Anda di halaman 1dari 39

KEHILANGAN DAN

BERDUKA
Rita Riyanti Kusumadewi, SST, M.Kes
DEFINISI
• Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada,
kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan
• Kehilangan & Kematian : peristiwa dari pengalaman
manusia yg bersifat universal dan unik secara
individual.
• Kehilangan karena kematian : suatu keadaan pikiran,
perasaan, dan aktivitas yg mengikuti kehilangan.
• Dukacita : proses mengalami reaksi psikologis, sosial,
dan fisik thd kehilangan yg dipersepsikan (Rando, 1991).
• Berkabung : proses yg mengikuti suatu kehilangan dan
mencakup berupaya untuk melewati dukacita
• Kehilangan terjadi ketika sst atau sso tidak dapat lagi
ditemui, diraba, didengar, diketahui, atau dialami.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

1. Arti dari kehilangan


2. Sosial budaya
3. kepercayaan / spiritual
4. Peran seks
5. Status social ekonomi
6. kondisi fisik dan psikologi individu
TIPE KEHILANGAN
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang
lain, misalnya amputasi, kematian orang
yang sangat berarti / di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit
untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang
yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan
perasaan kemandirian dan kebebasannya
menjadi menurun.
JENIS KEHILANGAN
• Kehilangan seseorang  seseorang yang
dicintai
• Kehilangan yang ada pada diri sendiri
(loss of self)
• Kehilangan objek eksternal
• Kehilangan lingkungan yang sangat
dikenal
• Kehilangan kehidupan/ meninggal
RENTANG RESPON KEHILANGAN

BARGAININ ACCEPTAN
DENIAL ANGER DEPRESI
G CE
1. Fase denial (penolakan)
- Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai
kenyataan
- Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu
terjadi ”.’
- Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis,
gelisah.

2. Fase anger / marah


- Mulai sadar akan kenyataan
- Marah diproyeksikan pada orang lain
- Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah
tidur, tangan mengepal.
- Perilaku agresif.
3. Fase bergaining / tawar- menawar
-Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau
saja yang sakit bukan saya “ seandainya saya hati-hati “.

4. Fase depresi
- Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau
putus asa.
- Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan
libido menurun.

5. Fase acceptance
- Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
- Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya
cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus operasi “
BERDUKA
DEFINISI

• Berduka adalah respon emosi yang


diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih,
gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur,
dan lain-lain.
• Berduka diantisipasi adalah suatu
status yang merupakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan
yang aktual ataupun yang dirasakan
seseorang, hubungan/kedekatan, objek
atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini
masih dalam batas normal.
• Berduka disfungsional adalah suatu
status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-
besarkan saat individu kehilangan
secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan
fungsional. Tipe ini kadang-kadang
menjurus ke tipikal abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.
TAHAPAN KESEDIHAN
1. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase
yang dapat diaplokasikan pada seseorang yang sedang
berduka maupun menjelang ajal.
• Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin
menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi
secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak
jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
• Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut
dan mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan
bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
• Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan
yang hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak
dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang
bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.

• Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan
terhadap almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat
menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu
terhadap almarhum.

• Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai
diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan
seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran
baru telah berkembang.
2. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969)
adalah berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap,
yaitu sebagai berikut:
a)  Penyangkalan/pengingkaran (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat
menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan.
Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau
“Tidak akan terjadi pada saya!” umum dilontarkan klien.
b)    Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak
lebih” pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif
sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini
merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan
merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi
kehilangan.
c. Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan
cara yang halus atau jelas untuk mencegah kehilangan.
Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang
lain.
d)  Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak
nyata dari makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini
memberi kesempatan untuk berupaya melewati
kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
e)  Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut.
Kubler-Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila
seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada
hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus
asa.
3. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3
katagori:
• Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak
percaya.
• Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi
ketika klien secara berulang-ulang melawan kehilangan
mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan
paling akut.
• Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan
akut dan mulai memasuki kembali secara emosional dan
sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk
menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
Proses kehilangan
• Menjelang ajal (dying)
• Kematian (death)
DYING
Durasi b`variasi, menit sampai minggu.
Tanda Klinis Dying :
 Refleks menghilang
 Respirasi > cepat, dyspnea, kadang cheyne stokes
 Kulit dingin, lembab, tp suhu inti tubuh me
 Pupil dilatasi & terfiksasi sampai diameter tt
 Nadi cepat & lemah
 TD
 Pe kesadaran
 Wajah tampak kurus - cyanosis
Intervensi Kep Klien Dying

a. Emotional Intervention
 Bebaskan klien dr kesendirian, rasa
takut & depresi  butuh sso
u/mhabiskan waktu
 Pelihara keamanan, kepercayaan diri,
& martabat klien  jangan diabaikan
 Pelihara harapan klien
 Spiritual support  terutama malam
hari
b. Physiologic Intervention
 Analgesic
 Pe kemampuan mengontrol defekasi &
urination  gunakan handuk & kateter
 Akumulasi secret/mucus  suction
 Lubrikasi mukosa mulut  air, juice  akibat
kekeringan & pe suhu tubuh
 Atur posisi  tonus otot
 Posisi fowler (pasien sadar)  membantu
mempermudah respirasi
Posisi sim`s (pasien tdk sadar) membantu
mengeluarkan secret
 Ciptakan lingk kondusif  penerangan cukup
(pe fungsi penglihatan)
Kematian
• Tanda fisik mejelang kematian:
• Penurunan tonus otot
• Sirkulasi melemah
• Kegagalan fungsi sensorik
• Penurunan/kegagalan fungsi pernafasan
Tanda kematian:
• Henti nafas
• Hilang respon
• Hilang kontrol atas sfingter kandung kemih
• Hilang kemampuan panca indra
Tanda setelahkematian:
• Kaku (2-4jam stlh kematian)
• Dingin
• Perubahan warna kulit pada daerah yg tertekan
• Lakukan perawatan jenazah
PERUBAHAN FISIOLOGIS SESUDAH
KEMATIAN
1. Rigor mortis :
 Kekakuan tbh 2-4 jam sampai 96 jam setelah
kematian
 Muncul akibat pe sintesis ATP
 ATP penting u/ relaksasi otot
ATP : relaksasi otot terganggu  otot
kontraksi/kaku
 Rigor mortis dimulai dari otot2 involunter
(jantung, bladder,dll) lalu ke kepala, leher,
rahang, & ektremitas.
 posisikan tbh dlm posisi anatomis, tu2p
mata & mulut, copot gigi palsu
2. Algor mortis :
 Seiring penurunan TD & fungsi
hipothalamus  suhu tubuh 1 C/jam
sampai di bawah suhu ruangan
 Pada waktu yg sama elastisitas kulit
berkurang  kulit mudah rusak & robek
 Lepaskan plester& balutan scr perlahan
3. Postmortem Decomposition
 Livor mortis :
sirkulasi darah  kulit discolored (PD rusak
sel darah rusak  Hb mewarnai jaringan
sekitar) warna kulit tidak merata, bercak
kebiruan terutama daerah > bawah
 Tinggikan kepala u/mcegah perub warna pd
wajah
 Terjadi penguraian o/bakteri terutama pd jaringan
lunak
 Penguraian o/bakteri bisa dipercepat o/suhu yg
meningkat
 Suhu rendah menghambat penguraian
 Simpan dlm tempat yg dingin di RS
PENGKAJIAN
• Faktor Genetik: riwayat depresi dalam
keluarga
• Kesehatan Fisik
• Kesehatan mental
• Pengalaman kehilangan di masa lalu
• Struktur kepribadian
• Stresor perasaan kehilangan
DIAGNOSIS
• Berduka berhubungan dengan kehilangan
aktual atau kehilangan yang dirasakan
• Berduka antisipatif berhubungan dengan
perpisahan atau kehilangan
• Berduka disfungsional berhubungan
dengan kehilangan orang/benda yang
dicintai atau memiliki arti besar
PERENCANAAN DAN TINDAKAN

1. Membina dan meningkatkan hubungan


saling percaya dengan cara:
- Mendengarkan pasien bicara
- Memberi dorongan agar pasien mau
mengungkapkan perasaannya
- Menjawab pertanyaan pasien secara
langsung, menunjukkan sikap menerima
dan empati
2. Mengenali faktor-faktor yang mungkin
menghambat dengan cara:
- Bersama pasien mendiskusikan hubungan
pasien dengan orang atau objek yang
pergi atau hilang
- Menggali pola hubungan pasien dengan
orang yang berarti
3. Mengurangi atau menghilangkan faktor
penghambat dengan cara:
- Bersama pasien mengingat kembali cara
mengatasi perasaan berduka di masa lalu
- Memperkuat dukungan serta kekuatan yang
dimiliki pasien dan keluarga
- Mengenali dan menghargai sosial budaya,
agama serta kepercayaan yang dianut oleh
pasien dan keluarga dalam mengatasi
perasaan kehilangan
4. Memberi dukungan terhadap repsons
kehilangan pasien dengan cara:
- Menjelaskan kepada pasien atau keluarga
bahwa sikap mengingkari, marah, tawar
menawar, depresi dan menerima adalah
wajar dalam menghadapi kehilangan
- Memberi gambaran tentang tata cara
mengungkapkan perasaan yang bisa diterima
- Menguatkan dukungan keluarga atau orang
yang berarti
5. Meningkatkan rasa kebersamaan antar anggota
keluarga dengan cara:
- Menguatkan dukungan keluarga atau orang
yang berarti
- Mendorong pasien untuk menggali perasaannya
bersama anggota keluarga lainnya
- Menjelaskan manfaat hubungan dengan orang
lain
- Mendorong keluarga untuk mengevaluasi
perasaan dan sling mendukung satu sama lain.
6. Menentukan tahap keberadaan pasien
dengan cara:
- Mengamati perilaku pasien
- Menggali pikiran dan perasaan pasien
yang selalu timbul dalam dirinya
INTERVENSI KHUSUS PER TAHAP RESPON
KEHILANGAN

1. Tahap pengingkaran
a. Memberi kesempatan pada pasien
untuk mengungkapkan perasaannya
b. Menunjukkan sikap menerima dengan
ikhlas dan mendorong pasien untuk
berbagi rasa
c. Memberi jawaban yang jujur terhadap
pertanyaan pasien tentang sakit,
pengobatan dan kematian
2. Tahap marah
Mengizinkan dan mendorong pasien
mengungkapkan rasa marah secara
verbal tanpa melawan kemarahan
tersebut, dengan cara:
- Menjelaskan kepada keluarga bahwa
kemarahan pasien sebenarnya tidak
ditujukan kepada mereka
- Membiarkan pasien menangis
- Mendorong pasien untuk membicarakan
kemarahannya
3. Tahap tawar menawar
Membantu pasien menungkapkan rasa
bersalah dan takut dengan cara:
- Mendengarkan ungkapan dengan
penuh perhatian
- Mendorong pasien untuk
membicarakan rasa takut atau rasa
bersalahnya
- Membahas bersama pasien mengenai
penyebab rasa bersalah atau rasa
takutnya
4. Tahap depresi
a. Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan
takut dengan perasaannya
- Mengamati perilaku pasien dan bersama
dengannya membahas perasaannya
- Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri
b. Membantu pasien mengurangi rasa bersalah
- Menghargai perasaan pasien
- Membantu pasien menemukan dukungan yang
positif
- Memberi kesempatan untuk menangis dan
mengungkapkan perasaannya
- Bersama pasien membahas pikiran negatif yang
selalu timbul
5. Tahap penerimaan
Membantu pasien menerima kehilangan yang
tidak bisa dielakkan dengan cara:
- Membantu keluarga mengunjungi pasien
secara teratur
- Membantu keluarga berbagi rasa
- Membahas rencana setelah masa
berkabung terlewati
- Memberi informasi akurat tentang
kebutuhan pasien dan keluarga
EVALUASI
• Kemampuan untuk menghadapi atau
memaknai arti kehilangan
• Reaksi terhadap kehilangan
• Perubahan perilaku yang menerima arti
kehilangan

Anda mungkin juga menyukai