KEHILANGAN
Kehilangan
Sosial budaya
kepercayaan / spiritual
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
Seks/ jenis kelamin
Kehilangan
lingkungan yang
Kehilangan objek JENIS
sangat dikenal
eksternal
KEHILANGAN
Kehilangan
kehidupan/
meninggal
RENTANG
RESPON
TERHADAP
KEHILANGAN
ACCEPTANC
DENIAL ANGER BARGAINING DEPRESI
E
- Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
Fase denial - Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi
”.’
(penolakan)
- Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.
Fase depresi
- Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara
atau putus asa.
- Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan
libido menurun.
Fase acceptance
- Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
- Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya
cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus operasi “
• Seseorang menolak kenyataan atau
kehilangan dan mungkin menarik diri,
duduk malas, atau pergi tanpa tujuan.
TEORI
Fase I (shock dan
tidak percaya)
Reaksi secara fisik termasuk pingsan,
diaporesis, mual, diare, detak jantung PROSES
cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan
kelelahan. BERDUKA
Teori Engels (1964)
Proses berduka
• Seseoarang mulai merasakan kehilangan
Fase II secara nyata/akut dan mungkin mengalami
pada orang orang
(berkembangny putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, menjelang ajal
a kesadaran) frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-
tiba terjadi.
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang
Fase III hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat
(restitusi) menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan
untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
Teori Rando
(1993) • Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang
sangat tinggi ketika klien secara berulang-
ulang melawan kehilangan mereka dan
Mendefinisikan Konfrontasi
kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan
respon berduka paling akut.
menjadi 3
katagori: • Pada tahap ini terjadi secara bertahap
penurunan kedukaan akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan sosial
dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk
Akomodasi menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
Masa lalu, kematian diartikan berakhirnya
fungsi biologis tertentu spt pernafasan dan
tekanan darah serta kakunya tubuh.
Kematian
Sekarang ada istilah mati otak yaitu
berhentinya aktivitas elektrik di otak walaupun
masih bernafas dan detak jantung masih ada.
Bagian otak yang lebih tinggi sudah berhenti
(berpikir, intelegensi dan kepribadin). Misalnya
org yg tidak sadar dan hidup hanya bergantung
alat2 medis.
Mati otak merupakan definisi neurologis dari
kematian. Seseorang dikatakan mati otak apabila
seluruh aktivitas elektrik di otak berhenti selama
periode waktu tertentu.
Euthanasia
Perasaan keluar dari tubuh
Near Death dan penampakan cahaya
Experience terang atau pengalaman
tubuh
Masa Kanak-kanak : bayi belum memiliki
konsep kematian. Anak usia 3-5 th juga
tdk punya ide ttg kematian (tdk bisa
membedakan mati dg tidur). Anak 6-9 th
percaya kematian tp hanya dialami oleh
beberapa org. Sikap thd
Masa remaja : mencoba memahami Kematian
kematian dan menghadapi saat kematian
mereka dg pandangan filosofi religius dan
kehidupan sesudah mati.
Masa dewasa : usia dewasa tengah
menunjukkan kesadaran yg tinggi
mengenai kematian dan kecemasan
thd kematian.
Percaya bhw pendidikan kematian memberikan
persiapan positif baik utk kehidupan maupun
kematian.
Pendidikan
Banyak masyarakat yg masih menolak bicara ttg
kematian kematian.
Ahli tanatologi
Budaya Jawa masih mensakralkan kematian dan
(org yg mempelajari pantang untuk dibicarakan.
kematian dan saat
sekarat)
kematian
Kehilangan Kehilangan Kehilangan dari
Kehilangan suatu
orang yang aspek diri lingkungan yang
objek ekternal
dicintai (biopsikososial) telah dikenal
SUMBER Keilangan uang/
KEHILANGAN Perpisahan,
perceraian,
kematian
Kehilangan fungsi
tubuh
harta benda,
rumah, binatang
kesayangan
Kehilangan peran
sosial (pekerjaan,
kedudukan)
Kehilangan adalah:
Berduka adalah:
KESIMPULAN
Repons individu terhadap kehilangan
Luaran tambahan :
• Dukungan sosial
TUJUAN & • Harapan
KH • Ketahanan personal
• Resolusi berduka
• Status koping
• Status spiritual
• Tingkat depresi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x 24 jam diharapkan berduka disfungsional
menurun ditandai dengan (verbalisasi kehilangan,
mengungkapkan harapan, perasaan berguna)
meningkat
Utama : keyakinan,
memaafkan,
pelaksanaan ibadah,
perasaan bersalah)
• Dukungan 2. Konseling
Intervensi proses 3. Manajemen (mood
dan pengendalian
berduka marah)
• Dukungan 4. Pencegahan
penggunaan zat
Edukasi
Jelaskan pada pasien dan keluarga proses berduka adalah hal yang
wajar
Anjurkan megidentifikasi ketakutan terbesar dalam kehilangan
Anjurkan mengekspresikan perasaan tentang kehilangan
Anjurkan melewati proses berduka secara bertahap
Observasi
Identifikaasi fungsi marah, frustasi, dan amuk pada pasien
Intervensi Identifikasi hal yang memicu emosi pasien
2 :dukungan
emosional
Terapeutik
Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah atau sedih
Memfasilitasi
penerimaan Buat pernyataan suportif atau empati selama proses berduka
kondisis Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan
(merangkul / menepuk2)
emosional
selama masa Tetap bersama pasien dan pastikan keamaan selama
ansietas, jika perlu
stress
Kurangi tuntutan berfikir saat sakit atau lelah
Edukasi
1. Jelaskan konsekwensi tidak menghadapi rasa
bersalah dan malu
2. Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami
(mis: marah, cemas, sedih)
Lanjut……… 3. Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional
sebelumnya dan pola respon yang biasadigunakan
……
4. Anjurkan penggunaan mekanisme pertahanan
yang tepat
Kolaborasi
1.Rujuk untuk konseling