KELOMPOK 5
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya
ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan
Lambert, 1985, h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami setiap
individu dalam rentan kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Setiap
individu akan berespon terhadap situasi kehilangan, respon terakhir terhadap kehilangan
sangat dipengaruhi oleh respon individu terhadap kehilangan sebelumnya.
Kematian merupakan peristiwa alamiah yang dihadapi oleh manusia. Kematian (death)
merupakan kondisi dimana secara klinis terjadi hentinya pernafasan, nadi dan tekanan darah
serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal serta ditandai adanya aktivitas listrik otak
terhenti, atau juga dapat dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau
terhentinya kerja otak secara menetap.
Berduka merupakan reaksi terhadap kehilangan yang merupakan respon emosional yang
normal. Hal ini diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada setiap individu berdasarkan
pengalaman pribadi, ekspektasi budaya dan keyakinan spiritual yang dianutnya. Intensitas
dan durasi respon berduka bergantung kepada persepsi kehilangan, usia, keyakinan agama,
perubahan kehilangan yang dibawa ke dalam kehidupannya, kemampuan personal untuk
mengatasi kehilangan dan sistem pendukung yang ada (Sanders, 1998 dalam Bobak, 2005).
Duka cita atau Berduka dilihat sebagai suatu keadaan yang dinamis dan selalu berubah-ubah.
Duka cita tidak berbanding lurus dengan keadaan emosi, pikiran maupun perilaku seseorang.
Duka cita adalah suatu proses yang ditandai dengan beberapa tahapan atau bagian dari
aktivitas untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu: menolak(denial), marah (anger), tawar
menawar (bargaining), depresi (depression), dan menerima (acceptance). Pekerjaan duka cita
terdiri dari berbagai tugas yang dihubungkan dengan situasi ketika seseorang melewati
dampak dan efek dari perasaan kehilangan yang telah dialaminya. Duka cita berpotensi untuk
berlangsung tanpa batas waktu.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Kehilangan
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah suatu
yang terpupus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian
tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasaa
atau traumik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bis kembali
atau tidak dapat kembali.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau
tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.Kehilangan merupakan
suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumya ada menjadi tidak ada, Baik
sebagian atau seluruhnya.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumya
ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (lambert dan
lambert. 1985,h.35). kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu dalam rentang kehidupanya. Sejak lahir lahir individu sudah mengalami kehilangan
dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berada.
2. Sosial budaya
3. Kepercayaan/spiritual
4. Peran seks
Kemampuan untuk meyelesaikan proses berduka bergantung pada makna kehilangan dan
situasi sekitarnya. Kemampuan untuk menerima bantuan menerima bantuan mempengaruhi
apakah yang berduka alan mampu mengatasi kehilangan. Visibilitas kehilangan
mempengaruh dukungan yang fiterima. Durasi peubahan (mis. Apakah hal tersebut bersifat
sementara atau permanen) mempengaruhi jumlah waktu yang dibutuhkan dalam menetapkan
kembali ekuilibrium fisik,pshikologis dan sosial.
b. Sifat kehilangan
1. Tiba-tiba (tidak dapat diramalkan) kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan
dapat mengarah pada pemulihan dukacita yang lambat. Kematian karena tidak kekerasaan,
bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian diri akan sulut diterima.
c. Tipe kehilangan
1. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama dengan individu yang
mengalami kehilanhan.
Perasaan individual, tetapi menyangkut hal-hal yang tidak dapat dira atau dinyatakan secara
jelas.
3. Anticipatory Loss
Kehilangan benda eksternal mencakup segala pemilikan yang telah menjadi usang berpindah
tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam.
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal
mencangkup lingkungan yang telah dikenal selama periode tertentu atau perpindahan secara
permanen.
Orang terdekat mencakup orang tua, pasangan, anak-anak, saudara sekandun, guru, teman,
tentangga, dan rekan kerja.
5. Kehilangan hidup
Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-detik dimana orang tersebut akan
meninggal.
1. Stressor internal atau eksternal- gangguan dan klien- individu berfikir positif-
kompensasi positif terhadap kegiataan yang dilakukan-perbaikan-mampu beradaptasi dan
merasa nyaman.
B. Kematian
Kematian merupakan peristiwa alamiah yang dihadapi oleh manusia. Pemahaman akan
kematian mempengaruhisikap dan tingkah laku seseorang terhadap kematian. Selain
pengalaman, pemahaman konsep kematian juga dipengaruhi oleh perkembangan kognitif dan
lingkungan sosial budaya.
Kematian adalah kematian otak yang terjadi jika pusat otak tertinggi yaitu koerteks serebral
mengalami kerusakan permanen. Dalam kasus ini, ada aktivitas jantung, kehilangan fungsi
otak permanen, dimanifestasikan secara klinis dengan tidak ada respon terarah terhadap
stimulus eksternal, tidak ada refleks sefalik, apnea, dan elektrogram isoelektrik minimal 30
menit tanpa hipotermia dan keracunan oleh depresan sistem saraf pusat (Stedman, 2000)
Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital, akhir dari kehidupan
manusia. Lahir, menjelang ajal dan kematian bersifat universal. Meskipun unik bagi setiap
individu, kejadian-kejadian tersebut bersifat normal dan merupakan proses hidup yang
diperlukan (Kozier, 2010)
Kebudayaan Jawa yang menjadi latar tumbuh kembang anak menjadi penting untuk
diperhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman anak usia sekolah dan
pra remaja tentang kematian dengan mengacu pada tujuh subkonsep kematian, yakni
irreversibility, cessation, inevitability, universability, causality, unpredictability, dan personal
mortality (Slaughter, 2003).
C. Berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan
adanya perasaan sedih, gelisah,cemas sesak nafas, susah tidur, dan dll.
Berduka disfungsional adalah suatu yang merupakan pengalaman individu yang responya
dibesar besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial.
Berduka diantisipasi adalah suatu yang merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang.
1. Teori engels
Menurut engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat diaplokasikan
pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan menarik diri, duduk malas atau pergi
tanpa tujuan.
Seseorang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin mengalami putus asa.
Kemarahan, perasaan bersalah, frutasi, depresi, dan kosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
Berusaha mencoba untuk sepakat dengan perasaan yang hampa karena kehilangan masih
tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk
mengalihkan kehilangan seseorang.
Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa
bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya dimasa lalu terhadap almrm.
Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus diketahui sehingga pada fase ini diharapkan
seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.
2. Teori Rando
a. Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya
b. Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-ulang
melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.
c. Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai memasuki kembali
secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk menjalani hidup
dengan kehidupan mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau
tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada dan pernah dimiliki. Kehilangan merupakan
suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada,
baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. Berduka diantisipasi
adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang
aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan
fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu, aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 kategori
kehilangan, yaitu kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat
dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri atau aspek diri,
kehilangan kehidupan atau meninggal.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Anna keliiat. 2009. Model praktikum keperawatan profesional jiwa. Jakarta: EGC