibatkan instruksi, penguatan, atau umpan balik — adalah mekanisme pembelajaran yang
kuat bagi perkembangan bayi.
Babbling and Other Vocalizations
Jauh sebelum bayi mengucapkan kata-kata yang dapat dikenali, mereka menghasilkan
sejumlah vokalisasi untuk berlatih membuat suara, berkomunikasi, dan menarik perhatian.
(Lee & others, 2017). Suara bayi melalui urutan berikut selama tahun pertama::
 Crying. Menangis dapat menandakan kesedihan, namun berbagai jenis
tangisan menandakan hal yang berbeda.
 Cooing. Bayi pertama berderu sekitar umur 2 sampai 4 bulan (Menn & Stoel-
Gammon, 2009). Ini adalah suara gemericik yang dibuat di bagian belakang
tenggorokan dan biasanya mengekspresikan kesenangan selama berinteraksi
dengan pengasuh.
 Babbling. Pada pertengahan tahun pertama, bayi akan mengoceh—yaitu
mereka membentuk suara dari penggabungan huruf-huruf vokal dan konsonan.
Ocehan bayi mempengaruhi perilaku pengasuh mereka, menciptakan interaksi
sosial yang memfasilitasi perkembangan komunikatif mereka sendiri (Albert,
Schwade, & Goldstein, 2018).
Gestures
Beberapa gerakan awal bersifat simbolis. Menunjuk dianggap oleh para ahli bahasa sebagai
indeks penting dari the social aspects of language, dan mengikuti urutan perkembangan: dari
menunjuk tanpa memeriksa tatapan orang dewasa ke menunjuk sambil melihat bolak-balik
antara suatu objek dan orang dewasa (Goldin-Meadow, 2017a, b). Kurangnya menunjuk
merupakan indikator signifikan dari masalah dalam sistem komunikasi bayi (Brentari &
Goldin-Meadow, 2017; Cooperrider & Goldin-Meadow, 2018; Novack & others, 2018).
First Words
Bayi memahami kata-kata pertama mereka lebih awal daripada mereka mengucapkannya
(Pace & others, 2016). Sejak usia 5 bulan, bayi mengenali nama mereka ketika seseorang
memanggil namanya. Rata-rata, bayi memahami sekitar 50 kata pada usia sekitar 13 bulan,
tetapi mereka belum bisa mengucapkannya sampai sekitar 18 bulan (Menyuk, Liebergott, &
Schultz, 1995). Jadi, pada masa bayi kata-kata yang dipahami jauh melebihi kata-kata yang
digunakan. Vocabulary spurt adalah peningkatan pesat dalam kosakata yang mulai sekitar
bayi umur 18 bulan (Bloom, Lifter, & Broughton, 1985). Anak-anak kadang men-overextend
atau men-underextend arti dari kata-kata yang mereka gunakan (Woodward & Markman,
1998).
Two-Word Utterances
Pada saat anak berusia 18 hingga 24 bulan, mereka biasanya berbicara dalam two-word
utterances.

BIOLOGICAL AND ENVIRONMENTAL INFLUENCES


Biological Influences
Kemampuan berbicara dan memahami bahasa memerlukan alat vokal tertentu serta sistem
saraf dengan kemampuan tertentu.
Environmental Influences
Lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa si bayi, di sini kita akan fokus
kepada the role of social interaction dan child-directed speech and caregiver strategies.
The Role of Social Interaction
Sebagian besar anak-anak dikenalkan dengan bahasa sejak usia sangat dini. Dengan
demikian, social cues memainkan peran penting dalam pembelajaran bahasa si bayi (Ahun &
others, 2018; McGillion & others, 2017b).
Child-Directed Speech and Other Caregiver Strategies
Child-directed speech adalah bahasa yang diucapkan dengan nada yang lebih tinggi
dari biasanya, tempo yang lebih lambat, dan intonasi yang dilebih-lebihkan, dengan kata-kata
dan kalimat yang sederhana (Broesch & Bryant, 2018; Hayashi & Mazuka, 2017; Sulpizio &
others, 2018). Child-directed speech berfungsi penting untuk menangkap perhatian bayi,
memelihara komunikasi dan interaksi sosial antara bayi dan pengasuh, dan memberikan bayi
informasi tentang bahasa ibu mereka dengan meningkatkan perbedaan antara ucapan yang
ditujukan kepada anak-anak dan orang dewasa. (Golinkoff & others, 2015).
Orang dewasa sering menggunakan strategi lain selain child-directed speech untuk
meningkatkan penguasaan bahasa anak, contohnya termasuk recasting, expanding, dan
labelling.
CHAPTER 6
SOCIOEMOTIONAL DEVELOPMENT IN INFANCY
6.1 Emotional and Personality Development
EMOTIONAL DEVELOPMENT
What Are Emotions?
Emosi adalah perasaan, atau pengaruh, yang terjadi ketika seseorang dalam keadaan atau
interaksi yang penting baginya. Emosi ditandai dengan perilaku yang mencerminkan
(mengungkapkan) kesenangan atau ketidaknyamanan dari keadaan seseorang pada saat itu
atau pada interaksi yang sedang dialami. Para psikologis mengklasifikasikan emosi menjadi
emosi positif dan emosi negative (Parsons & others, 2017; Planalp & others, 2017). Emosi
positif, yaitu semangat, kegembiraan, dan cinta. Emosi negative, seperti kecemasan,
kemarahan, rasa bersalah, dan kesedihan.

Biological, Cognitive, and Environmental Influences


Pentingnya biologi terhadap emosi terlihat dalam perubahan pada kapasitas emosional bayi
(Thompson & Goodvin, 2016). Daerah otak tertentu yang berkembang di awal kehidupan
(seperti brain stem, hippocampus, dan amygdala) berperan dalam kesusahan, kegembiraan,
dan kemarahan, dan bahkan bayi menunjukkan emosi ini (van den Boomen, Munsters, &
Kenner 2018; Tottenham, 2017). Tapi, seperti yang akan kita bahas nanti di bab ini, bayi
hanya secara bertahap mengembangkan kemampuan untuk mengatur emosi mereka, dan
kemampuan ini tampaknya terkait dengan pematangan bertahap dari daerah frontal korteks
serebral yang dapat melakukan kontrol atas daerah lain dari korteks serebral otak (Bell,
Broomell, & Patton, 2018; Bell & others, 2018).
Proses kognitif, baik dalam konteks "in the moment”, dan selama masa perkembanan kanak-
kanak, mempengaruhi perkembangan emosi bayi dan anak (Bell, Diaz, & Liu, 2018; Jiang &
others, 2017). Perhatian terhadap suatu pengalaman dapat mempengaruhi respon emosional
anak. Misalnya, anak-anak yang dapat mengalihkan perhatiannya dari suatu hal yang penuh
tekanan menunjukkan tingkat pengaruh negatif yang lebih rendah dan lebih sedikit
kecemasan seiring berjalannya waktu (Crockenberg & Leerkes, 2006). Juga, seiring
bertambahnya usia anak-anak, mereka mengembangkan strategi kognitif untuk
mengendalikan emosi mereka dan menjadi lebih mahir dalam mengatur emosi mereka (Bell,
Diaz, & Liu, 2018; Kaunhoven & Dorjee, 2017).
Hubungan seorang anak dengan lingkungan sekitarnya dapat memberikan bermacam jenis
emosi. (Bedford & others, 2017; Ostlund & others, 2017; Perry & Calkins, 2018).
Perkembangan emosional dan cara anak mengatasi stres dipengaruhi oleh apakah pengasuh
memberikan pengaruh negative kepada si anak, seperti diabaikan, dan apakah pengasuh anak-
anak mengalami depresi atau tidak (Almy & Cicchetti, 2018; Cicchetti, 2017). Selain itu,
keluarga juga memegang peranan penting. Ketika balita mendengar orang tua mereka
bertengkar, mereka sering bereaksi dengan sikap kesulitan dan berusaha menghalangi
permainan mereka. Keluarga dengan hubungan yang baik membuat satu sama lain tertawa
dan mungkin mengembangkan suasana hati yang ringan untuk meredakan konflik. Perbedaan
kultur juga dapat mempengaruhi perbedaan emosi yang muncul. Penelitian di Asia Timur
menemukan bahwa bayi menunjukan emosi negative ataupun positif dibanding bayi berkulit
putih non-latin karena perbedaan pola asuh orang tua (Cole & Tan, 2015).
Early Emotions
Menurut Michael Lewis (2007, 2008, 2010, 2015, 2016), perkembangan emosional pada bayi
dibedakan menjadi primary emotions dan self-conscious emotion. Primary emotions muncul
pada 6 bulan pertama pertumbuhan bayi. Emosi ini termasuk kaget, ketertarikan, senang,
marah, sedih, takut, dan jijik. Self-Conscious Emotions memerlukan self-awareness yang
melibatkan kesadaran akan “dirinya”. Biasanya muncul pada pertengahan tahun pertama
hingga tahun kedua. Emosi ini termasuk cemburu, empati, malu, bangga, dan rasa bersalah.
Namun, beberapa ahli menyebutkan bahwa emosi malu, rasa bersalah, dan bangga sebagai
other-conscious emotions karena emosi ini merupakan reaksi atas emosi orang lain (Saarni &
others, 2006). Salah satu contohnya adalah validasi dari orang tua saat anak sukses
mengerjakan sesuatu dikaitkan kepada emosi bangga yang muncul pada anak tersebut.
Perdebatan tentang kapan emosi-emosi ini muncul pertama kali pada bayi banyak
berlangsung, namun beberapa ahli tentang perkembangan sosioemosional bayi, seperti
Jerome Kagan (2010), menyimpulkan bahwa ketidakmatangan struktural bayi otak
membuatnya tidak mungkin bahwa emosi yang membutuhkan pemikiran — seperti rasa
bersalah, kebanggaan, keputusasaan, rasa malu, empati, dan kecemburuan—bisa dialami
selama tahun pertama.
Emotional Expression and Social Relationships
Kemampuan bayi dalam mengkomunikasikan emosinya berhubungan erat dengan bagaimana
orang tuanya mengekspresikan emosi mereka. Dengan kata lain, interaksi ini bersifat saling
timbal balik. Menangis dan tersenyum adalah dua bentuk ekspresi emosional pertama seorang
bayi.
Menangis adalah mekanisme terpenting bagi bayi yang baru lahir untuk berkomunikasi
dengan dunia mereka. Tangisan pertama menandakan bahwa paru-paru bayi telah terisi oleh
oksigen. Tangisan juga memberikan informasi tentang Kesehatan system saraf pusat bayi.
 Basic cry. Pola tangisan yang meliputi tangisan, dilanjutkan dengan diam sejenak, lalu
siulan singkat, lalu tangisan utama, dan dilanjutkan oleh istirahat sejenak sebelum
tangisan berikutnya. Ahli mengatakan bahwa ini merupakan akibat kelaparan.
 Anger cry. Variasi lain dari basic cry, dimana lebih banyak udara masuk ke pita suara.
 Pain cry. Tangisan keras yang terjadi secara tiba-tiba, dilanjutkan dengan menahan
napas. Biasanya dipengaruhi oleh rangsangan dengan intensitas tinggi.
Tersenyum adalah aspek yang penting dalam mengembangkan kemampuan interaksi sosial
yang positif. Dua tipe senyuman yang bisa dibedakan pada bayi, adalah:
 Reflexive smile. Senyuman yang tidak dipengaruhi oleh factor eksternal, dan muncul
pada bulan pertama setelah lahir, biasanya terjadi saat bayi sedang tidur.
 Social smile. Dipengaruhi oleh rangsangan eksternal. Bisa muncul pada umur 2 bulan.
Social smile seorang bayi bisa membawa dampak yang besar kepada emosi positif
sang ibu, dan begitu juga sebaliknya.
Rasa takut biasanya muncul pada 6 bulan hingga 18 bulan pertama bayi. Namun, bayi yang
terabaikan dan kurang kasih sayang bisa menunjukan rasa takut pada usia yang lebih muda,
yaitu 3 bulan. Emosi takut pada bayi biasanya dikaitkan dengan perasaan empati, bersalah,
dan agresi yang rendah pada usia 6-7 tahun.
Rasa takut pada bayi yang paling sering ditemukan adalah stranger anxiety, dimana bayi
menunjukkan rasa takut dan waspada dengan orang yang tidak dikenal. Namun, tidak semua
bayi akan bersikap seperti ini, karena tergantung oleh konteks sosial dan karakteristik orang
yang tak dikenal tersebut. Bayi biasanya menunjukkan stranger anxiety yang lebih sedikit
jika mereka berada dalam situasi atau lingkungan yang familiar, contohnya bayi tidak akan
takut jika bertemu orang tak dikenal di rumahnya sendiri, karena mereka merasa aman.
Bayi biasanya merasa takut jika akan dipisahkan dengan pengasuhnya, yang disebut
separation protest. Bayi yang bersikap seperti ini bisa bermacam-macam tergantung dari
budaya mana mereka berasal, namun pada umumnya menunjukkan sikap ini pada umur 13-
15 bulan.

Emotion Regulation and Coping


Pada tahun pertama, bayi akan mengembangkan kemampuan dalam menekan atau
meminimalisir intensitas reaksi emosional mereka. Penelitian menemukan bahwa bayi
dengan temperamen negatif menggunakan lebih sedikit strategi dalam pengaturan perhatian,
dan kepekaan ibu terhadap bayi dikaitkan dengan pengaturan emosi yang lebih adaptif. Pada
masa bayi kemudian, ketika mereka terangsang, bayi akan mengalihkan perhatian mereka
untuk mengurangi rangsangan yang didapatkan. Pada usia 2 tahun, balita dapat menggunakan
bahasa untuk mendefinisikan keadaan perasaan dan konteks yang mengganggu mereka.
Seorang balita mungkin berkata, "Doggy menakutkan." Jenis komunikasi ini dapat membantu
pengasuh untuk membantu anak dalam mengatur emosi.
Pengaturan emosi dapat dipengaruhi oleh konteks yang berbeda-beda, seperti siapa yang
sedang bersama mereka, atau dimana mereka berada. Bayi perlu beradaptasi dengan konteks
yang terus berubah, seperti halnya ketika bayi 6 bulan yang berteriak di restoran akan
ditanggapi secara berbeda dengan orang tua bila yang berteriak adalah anak berusia 6 tahun.
Reaksi yang diberikan oleh orang tua saat bayi menangis dapat mempengaruhi kepercayaan
dan attachment bayi kepada mereka. Jika reaksi emosional yang diberikan oleh orang tua
bersifat negatif, akan memberikan subsequent attachment insecurity pada bayi.

TEMPERAMENT
Kecenderungan reaksi emosional dan pengaturan emosi, atau perbedaan sifat, emosi, dan
karakteristik dalam merespon pada individu. Reaksitivas emosional menyangkut pada
perbedaan individu dalam seberapa cepat emosi muncul, seberapa kuat emosi, seberapa lama
emosi berlangsung, seberapa cepat emosi hilang, dan apakah emosi yang dimunculkan
bersifat positif atau negatif. pengaturan emosi menyangkut pada variasi dalam tingkat atau
seberapa efektif kemampuan seorang individu mengontrol emosinya.

Chess & Thomas’ Classification


 an easy child: mempunyai mood positif, mempunyai rutinitas reguler, mudah
beradaptasi
 a difficult child: sering bereaksi negatif dan menangis, tidak punya rutinitas reguler,
susah beradaptasi
 a slow-to-warm-up child: jarang beraktifitas, sedikit negatif, memiliki mood yang
rendah
Penelitian menemukan bahwa 3 klasifisikasi temperamen ini cukup stabil selama masa
kanak-kanak

Kagan’s Behavioural Inhibition


 inhibition to the unfamiliar: shy/avoidance, subdued, dan timid child.
 extremely uninhibited: extraverted, social, bold child.
Kagan mengatakan bahwa klasifikasi ini cukup stabil selama masa bayi hingga kanak-kanak.

Rothbart and Bates’ Classficiation


 Extraversion/surgency: positive anticipation, impulsivity
 Negative affectivity: easily distressed, fear, and frustated often
 Effortful control (self-regulation): attentional focusing, more cognition used
Poin penting yang perlu dimengerti ketika ingin mengklasifikasikan tipe temperamen seorang
anak adalah dengan melihat dari beberapa dimensi klasifikasi. Dengan adanya temuan
tentang effortful control juga memunculkan perbedaan yang lebih beragam pada tiap
individu.

Biological Foundations & Experience


Kagan menyatakan bahwa temperamen memiliki basis fisiologis dan juga eksperientalis.

Biological Influences
Anak mewarisi fisiologi yang membuat mereka memiliki bias pada tipe temperamen tertentu,
tetapi ini dapat dimodifikasi melalui pengalaman. Pandangan kontemporer: Temperamen
adalah aspek perilaku yang berbasis biologis tetapi dapat berkembang.

Gender Culture & Temperament


Orang tua kerap memberikan reaksi yang berbeda kepada temperamen anak tergantung
gender mereka. Selain itu, tiap kultur juga menilai temperamen dengan berbeda-beda. Hal ini
dikaitkan dengan sikap dan perilaku orang tua.

Goodness of Fit & Parenting


Merupakan kecocokan antara temperamen anak dan tuntutan lingkungan yang harus dihadapi
anak. Sejumlah karakteristik temperamen bisa memberikan tantangan yang lebih besar untuk
orang tua, namun mengembangkan hubungan interaksi yang baik antara orang tua dengan
anak akan memberikan dampak yang sangat positif untuk keduanya.

PERSONALITY DEVELOPMENT
Trust
Erikson mempercayai bahwa satu tahun pertama dalam hidup bayi dapat dikarakteristikkan
dengan teori trust vs mistrust. Contohnya, jika seorang ibu tidak secara konsisten
memberikan perasaan nyaman dan aman kepada bayi, akan terbentuk perasaan mistrust pada
bayi, yang di kemudian hari akan membawa dampak negatif. Namun, masalah ini tidak akan
terselesaikan hanya pada tahun pertama saja, melainkan akan terus muncul di tiap tahap
perkembangan.

The Developing Sense of Self


Kemampuan mengenali diri sendiri ini muncul pada sekitar umur 18 bulan. Strategi dalam
meneliti tentang self-recognition pada bayi adalah dengan mirror technique.

Independence
Erikson mempercayai bahwa pada tahun kedua hidup seorang bayi, terdapat karakteristik
yang penting, yaitu autonomy vs shame & doubt. Autonomy pelan-pelan terbangun seiring
bayi mengembangkan mental dan skill motoriknya. Penting bahwa orang tua harus
mengetahui motivasi dibalik mengapa bayi melakukan apa yang mereka lakukan dan
memberikan kebebasan kepada mereka untuk bergerakn sendiri, agar mereka bisa belajar
mengontrol otot dan gerakan mereka sendiri. Karena jika orang tua memaksakan sesuatu
yang sebenarnya bisa dilakukan sendiri oleh anak, akan terbentuk shame and doubt.

6.2 Social Orientation/ Understanding and Attachment


SOCIAL ORIENTATION/UNDERSTANDING
Social Orientation
Face-to-face play merupakan bentuk interaksi antara bayi dan pengasuh yang berfokus pada
vokalisasi, sentuhan, dan gestur. Pada umur 2-3 bulan, bayi mulai memberikan respon yang
lebih positif terhadap manusia dibanding objek. Pada umur 18-24 bulan, terdapat peningkatan
dalam permainan meniru dan timbal balik, contohnya meniru aksi nonverbal seperti
melompat atau berlari.
Locomotion
Peningkatan keterampilan bergerak pada bayi, seperti merangkak, berjalan, dan berlari, dapat
memungkinkannya untuk mengeksplor dan memperluas interaksi sosialnya. Peningkatan ini
merupakan hasil dari faktor berkembangnya sistem saraf, tujuan yang memotivasi bayi untuk
capai dan dukungan lingkungan untuk meningkatkan keterampilan.
Yang lebih penting adalah implikasi motivasi penggerak. Begitu bayi memiliki kemampuan
untuk bergerak dalam pengejaran yang diarahkan pada tujuan, imbalan dari pengejaran ini
mengarah pada upaya lebih lanjut untuk mengeksplorasi dan mengembangkan keterampilan.

Intention, Goal-Directed Behaviour, and Meaningful Interaction with


Others
Joint attention dan gaze-following dapat membantu bayi untuk mengetahui intention
seseorang. Join attention berlangsung jika sang pengasuh dan bayi sama-sama fokus dengan
satu objek atau kejadian. Fenomena ini muncul pada umur 7-8 bulan. Namun, pada umur 10-
11 bulan, hal ini makin sering terjadi. Lalu, setelah usia 1 tahun, bayi akan mengarahkan
perhatian pengasuh ke objek yang menarik minat mereka. Kemampuan bayi dalam
memahami dan merespon kepada meaningful intentions merupakan fondasi penting dalam
bisa berinteraksi di dunia sosial.

Social Referencing
Kemampuan membaca isyarat emosional dari orang lain untuk menentukan bagaimana
bertindak dalam situasi tertentu. Pada usia pertama, ekspresi wajah ibu akan berpengaruh ke
bagaimana bayi akan bertindak.

Infants’ Social Sophistication and Insight


Pada umur pertama, kecanggihan dan wawasan bayi dalam berinteraksi terefleksi dalam
persepsi bayi tentang tindakan orang lain sebagai motivasi yang disengaja dan diarahkan pada
tujuan dan motivasi mereka untuk berbagi dan berpartisipasi dalam intensionalitas tersebut.

ATTACHMENT AND ITS DEVELOPMENT


Attachment adalah hubungan emosional dekat antara dua orang.
 Freud: bayi menjadi terikat pada orang atau objek yang memberikan kepuasan oral.
 Harlow: kenyamanan kontak lebih disukai daripada menyusui
 Erikson: kepercayaan muncul dari kenyamanan fisik dan perawatan sensitif
 Bowbly: bayi dan pengasuh secara biologis cenderung untuk membentuk keterikatan.
Bowbly berpendapat bahwa bayi yang baru lahir secara biologis akan meminta untuk
memperoleh perilaku keterikatan. Bayi itu menangis, menempel, mendesah, dan
tersenyum. Kemudian, bayi merangkak, berjalan, dan mengikuti ibunya. Hasil
langsungnya adalah menjaga pengasuh utama tetap berada di dekatnya; efek jangka
panjangnya adalah meningkatkan peluang bayi untuk bertahan hidup. Keterikatan
tidak muncul tiba-tiba melainkan berkembang dalam serangkaian fase, bergerak dari
preferensi umum bayi terhadap manusia ke kemitraan dengan pengasuh utama.
Berikut adalah empat fase tersebut berdasarkan konseptualisasi keterikatan Bowlby
(Schaffer, 1996):
o Fase 1: Dari lahir sampai 2 bulan. Bayi secara naluriah mengarahkan
keterikatan mereka pada sosok manusia. Orang asing, saudara kandung, dan
orang tua sama-sama cenderung membuat bayi tersenyum atau menangis.
o Fase 2: Dari 2 hingga 7 bulan. Keterikatan menjadi terfokus pada satu sosok,
biasanya pengasuh utama, saat bayi secara bertahap belajar membedakan
orang yang akrab dari orang yang tidak dikenalnya.
o Fase 3: Dari 7 hingga 24 bulan. Keterikatan khusus berkembang. Dengan
peningkatan keterampilan lokomotor, bayi secara aktif mencari kontak dengan
pengasuh biasa, seperti ibu atau ayah.
o Fase 4: Mulai 24 bulan. Anak-anak menjadi sadar akan perasaan, tujuan, dan
rencana orang lain dan mulai memperhitungkannya dalam membentuk
tindakan mereka sendiri.

INDIVIDUAL DIFFERENCES IN ATTACHMENT


Ainsworth menciptakan Strange Situation, yaitu ukuran pengamatan keterikatan bayi yang
memakan waktu sekitar 20 menit di mana bayi mengalami serangkaian perkenalan,
perpisahan, dan reuni dengan pengasuh dan orang asing dewasa dalam urutan yang
ditentukan. Dalam menggunakan Strange Situation, peneliti berharap pengamatan mereka
akan memberikan informasi tentang motivasi bayi untuk berada di dekat pengasuh dan sejauh
mana kehadiran pengasuh memberikan rasa aman dan percaya diri pada bayi (Brownell &
others, 2015; Solomon & George, 2016). ).
 securely attached babies: Bayi yang menggunakan pengasuh sebagai basis aman
untuk menjelajahi lingkungan
 insecure avoidant babies: Bayi yang menunjukkan rasa tidak aman dengan
menghindari pengasuh.
 insecure resistant babies: Bayi yang sering menempel pada pengasuh, kemudian
melawan pengasuh dengan melawan kedekatan, mungkin dengan menendang atau
mendorong.
 insecure disorganized babies: Bayi yang menunjukkan rasa tidak aman dengan
menjadi tidak teratur dan disorientasi.

Evaluating The Strange Situation


Sebagai ukuran keterikatan, mungkin terdapat bias budaya di dalamnya. Meskipun ada
variasi budaya dalam klasifikasi keterikatan, klasifikasi yang paling sering di setiap budaya
yang dipelajari sejauh ini adalah secure attachment.
Interpreting Differences in Attachment

Tiga kritik terhadap penekanan pada secure attachment pada masa bayi adalah
1. tidak cukupnya dukungan untuk pernyataan bahwa masa bayi berfungsi
sebagai periode kritis/sensitif untuk perkembangan selanjutnya
2. faktor biologis seperti gen dan temperamen belum mendapat
pertimbangan yang memadai
3. keragaman agen dan konteks sosial kurang mendapat perhatian.
Tren saat ini dalam penelitian attachment mencerminkan cascade model (= melibatkan
koneksi lintas domain dari waktu ke waktu yang memengaruhi jalur dan hasil perkembangan)
perkembangan dengan mempertimbangkan tidak hanya attachment tetapi juga stability dan
perubahan dalam tekanan dan konteks sosial saat anak-anak dan remaja berkembang.
Terlepas dari kritik ini, ada banyak bukti bahwa keterikatan merupakan aspek penting dari
perkembangan manusia. Variasi budaya dalam keterikatan telah ditemukan, tetapi di semua
budaya secure attachment adalah klasifikasi yang paling umum.

CAREGIVING STYLES AND ATTACHMENT


 Pengasuh securely attached babies peka terhadap sinyal bayi dan selalu tersedia untuk
memenuhi kebutuhan mereka.
 Pengasuh avoidant babies yang tidak aman cenderung tidak tersedia atau menolak.
 Pengasuh insecure resistant babies cenderung tidak konsisten tersedia untuk bayi
mereka dan biasanya tidak terlalu penuh kasih sayang.
 Pengasuh insecure disorganized babies sering mengabaikan atau melecehkan bayi
mereka secara fisik

DEVELOPMENTAL SOCIAL NEUROSCIENCE AND ATTACHMENT


Kemungkinan sejumlah daerah otak, neurotransmiter, dan hormon terlibat dalam
pengembangan keterikatan bayi-ibu. Kandidat kunci untuk mempengaruhi perlekatan ini
adalah hubungan antara korteks prefrontal, amigdala, dan hipotalamus; neuropeptida
oksitosin dan aktivitas neurotransmiter dopamin di nukleus accumbens. Jadi, peningkatan
minat telah diarahkan pada peran otak dalam pengembangan keterikatan. Hormon oksitosin
adalah kandidat kunci untuk mempengaruhi perkembangan keterikatan ibu-bayi.

6.3 Social Context

THE FAMILY
Keluarga dapat dianggap sebagai konstelasi subsistem keseluruhan kompleks yang terdiri
daribagian-bagian yang saling terkait dan berinteraksi didefinisikan dalam istilah generasi,
gender, dan peran. Setiap anggota keluarga berpartisipasi dalam beberapa subsistem
(Solomon-Moore & lainnya, 2018; Williams, Sawyer, &Wahlstrom, 2017). Ayah dan anak
mewakili satu subsistem, ibu dan ayah, ibu-ayah-anak, dan seterusnya. Subsistem ini
memiliki pengaruh timbal balik satu sama lain (Maccoby, 2015; Schwartz &Scott, 2018).
Misalnya, Jay Belsky (1981) menekankan bahwa hubungan perkawinan, pengasuhan, dan
perilaku serta perkembangan bayi dapat memiliki efek langsung dan tidak langsung pada
masing-masing individu.

The Transition to Parenthood


Ketika seseorang menjadi orang tua melalui kehamilan,adopsi, atau pengasuhan anak, mereka
menghadapi ketidakseimbangan dan harus beradaptasi (Carlson & VanOrman,2017). Orang
tua ingin
mengembangkan keterikatan yang kuat dengan bayi mereka, tetapi mereka juga ingin
mempertahankan keterikatan yang kuat dengan pasangan dan teman-teman mereka, dan
mungkin melanjutkan karir mereka.Dalam investigasi longitudinal yang melacak pasangan
dari akhir kehamilan hingga 3½ tahun setelah bayi mereka lahir, pasangan menikmati
hubungan pernikahan yang lebih positif sebelum bayi mereka lahir. (Cowan & Cowan, 2000;
Cowan & lainnya, 2005). Beberapa pasangan mengatakan bahwa bayinya membawa mereka
lebih dekat bersama-sama dan meningkatkan kemampuan mereka menjadi orang tua dan juga
memberi mereka identitas baru yang lebih stabil sebagai pasangan.

Reciprocal Socialization
Interaksi orang tua-anak bersifat timbal balik (reciprocal socialization) yaitu sosialisasi yang
bersifat dua arah. Sebuah bentuk yang penting dari sosialisasi timbal-balik adalah Scaffolding
yaitu teori yang telah dipaparkan oleh Vygotsky, yakni orang tua berinteraksi sedemikian
rupa sehingga anak memiliki pengalaman bergiliran dengan orang tuanya. Scaffolding
meliputi perilaku orang tua mereka sendiri. Ketika menggunakan scaffolding, pengasuh (ibu)
memberikan kerangka kerja yang positif dan timbal balik untuk berinteraksi antara dirinya
dan anaknya (Santrock, 2012). Hal ini sesuai dengan hasil interview dan observasi pada
ketiga informan bahwa dalam proses pembelajaran pengenalan tulisan, terdapat timbal balik
positif antara ibu dan anak. Ketika ibu berusaha mempengaruhi anak melalui pikiran dan
emosi agar fokus memperhatikan penjelasan ibu, anak senantiasa merespon dengan baik dan
kembali bertanya kepada ibu mengenai hal yang dibahas. Scaffolding adalah dukungan
sementara yang diberikan oleh orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya terhadap anak
sampai anak itu bisa melakukannya sendiri. Scaffolding juga digunakan untuk meningkatkan
keterampilan literasi anak. Ibu bertanya, merespons pertanyaan, serta membangun ide-ide
yang dihasilkan oleh anak (Papalia, 2009). Selain itu, penggunaan dialog sebagai alat
scaffolding merupakan salah satu contoh penting peran bahasa didalam perkembangan anak.
Menurut Vygotsky, tujuan dari percakapan yang dilakukan anak-anak sebetulnya tidak hanya
untuk melakukan komunikasi sosial namun juga untuk membantu mereka dalam
menyelesaikan tugas (mengenal tulisan) (Santrock, 2012). Para peneliti yang dipengaruhi
oleh teori sosiokultural Vygotsky juga mengemukakan sebuah model interaksi sosial (social
interaction model), yang menampung ingatan autobiografis anak yang dibangun secara
kolaboratif dengan orang tua atau orang dewasa lain ketika mereka membicarakan
kejadiankejadian yang dialami bersama (Papalia, 2009). Scaffolding dapat membantu orang
tua dan guru secara efisien memandu kemajuan kognitif anak.

Managing and Guilding Infants’ Behavior


Selain pengasuhan yang sensitif itu melibatkan kehangatan dan perhatian yang
dapat membantu bayi menjadi terikat secara aman dengan orang tua mereka,
aspek penting lainnya dari pengasuhan bayi melibatkan mengelola dan
membimbing perilaku mereka dalam upaya untuk mengurangi atau
menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan (Holden, Vittrup, & Rosen,
2011).
Proses manajemen ini mencakupi :
 Bersikap proaktif dan melindungi lingkungan sehingga bayi tidak akan
menghadapi objek atau situasi yang berpotensi berbahaya
 Terlibat dalam metode korektif ketika bayi terlibat dalam perilaku yang
tidak diinginkan seperti rewel dan menangis yang berlebihan, melempar
benda, dan sebagainya.

Maternal and Paternal Caregiving


Bisakah ayah merawat bayi dengan kompeten seperti ibu? Pengamatan ayah dan bayinya
menunjukkan bahwa ayah memiliki kemampuan untuk bertindak secara sensitif dan responsif
sebagai ibu dengan bayinya (Cabrera & Roggman, 2017; ClarkeStewart & Parke, 2014).
Studi terbaru lainnya menunjukkan bahwaketika ayah terlibat secara positif dengan anak-
anak mereka, perkembangan yang lebih baikberhasil terjadi (Alexander & lainnya, 2017).
Namun, ingatlah bahwa meskipun ayah dapat aktif, mengasuh, dan melibatkan pengasuh
dengan bayi mereka,
dalam banyak budaya pria tidak memilih untuk mengikuti pola ini (Parkinson, 2010). Juga,
jika ayah memiliki masalah kesehatan mental, mereka mungkin tidak berinteraksi secara
efektif dengan bayi mereka. Interaksi ibu biasanya berpusat pada kegiatan pengasuhan anak
seperti memberi makan, mengganti popok, atau mandi. Dari interaksi ayah lebih cenderung
mencakup bermain (Lamb & Lewis, 2015).Ibu terlibat dalam permainan dengan anak-anak
mereka tiga kali lebih sering daripada ayah, ibu dan ayah bermain secara berbeda dengan
anak-anak mereka(Cabrera & Roggman, 2017). Ayah cenderung mengangkat bayi ke udara,
menggelitik mereka, dan sebagainya. Ibu memang bermain dengan bayi, tetapi permainan
mereka kurang bersifat fisik, kurang menggairahkan, dan lebih dapat diprediksi daripada
ayah (Lamb & Lewis, 2015).

CHILD CARE
Banyak orang tua khawatir bahwa penitipan anak akan mengurangi keterikatan emosional
bayi mereka terhadap mereka, membahayakan perkembangan kognitif bayi, gagal mengajari
mereka cara mengendalikan amarah, dan memungkinkan mereka untuk terlalu terpengaruh
oleh lingkungan sekitar mereka.

Parental Leave
Saat ini jauh banyak anak kecil yang berada di penitipan anak daripada waktu lainnya dalam
sejarah. Sekitar 2 juta anak di Amerika Serikat saat ini menerima formal, berlisensi penitipan
anak, dan jutaan anak yang tak terhitung jumlahnya diasuh oleh pengasuh anak tanpa izin.

Variations in Child Care


Banyak faktor yang mempengaruhi efek pengasuhan anak, termasuk usia anak,
jenis pengasuhan anak, dan kualitas program.Di Amerika Serikat, sekitar 15
persen anak-anak berusia 5 tahun ke bawah menghadiri lebih dari satu penitipan
anak. Satu studi terhadap anak-anak berusia 2 dan 3 tahun mengungkapkan
bahwa peningkatan jumlah penitipan anak yang dialami anak-anak dikaitkan
dengan peningkatan masalah perilaku dan penurunan perilaku prososial
(Morrissey, 2009). Jenis penitipan anak sangat bervariasi (Hasbrouck & Pianta,
2016). Penitipan anak disediakan di pusat-pusat besar dengan fasilitas rumit dan
di rumah-rumah pribadi. Beberapa pusat penitipan anak beroperasi secara
komersial lainnya adalah pusat nirlaba yang dijalankan oleh gereja, kelompok
sipil, dan pengusaha. Beberapa penyedia penitipan profesional lainnya adalah
ibu-ibu yang ingin mendapatkan uang tambahan. Bayi dan balita lebih mungkin
ditemukan di tempat penitipan anak keluarga dan tempat penitipan informal,
sementara anak-anak yang lebih besar lebih cenderung berada di pusat penitipan
anak dan program prasekolah dan pendidikan dini. Anak-anak lebih mungkin
mengalami penitipan anak berkualitas buruk jika mereka berasal dari keluarga
dengan sedikit sumber daya psikologis, sosial, dan ekonomi yang rendah.

DAFTAR PUSTAKA
1. Santrock JW. Life-Span Development. 7th ed. New York: McGraw-Hill Education, 2019.

Anda mungkin juga menyukai