Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM

KEPERAWATAN
Tentang
“ Konsep Kehilangan”

Dosen Pengampu : Ns. Rahmat Syukri,S.Kep, MKM


Disusun Oleh : Kelompok 4
Afiyah 2114201057
Maviola Triyardi 2114201059
Mutia Syahrina 2114201060
Desi Ari Santi 2114201080
Mhd Ikhsan Maulana 2114201082
Mahesa
Fitri Cahnyani 2114201083

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
tentang “Konsep Kehilangan” ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman saya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Bukittinggi, 13 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehilangan (Loss) merupakan peristiwa yang siapapun individu pasti pernah
dan akan mengalaminya dalam kehidupannya, baik kehilangan harta benda,
kehilangan pekerjaan, kehilangan anggota tubuh atau fungsi dari anggota tubuh,
kehilangan tempat tinggal, ataupun kehilangan orang terdekat baik keseluruhan
ataupun hanya sebagian, baik secara perlahan atupun tibatiba, baik bersifat sementara
ataupun selama-lamanya. Penyebab dari kehilangan bisa karena ketidakwaspadaan,
kecelakaan, bencana alam, perceraian, ataupun kematian. Kehilangan (Loss)
didefinisikan sebagai suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami
individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau
keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan
(Hidayat,2012).
Individu yang mengalami kehilangan akan berada pada keadaan berduka
(grief) karena kehilangan dan berduka merupakan suatu yang integral., menurut
Hidayat (2012), grieving (berduka) adalah reaksi emosional dari kehilangan dan
terjadi bersamaan dengan kehilangan baik karena perpisahan, perceraian maupun
kematian. Sedangkan istilah bereavement adalah keadaan berduka yang ditunjukan
selama individu melewati rekasi atau masa berkabung (mourning). Berduka (Grief)
adalah respon emosi yang diekspresikan ketika seseorang mengalami suatu
kehilangan yang kemudian dimanifestasikan dalam bentuk perasaan sedih, gelisah,
cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain sebagainya (Suseno:2004)

1.2. Rumusan Masalah


a. Untuk mengetahui apa itu lost (kehilangan)?
b. Apa saja jenis-jenis kehilangan?
c. Apa saja tipe kehilangan?
d. Apa itu sifat kehilangan ?
e. Bagaimana kategori kehilangan?
f. Apa saja tahapan (fase) kehilangan?
g. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan?
h. Bagaimana konsep keperawatan dalam penerapan proses keperawatan dalam
tahap kehilangan?

1.3. Tujuan
a. Untuk menyelesaikan tugas Mata kuliah “Psikososial dan Budaya Dalam
Keperawatan”.
b. Untuk mengetahui konsep kehilangan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Lost (Kehilangan)
Loss adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami
individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau
keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan
(Hidayat, 2012). Loss adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan (Iyus Yosep, 179). Loss merupakan pengalaman yang pernah dialami
oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah
mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam
bentuk yang berbeda.
Dapat diambil kesimpulan dari definsi-definisi di atas bahwa Loss adalah
sebuah perasaan pada diri individu yang diakibatkan dari peristiwa menjadi tidak
adanya suatu hal baik orang atau apapun yang sebelumnya ada. Peristiwa tersebut bisa
berupa kematian, perceraian, kecelakaan, bencana alam, PHK, dan lain lain.
Kehilangan akibat kematian merupakan kehilangan yang paling berat dan sulit
diterima, seperti yang diungkapkan oleh suntrock (2004) kehilangan dapat datang
dalam kehidupan dengan berbagai bentuknya seperti perceraian, kehilangan
pekerjaan, matinya binatang peliharaan, tetapi tidak ada kehilangan yang lebih besar
selain kematian seseorang yang dicintai dan disayangi seperti orang tua, saudara
kandung, pasangan hidup, sanak saudara atau teman.

2.2. Jenis-Jenis Kehilangan


Menurut Hidayat (2012) terdapat beberapa jenis kehilangan yakni sebagai berikut.
1. Kehilangan objek eksternal, misalnya kecurian atau kehancuran akibat bencana alam.
2. Kehilangan lingkungan yang dikenal misalnya berpindah rumah, dirawat di rumah
sakit, atau berpindah pekerjaan.
3. Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti misalnya pekerjaan, anggota keluarga,
dan teman dekat.
4. Kehilangan suatu aspek diri misalnya anggota tubuh dan fungsi psikologis atau fisik.
5. Kehilangan hidup misalnya kematian anggota keluarga di rumah dan diri sendiri.

2.3. Tipe Kehilangan


1. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama
dengan individu yang mengalami kehilangan.
Contoh : kehilangan anggota badan, uang, pekerjaan, anggota keluarga.

2. Perceived Loss (Psikologis)


Kehilangan Sesuatu yang dirasakan oleh individu bersangkutan namun tidak
dapat dirasakan/dilihat oleh orang lain.
Contoh : Kehilangan masa remaja, lingkungan yang berharga.
3. Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu
memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang
akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota) menderita
sakit terminal.

2.4. Sifat Kehilangan


1. Tiba-tiba (tidak dapat diramalkan)
Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada
pemulihan dukacita yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan, bunuh diri,
pembunuhan atau pelalaian diri akan sulit diterima.

2. Berangsur-angsur (dapat Diramalkan)


Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan yang
ditinggalkan mengalami keletihan emosional (Rando : 1984).

2.5. Kategori Kehilangan


1. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi
usang berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam. Kedalaman
berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang bergantung pada
nilai yang dimiliki orang tersebut terhadap nilai yang dimilikinya, dan kegunaan
dari benda tersebut.

2. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal


Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah
dikenal mencakup lingkungan yang telah dikenal. Selama periode tertentu atau
kepindahan secara permanen.
Contohnya pindah ke kota baru atau perawatan di rumah sakit.

3. Kehilangan orang terdekat


Orang terdekat mencakup orangtua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung,
guru, teman, tetangga, dan rekan kerja. Artis atau atlet terkenal mungkin menjadi
orang terdekat bagi orang muda. Riset membuktikan bahwa banyak orang
menganggap hewan peliharaan sebagai orang terdekat. Kehilangan dapat terjadi
akibat perpisahan atau kematian.

4. Kehilangan aspek diri


Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis,
atau psikologis. Orang tersebut tidak hanya mengalami kedukaan akibat
kehilangan tetapi juga dapat mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh
dan konsep diri.

5. Kehilangan hidup
Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-detik dimana orang
tersebut akan meninggal.
2.6. Tahapan (Fase) Kehilangan
Tahap fase kehilangan dimulai dari :
a. Fase Denial
 Merupakan reaksi pertama pada fase ini adalah syok, tidak
mempercayai kenyataan.
 Ungkapan verbal pada fase ini biasanya individu mengatakan itu tidak
mungkin, saya tidak percaya itu terjadi.
 Perubahan fisik, letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,
detak janting cepat, menangis, gelisah

b. Fase Anger (marah)


 Individu mulai menyadari kenyataan yang terjadi
 Timbul respon marah yang diproyeksikan pada orang lain
 Reaksi fisik yang timbul adalah : muka merah, nadi cepat, gelisah,
susah tidur, tangan mengepal serta perilaku agresif

c. Fase Bargaining (tawar – menawar)


 Ungkapan secara verbal pada fase ini adalah; kenapa harus terjadi pada
saya? Kalau saja yang sakit bukan saya, seandainya saya hati – hati.

d. Fase Depression (Depresi/Sedih)


 Menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau bicara ata putus asa
 Gejala pada fase ini individu menolak makan, mengeluh sulit tidur,
letih,dorongan libido menurun

e. Fase Acceptance (Menerima)


 Pikiran pada obyek yang hilang mulai berkurang
 Ungkapan verbal pada fase ini adalah “apa yang dapat saya lakukan
agar saya cepat sembuh, yah akhirnya saya harus operasi”

2.7. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Kehilangan


a. Arti dari kehilangan setiap individu berbeda.
Contoh seorang peragawati akan memiliki kehilangan lebih besar bila
kehilangan salah satu anggota tubuhnya dibandingkan dengan seorang wanita
pekerja biasa.

b. Sosial budaya.
Faktor sosial budaya berpengaruh dalam memaknai suatu kehilangan.
c. Kepercayaan / spiritual
d. Peran seks / jenis kelamin
e. Status sosial ekonomi.
Status sosial ekonomi yang tinggi berpengaruh terhadap kehilangan.
f. Kondisi fisik individu
2.8. Konsep Keperawatan Dalam Penerapan Proses Keperawatan Dalam Tahap
Kehilangan
1. Pengkajian
Hasil pengkajian di dapatkan data yaitu: Perasaan sedih, menangis, perasaan
putus asa, kesepian, mengingkari, kehilagan, kesulitan mengekspresikan perasaan,
kosentrasi menurun, kemarahan yang berlebihan, tidak berminat dan berinteraksi
dengan orang lain, merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan, reaksi
emosional yang lambat, adanya perubahan kebiasaan makan, pila tidur, tingkat
aktivitas.

2. Analisa Data dan Rumusan Masalah


Anda tentunya masih ingat bagaimana cara melakukan analisis data dan
merumuskan masalah! Setelah data di kumpulkan, anda dapat langsung
mengelompokan data (subjektif dan objektif) dan merumuskan masalah
keperawatan.
Tabel 3
Analisis Data dan Masalah Keperawatan
No Data Masalah
1. Subjektif : Pasien merasa tidak bisa melupakan kehilangan, Kehilangan
Pasien terus menangis/ mengingat suaminya

Objektif : Pasien marah-marah , TD: 130/90 mmhg,


p:20 x/menit, N:90x/menit

3. Diagnosa Keperawatan
Dalam menegakan diagnosa keperawatan anda dapat melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Menyimpulkan core problem (masalah utama) merupakan prioritas
masalah dari beberapa masalah yang di miliki pasien.
b. Menghubungkan core problem sesuai dengan masalah lain dan sesuai
dengandaftar masalah.
c. Menegakan diagnosa keperawatan jiwa berdasarkan prioritas.
d. Menyusun diagnosa berdasarkan prioritas diagnosa dengan “core
problem” sebagai etiologinya.

4. Tindakan Keperawatan
a. Tindakan keperawatan pada pasien kehilangan bertujuan agar pasien
mampu:
 Membina hubungan saling percaya dengan perawat
 Mengenali peristiwa kehilangan yang di alamai pasien
 Memahami hubungan antara kehilangan yang di alami dengan
keadaan dirinya
 Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya
 Memanfaatkan faktor berduka
b. Tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien agar tujuan berhasil
adalah:
 Membina hubungan saling percaya dengan pasien
 Berdiskusi mengenai kondisi pasien saat ini (kondisi pikiran,
perasaan, fisik, sosial, dan spritual sebelum/sesuda mengalami
peristiwa kehilangan dan hubungan anara kondisi saat ini dengan
peristiwa kehilangan yang terjadi).
 Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami
1) Cara verbal (mengungkapakan perasaan)
2) Cara fisik (memberi kesempatan aktiivitas fisik)
3) Cara sosial (sharing melalui kelompok)
4) Cara sosial (berdoa, berserah diri)
 Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang
tersedia untuk saling memberikan pengalaman dengan seksama.
 Membantu pasien memasukan kegiatan dalam jadual harian.
 Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa puskesmas

c. Tindakan Keperawan untuk Keluarga:


Tindakan keperawatan terhadap keluarga pada keluarga bertujuan agar
keluarga mampu :
 Mengenai masalah kehilangan dan berduka
 Memahami cara merawat paien berduka berkepanjangan.
 Mempraktikkan cara merawat pasien berduka disfungsional
 Memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat.

d. Tindakan keperawatan yang dilkukan agar tujuan keperawatan berhasil


adalah:
 Berdiskusi degan keluarga tentang masalah kehilangan dan
berduka dan dampaknya pada pasien.
 Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi berduka yang
dialami oleh pasien.
 Melathi keluarga memparktikkan cara merawat pasien dengan
berduka disfungsional.
 Berdiskusi dengan keluarga sumber-sumber bantuan yang dapat
dimanfaatkan oleh keluarga untuk mengatasi kehilangan yang
dialami oleh pasien.

5. Evaluasi Keperawatan
Keberhasilan tindakan keperawatan tampak dari kemampuan paien untuk :
 Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat
 Mampu mengenai perawat kehilangan yang dialami pasien
 Mampu dan menerima hubungan antara kehilangan yang dialami
dengan keadaan dirinya
 Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya
 Memanfaatkan faktor pendukung

6. Kriteria pasien pulang


Berikut ini adalah kriteria yang digunakan untuk menentukan pasien pulang,
yaitu:
 Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses
berduka yang normal dan perilaku yang berhubungan dengan tiap-tiap
tahap.
 Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses
berduka dan mengekpresikan perasaan-perasaannya yang berhubungn
dengan konsep kehilangan secara jujur.
 Pasien tidak terlalu lama mengekpresikan emosi-emosi dan perilaku-
perilaku yang berlebihan yang berhubungan dengan disfungsi berduka
dan mampu melaksanakan aktifitas-aktifitas hidup sehari-hari secara
mandiri.

7. Dokumentasi
Dokumentasi asuahan keperawatan di lakukan pada setiap tahap proses
keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, implementasi tindakan keperawatan, dan evaluasi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kehilangan adalah suatu situasi potensial yang dapat dialami individu ketika terjadi
perubahan dalam hidup atau berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada baik sebagian
ataupun keseluruhan. Berduka merupakan respon total terhadap pengalaman emosional
akibat kehilangan. Terjadi efek- efek yang mempengaruhi terjadinya kehilangan dan
berduka. Pertam efek fisik dimana seseorang akan merasakan lelah, kehilangan selera
serta sulit untuk tidur. Kedua merupakan efek emosi dimana seseorang akan merasa
bersalah, marah kebencian, depresi, kesedihan, perasaan gagal dan menerima kenyataan.
Efek sosial dimana seseorang akan merasa dirinya dikucilkan dan menarik diri dari
lingkungan. Ada beberapa tugas yang harus dilaksanakan oleh klien yang mengalami
peristiwa berduka. Klien harus menerima realita kehilangan, menerima sakitnya rasa duka
dan harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Status ekonomi yang rendah,
kesehatan yang buruk, kematian yang tiba- tiba atau sakit yang mendadak, merasa tidak
adanya dukungan sosial yang memadai dan kurangnya dukungan dari kepercayaan
keagamaan merupakan faktor- faktor yang menjadi penyebab proses kehilangan dan
berduka.

3.1. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis merumuskan saran yang dapat diaplikasikan
dalam berbagai kalangan antara lain:
1. Perawat
Diharapkan untuk perawat memahami kehilangan dan dukacita yang dialami
klien, sehingga dapat membantu klien dengan baik dalam menghadapi proses
kehilangan dan berduka. Perawat juga diharapkan dapat menerapkan asuhan
keperawatan dengan baik.
2. Masyarakat
Dengan mengetahui setiap individu akan mengalami kehilangan dan berduka
seperti yang telah dipaparkan penulis diharapkan masyarakat dapat mengetahui
dampak berduka yang berkepanjangan sehingga masyarakat dapat mengendalikan
rasa kehilangan dan berduka dengan baik nantinya.
3. Penulis
Makalah ini belum sempurna, diharapkan untuk mencari info yang lebih baik,
karena banyaknya kekurangan pada makalah ini. Ini disebabkan oleh
pengetahuan kami yang masih belum mencukupi
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai