Anda di halaman 1dari 38

KONSEP

KEMATIAN, Ns. AULYA AKBAR


M.Kep Sp.Kep J

KEHILANGAN
Kehilangan

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang


berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada,
kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian
atau keseluruhan
Arti dari kehilangan

Sosial budaya

kepercayaan / spiritual
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
Seks/ jenis kelamin

Status social ekonomi


kondisi fisik dan psikologi
individu
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe
yaitu:
• Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh
orang lain, misalnya amputasi,
TIPE kematian orang yang sangat berarti /
di cintai.
KEHILANGAN • Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit
untuk dapat dibuktikan, misalnya;
seseorang yang berhenti bekerja /
PHK, menyebabkan perasaan
kemandirian dan kebebasannya
menjadi menurun.
Kehilangan Kehilangan yang ada
seseorang  seseorang pada diri sendiri (loss
yang dicintai of self)

Kehilangan
lingkungan yang
Kehilangan objek JENIS
sangat dikenal
eksternal
KEHILANGAN

Kehilangan
kehidupan/
meninggal
RENTANG
RESPON
TERHADAP
KEHILANGAN

ACCEPTANC
DENIAL ANGER BARGAINING DEPRESI
E
- Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
Fase denial - Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi
”.’
(penolakan)
- Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.

Fase anger / - Marah diproyeksikan pada orang lain


marah - Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan
- Mulai sadar mengepal.
akan - Perilaku agresif.
kenyataan
Fase bergaining / tawar- menawar.
-Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau
saja yang sakit bukan saya “ seandainya saya hati-hati
“.

Fase depresi
- Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara
atau putus asa.
- Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan
libido menurun.

Fase acceptance
- Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
- Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya
cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus operasi “
• Seseorang menolak kenyataan atau
kehilangan dan mungkin menarik diri,
duduk malas, atau pergi tanpa tujuan.
TEORI
Fase I (shock dan
tidak percaya)
Reaksi secara fisik termasuk pingsan,
diaporesis, mual, diare, detak jantung PROSES
cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan
kelelahan. BERDUKA
Teori Engels (1964)
Proses berduka
• Seseoarang mulai merasakan kehilangan
Fase II secara nyata/akut dan mungkin mengalami
pada orang orang
(berkembangny putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, menjelang ajal
a kesadaran) frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-
tiba terjadi.
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang
Fase III hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat
(restitusi) menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan
untuk mengalihkan kehilangan seseorang.

Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap


Fase IV almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang
kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.

Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari.


Fase V Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat
menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.
• Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan
tidak percaya.
Penghindaran

Teori Rando
(1993) • Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang
sangat tinggi ketika klien secara berulang-
ulang melawan kehilangan mereka dan
Mendefinisikan Konfrontasi
kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan
respon berduka paling akut.

menjadi 3
katagori: • Pada tahap ini terjadi secara bertahap
penurunan kedukaan akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan sosial
dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk
Akomodasi menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
Masa lalu, kematian diartikan berakhirnya
fungsi biologis tertentu spt pernafasan dan
tekanan darah serta kakunya tubuh.

Kematian
Sekarang ada istilah mati otak yaitu
berhentinya aktivitas elektrik di otak walaupun
masih bernafas dan detak jantung masih ada.
Bagian otak yang lebih tinggi sudah berhenti
(berpikir, intelegensi dan kepribadin). Misalnya
org yg tidak sadar dan hidup hanya bergantung
alat2 medis.
Mati otak merupakan definisi neurologis dari
kematian. Seseorang dikatakan mati otak apabila
seluruh aktivitas elektrik di otak berhenti selama
periode waktu tertentu.

Datarnya EEG (Electroenchephalogram) yang


merekam selama periode tertentu, merupakan
kriteria dari mati otak.

Kematian yang terjadi pada mati otak adalah


kematian fungsi kortikal tinggi dan fungsi saraf
batang otak rendah.
Pandangan/
persepsi mengenai
kematian Akhir kehidupan Akhir kehidupan
bervariasi dan dan akhir namun bukan
masing  - masing eksistensi dari akhir dari
merefleksikan manusia. eksistensi.
berbagai nilai dan
filosofi
Konteks Terjadi pergeseran sejarah mengenai batasan definisi kematian
dan kelompok usia individu yang mengalami kematian.
sosio
historis

Kematian pada lansia lebih tidak ditangisi dibandingkan kematian


pada kaum yang lebih muda.

Konteks Yunani Kuno : memandang kematian sama seperti memandang


kehidupan à shg tidak takut dengan kematian
Budaya Amerika : dikondisikan untuk hidup abadi, kaum muda jarang

menyaksikan kematian, kematian tidak dipandang sebagai akhir


dari eksistensi.
Calcutta (India) : terbiasa melihat kematian karena kondisi
kurang nutrisi dan penuh penyakit.
Indonesia : ada kepercayaan religius mengenai kematian
Euthanasia aktif : kematian yg disebabkan oleh suatu usaha yg dg
sengaja dilakukan utk mengakhiri hidup seseorang (misalnya
suntik mati)

Euthanasia pasif : seseorang diijinkan mati dg mencabut


perawatan yg tersedia (misal mencabut alat bantu pernafasan
atau mesin penopang kerja jantung dan paru-paru)

Euthanasia
 Perasaan keluar dari tubuh
Near Death dan penampakan cahaya
Experience terang atau pengalaman
tubuh
Masa Kanak-kanak : bayi belum memiliki
konsep kematian. Anak usia 3-5 th juga
tdk punya ide ttg kematian (tdk bisa
membedakan mati dg tidur). Anak 6-9 th
percaya kematian tp hanya dialami oleh
beberapa org. Sikap thd
Masa remaja : mencoba memahami Kematian
kematian dan menghadapi saat kematian
mereka dg pandangan filosofi religius dan
kehidupan sesudah mati.
Masa dewasa : usia dewasa tengah
menunjukkan kesadaran yg tinggi
mengenai kematian dan kecemasan
thd kematian.

Dewasa akhir lebih siap dan tidak


cemas menghadapi kematian
dibanding dewasa tengah. Dewasa
akhir mengalami dan banyak
membicarakan kematian (teman yang
satu persatu mati).
Pola kehilangan / duka cita atas kematian orang
terdekat :
 Shock dan tidak percaya: rasa kehilangan dan bingung, rasa
sedih dan menangis. Berlangsung selama beberapa minggu

Asik dengan kenangan mereka yang meninggal : menunjukkan


rasa mencoba menerima kematian namun sebenarnya belum
mampu menerima.

Berlangsung enam bulan atau lebih

Resolusi : tahap akhir dicapai ketika orang yang berduka


memperbaiki ketertarikan dalam aktivitas sehari – hari

Pola kehilangan tidak harus mengikuti jalur tersebut


Percaya bhw pendidikan kematian memberikan
persiapan positif baik utk kehidupan maupun
kematian.
Pendidikan
Banyak masyarakat yg masih menolak bicara ttg
kematian kematian.

Ahli tanatologi
Budaya Jawa masih mensakralkan kematian dan
(org yg mempelajari pantang untuk dibicarakan.
kematian dan saat
sekarat)

Kenalkan sejak anak-anak terhadap kematian seperti


diaajak menghadiri pemakaman, menjelaskan
hakekat kematian dan tidak melarang anak utk
bicara kematian.
Mengatasi
Perenungan hidup dapat membantu orang untuk
Semakin banyak makna dan tujuan yang ditemukan
mempersiapkan diri bagi kematian dan memberikan
dalam kehidupan mereka, semakin sedikit rasa takut
rasa takut
terhadap
kesempatan terakhir untuk menyelesaikan tugas
akan kematian
yang belum sempat terselesaikan

kematian
Kehilangan Kehilangan Kehilangan dari
Kehilangan suatu
orang yang aspek diri lingkungan yang
objek ekternal
dicintai (biopsikososial) telah dikenal
SUMBER Keilangan uang/
KEHILANGAN Perpisahan,
perceraian,
kematian
Kehilangan fungsi
tubuh
harta benda,
rumah, binatang
kesayangan

Kehilangan peran
sosial (pekerjaan,
kedudukan)
Kehilangan adalah:

Perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak ada

Situasi yang diharapkan terjadi tidak terjadi

Berduka adalah:
KESIMPULAN
Repons individu terhadap kehilangan

Fase akut berduka 6 – 8 minggu

Penyelesaian kehilangan & berduka secara


menyeluruh memerlukan waktu 1 bulan s.d. 3 tahun
ASUHAN
KEPERAWATAN
BERDUKA
 Respon psikososial yang di tunjukan oleh klien
akibat kehilangan (objek, orang, fungsi,
bagian tubuh atau hubungan) (SDKI,2016)

DEFENISI  Berduka adalah respon emosi yang


diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih,
gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan
lain-lain.
Kematian keluarga atau orang yang berarti

Antisipasi kematian keluarga atau orang


yang berarti
Penyebab
Kehilangan (objek, pekerjaaan, fungsi,
status, bagian tubuh, hubungan sosial)

Antisipasi kehilangan kehilangan(objek,


pekerjaaan, fungsi, status, bagian tubuh,
hubungan sosial)
Berduka diantisipasi Berduka disfungsional

Merupakan pengalaman Merupakan pengalaman


individu dalam individu yang responnya
merespon kehilangan dibesar-besarkan saat
yang aktual ataupun individu kehilangan
JENIS yang dirasakan secara aktual maupun
seseorang, potensial, hubungan,
BERDUKA hubungan/kedekatan, objek dan
objek atau ketidakmampuan
ketidakmampuan fungsional. Tipe ini
fungsional sebelum kadang-kadang
terjadinya kehilangan. menjurus ke tipikal
Tipe ini masih dalam abnormal, atau
batas normal. kesalahan/kekacauan.
OBJEKTIF
• Menangis
• Pola tidur berubah
• Tidak mampu berkonsentrasi
TANDA &
GEJALA Subjektif
MAYOR • Merasa sedih
• Merasa bersalah
• Menyalahkan
• Tidak menerima kehilangan
• Merasa tidak ada harapan
OBJEKTIF
• Marah
• Tampak panik
TANDA & • Fungsi imunitas terganggu
GEJALA
MINOR Subjektif
• Mimpi buruk atau pola mimpi
berubah
• Merasa tidak berguna
• Fobia
Kematian
Putus hubungan
Penyakitanggota
Kanker kerja
keluarga
terminal
Kondisi klinis
Kondisi kehilangan
Cedera Amputasi
medula perinatal
spinalis
yang terkait
Luaran utama : Tingkat berduka

Luaran tambahan :
• Dukungan sosial
TUJUAN & • Harapan
KH • Ketahanan personal
• Resolusi berduka
• Status koping
• Status spiritual
• Tingkat depresi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x 24 jam diharapkan berduka disfungsional
menurun ditandai dengan (verbalisasi kehilangan,
mengungkapkan harapan, perasaan berguna)
meningkat

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3


x 24 jam diharapkan (verbalisasi perasaan sedih,
Lanjut……………. bersalah / menyalahkan orang lain, menangis,
mimpi buruk, fobia, marah, panik) menurun

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3


x 24 jam diharapkan (pola tidur, konsentrasi dan
imunitas) membaik
Pendukung :
1. Dukungan
(kelompok, keluarga,

Utama : keyakinan,
memaafkan,
pelaksanaan ibadah,
perasaan bersalah)
• Dukungan 2. Konseling
Intervensi proses 3. Manajemen (mood
dan pengendalian
berduka marah)

• Dukungan 4. Pencegahan
penggunaan zat

emosional 5. Promosi koping


6. Terapi (keluarga,
reminisens dan
sentuhan)
Intervensi 1 : Tindakan
Dukungan
proses berduka Observasi
Memfasilitasi • Identifikasi kehilangan yang dihadapinya
menyelesaikan • Identifikasi proses berduka yang dialami
proses berduka • Identifikasi sifat keterikatan pada benda
terhadap yang hilang atau orang yang meninggal
kehilangan • Identifikasi reaksi awal terhadap
yang bermakna kehilangan
Terapeutik
 Tunjukkan sikap menerima dan empati
 Motivasi agar mau mengungkapkan perasaan kehillangan
 Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga atau orang terdekat
 Fasilitasi melakukan kebiasaan sesuai dengan budaya,a gama dan
norma sosial
 Fasilitasi mengekspresikan perasaan dengan cara yang nyaman bagi
klien (berteriak di tempat kosong, menangis, menulis)
 Diskusikan strategi koping yang dapat di gunakan

Edukasi
 Jelaskan pada pasien dan keluarga proses berduka adalah hal yang
wajar
 Anjurkan megidentifikasi ketakutan terbesar dalam kehilangan
 Anjurkan mengekspresikan perasaan tentang kehilangan
 Anjurkan melewati proses berduka secara bertahap
Observasi
 Identifikaasi fungsi marah, frustasi, dan amuk pada pasien
Intervensi  Identifikasi hal yang memicu emosi pasien
2 :dukungan
emosional
Terapeutik
 Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah atau sedih
Memfasilitasi
penerimaan  Buat pernyataan suportif atau empati selama proses berduka
kondisis  Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan
(merangkul / menepuk2)
emosional
selama masa  Tetap bersama pasien dan pastikan keamaan selama
ansietas, jika perlu
stress
 Kurangi tuntutan berfikir saat sakit atau lelah
 Edukasi
1. Jelaskan konsekwensi tidak menghadapi rasa
bersalah dan malu
2. Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami
(mis: marah, cemas, sedih)
Lanjut……… 3. Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional
sebelumnya dan pola respon yang biasadigunakan
……
4. Anjurkan penggunaan mekanisme pertahanan
yang tepat

 Kolaborasi
1.Rujuk untuk konseling

Anda mungkin juga menyukai