Kusni Ingsih
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univ. Dian Nuswantoro Semarang
kusningsih@gmail.com
Sih Darmi Astuti
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univ. Dian Nuswantoro Semarang
astuti_sda@yahoo.com
Deva Ivon Prakasiwi Asri
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univ. Dian Nuswantoro Semarang
devaivon93@yahoo.com
Abstract
The purpose of this study was to examine the influence of leadership, organizational culture, organizational
commitment and job satisfaction on employee performance. The respondents of this study are employees of
Telkomsel Branch in Semarang. Data collection method and survey can be deployed and used in the analysis of as
many as 112 questionnaires returned from the 125 pieces. Purposive and convenience sampling was used in this
study. Validity and reliability testing performed before testing the relationship between variables using structural
equation models (SEM). The analysis used in this study using a Maximum Likelihood (ML). The results contribute
to performance literature in four ways. First, leadership, organizational culture, and organizational commitment
had direct effect on job performance. Second, leadership was most strong and positive effect on job performance.
The third was organizations cultural have positive effect on job satisfaction. Finally, organizational commitment
was positive effect on job performance.
1
Seminar Nasional & Call For Paper, Forum Manajemen Indonesia (FMI) Ke-7“Dinamika Dan Peran Ilmu
Manajemen Untuk Menghadapi AEC”Jakarta, 10-12 November 2015
kepuasan kerja sesuai dengan penelitian Taurisa dan serta Hartanto (2014). Studi yang berbeda dilakukan oleh
Ratnawati (2012) dan Rahayu, dkk (2013). Hasil studi Pratiwi, P. (2012) yang menemukan bahwa komitmen
mereka juga didukung oleh Ahmad, H. et al. (2010) yang organisasional tidak berpengaruh pada kinerja pegawai,
menemukan bahwa komitmen organisasional berpengaruh sedangkan studi Irawati, R. & Liana, Y. (2013) menemukan
positif dan signifikan terhadap kepuasan dan kinerja pegawai, bahwa kepemimpinan tidak berpengaruh pada kinerja,
demikian juga kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai pada sementara studi yang menemukan bahwa budaya organisasi
agensi iklan di Islamabad, Pakistan. Beberapa peneliti yang tidak berpengaruh terhadap kinerja dilakukan oleh Syauta,
melakukan penelitian dengan hasil yang sama, seperti J.H., dkk. (2012). Adapun studi-studi mereka dirangkum
Djamaludin (2009), Ahmad, H. et al. (2010), Liliyana, dkk seperti ditunjukkan pada Tabel 1 berikut:
(2011), Suwardi dan Utomo (2011), Irianti dan Utami (2012)
Tabel 1
RISET GAP
No Hubungan Peneliti/th Hasil Penelitian
1 Kepemimpinan Yeh, H. & Hong, D. (2012) Kepemimpinan berpengaruh
terhadap Kinerja positif terhadap Kinerja
Irawati, R. & Liana, Y. (2013) Kepemimpinan tidak berpengaruh
terhadap Kinerja
2 Budaya Organisasi Pratiwi, P. (2012) Hasil menunjukkan bahwa budaya
terhadap Kinerja. Shahzad, F., Iqbal, Z., & Gulzar, M. organisasi berpengaruh positif
(2013) terhadap Kinerja
Syauta, J.H., dkk. (2012) Budaya organisasi berpengaruh
positif terhadap Kinerja
3 Komitmen Ahmad, H. et al. (2010) Komitmen organisasional
terhadap Kinerja Yeh, H. & Hong, D. (2012) berpengaruh positif terhadap
pegawai Irawati, R. & Liana, Y. (2013) kinerja pegawai
Syauta, J.H., dkk. (2012)
Pratiwi, P. (2012) Komitmen organisasional tidak
berpengaruh terhadap kinerja
Obyek yang dipilih dalam penelitian ini adalah Telkomsel di maka penulis mencoba menjelaskan dengan menempatkan
Kota Semarang yang berlokasi di Jl. Pahlawan No. 10, kepuasan kerja sebagai variable intervening dalam model
Semarang. Berdasarkan hasil pra survey terhadap 15 penelitian ini. Selain adanya riset gap yang mendasari studi
responden Telkomsel, dapat diketahui faktor-faktor yang ini adalah adanya fenomena pada obyek riset, sehingga
mempengaruhi kinerja karyawan 53% karyawan merasa peneliti tertarik untuk memfokuskan pada topik ini.
komunikasi pimpinan dengan kurang lancar dan 60%
menyatakan bahwa kemampuan pimpinan untuk mendorong
bawahan bekerja maksimal masih kurang. Sedangkan kerja KAJIAN PUSTAKA
sama dengan rekan kerja masih kurang (60%) dan dukungan
Kepemimpinan
dan perhatian dari perusahaan kepada karyawan berprestasi
juga kurang (53%). Sebanyak 53% responden mempunyai Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk
perasaan biasa saja saat bekerja di Telkomsel dan kepedulian mempengaruhi orang lain sedemikian rupa sehingga orang
terhadap organisasi. Karyawan yang menyatakan “tidak lain mau melakukan kehendak pemimpin, meskipun secara
Setuju” terhadap kesempatan promosi sebanyak 67% dan pribadi hal itu tidak mungkin disenanginya
adanya hubungan yang harmonis terhadap rekan kerja (Siagian,2009:62). Pengertian lain kepemimpinan adalah
dinyatakan oleh 53% responden yang menyatakan “tidak proses mempengaruhi orang lain dalam suatu organisasi agar
Setuju”. Berdasarkan riset gap pada stud-studi sebelumnya, mereka dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dalam
2
Seminar Nasional & Call For Paper, Forum Manajemen Indonesia (FMI) Ke-7“Dinamika Dan Peran Ilmu
Manajemen Untuk Menghadapi AEC”Jakarta, 10-12 November 2015
3
Seminar Nasional & Call For Paper, Forum Manajemen Indonesia (FMI) Ke-7“Dinamika Dan Peran Ilmu
Manajemen Untuk Menghadapi AEC”Jakarta, 10-12 November 2015
Hubungan Kepemimpinan dengan Kepuasan Kerja Hubungan Komitmen Organisasi dengan Kepuasan
Kerja
Moghimi, M. & Firozabad (2013) menemukan bahwa
kepemimpinan transformasional berpengaruh positif Pegawai yang memiliki komitmen yang tinggi akan merasa
terhadap kepuasan kerja pada 268 orang guru di Tehran. puas. Studi Ahmad, H., et al. (2010) yang berjudul
Studi yang sama dilakukan oleh Irianti dan Utami (2012) “Relationship between Job Satisfaction, Job Performance,
dalam studinya yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan, Attitude Towards Work & Organizational Commitment”
Lingkungan Kerja, dan Motivasi terhadap Kepuasan Kerja“ yang dilakukan terhadap para agen iklan di Islamabad,
menemukan bahwa kepemimpinan dan motivasi Pakistan, menunjukkan bahwa komitmen organisasi
berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja pegawai, memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap kepuasan kerja
sedangkan lingkungan kerja ditemukan tidak berpengaruh dibandingkan dengan sikap kerja para agen. Penelitian yang
terhadap kepuasan kerja pegawai. Berdasarkan temuan ini, mendukung temuan ini adalah studi yang dilakukan oleh
maka disusun hipotesis 1 sebagai berikut: Yeh, H. & Hong, D. (2012), demikian juga studi Insan, A.N.,
dkk. (2013) pada 270 orang karyawan PLN di Makasar,
H1: Kepemimpinan berpengaruh positif terhadap
Sulawesi Selatan, yang menemukan bahwa kepuasan kerja
kepuasan kerja
karyawan dapat ditingkatkan dari penciptaan komitmen para
Hubungan Budaya dengan Kepuasan Kerja pegawai. Berdasarkan temuan di atas, maka disusun
Studi yang dilakukan oleh Sabri, P.S.U., et al. (2011) hipotesis 3 sebagai berikut:
terhadap 347 orang guru baik di sektor swasta maupun H3 : Komitmen Organisasi berpengaruh positif terhadap
pemerintah pada Institute maupun Universitas di Pakistan Kepuasan kerja karyawan
menemukan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif
Hubungan Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai
terhadap kepuasan kerja para guru. Budaya organisasi dalam
studi ini dilihat dari dua komponen, yaitu budaya bagi para Penelitian yang dilakukan oleh Pradeep, D.D. & Prabhu,
manajer dan pimpinan, dan budaya bagi para pegawai/guru. N.R.V. (2011) yang berjudul “The Relationship between
Studi menunjukkan bahwa budaya bagi para pegawai/guru Effective Leadership & Employee Performance”,
lebih tinggi efeknya terhadap kepuasan kerja dibanding bagi menemukan bahwa pemimpin yang efektif akan mampu
para manajer dan pimpinan. Penelitian lain yang mendukung meningkatkan kinerja bawahannya. Studi ini dilakukan pada
temuan ini adalah studi yang dilakukan oleh Tsai, Y. (2011), para manajer dengan berbagai level professional. Studi yang
yang mengambil obyek pada para perawat di Rumah sakit di sama juga dilakukan oleh Chika P. Enueme, Ebele J
Taiwan. Studi terhadap 200 orang perawat menemukan Edwunyenga (2008), Keith A. Rowland (2008), Irianti dan
bahwa budaya organisasi di Rumah sakit yang dicerminkan Utami (2012), Yeh, H. & Hong, D. (2012), Rahayu, dkk (2013).
dalam empat dimensi, yaitu: orientasi pada pegawai, focus Berdasarkan temuan di atas, maka disusun hipotesis 4
pada pelanggan, menekankan tanggung jawab, dan sebagai berikut:
menekankan pada kooperasi, ternyata memiliki pengaruh
H4 : Kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja
lebih kuat terhadap penciptaan kepuasan kerja mereka
karyawan
dibandingkan dengan perilaku pemimpin. Maclntosh, E.W.
& Doherty, A. (2010) melakukan riset yang sama dengan Hubungan Budaya dengan Kinerja Pegawai
judul “The Influence of Organization Culture on Job Penelitian yang dilakukan oleh Aluko, M.A.O. (2003) yang
Satisfaction and Inten to Leave” pada 33 industry fitness. berjudul “The Impact of Culture on Organization
Studi menemukan bahwa budaya organisasi dengan delapan Performance in Selected Textile Firms in Nigeria”,
dimensi yang diteliti, yaitu: kompetensi staf, atmosfir, menemukan bahwa budaya berpengaruh positif terhadap
koneksitas, formalitas, penjualan, peralatan layanan, kinerja perusahaan. Penelitian ini menggunakan responden
program-program layanan, & presensi organisasi dapat sejumlah 630 orang. Temuan yang sama pada studi yang
meningkatkan kepuasan kerja pegawai. Dimensi budaya dilakukan oleh Shahzad, et al. (2012), yang menemukan
yang terkuat yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja bahwa ketika pegawai memiliki komitmen terhadap nilai-
adalah atmosfir, sedangkan yang terlemah adalah peralatan nilai dan norma-norma yang sama dengan yang dimiliki oleh
layanan. Berdasarkan temuan ini, maka disusun hipotesis 2 organisasi, maka dapat meningkatkan kinerja dalam
pencapaian tujuan-tujuan organisasi secara menyeluruh.
sebagai berikut:
Jacobs, R., et al. (2013) yang melakukan studi dengan judul
H2: Budaya Organisasi berpengaruh positif terhadap “The Relationship between Organizational Culture &
kepuasan kerja Performance in Acute Hospitals”, dengan 295 orang
responden menemukan bahwa budaya organisasi dapat
4
Seminar Nasional & Call For Paper, Forum Manajemen Indonesia (FMI) Ke-7“Dinamika Dan Peran Ilmu
Manajemen Untuk Menghadapi AEC”Jakarta, 10-12 November 2015
meningkatkan kinerja para manajer di Rumah Sakit. karyawan. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian
Berdasarkan temuan di atas, maka disusun hipotesis 5 karyawan Telkomsel sebanyak 112 karyawan. Jenis data
sebagai berikut: dalam penelitian ini adalah data primer. Metode
H5 : Budaya organisasi berpengaruh positif terhadap pengumpulan data yang digunakan adalah survey dengan
kinerja karyawan menggunakan kuesioner. Metode analisis data yang
digunakan adalah Structural Equation Model (SEM).
Hubungan Komitmen Organisasi dengan Kinerja Pengukuran variabel kepemimpinan menggunakan 6
Pegawai indikator yaitu: komunikasi pimpinan dengan bawahan,
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Riaz Khan dkk kepercayaan pimpinan kepada bawahan, kemampuan
(2010) yang berjudul The impact of Organizational pimpinan untuk mendorong bawahan bekerja maksimal,
Commitment on Employees Job Performance. “A study of kemampuan pimpinan untuk menunjukkan kreativitas,
Oil and Gas sector of Pakistan”, menemukan bahwa dari tiga pengetahuan pimpinan terhadap tugas yang menjadi
dimensi komitmen organisasional, komitmen normative tanggungjawabnya, keteladanan pimpinan kepada
memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap prestasi bawahannya. Budaya Organisasi diukur dengan 6 indikator,
kerja karyawan, sementara dua komitmen yang lain yaitu yaitu: keterbukaan, rasa aman dengan pekerjaan, perasaan
afektif dan kontinuan tidak berpengaruh terhadap prestasi dihargai, kerrja sama, kejelasan organisasi, dukungan dan
kerja karyawan. Studi yang mendukung temuan ini adalah perhatian. Komitmen Organisasi diukur dengan 6 indikator:
riset yang dilakukan oleh Kyzen, M. & Tariq, S. (2012), perasaan menjadi bagian organisasi, kebanggaan terhadap
yang mengambil obyek pada para pegawai di empat kota organisasi, kepedulian terhadap organisasi, ketertarikan
besar di Pakistan. Studi menemukan bahwa pegawai yang untuk bekerja pada organisasi, kepercayaan yang kuat
lebih komit akan dapat meningkatkan kinerja mereka. terhadap nilai-nilai organisasi, kemauan yang besar untuk
Kondisi berlaku baik di sektor swasta maupun di sektor berusaha lagi. Variabel kepuasan kerja diukur dengan 5
pemerintah. Berdasarkan temuan-temuan ini, maka disusun indikator, yaitu: pekerjaan yang cocok, atasan baik, gaji
hipotesis 6 sebagai berikut: cukup, kesempatan promosi, dan rekan kerja harmonis.
Adapun variabel kinerja karyawan diukur melalui 7
H6 : Komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap
indikator, yaitu: kuantitas, kualitas, efisiensi, kemampuan,
kinerja karyawan
ketepatan, pengetahuan, dan kreativitas.
Hubungan Kepuasan Kerja dengan Kinerja Pegawai
Studi yang dilakukan oleh H.Shokrkon dan A.Naami (2009)
yang berjudul “The Relationship of Job Satisfaction With HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Organizational Citizenship Behavior and Job Performance in
Ahvaz Factory Workers”, menemukan bahwa terdapat Confirmatory Factor Analysis Variabel Eksogen
pengaruh positif antara kepuasan kerja terhadap kinerja
pegawai. Studi lain yang menemukan hubungan yang sama Hasil analisis confirmatory analisis terhadap variabel
dilakukan oleh Alamdar Husein Khan, Muhammad Nawaz, eksogen seperti ditunjukkan pada Gambar 1 berikut:
Muhammad Aleem and Wasim Hamed (2012) serta Suwardi
dan Utomo (2011). Berdasarkan studi terdahulu yang
dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa kepuasan kerja berpengaruh
positif terhadap kinerja pegawai. Oleh karena itu penulis
dapat merumuskan hipotesis 7 sebagai berikut:
H7: Kepuasan kerja pegawai mempunyai pengaruh yang
positif terhadap kinerja karyawan.
METODE PENELITIAN
5
Seminar Nasional & Call For Paper, Forum Manajemen Indonesia (FMI) Ke-7“Dinamika Dan Peran Ilmu
Manajemen Untuk Menghadapi AEC”Jakarta, 10-12 November 2015
.76
e1 x1
.74
X18 = 0,90. Karena semua nilai faktor loading sudah sesuai
e2 x2
.87
.72 .86
dengan yang disarankan, maka keenam indikator dapat
e3 x3
.75
.87
.85
digunakan dalam variabel komitmen organisasi.
Kepemimpinan
e4 x4
.89
.80
e5 x5
.90
.80
Confirmatory Factor Analysis Variabel Endogen
e6 x6
Hasil pengukuran indikator-indikator yang merupakan
.77 .47
Chi Square = 139.266 konstruk pembentuk variabel endogen atau variabel
e7 x7
e8 x8
.88
.88
df =132 dependen kepuasan kerja dan kinerja karyawan dapat dilihat
.88 .94 Probability = .316
e9 x9 .94 CMIN/DF = 1.055 pada gambar 2. berikut:
.74
.86 Budaya
e10 x10 Organisasi .49 GFI = .884 .80
.91
.83
.89 AGFI = .850
e11 x11 x19 e19
.79 TLI = .996 .80
e12 x12
CFI = .997 .90
x20 e20
.89 .82
RMSEA = .022
.23 .91
.76 Kepuasan x21 e21
e13 x13 Chi Square = 45.874 Kerja .88 .77
.74
.90x22
e14 x14
.87
.74 .86
df =54 .81
e22
e15 x15
.86
.86 Probability = .776 x23 e23
.93 Komitmen
e16 x16
.90
.82
Organisasi
CMIN/DF = .850 .56 .78
.90
e17 x17
.82 GFI = .937 x24 e24
.77
e18 x18
AGFI = .909 .89 x25 e25
TLI = 1.006 .88 .89
Gambar 1. CFI = 1.000 .95 x26 e26
.75
CFA VARIABEL EKSOGEN RMSEA = .000
Kinerja
Karyawan
.86
.88x27.78 e27
.95
x28 e28
Berdasarkan dari hasil confimartory factor analysis variabel .94 .89
eksogen menunjukkan bahwa hasil uji fit model x29
.88
e29
memperlihatkan nilai chi square sebesar 139,266 < (lebih x30 e30
kecil) dari chi square tabel sebesar 159,814 dengan sig.0,316 Gambar 2.
> α = 0,05 yang berarti matrik kovarian antara prediksi CFA VARIABEL ENDOGEN
dengan observasi sesungguhnya adalah sama, sementara
hasil lainnya menunjukkan nilai TLI, CFI yang lebih besar Berdasarkan dari hasil confimartory factor analysis variabel
dari 0,9, CMIN/DF sebesar 1,055, dan RMSEA sesuai endogen menunjukkan bahwa hasil uji fit model
dengan nilai cut of value yang ditentukan, yaitu sebesar memperlihatkan nilai chi square sebesar 45,874 < (lebih
0,022. Sedangkan nilai GFI, dan AGFI hanya memberikan kecil) dari chi square tabel sebesar 72,153 dengan sig.0,776
nilai yang lebih kecil dari nilai cut of value yang ditentukan > a = 0,05 yang berarti matrik kovarian antara prediksi
sehingga dikategorikan marginal. Dari hasil yang dapat dengan observasi sesungguhnya adalah sama, sementara
disimpulkan secara umum model SEM yang digunakan hasil lainnya menunjukkan nilai GFI, AGFI, TLI, CFI,
dapat dikategorikan baik untuk mengambarkan hubungan CMIN/DF, dan RMSEA sesuai dengan nilai cut of value
kausalitas variabel independen. yang ditentukan. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka
dapat disimpulkan bahwa secara umum model SEM yang
Nilai faktor loading indikator variabel kepemimpinan yaitu
X1 = 0,87, X2 = 0,86, X3 = 0,85, X4 = 0,87, X5 = 0,89, X6 = digunakan dapat dikategorikan baik untuk mengambarkan
0,90. Semua nilai faktor loading sesuai yang disarankan hubungan kausalitas variabel independen.
yaitu ≥ 0,5, sehingga keenam indikator yang digunakan Nilai faktor loading variabel kepuasan kerja yaitu X 19 =
menjadi konstruk pembentuk variabel kepemimpinan. Nilai 0,90, X20 = 0,89, X21 = 0,91, X22 = 0,88, dan X23 = 0,90.
faktor loading indikator variabel budaya organisasi yaitu X 7 Semua nilai faktor loading sesuai yang disarankan yaitu ≥
= 0,88, X8 = 0,94 X9 = 0,94, X10 = 0,86, X11 = 0,91, X12 = 0,5, sehingga kelima indikator yang digunakan mampu
0,89. Semua nilai faktor loading sesuai yang disarankan menjadi konstruk pembentuk variabel kepuasan kerja.
yaitu ≥ 0,5, sehingga keenam indikator yang digunakan
Nilai faktor loading kinerja karyawan yaitu X 24 = 0,89, X25 =
menjadi konstruk pembentuk variabel budaya organisasi.
0,88, X26 = 0,95, X27 = 0,86, X28 = 0,88, X29 = 0,95, dan X30
Nilai faktor loading variabel komitmen organisasi yaitu X 13
= 0,94. Semua nilai faktor loading sesuai yang disarankan
= 0,87, X14 = 0,86, X15 = 0,86, X16 = 0,93, X17 = 0,90 dan
yaitu ≥ 0,5, sehingga ketujuh indikator yang digunakan
6
Seminar Nasional & Call For Paper, Forum Manajemen Indonesia (FMI) Ke-7“Dinamika Dan Peran Ilmu
Manajemen Untuk Menghadapi AEC”Jakarta, 10-12 November 2015
mampu menjadi konstruk pembentuk variabel kinerja sesuai dengan nilai cut of value yang ditentukan, yaitu
karyawan. sebesar 0,000. Sedangkan nilai GFI, dan AGFI hanya
memberikan nilai yang lebih kecil dari nilai cut of value
Model Struktural
yang ditentukan sehingga dikategorikan marginal. Dari hasil
Hasil analisis dalam model structural dalam studi ini seperti yang dapat disimpulkan secara umum model SEM yang
dipaparkan pada Gambar 3 berikut ini: digunakan dapat dikategorikan baik untuk mengambarkan
hubungan kausalitas dari faktor-faktor yang digunakan.
PEMBAHASAN
Tabel 3.
UJI HIPOTESIS
Gambar 3. No Hipotesis CR. P Keterangan
MODEL EMPIRIS 1 Kepemimpinan terhadap 2,190 ,029 Diterima
Kepuasan kerja
Hasil uji kesesuaian dan uji statistik terhadap full model 2 Budaya_Organisasi 3,686 *** Diterima
SEM dapat dilihat pada Tabel 2. berikut: terhadap Kepuasan Kerja
3 Komitmen_Organisasi 3,007 ,003 Diterima
Tabel 2. terhadap Kepuasan Kerja
HASIL UJI FIT FULL MODEL 4 Kepuasan_Kerja terhadap 2,502 ,012 Diterima
Goodness of Hasil Evaluasi Kinerja Karyawan
Cut of Value
Fit Indeks Analisis Model 5 Kepemimpinan terhadap 2,254 ,024 Diterima
Chi-Square 346,279 Baik Kinerja Karyawan
Diharapkan lebih
kecil dari Chi- 6 Budaya_Organisasi 2,441 ,015 Diterima
terhadap Kinerja Karyawan
Square(c2tabel),
dengan sig. α = 0,05, 7 Komitmen_Organisasional 2,087 ,037 Diterima
terhadap Kinerja
dan df = 396, maka c Karyawan
2
tabel = 443,399
Probability > 0,05 0,966 Baik
GFI > 0,90 0,833 Cukup Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
AGFI > 0,90 0,803 Cukup
Berdasarkan dari hasil yang didapat dalam studi ini, maka
TLI > 0,95 1,015 Baik
CFI > 0,95 1,000 Baik
dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis dua yang
CMIN/DF < 2,00 0,874 Baik menyatakan budaya organisasi berpengaruh positif dan
RMSEA < 0,08 0,000 Baik signifikan terhadap kepuasan kerja. Bahkan ditemukan
Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2014 bahwa budaya organisasi menjadi faktor terkuat yang
mempengaruhi kepuasan kerja dibandingkan dengan dua
Hasil uji fit model memperlihatkan nilai chi square sebesar faktor yang lain yaitu kepemimpinan dan komitmen
346,279 < (lebih kecil) dari chi square tabel sebesar 443,399 organisasional. Budaya organisasi di Telkomsel dicerminkan
dengan sig.0,966 > α = 0,05 yang berarti matrik kovarian dari: adanya rasa aman dalam bekerja atau dilindungi hak-
antara prediksi dengan observasi sesungguhnya adalah sama, haknya selama mereka bekerja, adanya saling menghargai
sementara hasil lainnya menunjukkan nilai TLI, CFI yang diantara para karyawan, adanya kejelasan tujuan organisasi
lebih besar dari 0,9, CMIN/DF sebesar 0,874, dan RMSEA yaitu selalu meningkatkan kualitas layanan melalui
7
Seminar Nasional & Call For Paper, Forum Manajemen Indonesia (FMI) Ke-7“Dinamika Dan Peran Ilmu
Manajemen Untuk Menghadapi AEC”Jakarta, 10-12 November 2015
peningkatan kesejahteraan karyawan, adanya dukungan dan Berdasarkan dari hasil yang didapat dalam analisis ini maka
perhatian bagi karyawan berprestasi. Temuan ini mendukung menerima hipotesis yang menyatakan kepemimpinan
studi yang dilakukan oleh Maclntosh, E.W. & Doherty, A. berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
(2010), Sabri, P.S.U., et al. (2011), dan Tsai, Y. (2011). karyawan. Bahkan kepemimpinan menjadi variabel terkuat
kedua yang mempengaruhi kinerja karyawan. Para pimpinan
Komitmen organisasional ditemukan juga berpengaruh
di Telkomsel telah menunjukkan perannya sebagai atasan
positif terhadap kepuasan kerja pegawai, sehingga hipotesis
yang dapat diterima bawahan, dalam hal: mampu
ketiga diterima. Komitmen organisasi menjadi variabel
memberikan keteladanan yang baik bagi bawahan,
kedua yang mempengaruhi kepuasan kerja. Hal ini tercermin
memahami dan menguasai terhadap tugas dan tanggung
dari karyawan selalu senang dan tertarik untuk terus bekerja
jawabnya, memiliki komunikasi yang baik dengan bawahan,
di Telkomsel, adanya kepercayaan yang kuat terhadap nilai-
dan memiliki kreatifitas saat mengambil keputusan. Studi ini
nilai dan tujuan yang akan dicapai oleh Telkomsel, dan
mendukung riset sebelumnya yang dilakukan oleh Pradeep,
karyawan mempunyai kemauan yang besar untuk bekerja
D.D. & Prabhu, N.R.V. (2011), Chika P. Enueme, Ebele J
yang lebih baik dari sebelumnya, serta adanya perasaan
Edwunyenga (2008), Keith A. Rowland (2008), Irianti dan
bangga karyawan bekerja di Telkomsel. Komitmen
Utami (2012), Yeh, H. & Hong, D. (2012), Rahayu, dkk
organisasional menjadi variabel terkuat kedua yang
(2013). Hampir semua studi mereka dapat disimpilkan
mempengaruhi kepuasan kerja. Studi ini mendukung riset
bahwa pemimpin yang efektif akan mampu meningkatkan
yang dilakukan oleh Ahmad, H., et al. (2010), Yeh, H. &
kinerja bawahannya. Namun studi yang berbeda ditemukan
Hong, D. (2012), dan Insan, A.N., dkk. (2013).
dalam hasil riset Irawati, R. & Liana, Y. (2013) yang
Hipotesis yang menyatakan kepemimpinan berpengaruh mengatakan bahwa kepemimpinan tidak berpengaruh
positif terhadap kepuasan kerja diterima, sehingga hipotesis terhadap kinerja pegawai.
pertama dalam studi ini didukung. Kepemimpinan menjadi
Hasil analisis yang dilakukan dalam studi ini dapat
variabel terkecil yang mempengaruhi kepuasan kerja. Hal ini
disimpulkan bawah hipotesis kelima yang menyatakan
dapat dijelaskan dari munculnya peran atasan dalam bentuk
budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja
mampu memberikan keteladanan yang baik bagi bawahan,
karyawan diterima. Budaya organisasi menjadi variabel
memiliki komunikasi yang baik dengan bawahan, dan
terkuat ketiga yang mempengaruhi kinerja karyawan.
percaya kepada bawahan dalam menyelesaikan pekerjaan
Budaya organisasi yang tercermin di perusahaan Telkomsel
dengan ide dan cara mereka sendiri, serta lebih memotivasi
diantaranya adalah adanya rasa aman dalam bekerja atau
bawahan dengan cara sering memberikan arahan dan
dilindungi hak-haknya selama bekerja, adanya saling
bimbingan kepada karyawan sehingga akan menciptakan
menghargai diantara para karyawan, adanya kejelasan
rasa lebih puas dalam bekerja bagi meraka. Studi ini
tujuan organisasi yaitu selalu meningkatkan kualitas
mendukung riset yang dilakukan oleh Moghimi, M. &
layanan melalui peningkatan kesejahteraan karyawan,
Firozabad (2013), serta Irianti dan Utami (2012).
adanya dukungan dan perhatian bagi karyawan berprestasi,
adanya kejelasan tujuan organisasi, adanya dukungan dan
perhatian pihak manajemen, dan adanya keterbukaan dalam
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
system pengangkatan pegawai, serta terciptanya kerjasama
Hipotesis ketujuh yang menyatakan bahwa kepuasan kerja diantara karyawan lama maupun yang baru. Hal ini akan
berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan diterima. berdampak pada penciptaan kreatifitas, kemampuan, dan
Bahkan studi menemukan bahwa kepuasan kerja menjadi ketepatan kerja mereka. Temuan ini mendukung riset yang
variabel yang terkuat dalam mempengaruhi kinerja dilakukan oleh Aluko, M.A.O. (2003), Shahzad, et al.
karyawan. Kepuasan para karyawan yang tercipta (2012), Jacobs, R., et al. (2013), dan Shahzad, F., Iqbal, Z.,
diekspresikan dalam bentuk gaji yang cukup, rekan kerja & Gulzar, M. (2013) yang menyatakan bahwa budaya
yang harmonis, pekerjaan yang sudah dirasa cocok bagi organisasi mampu meningkatkan kinerja pegawai. Namun
mereka, memiliki atasan yang baik, dan adanya kesempatan studi yang berbeda yang dilakukan oleh Syauta, J.H., dkk.
promosi yang baik dalam karir mereka. Kondisi-kondisi ini (2012) yang menemukan bahwa budaya organisasi ternyata
akan dapat meningkatkan kinerja para karyawan. Studi ini tidak mempengaruhi kinerja pegawai.
mendukung riset yang dilakukan oleh H.Shokrkon dan
A.Naami (2009), Alamdar Husein Khan, Muhammad Komitmen organisasional berpengaruh positif terhadap
Nawaz, Muhammad Aleem and Wasim Hamed (2012), serta kinerja karyawan merupakan pernyataan hipotesis keenam
Suwardi dan Utomo (2011). diterima. Komitmen organisasional menjadi variabel
terlemah yang mempengaruhi kinerja karyawan. Komitmen
8
Seminar Nasional & Call For Paper, Forum Manajemen Indonesia (FMI) Ke-7“Dinamika Dan Peran Ilmu
Manajemen Untuk Menghadapi AEC”Jakarta, 10-12 November 2015
organisasional yang terbentuk di Telkomsel dicerminkan besar untuk bekerja yang lebih baik dari sebelumnya,
diantaranya dari perasaan karyawan yang selalu senang dan serta adanya perasaan bangga karyawan bekerja di
tertarik untuk terus bekerja di Telkomsel, adanya Telkomsel.
kepercayaan yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan yang
akan dicapai oleh Telkomsel, dan karyawan mempunyai
Saran
kemauan yang besar untuk bekerja yang lebih baik dari
sebelumnya, serta adanya perasaan bangga karyawan bekerja Berdasarkan temuan-temuan studi ini diperoleh beberapa
di Telkomsel. Disamping itu, hal lain yang nampak adalah saran manajerial untuk perbaikan organisasi maupun untuk
adanya perasaan bangga dari para karyawan sebagai bagian riset mendatang, yaitu:
dari Telkomsel. Studi ini mendukung riset sebelumnya yang 1. Pimpinan sebaiknya meningkatkan kepercayaan kepada
dilakukan oleh Muhammad Riaz Khan dkk (2010), dan bawahan dalam menyelesaikan pekerjaan dengan ide dan
Kyzen, M. & Tariq, S. (2012). Studi-studi mereka cara mereka sendiri dan lebih memotivasi bawahan
menemukan bahwa pegawai yang lebih komit akan dapat dengan cara sering memberikan arahan dan bimbingan
meningkatkan kinerja mereka. kepada karyawan agar lebih mampu mencapai hasil kerja
yang lebih baik, seperti masing-masing pimpinan
memberikan briefing setiap hari kepada para bawahan di
KESIMPULAN unit kerjanya sebelum melaksanakan tugas, sehingga
para karyawan bisa mendapatkan berbagai masukan
Studi dalam penelitian ini menemukan ada tiga cara yang mengenai cara yang tepat didalam melaksanakan tugas.
dapat ditempuh organisasi dalam meningkatkan kinerja Hal ini akan membantu karyawan untuk mencapai hasil
pegawai, yaitu: kerja yang lebih maksimal.
1. Kepemimpinan yang baik merupakan faktor yang paling 2. Budaya organisasi dapat dikuatkan dengan cara
kuat dalam meningkatkan kinerja karyawan. Hal ini khususnya pada setiap bagian seperti di bagian
ditunjukkan dari pimpinan yang mampu memberikan marketing dan customer service sebagai ujung tombak
keteladanan yang baik bagi bawahan, memahami dan layanan pelanggan sebaiknya perlu dibuat kombinasi
menguasai terhadap tugas dan tanggung jawabnya, karyawan yang telah lama bekerja dan karyawan baru,
memiliki komunikasi yang baik dengan bawahan, dan yang ditempatkan di setiap kelompok kerja sehingga
memiliki kreatifitas saat mengambil keputusan. Kondisi- akan menciptakan kerjasama yang lebih erat diantara
kondisi ini telah mampu meningkatkan kinerja mereka karyawan lama dengan baru ketika menjalankan tugas.
dalam hal pencapaian efisiensi kerja, pengetahuan yang Bentuk lain dalam penguatan budaya adalah dari
baik, dan pencapaian target kerja baik secara kualitas peningkatan keterbukaan terhadap system pengangkatan
maupun kuantitas. karyawan. Para karyawan yang masih berstatus pegawai
2. Faktor kuat yang kedua yang akan meningkatkan tidak tetap sebaiknya diberi kesempatan untuk
kinerja adalah Budaya Organisasi. Budaya yang nampak melakukan test agar bisa diterima menjadi karyawan
di Telkomsel Branch Semarang diantaranya adalah: tetap, dan bagi karyawan tetap yang telah bekerja dalam
adanya rasa aman dalam bekerja atau dilindungi hak- kurun waktu tertentu seperti minimal 5 tahun sebaiknya
haknya selama bekerja, adanya saling menghargai diberi kesempatan untuk mengikuti test untuk
diantara para karyawan, adanya kejelasan tujuan mendapatkan promosi jabatan yang lebih tinggi. Dengan
organisasi yaitu selalu meningkatkan kualitas layanan menerapkan kebijakan yang lebih memudahkan
melalui peningkatan kesejahteraan karyawan, adanya karyawan untuk mendapatkan promosi jabatan maka hal
dukungan dan perhatian bagi karyawan berprestasi. Hal ini akan lebih memuaskan para karyawan dalam bekerja.
ini akan berdampak pada penciptaan kreatifitas, 3. Komitmen organisasional sebaiknya lebih ditingkatkan
kemampuan, dan ketepatan kerja mereka. yaitu dengan mengajak para karyawan merasa bangga
sebagai bagian dari Telkomsel. Tindakan ini akan
3. Komitmen organisasional merupakan faktor yang paling
membantu Telkomsel untuk dapat lebih berkembang dan
lemah yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
menningkatkan citra perusahaan.
Bentuk-bentuk komitmen yang ditunjukkan diantaranya
4. Studi mendatang sebaiknya diperkaya dengan variabel
adalah: karyawan selalu senang dan tertarik untuk terus
kompensasi, kompetensi, motivasi, dan lingkungan kerja
bekerja di Telkomsel, adanya kepercayaan yang kuat
sebagai faktor yang akan dapat lebih menjelaskan kinerja
terhadap nilai-nilai dan tujuan yang akan dicapai oleh
pegawai.
Telkomsel, dan karyawan mempunyai kemauan yang
9
Seminar Nasional & Call For Paper, Forum Manajemen Indonesia (FMI) Ke-7“Dinamika Dan Peran Ilmu
Manajemen Untuk Menghadapi AEC”Jakarta, 10-12 November 2015
10
Seminar Nasional & Call For Paper, Forum Manajemen Indonesia (FMI) Ke-7“Dinamika Dan Peran Ilmu
Manajemen Untuk Menghadapi AEC”Jakarta, 10-12 November 2015
11