Anda di halaman 1dari 8

DAFTAR ISI

BAB I DEFENISI……………………….……………….2
BAB II RUANG LINGKUP..……………………………3
BAB III TATA LAKSANA….…………………………..4
BAB IV DOKUMENTASI................................................8

1
BAB 1

DEFENISI

Proses kematian atau menielang aial (dying) adalah proses ketika seseora.ng semakin
mendekati akhir hidupnya Kondisi ini biasanya disebabkan oleh yang parah/terminal, atau
oleh kondisi lain yang berujung pada kematian individu.
Secara defenitif kematian adalah terhentinya fungsi jantung dan paru-paru secara
menetap, atau terhentinya kerja otak secara permanen.

2
BAB II

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup panduan pelayanan pasien menjelang aial ini melingkupi asesmen dan
asesmen ulang pasien bersifat individual agar sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarganya.

3
BAB III

TATALAKSANA

A. ASESMEN AWAI DAN ULANG PASIEN TERDIRI DARI :


1. Gejala mual dan kesulitan pernapasan
2. Faktor yang memperparah geiala fisik
3. Manaiemen gejala sekarang dan respons pasien;
4. Orientasi spiritual pa-sien dan keluarga serta keterlibatan dalam kelomihbk agama
tertentu:
5. Keprihatinan spiritual pasien dan keluarga *perti putus asa penderitaan, dan rasa
bersalah;
6. Status psikosogi.al pasien dan keluarganya seperti kekerabatan, kelayakan perumahan.
pemeiiharaan lingkungan, Cara mengatasi. serta reaksi pasien dan keluarganya
menghadapi penyakit;
7. Kebutuhan bantuan atau penundaan layanan untuk pasien dan keluarganya:
8. Kebutuhan alternatif layanan atau tingkat layanan;
9. Faktor resiko hagi yang ditinggalkan dalam hal cara mengatasi dan potensi reaksi
patoiogi5 atas kesedihan.

B. TAHAP-TAHAP MENJELANG KEMATIAN


Kubler.Rosa (1969) telah menuambarkan/membagi tahap•tahap menjelang ajal (dying)
dalam 5 tahap, yaitu:
1. Menolak/DeniaL Pada fase ini. pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang
sebenarnya terjadi, dan menunjukkan menolak Timbul pemikiran-pemikiran seperti:
*Seharusnya tidak terjadi dengan diriku. tidak saiahkah keadaan ini?•. Beberapa
orang bereaksi pada fase ini dengan menuniukkan keceriaan yang palsu (biasanya
orang akan sedih mengalami keadaan menjelang ajaJ).
2. Marah/Anger. Kemarahan teriadl karena kondisi klien mengancam kehidupannya
dengan Segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita•citanya
Timbul pemikiran pada diri klien. seperti: •Mengapa hal ini teriadi dengan dirikuT
Kemarahan-Kemarahan tersebut biasanya diekspresikan kepada obyek-obyek yang
dekat dengan klien. seperti:keluarga, ternan dan tenaga kesehatan yang merawatnya
3. Menawar/bargaining. Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien
malahan dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang teriadi dengan
4
dirinya. Pada pasien yang sedang dying. keadaan demikian dapat terjadi, seringkali
klien berkata.• •ya Tuhan. iangan dulu saya mati dengan segera. sebelum anak saya
lulus jadi sariana•.
4. Kemurungan/Depresi. Selama tahap inc pasien cenderung untuk tidak banyak bicara
dan mungkin banyak menangis. Ini saatnya bag' perawat untuk duduk dengan
tenang disamping pasien yang sedangan melalui masa sedihnya sebetum
5. Menerima/Pasrah/Acceptance. pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar
Oleh klien dan keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal•hal yang akan terjadi
yaitu kematian. Ease ini Sangat membantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-
reaksinya atau renCana•rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang alai.
Misalnya.• ingin bertemu dengan keluarga terdekat. men ulis surat wasiat.

C. TANDA.TANDA KLINIS MENJELANG KEMATIAN PADA PASIEN DENGAN KONDISI


HARAPAN HIDUP YANG KECII.
1. Kehilangan tonus otot. ditandai:
a. Relaksasi otot muka sehingga dagu meniadi turun.
b. Kesulitan dalam berbicara. proses menelan dan hilangnya renek menelan,
c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal. ditandai; nausea. muntah.
Perutkembung obstipasi. dsb.
d. Penurunan kontrol spinkter urinari dan rektal.
e. Gerakan tubuh yang terbatas,
2. Kelambatan dalam sirkulasi. ditandai:
a. Kemunduran dalam tempo atau denyutnad[
b. Sianosis pada daerah ekstermitas.
c. Kulit dingin. pertama kali pada daerah kaki. kemudian tangan, telinga dan
hidung
3. Penurunan/kegagalan fungsi pernafasan
a. Mengorok/bunyi nafas terdengar kasar
b. Pernafasan tidak teratur atau melalui mulut
c. Pernafasan cheyne stokes
4. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital
a. Nadi lambat dan lemah,
b. Tekanan darah turun.
c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.
5. Gangguan sensori
a. Penglihatan kabur.
b. Gangguan penciuman dan perabaan.
6. Variasi-variasi tingkat kesadaran dapat dilihat sebelum kematian. Kadang-kadang
klien tetap sadar sampai meninggal. Pendengaran merupakan sensori terakhir yang
berfungsi sebelum meningggal
5
D. TANDA.TANDA KLINIS SAAT MENJELANG AIN.
1. Pupil mata melebar.
2. Tidak mampu untuk bergerak dan kehilangan reflek
3. Nadi cepat dan kecil.
4. Pernafasan chyene-stoke dan ngorok. S. Tekanan darah sangat rendah
6. Mata dapat tertutup atau agak terbuka.
Indikasi kematian:
1. Tidak ada respon terhadap rangsangan luar secara total
2. Tidak adanya gerak dari otot khususnya pernafasan
3. Tidak ada reflex
4. Gambaran mendatar pada EKG

E. BANTUAN YANG DAPAT DIBERIKAN PADA PASIEN DAN KELUARGA


MENIELANG AJAL
1. Bantuan untuk kebutuhan flsiologis
a) Kebersihan diri
b) Mengontrol rasa sakit
c) Membebaskan jalan nafas
d) Bergerak
e) Nutrisi
f) Eliminasi
g) Perubahan sensori perawat dan keluarga mengurangi nada pernbicaraan

2. Bantuan untuk kebutuhan psikososial


a) Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu dan
didiskusikan dengan keluarganya
b) Menualå perasaan•perasaan pasien dengan sakitnya
c) Menjaga penampilan pasien pada Saat-saat menerima kunjungan•kunjungan
teman/keluarga terdekat
d) Meminta teman/keluarga untuksering mengunjungidan mengajakorang lain
3. Bantuan untuk kebutuhan spiritual
a) Menanyakan pada pasien tentang harapan•harapan hidupnya dan rencana
menjelang

b) Menanyakan kepada pasien untuk rnendatangkan pemuka agama dalam hal


untuk memenuhi kebutuhan spiritual
6
c) Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual
sebatas kemampuannya

F. MACAM TINGKAT KESADARAN/PENGERTIAN PASIEN DAN KELUARGANYA TERHADAP


KEMATIAN.
Strause et ail (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 type:
I. Closed Asqreness/Kesadaran Tertutup/Tidak Mengerti
Dalam hal ini klien dan keluarga tidak menyadari datangnya kematian, tidak tahu
mengapa sakit dan percaya akan sembuh.
pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak memberitahukan tentang
diagnosa dan prognosa kepada pasien dan keluarganya Tetapi bagl perawat hal ini
sangat menyulitkan karena kontak perawat lebih dekat dan sering kepada pa-sien dan
keluarganya. Perawat sering kalut dihaiapkan dengan pertanyaan.pertanyaan
langsung, kapan sembuh. kapan pulang dsb.
2„ Mutual Pretense/Kesadaran/ Pengertian yang Ditutupi.
Dalam hal ini pasien. keluarga. team kesehatan tahu bahwa kondisinya terminal
tetapi merasa tidak nyaman untuk dan menghindari membicarakan kondisi yang
dihadapi klien. Ini bagi klien karena tidak dapat mengekspresikan ketakutannya pada
rase ini memberikan kesempatan kepada pa-sien untuk menentukan segala sesuatu
yang bersifat pribadi walaupun merupakan beban yang berat baginya.
3. Open Agureness/Sadar a kan keadaan dan Terbuka
Pada kondisi ini pasien dan orang disekitarnya tahu bahwa ia berada diambang
kematian SehinWJ tidak ada kesulitan untuk membicarakannya pada tahap ini pasien
dapat dilibatkan untuk proses intervensi keperawatan pada situasi ini. klien dan
orang•orang disekitarnya mengetahui akan adanya ajal yang menjelang dan
menerima untuk mendiskusikannya. walaupun dirasakan getir. Keadaan ini
memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam merencanakan
saat•saat akhirnya tetapi tidak semua orang dapat melaksanaan hal tersebut.

7
BAB IV

DOKUMENTASI

DPJP/dokter jaga dan perawat mendokumentasikan perkembangan pasien sampai


pasien meninggal dalam form CPPT.

Anda mungkin juga menyukai