Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN UNTUK PASIEN TERMINAL

A. KEPERAWATAN TERMINAL

1. Pengertian
Keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit di mana menurut akal sehat tidak ada
harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit
atau suatu kecelakaan.

2. Tujuan
Ketika tidak mungkin untuk mencegah pasien meninggal, dan perawatan medis tidak
mungkin lagi atau tidak lagi bermanfaat, perawat memberikan perawatan penunjang pada pasien
dan keluarga. Tujuan utama perawatan ini adalah untuk :
• Mempertahankan pasien nyaman dan bebas nyeri
• Membuat hari-hari akhir pasien sebaik mungkin untuk pasien maupun keluarga, dengan
sedikit mungkin penderitaan
• Membantu pasien meninggal dengan damai
• Memberikan kenyamanan bagi keluarga

3. Indikasi
Perawatan terminal ditujukan bagi pasien-pasien sekarat, yang semakin mendekati ajal
atau kematian, yang secara logis tidak akan sembuh.

B SEKARAT (DYING) DAN KEMATIAN (DEATH)


Sekarat (dying) merupakan suatu kondisi pasien saat sedang menghadapi kematian,
yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Kematian secara klinis
merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta hilangnya respon
terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan aktivitas listrik otak terhenti. Dengan perkataan
lain, kematian merupakan kondisi terhentinya fungsi jantung, paru-paru, dan kerja otak secara
menetap. Sekarat dan kematian memiliki proses atau tahapan yang sama seperti pada kehilangan
dan berduka. Tahapan tersebut sesuai dengan tahapan Kubler-Ross, yaitu diawali dengan
penolakan, kemarahan, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.

Tahapan menjelang ajal menurut Elisabeth Kubler-Ross, seorang ahli kejiwaan dari
Amerika, menjelaskan secara mendalam respon individu dalam menghadapi kematian. Secara
umum ia membedakan respon tersebut menjadi lima fase, yaitu penyangkalan dan isolasi, marah,
tawar-menawar, depresi dan penerimaan. Berdasarkan pandangannya, Kubler-Ross menyatakan
bahwa respon tersebut.
• Tidak selamanya berurutan secara tetap
• Dapat tumang tindih
• Lama tiap tahap bervariasi
• Perlu perhatian perawat secara penuh dan cermat.

Ada lima fase menjelang kematian menurut Kubler-Ross:


1. Penyangkalan dan isolasi. Karakteristiknya antara lain:
• Menunjukkan reaksi penyangkalan secara verbal, “ tidak, bukan saya. Itu tidak mungkin.”
• Secara tidak langsung pasien ingin mengatakan bahwa maut menimpa semua orang kecuali
dia.
• Merepresi kenyataan
• Mengisolasi diri dari kenyataan
• Tidak memperhatikan fakta-fakta yang dijelaskan padanya.
• Mensupresi kenyataan
• Meminta penguatan dari orang lain untuk penolakannya
• Gelisah dan cemas.
Tugas perawat pada tahap ini adalah:
• Membina hubungan saling percaya
• Memberikan kesempatan pada klien untuk mengekspresikan dirinya
• Melakukan dialog di saat klien siap, dan menghentikannya ketika klien tidak mampu
menghadapi kenyataan
• Mendengarkan klien dengan penuh perhatian

2. Marah. Karakteristiknya antara lain:


• Mengekspresikan kemarahan dan permusuhan.
• Menunjukkan kemarahan, kebencian, perasaan gusar, dan cemburu.
• Emosi tidak terkendali.
• Apapun yang dilihat atau dirasa akan menimbulkan keluhan pada diri individu.
• Menyalahkan takdir
• Kemungkinan akan mencela setiap orang dan segala hal yang berlaku.
Tugas perawat pada tahap ini adalah:
• Menerima kondisi klien.
• Berhati-hati dalam memberikan penilaian, mengenali kemarahan dan emosi yang tidak
terkendali.
• Membiarkan klien mengungkapkan kemarahannya.
• Menjaga agar tidak terjadi kemarahan dekstruktif dan melibatkan keluarga.

3. Tawar-menawar. Karakteristiknya antara lain:


• Kemarahan mulai mereda.
• Melakukan tawar-menawar/barter, misalnya untuk menunda kematian.
• Mempunyai harapan dan keinginan
• Terkesan sudah menerima kenyataan
• Berjanji pada tuhan untuk menjadi manusia yang lebih baik
• Cenderung membereskan segala urusan.

Tugas perawat adalah: sedapat mungkin berupaya agar keinginan klien terpenuhi.

4. Depresi. Karakteristiknya antara lain:


• Mengalami proses berkabung karena dulu ditinggalkan dan sekarang akan kehilangan nyawa
sendiri.
• Cenderung tidak banyak bicara, sering menangis.
• Klien berada pada proses kehilangan segala hal yang ia cintai.
Tugas perawat adalah:
• Duduk tenang disamping klien.
• Member klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaanya.
• Tidak terus-menerus memaksa klien melihat sisi terang suatu keadaan.
• Memberi dukungan dan perhatian pada klien (misalnya, sentuhan tangan dan usapan pada
rambut) .

5. Penerimaan. Karakteristiknya antara lain:


• Mampu menerima kenyataan.
• Merasakan kedamaian dan ketenangan.
• Respon verbal “ biarlah maut cepat mengambilku, karena aku sudah siap.”
• Merenungkan saat-saat akhir dengan pengharapan tertentu.
• Sering merasa lelah dan memerlukan tidur lebih banyak.
• Tahap ini bukan tahap yang bahagia, namun lebih mirip perasaan yang hampa.

Tugas perawat adalah:


• Mendampingi klien.
• Menenangkan klien dan meyakinkannya bahwa Anda akan mendampinginya sampai akhir.
• Membiarkan klien mengetahui perihal yang terjadi pada dirinya.
C. TANDA-TANDA KEMATIAN

Tanda-tanda kematian terbagi dalam tiga tahap, yakni menjelang kematian,saat kematian,
dan setelah kematian.

1. Mendekati kematian. Tanda-tanda fisik menjelang kematian meliputi:


a. Penurunan tonus otot
• Gerakan ekstremitas berangsur-angsur menghilang, khususnya pada kaki dan ujung kaki
• Sulit berbicara
• Tubuh semakin melemah
• Aktivitas saluran pencernaan menurun sehingga perut membuncit
• Otot rahang dan muka mengendur
• Rahang bawah cenderung turun
• Sulit menelan, refleks gerakan menurun
• Mata sedikit terbuka
b. Sirkulasi melemah
• Suhu tubuh pasien tinggi, tetapi kaki, tangan, dan ujung hidung pasien terasa dingin dan
lembap
• Kulit ekstremitas dan ujung hidung tampak kebiruan, kelabu, atau pucat
• Nadi mulai tidak teratur, lemah dan cepat
• Tekanan darah menurun
• Peredaran darah perifer terhenti
c. Kegagalan fungsi sensorik
• Sensasi nyeri menurun atau hilang
• Pandangan mata kabur/berkabut
• Kemampuan indera berangsur-angsur menurun
• Sensasi panas, lapar, dingin dan tajam menurun
d. Penurunan /kegagalan fungsi pernapasan
• Mengorok (death rattle)/ bunyi napas terdengar kasar
• Pernapasan tidak teratur dan berlangsung melalui mulut
• Pernapasan Cheyne Stokes

2. Saat kematian
a. Terhentinya pernapasan, nadi, tekanan darah, dan fungsi otak (tidak berfungsinya paru,
jantung dan otak)
b. Hilangnya respon terhadap stimulus eksternal
c. Hilangnya kontrol atas sfingter kandung kemih dan rectum (inkontinensia) akibat peredaran
darah yang terhambat; kaki dan ujung hidung menjadi dingin.
d. Hilangnya kemampuan pancaindera; hanya indera pendengaran yang paling lama dapat
berfungsi
e. Adanya garis datar pada mesin elektroensefalografi menunjukkan terhentinya aktivitas listrik
otak untuk penilaian pasti suatu kematian.

3. Setelah kematian. Fase ini ditandai dengan:


a. Livor mortis (lebam mayat)
Merupakan bercak merah-ungu(livide) pada bagian terbawah tubuh karena penumpukan eritrosit
pada lokasi terenda akibat pengaruh gravitasi, kecuali bagian tubuh ynang tertekan alas keras.
Mulai tampak 20-30 menit pascamati, makin lama makin luas dan lengkap, akhirnya menetap
setelah 8-12 jam.

b. Rigor mortis (kaku mayat)


Terjadi bila cadangan glikogen dalam otot habis maka energy tidak terbentuk dan aktin-miosin
menggumpal sehingga otot menjadi kaku. Pemeriksaan kaku mayat dilakukan pada persendian,
mulai tampak 2 jam setelah mati klinis, arahnya sentripetal(dari luar ke dalam), menjadi lengkap
dalam 12 jam, dipertahankan selama 12 jam, kemudian menghilang sesuai urutan terbentuknya.
Faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat diantaranya aktivitas fisik prakematian, suhu
tubuh yang tinggi, tubuh kurus, suhu lingkungan tinggi. Kaku mayat merupakan tanda pasti
kematian dan dapat digunakan untuk menentukan saat kematian.
c. Algor mortis (penurunan suhu tubuh)
Terjadi karena proses pemindahan panas dari tubuh yang panas ke lingkungan yang lebih dingin
dengan cara radiasi, konduksi, evaporasi, dan konveksi. Penurunan suhu tubuh lebih cepat terjadi
pada suhu sekeliling yang rendah, lingkungan berangin dengan kelembaban rendah, tubuh kurus,
posisi telentang, tidak berpakaian/tipis, umumnya orang tua dan anak kecil. Berguna untuk
penghitungan saat kematian.

d. Dekomposisi (pembusukan)
Merupakan proses degradasi jaringan akibat autolysis dan kerja bakteri. Pembusukan mulai
tampak kira-kira 24 jam pascamati berupa perubahan warna kehijauan pada perut kanan bawah
yang secara bertahap menyebar ke seluruh perut dan dada, menyertai terciumnya bau busuk.
Pembuluh darah bawah kulit akan melebar, hijau kehitaman, kemudian kulit ari
terkelupas/menggelembung, lama-lama gas menyebabkan pembengkakan tubuh menyeluruh,
terutama pada jaringan longgar. Rambut dan kuku mudah dicabut, seluruh wajah membengkak
warna ungu kehijauan. Kira-kira 36-48 jam pascamati akan dijumpai larva lalat.

e. Adiposera (lilin mayat)


Adalah perubahan postmortem berupa terbentuknya bahan yang berwarna keputihah, lunak, atau
berminyak, berbau tengik dalam jaringan lunak tubuh pascamati. Terbebtuk di sembarang lemak
tubuh, tetapi lemak superficial yang pertama kali terkena. Adiposera akan membuat tubuh utuh
hingga bertahun-tahun sehingga identifikasi mayat dan luka masih dapat dilakukan lama setelah
kematian.

f. Mumifikasi
Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan
jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan. Jaringan berubah menjadi keras dan
kering, keriput, gelap, dan tidak membusuk. Terjadi pada suhu hangat, kelembaban rendah,
aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan waktu yang lama (12-14) minggu.
MEMANDIKAN JENAZAH MENURUT PANDANGAN AGAMA KRISTEN
PROTESTAN

A. PENGERTIAN KEHILANGAN
Kehilangan adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat unik secara
individual. Hidup adalah serangkaian kehilangan dan pencapaian. Kehilangan dapat memiliki
beragam bentuk, sesuai nilai dan prioritas yang dipengaruhi oleh lingkungan seseorang yang
meliputi keluarga, teman, atau masyarakat, dan budaya. Kehilangan yang dirasakan kurang nyata
dan dapat disalah artikan, seperti kehilangan kepercayaan diri atau pretise. Kehilangan dapat
bersifat aktual atau dirasakan. Kehilangan yang bersifat aktual dapat dengan mudah
diidentifikasi, misalnya seorang anak yang temannya pindah rumah dan yang paling nyata adalah
kematian. Dalam kehidupan setiap individu hanya ada satu hal yang pasti, yaitu individu tersebut
akan meninggal dunia . Kematian merupakan suatu hal yang alami. Saat terjadinya kematian
merupakan saat yang tidak diketahui waktunya.

1. Sikap Dan Tuntunan Kepada Jenasah


Dalam menangani jenazah perawat harus melakukannya dengan hormat dan sebaik-
baiknya. Rasa hormat ini dapat dijadikan prinsip, dengan kata lain, seseorang telah diperlakukan
secara manusiawi dan sama seperti orang lain. Seorang perawat harus memperlakukan tubuh
jenazah dengan hormat. Sebelum kematian terjadi, anggota tubuh harus diikat dan kepala
dinaikkan ke atas bantal. Tubuh harus dibersihkan dengan membasuhnya dengan air hangat
secara perlahan. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh pasien harus dicuci dan dibersihkan
rawatan posmortem,
Perawatan tubuh setelah kematian disebut perawatan postmortem. Hal ini dapat menjadi
tanggung jawab perawat. Perawat akan lebih mudah melakukannya apabila bekerja sama dengan
staf kesehatan lainnya. Adapun hal yang harus diperhatikan :
1. Perlakukan tubuh dengan rasa hormat yang sama perawat lakukan terhadap orang
yang masih hidup
2. Beberapa fasilitas memilih untuk meninggalkan pasien sendiri sampai petugas kamar
jenazah tiba.
3. Periksa prosedur manual rumah sakit sebelum melanjutkan perawatan postmortem.

2. Hal-Hal Yang Perlu Dipersiapkan Dalam Teknis Penanganan


Segala sesuatu yang akan disediakan dalam Perawatan Jenazah, yaitu antara lain :
1. Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis.
2. Singkirkan pakaian atau alat tenun.
3. Lepaskan semua alat kesehatan
4. Bersihkan tubuh dari kotoran dan noda
5. Tempatkan kedua tangan jenazah di atas abdomen dan ikat pergelangannya (tergantung
dari kepercayaan atau agama)
6. Tempatkan satu bantal di bawah kepala.
7. Tutup kelopak mata, jika tidak bisa tertutup bisa menggunakan kapas basah.
8. Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat dan letakkan gulungan handuk di bawah
dagu.
9. Letakkan alas di bawah glutea
10. Tutup tubuh jenazah sampai sebatas bahu
11. Kepala ditutup dengan kain tipis
12. Catat semua milik pasien dan berikan kepada keluarga
13. Beri kartu atau tanda pengenal
14. Bungkus jenazah dengan kain panjang

Tindakan di Kamar Jenazah

Jenazah dimandikan oleh petugas kamar jenazah yang telah mengetahui cara memandikan
jenazah yang infeksius. Petugas sebaiknya menggunakan pelindung : a. masker penutup mulut

b. kaca mata pelindung mata

c. sarung tangan karet

d. apron/baju khusus untuk melindungi tubuh dalam keadaan tertentu

e. sepatu lars sampai lutut (sepatu boot)

Menggunakan air pencuci yang telah dibubuhi desinfektan, antara lain kaporit, Mencuci tangan
dengan sabun setelah membersihkan jenazah (sebelum dan sesudah sarung tangan dilepaskan)
,Jenazah dibungkus dengan kain kafan atau kain pembungkus lain sesuai dengan
kepercayaan/agamanya.

3. Pendampingan Terhadap Keluarga Jenasah


Ketika salah satu dari anggota keluarga ada yang meninggal, pastilah ada air mata yang
mengalir dari mata. Kesedihan karena kehilangan seseorang yang disayang adalah hal yang tidak
sama sekali diinginkan semua orang. Namun, kita sebagai orang yang beriman haruslah percaya
bahwa Tuhan Yesus menghendaki kepergian seseorang yang kita sayang adalah hal yang terbaik
yang Tuhan mau kasih ke kita dalam kehidupan.
Petugas kesehatan khusunya para perawat harus bisa melakukan pendampingan terhadap
kelurga yang ditinggalkan. Kita sebagai perawat mendampingi keluarga yang ditinggalkan
dengan kemampuan yang bisa kita lakukan. Mengajarkan selalu berpengharapan dan bersyukur
kepada Tuhan Yesus.

4. Evaluasi Keperawatan Jenasah menurut pandangan Agama Kristen Protestan


Antropologi Perjanjian Lama menjelaskan bahwa manusia bukan berasal dari Allah
melainkan diciptakan oleh Allah (Kej 1:27) atau dibentuk oleh Allah dari debu tanah dan diberi
kehidupan setelah Allah menghembus nafas hidup ke dalam hidungnya (Kej. 2:7). Bila manusia
disebut ciptaan maka di dalam manusia ada unsur ketidakkekalan (mortality). Rasul Paulus juga
berbicara bahwa manusia mati (nekros) karena pelanggaran dan dosa (Ef 2:1, Rm 7:9). Selain itu
dalam Roma 6:23, Rasul Paulus mengatakan bahwa upah dosa adalah maut (thanatos). Akibat
dosa, manusia terputus hubungannya dengan Allah. Dalam Kej 2:7 dikatakan bahwa Tuhan
Allah membentuk manusia dari debu tanah. Allah memasukkan nafas (neshamah) ke dalam
bentuk jasmani, dan dengan cara itu manusia menjadi makhluk hidup (nefesh chayyah). Tetapi
bukan berarti manusia menerima jiwa atau roh ilahi (divine soul or spirit)
Paham immortalitas jiwa tidak dikenal dalam Alkitab. Manusia mengalami
kematian bukan karena Tuhan, tetapi karena kemauan manusia sendiri yang hendak menjadi
sama seperti Allah. Dosa utama ini yang membawa kematian dalam hidup manusia. Keselamatan
yang Allah berikan bukanlah keselamatan untuk jiwanya saja, tetapi keselamatan untuk tubuhnya
juga. Kalau manusia mati, ia mati seluruhnya sebagai tubuh dan jiwa. Allah bersama-sama
manusia dalam hidupnya dan Allah juga bersama-sama dengan manusia pada waktu manusia
mati dan sesudah manusia mati. Jelas bahwa manusia mati sebagai manusia dalam totalitas
dirinya. Ia mati sebagai diri yang rohani dan badani. Maka kematian badani adalah lambang
yang tepat yang menjelaskan lebih mendalam bahwa maut adalah akibat dosa dan tidak
terelakkan. Bila dosa mengakibatkan kematian, maka Kristus telah diutus Allah untuk
menghapuskan dosa manusia sehingga di dalam Kristus manusia didamaikan dengan Allah.
Dengan jalan itu, Allah memberikan kepada manusia kemungkinan baru untuk hidup sebagai
partnerNya.
ASUHAN KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN KEMATIAN

1. Pengkajian
Pada kasus ini perawat mengkaji seluruh data baik subjektif maupun objektif yang berhubungan
dengan proses menjelang ajal dan kematian. Ini bisa dipelajari dari tanda-tanda yang muncul dari
proses tersebut sesuai dengan tahapannya. Pengkajian dilakukan secara cermat dengan
mengamati tanda-tanda klinis kilen antara lain:
Fisik
Pengkajian fisik meliputi pengkajian menjelang, mendekati, dan saat kematian.

A. Menjelang kematian
Adanya tanda klinis saat menghadapi kematian (sekarat) :
a. Hilangnya tonus otot
b. Relaksasi otot wajah
c. Kesulitan untuk berbicara
d. Kesulitan menelan
e. Penurunan aktifitas gastrointestinal
f. Melemahnya tanda sirkulasi
g. Terjadi sianosis pada ekstremitas
h. Kulit teraba dingin
i. Nadi lambat & lemah
j. Penurunan TD
k. Pernafasan tdk teratur melalui mulut
l. Pandangan kabur
m. Menurunnya tingkat kesadaran

B. Mendekati kematian
Pada tahap ini, manifestasi klinis yang bisa diamati pada klien meliputi:
a. Pupil berdilatasi
b. Refleks menghilang
c. Frekuensi nadi meningkat, kemudian menurun
d. Pernapasan Cheyne Stokes
e. Tidak bisa bergerak
f. Klien mengorok atau bunyi napas terdengar kasar
g. Tekanan darah menurun

C. Kematian
Pada tahap ini, manifestasi klinis yang dapat diamati pada klien meliputi:
a. Pernapasan, nadi dan tekanan darah terhenti
b. Hilangnya respon terhadap stimulus eksternal
c. Pergerakan otot sudah tidak ada
d. Pada ensefalogram datar (garis otak) berarti aktivitas listrik otak terhenti

2. Diagnosis
Serangkaian diagnosis untuk memenuhi kebutuhan psikologis maupun psikososial dapat
diterapkan pada klien yang mendekati kematian, bergantung pada hasil pengkajiannya. Beberapa
diagnosis yang mungkin sesuai untuk klien tersebut adalah Ketakutan, keputusasan, dan
Ketidakberdayaan.

3. Perencanaan dan implementasi

1. Ketakutan
Intervensi umum
• kaji faktor penyebab
• kurangi atau hilangkan faktor penyebab
• dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya
• beri masukan tentang perasaan yang diungkapkan klien
• dorong klien untuk menggumakan mekanisme koping yang efektif
• dorong klien untuk menceritakan masalahnya kepada orang lain
• dorong klien untuk menghadapi ketakutannya
• hadirkan suasana yang tidak mengancam secara emosional
• identifikasi aktivitas yang dapat menyalurkan energy emosionalnya guna mengurangi ketakutan
klien
Rasional
• perasaan aman akan meningkat ketika individu bercermin dari individu lain yang telah berhasil
mengatasi situasi menakutkan yang serupa
• individu pendukung dan mekanisme koping merupakan sarana yang penting untuk mengurangi
kecemasan
• meminimalkan stimulus lingkungan dapat membantu mengurangi ketakutan
• dialog yang jujur dan terbuka dapat membantu upaya pemecahan masalah yang konstruktif dan
dapat memberikan harapan
• aktivitas fisik membantu mengarahkan dan meredakan ketegangan.
2. keputusasaan
Intervensi umum:
• bantu klien mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaanya
• dengarkan klien dengan saksama dan perlakukan ia sebagai seorang individu
• tunjukkan sikap empati agar klien bersedia mengutarakan keraguan, ketakutan dan
kekhawatirannya
• dorong klien untuk menceritakan bagaimana harapan menjadi ketidakpastian dalam hidupnya
dan saar-saat ketika harapan telah mengecewakannya
• bantu klien mengidentifikasi hal-hal yang menyenangkan dan hal-hal yang mereka anggap
sebagai humor
• bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan
• bantu klien dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan
• hargai klien sebagai pengambil keputusan yang kompeten; hargai keinginan dan keputusan
yang di ambil klien
• dorong klien menggunakan teknik relaksasi sebelum menghadapi peristiwa stress yang telah
diperkirakan sebelumnya
• ajarkan klien untuk menjadi manusia yang terbaik hari ini dan menghargai setiap waktu yang
ada
• libatkan keluaga dan orang-orang terdekat kilen dalam rencana perawatan
• hargai dan dukung harapan klien terhadap tuhan dan bantu ia mengekspresikan keyakinan
spiritualnya.
Rasional
• harapan terkait dengan bantuan yang diberikan orang lain.
• Harapan terbukti berkaitan langsung dengan kualitas hubungan seseorang dengan orang lain.
• Harapan dianggap mampu mempengaruhi kesehatan fisik, psikologis, dan spiritual individu.
• Mempertahankan peran dan tanggung jawab keluarga penting untuk menumbuhkan harapan
dan koping.
• Hiburan, humor, dan mengingat kembali kenangan-kenangan lama dapat meningkatkan
harapan pada individu yang menderita penyakit terminal
• Harapan yang diberikan oleh anggota keluarga dapat menularkan pada klien.
• Individu yang pernah mengalami keputusasaan tidak dapat membayangkan sesuatu apapun
yang dapat dilakukan atau berharga untuk dilakukan, tidak pula membayangkan hal di luar
peristiwa yang tengah terjadi.
• Individu dapat berkoping dengan bagian hidupnya yang ia pandang sebagai keputusasaan jika
ia mampu menyadari bahwa ada banyak factor dalam hidupnya yang penuh dengan harapan
hidup.

4. Evaluasi
Meskipun penyelesaian proses duka cita membutuhkan waktu beberapa bulan atau tahun,
sebagian besar klien berada di bawah perawatan perawat hanya dalam waktu singkat.perawat
mungkin menjadi frustasi ketika klien atau keluarganya mulai mengespresikan dukacita, klien
meninggalkan institusi perawatan kesehatan atau meninggal. Berduka adalah proses individual,
resolusi kehilangan tidak mengikuti urutan proses. Penring artinya bagi klien untuk
mendiskusikan atau berbagi pengalaman dengan orang terdekat. Tujuan yang ditetapkan bersama
klien dan keluarganya menjadi dasar untuk evaluasi; misalnya, jika salah satu tujuan adalah agar
klien mengomunikasikan rasa cinta dan kasihnya kepada keluarga, maka perawat mengepaluasi
apakah hal ini telah terjadi dalam bentuk verbal atau tertulis. Perawat juga mengamati kualitas
interaksi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit di mana menurut akal sehat tidak ada
harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit
atau suatu kecelakaan. Perawatan terminal ditujukan bagi pasien-pasien sekarat, yang semakin
mendekati ajal atau kematian, yang secara logis tidak akan sembuh.
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan
masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan
yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Perawat dari segi rohani kristen adalah
suatu panggilan untuk menolong sesama sebagai insan ciptaan yang Maha kuasa,pangilan
sebagai seorang perawat terlepas dari menolong dari sisi fisik tetapi ada hal yang tak kala
penting yaitu bagaimana perawat sebagai beban pengabdian yang tidak melupakan sisi
psikologis dan bahkan rohani spiritual kristen untuk memberikan dukungan spriritual,sehinga
pasien paliatif betul – betul merasakan asuhan keperawatan dengan dasar kasih Yesus untuk
memperoleh pemulihan iman dan yakin bahwa ada kuasa yang dasyat dibalik semua situasi yang
dialami melalui jamahan rohani kristen melalui perawat.

Anda mungkin juga menyukai