Anda di halaman 1dari 19

ASKEP PADA KLIEN

DENGAN KEHILANGAN DAN


BERDUKA

CREATED BY :
GROUPS 1
Definisi Kehilangan

Kehilangan suatu
kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang
dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
dapat bersifat aktual (dapat
dirasakan) dan bersifat persepsi.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kehilangan

Faktor-
faktor

Perkemb Sosial Penyebab


Keluarga Kultural Agama
angan Ekonomi Kematian

anak- orang
anak dewasa
Jenis-Jenis Kehilangan
1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai

misalnya orang terdekat, mencakup orang tua, suami,


istri, kakak, adik, pacar, guru, teman dekat, saudara, dll
kehilangan dapat terjadi karena perpisahan, pindah,
kematian, kerja, dll

2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)

meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri,


kemampuan fisik dan mental,peran dalam kehidupan,
dan dampaknya.misalnya kehilangan pendengaran, ingatan,
usia muda, fungsi tubuh.
3. Kehilangan objek eksternal

Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri


atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan.
Cont,,

4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal


terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal dalam waktu
satu periode atau bergantian secara permanen.Misalnya
pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru
dan proses penyesuaian baru.
5. Kehilangan kehidupan/ meninggal

Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan,


pikiran dan respon pada kegiatan dan orang
disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya
Rentang Respon Kehilangan
Denial Anger Bergaining Depresi
Acceptance

1) Fase denial
Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
Verbalisasi; itu tidak mungkin, saya tidak percaya itu
terjadi .
Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.
cont,,
2) Fase anger / marah

Mulai sadar akan kenyataan

Marah diproyeksikan pada orang lain

Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.

Perilaku agresif.

3) Fase bergaining / tawar- menawar.

Adanya tawar menawar seperti verbalisasi kenapa harus terjadi pada saya? dinetralkan
menjadi seandainya saya berhati-hati, pasti tidak terjadi pada saya. Maksud disini adalah
adanya suatu mekanisme pertahanan diri untuk tidak menyalahkan diri sendiri.

4) Fase depresi

Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.

Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.

5) Fase acceptance

Pikiran pada objek yang hilang berkurang.

Verbalisasi ; apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh, yah, akhirnya saya
harus operasi.
Definisi Berduka
Berduka respon emosi yang
diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih,
gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur,
dan lain-lain. respon normal pada
semua kejadian kehilangan
NANDA merumuskan ada dua tipe dari
berduka yaitu berduka diantisipasi dan
berduka disfungsional.
JENIS-
JENIS
BERDUKA

Berduka Berduka Berduka Berduka


normal antisipatif yang rumit tertutup
Konsep dan Teori dari Proses Berduka
1. Teori Engels (1964)
a) Fase I (shock dan tidak percaya)
menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas, atau pergi
tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak
jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan
b) Fase II (berkembangnya kesadaran)
Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba
terjadi.
c) Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong,
karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang
yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
d) Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum.
Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu
terhadap almarhum.
e) Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga
pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru
telah berkembang.
2. Teori Kubler-Ross (1969)

a) Penyangkalan (Denial)

Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak
untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan.

b) Kemarahan (Anger)

Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung
dan marah.

c) Penawaran (Bargaining)

Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain.

d) Depresi (Depression)

Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna
kehilangan tersebut.

e) Penerimaan (Acceptance)

Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut.


3. Teori Martocchio (1985)

menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang tumpang tindih


dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor
yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri.

4. Teori Rando (1993)

a. Penghindaran

Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.

b. Konfrontasi

Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi.

c. Akomodasi

Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai memasuki
kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk
menjalani hidup dengan kehidupan merek
PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKA

KUBLER-ROSS MARTOCCHIO
ENGEL (1964) RANDO (1991)
(1969) (1985)
Shock and
Shock dan tidak disbelief
Menyangkal Penghindaran
percaya and despair

Berkembangnya k Marah Anguish,


esadaran disorganization
Yearning and
Restitusi
Tawar-menawar protest Konfrontasi

Idealization Depresi Identification in


bereavement
Reorganization /
the out come Penerimaan Reorganization
akomodasi
and restitution
Respon Berduka
((Kubler-Ross, dalam Potter dan Perry,1997))
1. Tahap Pengingkaran
syok, tidak percaya, atau mengingkarikenyataan bahwa kehilangan benar-benar
terjadi.Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mual, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan sering kali individu
tidak tahu harus berbuat apa.
2. Tahap Marah
Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul sering
diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri.
3. Tahap Tawar-menawar
Individu mungkin berupaya untuk melakukan tawar-menawar dengan memohon
kemurahan Tuhan.
4. Tahap depresi
pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang-kadang bersikap sangat
menurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusan, rasa tidak berharga, bahkan bisa
muncul keinginan bunuh diri.
5. Tahap Penerimaan.
Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu
berpusat pada objek yg hilang akan mulai berkurang atau bahkan hilang.
ASKEP
1. Pengkajian Keperawatan
Identitas Klien
Data yang dapat dikumpulkan
biasanya meliputi keadaan, respon, serta perasaan klien.
Pemeriksaan Umum
1. Individual
2. Pengkajian psikologis
Kaji karakteristik berduka, kaji respon fisiologis,
respon tubuh terhadap kehilangan (reaksi stress)
3. Pengkajian sosial
diagnosa
a. dx kep: berduka disfungsional
Definisi : suatu respon terhadap kehilangan yang nyata maupun
yang dirasakan dimana individu tetap terfiksasi dalam satu tahap
proses berduka untuk suatu periode waktu yang terlalu lama, atau
gejala berduka yang normal menjadi berlebih-lebihan untuk suatu
tingkat yang mengganggu fungsi kehidupan.
kemungkinan etiologi (yang berhub dengan):
- kehilangan yang nyata/ dirasakan dari beberapa konsep nilai untuk
individu
-kehilangan terlalu berat
-menghalangi respon berduka terhadap suatu rasa kehilangan
- tidak adanya antisipasi proses berduka
- perasaan bersalah yang disebabkan oleh hubungan ambivalen dengan
konsep kehilangan.
batasan karakteristik(dibuktikan dengan):
- idelisasi kehilangan
-mengingkari kehilangan
a. kemarahan yang berlebihan, diekspresikan secara tidak
tepat.
b. obsesi pengalaman masa lampau
c. merenungkan perasaan bersalah berlebihan.

- regresi perkembangan
- gangguan dalam konsentrasi
- kesulitan dalam mengekspresikan kehilangan
- afek yang labil
- kelainan dalam kebiasaan makan, pola tidur, pola mimpi, tingkat
aktivitas, libido.
sasaran/tujuan :
- sasaran jangka pendek : pasien akan mengekspresikan kemarahan
thd konsep kehilangan dalam 1 minggu.
- sasaran jangka panjang : pasien akan mampu menyatakan
secara verbal perilaku yang bd tahap-tahap berduka yang normal.
pasien akan mampu mengakui posisinya sendiri dalam proses berduka
shg ia mampu dg langkahnya sendiri terhadap pemecahan masalah.
intervensi
1. tentukan pada tahap berduka mana pasien terfiksasi. identifikasi
perilaku-perilaku yang bd tahap ini.
2. kembangkan hubungan saling percaya dengan pasien. perlihatkan
empati dan perhatian. jujur dan tepati semua janji
3. perlihatkan sikap menerima dan membolehkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya secara terbuka.
4. Dorong pasien untuk mengekspresikan rasa marah.
5. bantu pasien untuk mengeluarkan kemarahan yang terpendam dengan
berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas motorik kasar.
6. ajarkan tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku yang
berhubungan dengan setiap tahap.
7. dorong pasien untuk meninjau hubungan dengan konsep kehilangan.
8. komunikasikan kepada pasien bahwa menangis merupakan hal yang
dapat diterima.
9. bantu pasien dalam memecahkan masalahnya sebagai usaha untuk
menentukan metoda-metoda koping yang lebih adaptif terhadap
pengalaman kehilangan.
10. dorong pasien untuk menjangkau dukungan spiritual selama waktu
ini dalam bentuk apapun yang diinginkan untuknya.
Thank you!

Anda mungkin juga menyukai