Anda di halaman 1dari 20

MEKANISME

KOPING ADAPTIF
AFILIASI
Dosen Pengampu : Isna Ovari, S.Kp, M.Kep
Nama : Nadila Octavia
NIM : 19010007
Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa I
KASUS
Di Indonesia saat ini, smartphone merupakan barang yang pasti dimiliki oleh
berbagai lapisan masyarakat di kota maupun di desa, baik untuk kalangan
menengah maupun kalangan atas. Saat ini diperkirakan sekitar 60 juta orang
Indonesia memiliki gadget, dan Indonesia sendiri berada pada urutan kelima
sebagai kepemilikan gadget terbanyak di dunia (Devega,2017).

Survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia/APJII (2018) menyatakan


bahwa pengguna handphone untuk mengakses internet di
Indonesia saat tahun 2018 sekitar 64,8% orang dari keseluruhan jumlah
masyarakat indonesia.
KASUS
Kecanggihan yang diberikan smartphone dapat memberikan dampak negatif
pada penggunanya seperti pendapat Chloe dalam (Widodo & Amanda, 2015)
bahwa smartphone dapat menganggu pola tidur, individu jadi terpengaruh oleh
suara dari notifikasi smartphone, terlalu tergantung pada perangkat smartphone,
dan merasa khawatir ketika tidak menggunakan smartphone atau disebut
nomophobia.
KASUS
Menurut Yildirim nomophobia adalah perasaan cemas, gelisah, khawatir atau
takut saat berada jauh dengan smartphone yang diakibatkan karena efek
samping dari penggunaan pada smartphone yang berlebihan. Hal ini terjadi
karena penggunanya merasa jika smartphone
sudah menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupannya, dengan
kecanggihan fungsinya yang semakin mumpuni, smartphone memberikan
kemudahan untuk penggunanya bisa berkomunikasi kapanpun, dan dimanapun
juga karena smartphone memberikan kemudahan dalam pengaksesan informasi.
Oleh karena itu, individu yang semakin bergantung pada smartphone daripada
sebelumnya, akhirnya akan semakin meningkatkan kecemasan pada dirinya
ketika mereka tidak bisa mengakses smartphonenya. (Yildirim, 2014).
Latar Belakang
Maslow (dalam Koeswara, 1991) mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk
yang tidak pernah berada dalam keadaan sepenuhnya puas. Bagi manusia
kepuasan itu sifatnya sementara, jika suatu kebutuhan telah terpuaskan yang lain
akan muncul menuntut kepuasan, begitu seterusnya. Berdasarkan ciri yang
demikian, Maslow mengajukan gagasan bahwa kebutuhan pada manusia adalah
bawaan, tersusun menurut tingkatan atau bertingkat, dengan kebutuhan dasar
fisiologis sebagai kebutuhan pertama, lalu seterusnya diikuti oleh kebutuhan
akan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan memiliki, kebutuhan akan rasa harga
diri dan yang terakhir adalah kebutuhan akan aktualisasi diri.
Definisi Afilisia
Pengertian Afiliasi menurut para ahli :
David McClelland, kebutuhan untuk melakukan interaksi
dengan orang lain dikenal dengan konsep kebutuhan
afiliasi. Kebutuhan affiliasi adalah suatu istilah yang
dipopulerkan oleh David McClelland ia menguraikan
bahwa kebutuhan afiliasi adalah suatu kebutuhan dari
seseorang untuk merasakan suatu perasaan terlibat dan
ikut serta di dalam suatu kelompok sosial. Orang-orang
dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi mendambakan
suatu hubungan antar pribadi yang hangat.
Lanjutan…
1. Kebutuhan afiliasi adalah hasrat untuk disukai dan diterima baik oleh orang-
orang lain (dalam Robbins, 1996). Stanley (dalam Gellerman, 1984)
menyatakan bahwa, afiliasi merupakan keinginan untuk bersatu dengan
orang lain tanpa memperdulikan apapun kecuali kebersamaan yang jelas
dapat diperoleh.
2. Afiliasi adalah suatu bentuk kebutuhan akan pertalian dengan orang lain,
pembentukan persahabatan, ikut serta dalam kelompok-kelompok tertentu,
kerja sama dan kooperasi (Chaplin, 2002). Afiliasi menurut Poerwadarwinta
(1986), adalah penggabungan, perkaitan, kerja sama, penerimaan sebagai
anggota (suatu golongan masyarakat atau perkumpulan).
Faktor-Faktor Kebutuhan Afiliasi

Martaniah (dalam Nurwanti, 1998), mengemukakan bahwa faktor-faktor


kebutuhan berafiliasi adalah sebagai berikut :
a. Kebudayaan
Kebutuhan afiliasi sebagai kebutuhan sosial juga tidak luput dari pengaruh
kebudayaan, nilai-nilai yang berlaku pada suatu tempat ataupun kebiasaan-
kebiasaan. Dalam masyarakat yang menilai tinggi kebutuhan berafiliasi, akan
mengakibatkan pengembangan dan pelestarian kebutuhan tersebut, sebaliknya
jika kebutuhan tersebut tidak di nilai tinggi, itu akan menipis dan tidak akan
tumbuh subur.
Lanjutan…

b. Situasi yang Bersifat Psikologik


Seseorang yang tidak yakin akan kemampuannya atau tidak yakin pendapatnya,
akan merasa tertekan, rasa tertekan ini akan berkurang jika dilakukan
pembandingan sosial. Kesempatan untuk meningkatkan diri melalui
pembandingan dengan orang akan meningkatkan afiliasi, dan bila orang
tersebut dalam pembandingan ini merasa lebih baik, ini akan lebih menguatkan
sehingga menghasilkan afiliasi yang lebih besar.
Lanjutan…

c. Perasaan dan Kesamaan


Pengaruh faktor-faktor persamaan dan kesamaan dapat dilihat dalam
kehidupan sehari-hari, sebagai contoh dapat dilihat bahwa orang yang memiliki
kesamaan pendidikan, kesamaan status, kesamaan kelompok etnik lebih
tertarik satu sama lain dan saling membentuk kelompok, misalnya kelompok
perguruan tinggi tertentu, kelompok profesi tertentu, kelompok suku tertentu
dan lain sebagainya. Orang yang kesepian akan lebih terdorong membuat
afiliasi daripada orang yang tidak kesepian, juga orang yang kurang mempunyai
perasaan aman akan terdorong untuk membuat afiliasi daripada orang yang
mempunyai perasaan aman tinggi.
Karakteristik Kebutuhan Berafiliasi

Karakteristik yang ditampilkan oleh individu yang


memiliki afiliasi yang kuat dikemukakan oleh
McClelland (1987 : 356) adalah sebagai berikut :
a. Akan tampil lebih baik jika ada insentif afiliasi
Individu butuh akan penghargaan maupun identitas
diri, kebutuhan ini akan dapat terpenuhi apabila
individu bersama dengan orang lain, yaitu dengan
cara mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya dan
aktif mengikuti kegiatan selain menghasilkan prestasi
juga mengandung insentif afiliasi berupa
penghargaan dan identitas diri dari orang lain.
Lanjutan…
b. Mempertahankan hubungan antar induvidu
Individu dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi akan belajar hubungan sosial
dengan cepat. Lebih peka dan banyak berkomunikasi dengan orang lain, juga
berharap untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain.
Mempertahankan hubungan antar individu akan tampak bila individu berusaha
untuk terlibat dengan orang - orang disekitarnya, diantaranya dengan menjalin
keakraban dengan orang lain dan menjaga persahabatan yang telah terbina.
c. Kerjasama dan menghindari persaingan
Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung setuju dengan
pendapat orang lain yang tidak dikenal, yang tidak sependapat dengannya
selama orang tersebut dianggap menarik. Individu dengan kebutuhan afiliasi
yang tinggi senang bekerjasama dengan teman - teman dan bersikap mengalah
dari orang lain untuk menghindari situasi yang bersifat kompetitif.
Lanjutan…
d. Rasa takut akan penolakan
Individu dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi akan menunjukkan terhadap
situasi penolakan, merasa sendiri bila ditinggalkan secara fisik dan menekankan
rasa saling mengasihi. Individu berusaha bertindak dalam berbagai cara untuk
menghindari konflik dan persaingan karena mereka merasa takut mendapat
umpan balik negatif dari orang lain. Agar tidak mendapat umpan balik dari orang
lain dengan cara berbuat baik dengan sesama teman dan mengikuti aturan yang
ada.
e. Tingkah laku kepemimpinan dalam kelompok
Karakteristik pemimpin yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi, dalam tugas
senang berada bersama anggota kelompoknya dan lebih banyak menghabiskan
waktu untuk mengurangi perbedaan antar anggota agar dapat selalu bersama -
sama. Selain itu karakteristik pemimpin yang memiliki kebutuhan afiliasi yang
tinggi mampu mengarahkan aktifitas sebuah kelompok yang terorganisasi
menuju pencapaian suatu tujuan.
Komponen Kebutuhan Afiliasi

Robert Weiss (dalam Sears, 1992) mengungkapkan 6 (enam) dasar


ketentuan berafiliasi dalam hubungan sosial bagi individu,Integritas
yaitu: sosial
merupakan perasaan

01 02
Kasih sayang merupakan rasa berbagai minat dan sikap
aman dan ketenangan yang yang sering diberikan oleh
diberikan oleh hubungan hubungan dengan teman
yang sangat erat. yang memungkinkan adanya
persahabatan dan rasa
mempunyai kelompok.
Harga diri diperoleh jika
03 orang mendukung perasaan
kita, dalam arti memiliki 04
Harga diri diperoleh jika
orang mendukung
perasaan kita, dalam arti
peran dan kemampuan.
memiliki peran dan
kemampuan.
Lanjutan…

Robert Weiss (dalam Sears, 1992) mengungkapkan 6 (enam) dasar


ketentuan berafiliasi dalam hubungan sosial bagi individu, yaitu:

05 Bimbingan merupakan nasehat


dan informasi
harapkan.
yang kita

Kesempatan untuk mengasuh

06 terjadi jika kita bertanggung


jawab terhadap kesejahteraan
orang lain.
Ciri-Ciri Individu
Dengan Kebutuhan Berafiliasi
Menurut Frank Petrock, orang-orang dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi
cenderung menunjukkan perilaku sebagai berikut:
1. Mendahulukan kepentingan umum saat bekerja.
2. Setuju, bersimpati serta menghibur orang lain.
3. Lebih mengutamakan perasaan daripada logika saat berkomunikasi.
4. Lebih efektif jika bekerja secara kelompok.
5. Menghindari suasana menyendiri atau tidak ada kontak dengan orang lain.
6. Suka menyenangkan orang lain.
7. Sabar dalam melayani orang lain.
8. Melihat suatu argumen dari banyak sisi.
9. Perfeksionisme dalam memecahkan masalah.
10. Memiliki rasa tanggungjawab yang kuat.
Alasan-Alasan Individu Memenuhi
Kebutuhan Afiliasi

Setiap individu memiliki alasan yang berbeda -


beda dalam memenuhi kebutuhan afiliasi.
Beberapa para ahli mengemukakan alasan -
alasan seseorang untuk berafiliasi. Menurut
McAdams dan Losof (dalam Sarlito, 1999 : 201)
alasan individu berafiliasi diantaranya adalah :
 
a. Kebutuhan untuk mengurangi kecemasan atau
ketidakpastian
b. Mendapat rangsang positif dari orang lain
c. Mendapat dukungan emosional
d. Mendapat perhatian dari orang lain
Lanjutan….
Boyatzis (dalam A.S Munandar, 1993 : 77)
mengatakan keinginan berafiliasi berdasarkan dua
cara, yaitu :
a. Approach Affiliation
Yaitu persahabatan yang berdasarkan keinginan
untuk menciptakan, membangun hubungan baik,
penuh kasih sayang, mengadakan kontak dengan
orang lain.
b. Avoidance Affiliation
Yaitu persahabatan yang berdasarkan keinginan
untuk menghindari sesuatu. Menyangkut keinginan
untuk mempertahankan persahabatan, takut ditolak
atau ditinggalkan sendirian oleh orang lain.
Lanjutan…
James dan Joan (1990 : 247) menyatakan bahwa seorang individu
memiliki alasan untuk berafiliasi berdasarkan tiga teori, yaitu :
a. Social Change Theory (Teori Pertukaran Sosial)
Seseorang berafiliasi untuk mencapai tujuan tertentu, tujuan ini
hanya dapat dicapai bila individu berafiliasi dengan orang lain.
Berafiliasi dengan orang lain dijadikan perantara untuk mencapai
tujuan.
b. Reinforcement Theory (Teori Penguatan)
Kebutuhan akan penghargaan maupun identitas diri hanya dapat
dipenuhi bila ada orang lain. Oleh sebab itu individu berafiliasi
dengan keinginan untuk mendapatkan penghargaan maupun
identitas diri.
c. Social Comparison Theory (Teori Perbandingan Sosial)
Individu berafiliasi untuk membandingkan perasaan mereka sendiri
dengan perasaan orang lain dalam situasi yang sama.
Thanks!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai