Anda di halaman 1dari 28

Konsep kematian

Konsep kematian
A. pengertian kematian
Secara etimologi death berasal dari kata deeth atau
deth yang berarti keadaan mati atau kematian.
Sedangkan secara defenitif, kematian adalah
terhentinya fungsi jantung dan paru-paru secara
menetap, atau terhentinya kerja otak secara
permanen. Ini dapat dilihat dari tiga sudut pandang
tentang defenisi kematian,yakni, kematian
jaringan;kematian otak,yakni kerusakan otak yang
tidak dapat pulih; dan kematian klinik, yakni
kematian orang tersebut.
Next

 Pandangan tentang kematian


seiring waktu, pandangn masyarakat
tentang kematian telah mengalami
perubahan. Dahulu kematian cenderung
dianggap sebagai hal yang menakutkan
dan tabu. Kini,kematian telah dipandang
sebagai hal yang wajar dan merupakan
proses normal kehidupan
Pandangan masyarakat tentang kematian

 Dulu  sekarang

1. Tragis dan memilukan 1. Menjadi hal yang patut di


2. Tabu untuk dibicarakan bicarakan
3. Menimbulkan sindrom 2. Merupakan proses alami
kesedihan dan ketakutan kehidupan
4. Selamanya tidak disukai 3. Tidak menakutkan
5. Anak-anak tidak perlu 4. lebih rasional dan bijak
mengetahui
dalam menghadapinya
6. Timbul karena perilaku
buruk, pertengkaran, 5. Merupakan proses yang
pembalasan, dan hukuman progresif
6. Sesuatu yang harus
dihadapi
Tanda-tanda kematian
1. Mendekati kematian
a. penurunan tonus otot
 Gerakan ekstermitas berangsur-angsur menghilan,khususnya
pada kaki dan ujung kaki.
 Sulit berbicara
 Tubuh semakin lemah
 Aktivitas saluran pencernaan menurun sehingga perut membuncit

 Otot rahang dan muka mengendur


 Rahang bawah cenderung turun
 Sulit menelan, refleks gerakan menurun
 Mata sedikit terbuka
next
b.Sirkulasi melemah
 suhu tubuh pasien tinggi, tetapi kaki, tangan, dan ujung hidung terasa
dingin dan lembap
 Kulit ekstremitas dan ujung hidung tampak kebiruan,kelabu ,atau pucat
 Nadi mulai tidak teratur,lemah dan cepat
 Peredaran darah perifer terhenti
c.Kegagalan fungsi sensorik
 Sensasi nyeri menurun atau hilang
 Pandangan mata kabur/berkabut
 Kemampuan indera berangsur-ansur menurun
 Sensasi panas ,lapar,dingin,dan tajam menurun
d.Penurunan/kegagalan fungsi pernapasan
 Mengorok(death rattle)/bunyi nafas terdengar kasar
 Pernapasan tidak teratur dan berlangsung melalui mulut
 Pernapasan cheyne stokes
Next
2. Saat kematian. Fase ini ditandai dengan :
a. Terhentinya pernapasan ,nadi, tekanan darah, dan fungsi otak
(tidak berfungsinya paru,jantung dan otak)
b. Hilangnya respon terhadap stimulus eksternal.
c. Hilangnya kontrol atas sfingter kandung kemih dan rektum
(inkontinensia ) akibat peredaran darah yang terhambat ; kaki dan
ujung hidung menjadi dingin.
d. Hilangnya kemampuan pancaindera; hanya indera pendengaran
yang paling lama berfungsi ( Stevens,dkk 2000)
e. Adanya garis datar pada mesin elektroensefalografi menunjukkan
terhentinya aktifitas listrik otak untuk penilaian pasti suatu
kematian.
next
3. Setelah kematian. Fase ini ditandai dengan :
a. Rigor mortis (kaku). Tubuh menjadi kaku 2-4 jam setelah kematian.
b. Algor mortis (dingin). Suhu tubuh perlahan-lahan turun.
c. Livor mortis (post-mortem decomposition). Perubahan warna kulit
pada daerah yang tertekan;jaringan melunak dan bakteri sangat
banyak.
Respon menjelang kematian
 respon psikologis yang mungkin muncul pada
klien menjelang ajal adalah
ansietas(kematian). Respon tersebut antara
lain;
1. Kekhawatiran tentang dampak kematian pada
diri orang terdekat
2. Ketidak berdayaan terhadap isu yang
berhubungan dengan kematian
3. Perasaan takut kehilangan kemampuan fisik
dan/mental apabila meninggal.
next
4. Kepedihan yang diantisipasi yang
berhubungan dengan kematian
5. Kesedihan yang mendalam
6. Perasaan takut dalam menjalani proses
menjelang ajal
7. Kekhawatiran tentang bebang kerja pemberi
asuhan akibat sakit terminal dan
ketidakmampuan diri
8. Kekhawatiran tenteng pertemuan dengan sang
pencipta atau perasaan ragu tentang
keberadaan tuhan atau sang penguasa
Lanjut……,,,,,,,
9. Kehilangan kontrol total terhadap aspek
kematian seseorang atau dirinya
10. Gambaran negatif tentang kematian atau
pikiran tidak menyenangkan tentang kejadian
yang berhubungan dengan kematian atau
proses menjelang ajal
11. Ketakutan terhadap kematian yang ditunda
12. Ketakutan terhadap kematian dini karena hal
itu mencegah upaya pencapaian tujuan hidup
yang penting.
Proses keperawatan
A.Pengkajian
pada kasus ini perawat mengkaji seluruh data, Baik subjektif maupun
objektif,yang berhubungan dengan proses menjelang ajal dan kematian.
Ini bisa dipelajari dari tanda-tanda yang muncul dari proses tersebut
sesui=ai dengan tahapnya. Pengkajian dilakukan secara cermat dengan
mengamati tanda-tanda klinis klien.antara lain;
1.menjelan kematian. fase ini ditandai dengan;
a.perubahan tanda-tanda vital; nadi melemah dan
melambat; penurunan tekanan darah; perasaan ireguler dan tersengal-
sengal melalui mulut
b.sirkulasi melemah; sensasi berkurang; kulit teraba dingin pada akral,ujung
hidung,dan telinga.
c.tonus otot menghilang; relaksasi otot wajah; kesulitan bicara; gangguan
menelan dan perlahan-lahan refleks muntah menghilan; penurunan
aktivitas sistem pencernaan; penurunan refleks motorik.
Masih ada lanjutannya………..

d.kegagalan sensorik; pandangan


kabur;kegalan fungsi indera perasa dan
pencemaran.
e.tingkat kesadaran.tingkat kesadaran
klien bisanya berpariasi, dari
sadar,mengantuk,stupor,hinga koma
2. mendekati kematian. Pada tahap ini,
manifestasi klinis yang bisa diamati pada
klien meliputi:
a.pupil berdilatasi
b.refleks menghilang
c.frekuensi nadi meningkat, kemudian
menurun
d.pernapasan cheyne stokes
e.tidak bisa bergerak
f.klien mengorok atau bunyi nafas yang
kasar
g.tekanan darah menurun.
Berikutnya………..
3.kematian.
3.kematian pada tahap ini, manifestasi klinis yang
dapat diamati pada klien antara lain;
a.pernapasan, nadi, dan tekanan darah
berhenti
b.hilangnya respon terhadap stimulus
eksternal
c.pergerakan otot sudah tidak ada
d.pada ensefalogram datar (garis otak) berarti
aktifitas listrik otak terhenti.
next
B. Penetapan diagnosis
serangkaian diagnosis untuk memenuhi
kebutuhan psikologis maupun psikososial dapat
diterapkan pada klien yang mendekati kematian,
bergantung pada hasil pengkajiannya. Beberapa
diagnosis yang mungkin sesuai untuk klien
tersebut adalah ketakutan, keputusasaan, dan
ketidakberdayaan. Diagnosis lain yang dapat
menteryai diagnosis tersebut antara lain
gangguan proses keluarga dan ketegangan
peran pemberi asuhan.
Diagnosanya sebagai berikut;
1.Ketakutan
yang berhubungan dengan:
 pengaruh dini atau jangka panjang yang dirasakan
akibat (kehilangan fungsi tubuh atau anggota tubuh;
penyakit terminal; disabilitas jangka panjang;
gangguan kognitif)
 Hilangnya kontrol dan hasil akhir yang tidak
diperkirakan, sekunder akibat (hospitalisasi;prosedur
pembedahan dan hasil akhirnya;lingkungan yang baru;
kehilangan orang yang dicintai; perceraian; kegagalan)
 Perpisahan dari orang tua dan teman sebayanya.
Next…
 Ketakutan terkait-usia (gelap, orang asing, hantu,
monster, binatang)
 Ketidak pastian tentang (penampilan, dukungan
teman,pernikahan, kehamilan, pekerjaan)
2.Keputusasaan
yang berhubungan dengan:
 Kondisi fisik yang kian menurun
 Gangguan kemampuan fungsional(berjalan, eliminasi,
makan)
 Pengobatan yang berlangsung lama (mis; kemoterapi,
radiasi) yang dapat menyebabkan nyeri, mual,
ketidaknyamanan)
Berikut…..!!!
 Pengobatan yang lama namun tanpa hasil
 Ketidak mampuan mencapai tujuan dalam hidup
(pernikahan, pendidikan, anak-anak)
 Kehilangan sesuatu atau seseorang yang
sangat dicintai(pasangan, anak, teman)
 Gangguan fungsi tubuh atau kehilangan aggota
tubuh
 Hambatan dalam hubungan (perpisahan,
perceraian)
 Kehilangan pekerjaan.
Perencanaan dan implementasi

tujuan utama asuhan keperawatan untuk


klien yang mendekati kematian adalah
mempertahankan kenyamanan fisiologis
dan psikologis serta mencapai kematian
yang damai dan bermartabat, termasuk
mempertahankan kontrol personal dan
menerima kondisi kesehatan yang terus
menurun.
Next…
Indikator untuk diagnosis ketakutan.
 Memperlihatkan penurunan respon
viseral(nadi, pernapasan)
 Membdakan antara kenyataan dan
khayalan
 Menjelaskam pola koping efektif dan tak
efektif
 Mengidentifikasi respon kopingnya sendiri
Lanjut…
Intervensi umum
 Kaji faktor penyebeb(limgkungan yang asing, perubahan gaya
hidup, perubahan biologis dan psikologis, ancaman pada harga diri,
dll)
 Kurangi atau hilangkan faktor penyebab (berbeda untuk masing-
masing faktor)
 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya (tidak berdaya,
marah)
 Beri masukan tentang perasaan yang diungkapkan klien.
 Dorong klien untuk mengungkapkan masalahnya kepada orang lain
 Dorong klien untuk menghadapi ketakutannya
 Hindarkan suasana yang tidak mengancam secara emosional
Saat intensitas ketakutan telah menurun
 Jelaskan isyarat perilaku yang mengindikasikan
meningkatnya ketakutan(mis; “wajah anda memerah dan
tangan anda mengepal saat kita membahas nasalah
kepulangan anda”).
 Ajarkan cara meningkatkan kontrol
 Identifikasi aktifitas yang dapat menyalurkan energi
emosional klien guna mengurangi intensitas ketakutan
 Sarankan atau ajarkan beberapa metode yang dapat
meningkatkan kenyamanan atau relaksasi(membaca,
mendengarkan musik, tekhnik nafas dalam, dll)
 Lakukan penyuluhan kesehatan sesuai indikasi.
Berikut…
Indikator untuk dignosis keputusasaan
 Menyampaikan penderitaan yang dialami secara terbuka
dan konstruktif kepada orang lain
 Mengenang dan mengulas kehidupannya secara positif
 Mempertimbangkan nilai-nilai dan makna hidupnya
 Mengungkapkan perasaan optmis tentang kehidupan saat
ini.
 Membina, mengingatkan, dan mempertahankan hubungan
yang positif dengan orang lain.
 Berpartipasi dalam peran yang bermakna
 Mengekspresikan keyakinan spiritual.
Intervensi umum
 Bantu klien mengidentifikasi dan mengungkapkan
perasaannya.
 Dengarkan klien dengan seksama dan perlakukan ia
sebagai seorang individu.
 Tunjukkan sikap empati agar klien bersedia
mengutarakan keraguan, ketakutan, dan
kekhawatirannya.
 Dorong klien untuk menceritakan bagaimana harapan
menjadi ketidak pastian dalam hidupnya dan saat-saat
ketika harapan telah mengecewakannya.
 Bantu klien mengidentifikasi hal-hal yang menyenangkan
dan hal-hal yang mereka anggap sebagai humor.
Next…
 Bantu klien memahami bahwa ia pribadi mampu
mengatasi aspek keputusasaan dalam hidupnya engan
memisahkan aspek tersebut dari aspek penuh harapan.
Bantu ia membedakan hal yang mungkin dan mustahil.
Bantu klien mengidentifikasi alasan mereka untuk hidup
yang kemudian memberi makna dan tujuan pada hidup
mereka.
 Tekankan keberhasilan pencapaian dimasa lalu dan
gunakan imformasi ini untuk merancang tujuan baru
bersama klien.
 Bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan
(mis; hubungan, keyakinan, tugas yang harus
dituntaskan)
Lanjut…
 Bantu klien dalam memecahkan masalah dan
mengambil keputusan.
 Hargai klien sebagai pengambil keputusan yang
kompeten; hargai keinginan dan keputusan yang
diambil klien.
 Bantu klien beralih dari permasalahan yang
mustahil dipecahkan dan mulai berfokus pada
masalah yang realistis dan mungkin dipecahkan.
 Ajarkan klien untuk “berharap menjadi” manusia
terbaik hari ini dan untuk menghargai setiap
waktu yang ada.
Lanjut……………!
 Libatkan keluarga dan orang terdekat klien dalam
rencana perawatan; ajarkan pada mereka peran-peran
yang harus dijalani untuk menumbuhkan harapan klien
melalui hubungan yang positif dan saling mendukung.
 Dorong klien untuk berbagi rasa dengan individu lain
yang memiliki masalah atau menderita penyakit yang
sama serta memiliki pengalaman yang positif dalam
menghadapi kondisi tersebut
 Hargai dan dukung harapan klien terhadap tuhan dan
bantu ia mengekspresikan keyakinan spiritualnya.

Anda mungkin juga menyukai