Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP KEHILANGAN, KEMATIAN DAN BERDUKA

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

1RFAYADA SITI

HASANAH

WAHYUNI

FITRIYAH

WIWIN WINANI

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN EKSTENSI

STIKES CIREBON

2023
DAFTAR ISI
Daftar isi …………………………………………………………………………………………

Kata Pengantar …………………………………………………………………………………..

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………………………………

A. Latar belakang ……………………………………………………………………………


B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………...
C. Tujuan …………………………………………………………………………………….
BAB 11 PEMBAHASAN ……………………………………………………………………….
A. Pengertian Kehilangan …………………………………………………………………….
B. Faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan ……………………………………………
C. Bentuk kehilangan …………………………………………………………………………
D. Tipe kehilangan ……………………………………………………………………………
E. Defenisi kematian ………………………………………………………………………….
F. Tanda tanda kematian ……………………………………………………………………...
G. Tipe tipe perjalanan kematian ……………………………………………………………..
H. Definisi berduka ……………………………………………………………………………
I. Teori dari proses berduka …………………………………………………………………..
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………...
KESIMPULAN …………………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, Puji syukur
kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan kasih sayangNya atas
anugrah hidup kesehatan yang telah kami terima serta petunjukNya sehingga memberikan
kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan makalah Konsep
Kehilangan,Kematian dan Berduka.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Demikian ini yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Cirebon, 02 April 2023


Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan ( Lambert dan lambert, 1985, h.35). Kehilangan merupakan
pengalaman yang pernah dialami setiap individu dalam rentan kehidupannya.
Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Setiap individu
akan berespon terhadap situasi kehilangan. Respon terakhir terhadap kehilangan
sangat dipengaruhi oleh respon individu terhadap kehilangan sebelumnya.
Kematian merupakan peristiwa alamiah yang dihadapi oleh manusia.
Kematian ( death) merupakan kondisi dimana secara klinis terjadi hentinya
pernafasan, nadi dan tekanan darah serta hilangnya respon terhadap stimulus
eskternal serta di tandai adanya aktivitas listrik otak terhenti, atau juga dapat
dikatakan berhentinya kerja otak secara menetap.
Berduka merupakan reaksi terhadap kehilangan yang merupakan respon
emosional yang normal. Hal ini diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada
setiap individu berdasarkan pengalaman, ekspetasi budaya dan keyakinan
spiritual yang diautnya. Intensitas dan durasi respon berduka bergantung kepada
persepsi kehilangan, usia,keyakinan agama,perubahan kehilangan yang dibawa
kedalam kehidupannya, kemampuan personal untuk mengatasi kehilangan dan
system pendukung yang ada.
Duka cita atau berduka dilihat sebagai suatu keadaan yang dinamis dan
selalu berubah-ubah. Duka cita tidak bebanding lurus dengan kedaan emosi,
pikiran dan perilaku seseorang. Duka cita adalah suatu proses yang ditandai
dengan beberapa tahapan atau bagian dari aktivitas untuk mencapai beberap
tujuan, yaitu menolak ( denial ), marah ( anger), tawar menawar ( bargaining),
depresi ( depression) dan menerima ( acceptance). Pekerjaan duka cita terdiri
dari berbagai tugas yang dihubungkan dengan situasi ketika seseoprang
melewati dampak dan efek dari proses perasaan kehilangan yang telah
dialaminya. Duka cita.
B. Rumusan Masalah
1. Mengindentifikasi dan memahami definisi kehilangan ?
2. Mengindentifikasi dan memahami bentuk kehilangan ?
3. Mengindentifikasi dan memahami tipe kehilangan ?
4. Mengindentifikasi dan memahami definisi kematian?
5. Mengindentifikasi dan memahamitanda tanda kematian?
6. Mengindentifikasi dan memahami tipe tipe perjalanan kematian ?
7. Mengindentifikasi dan memahami definisi berduka?
8. Mengindentifikasi dan memahami teori dari proses berduka?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami tentang defenisi kehilangan
2. Mengetahui dan memahami tentang bentuk kehilangan
3. Mengetahui dan memahami tentang tipe kehilangan
4. Mengetahui dan memahami tentang definisi kematian
5. Mengetahui dan memahami tentang tanda tanda kematian
6. Mengetahui dan memahami tentang tipe tipe perjalanan kematian
7. Mengetahui dan memahami tentang defines berduka
8. Mengetahui dan memahami tentang teori dari proses berduka
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kehilangan

Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari


kehidupan.Kehilangan adalah suatu yang terputus atau terpisah atau memulai
sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian kejadian tersebut.Kehilangan
mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak,bisa tanpa kekerasan atau
traumik,diantisapi atau diharapkan,sebagian atau total dan bisa kembali atau
tidak dapat kembali.

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu


yang sebelumnya ada,kemudian menjadi tidak ada,baik terjadi sebagian atau
keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35).Kehilangan merupakan
pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang
kehidupannya,Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung
akan mengalaminya kembali walupun dalam bentuk yang berada.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Kehilangan


Yaitu tergantung pada:
1. Arti dari kehhilangan
2. Sosial budaya
3. Kepercayaan spiritual
4. Peran seks
5. Status sosial ekonomi
6. Kondisi fisik dan psikologi individu

Kemampuan untuk menyelesaikan proses berduka tergantung


pada makna kehilanagn dan situasi sekitarnya.Kemampuan untuk menerima
bantuan mempengaruhi yang berduka mampu mengatasi kehilangan.Visibilitas
kehilangan memprngaruhi dukungan yang diterima jumlah waktu yang dibutuhkan
untuk menetapkan kembali ekuilibrium fisik,psikologis dan social.
C. Bentuk-bentuk Kehilangan
1. Kehilanagan orang yang berarti
2. Kehilangan kesejahteraan
3. Kehilanagan milik pribadi
4. Sifat kehilangan
a. Tiba-tiba (tidak dapat diramalkan kehilangan secara tiba-tiba dan
tidak diharapkan dapat mengarah pada pemulihan duka cita yang
lambat. Kematian karena tindak kekerasan,bunuh diri,pembunuhan
atau pelalaian diri akan sulit diterima
b. menyulitkan,berkepanjangan dan menyebabkan yang ditinngalkan
mengalami keletihan emosional (rando;1984)

D. Tipe Kehilangan
1. Actual Loss

Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,sama


dengan individu yang mengalami kehilangan

2. Perceived Loss (Psikologis)

Perasaan individual, tetapi menyangkut hal-hal yang tidak dapat dinyatakan


secara jelas.

3. Aticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum terjadi, individu memperhatikan
perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang akan
berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota) menderita
sakit terminal.

4. Lima Kategori Kehilangan


a. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan benda eksternal mencakup segala pemilikan yang telah
menjadi using berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana
alam.

b. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal

Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dengan lingkingan


yang telah dikenal mencakup lingkingan yang telah dikenal selama
perode tertentu atau perpindahan secara permanen.

c. Kehilangan orang terdekat

Orang terdekat mencakup orang tua, pasangan, anak-anak, saudara


sekandung, guru, teman,tetangga,dan rekan kerja.

d. Kehilangan aspek diri

Kehilangan aspek dalam diri diri dapat mencakup bagian tubuh,


fungsi fisiologis, atau psikologis.

e. Kehilangan hidup

Kehilangan dirasakan oleh orang menghadapi detik-detik dimana


orang tersebut akan meniggal.

Fase Kehilangan (Engel)

a. Pada fase ini individu menyangkal realitas kehilangan dan mungkin


menarik diri,duduk tidak bergerak atau menerawang tanpa tujuan.
Reaksi fisik dapat berupa pingsan, diare, keringat berlebihan.
b. Pada fase kedua ini individu mulai merasa kehilangan secara tiba-tiba
dan mungkin mengalami keputusasaan secara mendadak terjadi
marah,bersalah, frustasi dan depresi.

c. Fase realistis kehilangan, individu sudah mengenali hidup, marah dan


depresi, sudah mulai menghilang dan individu sudah mulai bergerak
keberkembangnya kesadaran.
E. Definisi Kematian
Kematian merupakan peristiwa alamiah yang dihadapi manusia. Pemhaman
akan kematian mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang terhadap kematian.
Selain pengalaman , pemahan konsep kematian juga dipengaruhi oleh perkembangan
kognitif dan lingkingan sosial budaya.
Kematian adalah kematian otak yang terjadi jika pusat otak tertinggi yaitu
korteks serebral mengalami kerusakan permanen, Dalam kasus ini ada aktivitas
jantung, kehilangan fungsi otak permanen, dimanifestasikan secara klinis dengan
elektrogram isoelektrik minimal 30 menit tanpa hipotermia dan keracunan oleh
depresan system saraf pusat (Stedman,2000)

F. Tanda-tanda Kematian

Secara tradisional, pandangan masyarakat tentang kematian telah mengalami


perubahan-perubahan nadi,respirasi, dan tekanan darah. Word Medical Assembly
menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu tidak ada respon
rangsangan dari luar secara total, tidak adanya gerakan dari otot, khususnya pernafasan,
tidak ada reflex, dan gambaran mendatar pada EKG.

Tanda –tanda kematian dibagi menjadi 3 yaitu :

a.Medekati kematian.Tanda-tanda fisik menjelang kematian meliputi :

1) Penurunan tonus otot


 Gerakan ekstremitas berangsur-angsur menghilang khususnya pada kaki
dan ujung kaki
 Sulit berbicar, tubuh semakin lemah
 Aktivitas saluran pencernaan menurun sehingga perut membuncit
 Otot rahang dan muka mengendur sehinnga dagu menjadi turun,sulit
menelan, reflek Gerakan menurun
 Mate sedikit terbuka
 Penurunan kegiatan tractus gastrointestinal, ditandai dengan nousea,
muntah, kembung, obstipasi, dan sebagainya
 Penurunan control sfigter urinaria dan rektal
 Gerakan tubuh yang terbatas

2). Sirkulasi Melemah

 Suhu klien tinggi, tetapi kaki, tangan dan ujung hidung klien terasa dingin
dan lembab
 Kulit ekstremitas dan ujung hidung tanpa kebiruan, kelabu, atau pucat
 Nadi mulai teratur dan cepat, tekanan darah menurun
 Peredaran perifer terhenti
 Kemunduran dalam sensasi

3). Kegagalan Fungsi Sensorik

 Sensasi nyeri menurun atau menghilang


 Pandangan mata kabur atau berkabut
 Sensasi panas,lapar, dingin menurun
 Gangguan penciuman dan perabaan
 Variasi-variasi tingkat dapat dilihat sebelum kematian.Kadang-kadang
klien tetep sadar sampai meninggal
 Pendengaran merupakan sensorik terakhir yang berfungsi sebelum
meninggal

4). Penurunan atau kegagalan fungsi pernafasan

 Mengorok (death reattle) atau bunyi nafas terdengar kasar


 Pernafasan tidak teratur dan berlangsung melalui mulut
 Pernafasan shyne stokes

5). Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital

 Nadi lambat dan le, suhumah


 Tekanan darah menurun
 Pernafasan cepat , cepat dangkal, dan tidak teratur

b.Saat kematian fase ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Terhentinya pernafasan,nadi,tekanan darah dan fungsi otak ( paru-


paru),jantung,otak)
2) Hilangnya respon terhadap stimulus
3) Hilangnya control atas sfigter kandung kemih dan rectum (inkontenensia) akibat
peredaran yang terhambat, kaki dan ujung hidung menjadi dingin.
4) Hilangnya kemampuan panca indra , hanya indra pendengaran yang paling lama
dapat berfungsi
5) Adanya garis dasar pada mesin electroencefalografi menunjukkan terhentinya
aktivitas listrik otak untuk penilaian pasti suatu kematian

c.Setelah kematian Fase ini ditandai dengan:

1) Rigor mortis (kaku), tubuh menjadi kaku 2-4 jam setelah kematian
2) Argor mortis (dingin), suhu tubuh perlahan-lahan turun
3) Livor mortis (pos mortem dikompersition) perubahan pada daerah yang
tertekan, jaringan yang melunak dan bakteri sangat banyak

G. Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian


1. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan yang
cepat dari fase akut ke kronik
2. Kematian yang pasti dengan waktu yang tidak bisa diketahui, biasanya terjadi
pada kondisi penyakit yang kronik
3. Kematian yang belum pasti , kemungkinan sembuh belum pasti , biasanya terjadi
pada klien dengan operasi radikal karena kanker
4. Kemungkinan mati dan sembuh. Kematian yang pasti dengan waktu yang tidak
bisa diketahui, biasanya terjadi pada kondisi penyakit yang kronik
5. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada klien dengan sakit
kronik dan telah berjalan lama
H. Definisi Berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur,
dan lain-lain
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilngan.NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
dalam merespon kehilangan yang actual ataupun yang dirasakan seseorang ,
hubungan atau kedekatan , objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum
terjadinya kehilangan, tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara actual maupun
potensial, hubungan, objek, dan ketidakmampuan fungsional Tipe ini kadang-kadang
menjerus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan.

I. Teori Dari Proses Berduka


Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses
berduka.Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk
mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana
intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan mengatasinya.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka,
mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam
bentuk empati.

1. Teori Engels
Menurut Engels (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang
dapat diaplikasikan pada seseorang yanag sedang berduka maupun
menjelang ajal.
a. Fase I (Shock dan Tidak Percaya)
Seseorang menolak kenyataan kehilangan dan mungkin menarik
diri, duduk malas atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik
termasuk pingsan , diaphoresis, mual, diare, detak jantung cepat,
tidak bisa istirahat, insomnia, dan kelelahan
b. Fase II (Berkembangnya Kesadaran)
Seseorang mulai kehilangan secara nyata atau akut dan mungkin
mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah,frustasi,
depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi
c. Fase III ( Restitusi )
Berusaha mencoba untuk sepakat atau damai dengan perasaan
yang hampa atau kosong, karena kehilangan masih tetap dapat
menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan
untuk mengalihkan kehilangan seseorang
d. Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negative dan bermusuhan dengan
almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang
kuranng perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
e. Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui atau
disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat
menerima kondisinya
2. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah
berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut
a) Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat
menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan.
Pernyataan sepert “tidak, mungkin tidak seperti itu” atau “Tidak
akan terjadi pada saya” umum dilontarkan klien.
b) Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak
lebih” pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan lingkingan.Pada fase ini orang akan lebih sensitive
sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan
koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan
manifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
c) Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang
halus atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien
sering kali mencari pendapat orang lain.
d) Depresi (Depression)
Terjadi kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna
kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
e) Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologis menurun dan interaksi social berlanjut.Kubler-
Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu
menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada
pengunduran diri atau berputus asa.

3. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menngambarkan 5 fase kesedihan, durasi kesedihan
bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi proses
kesedihan itu sendiri

4. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 kategori:
a. Penghindaraan, pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan
tidak percaya
b. Konfrontasi, pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat
tinggi Ketika klien secara berulang-ulang melawan kehilanagn
mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan
paling akut.
c. Akomodasi

Perbandingan 4 Teori Proses Berduka

Engel (1964) Kubler-Ross (1969) Martocchio (1985) Rando (1993)


Shock dan tidak Menyangkal Shock dan disbelief Penghindaran
percaya
Berkembangnya Marah Yearning and
kesadaran protest
Restitusi Tawar -menawar Anguist, Konfrontasi
disorganization and
Despair
Idealization Depresi Identification in
bereavement
Reorganization Penerimaan Reorganization and Akomodasi
atau the out come Restution
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami sesuatu


kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah
dimiliki.Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA


merumuskan ada dua tipe dari berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka
diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang actual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan atau kedekatan,
objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilanagan.Tipe ini masi
dalam batas normal.

Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu


yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun
potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang
menjerus ketipikal, abnormal, atau kesalahan.

Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka,


mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam
bentuk empati.

Kehilangan dibagi dalam dua tipe yaitu: aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat
lima kategori kehilangan , yaitu: kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan
lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada
diri sendiri atau aspek diri, dan kehilangan kehidupan atau meniggal.

Elizabeth Kubler-Rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima fase


yaitu pengikaran,marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
DAFTAR PUSTAKA

Budi, Anna Keliiat.2009. Model praktikum keperawatan professional jiwa.Jakarta: EGC

Mubarak, Wahid Iqbal.2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar I. Jakarta: Salemba
Medika

Iyus, Yosep.2007.Keperawatan Jiwa. Bandung. Refika Aditan

Potter & Perry.2005. Fundamental Keperawatan volume I. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai