Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
1RFAYADA SITI
HASANAH
WAHYUNI
FITRIYAH
WIWIN WINANI
STIKES CIREBON
2023
DAFTAR ISI
Daftar isi …………………………………………………………………………………………
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan ( Lambert dan lambert, 1985, h.35). Kehilangan merupakan
pengalaman yang pernah dialami setiap individu dalam rentan kehidupannya.
Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Setiap individu
akan berespon terhadap situasi kehilangan. Respon terakhir terhadap kehilangan
sangat dipengaruhi oleh respon individu terhadap kehilangan sebelumnya.
Kematian merupakan peristiwa alamiah yang dihadapi oleh manusia.
Kematian ( death) merupakan kondisi dimana secara klinis terjadi hentinya
pernafasan, nadi dan tekanan darah serta hilangnya respon terhadap stimulus
eskternal serta di tandai adanya aktivitas listrik otak terhenti, atau juga dapat
dikatakan berhentinya kerja otak secara menetap.
Berduka merupakan reaksi terhadap kehilangan yang merupakan respon
emosional yang normal. Hal ini diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada
setiap individu berdasarkan pengalaman, ekspetasi budaya dan keyakinan
spiritual yang diautnya. Intensitas dan durasi respon berduka bergantung kepada
persepsi kehilangan, usia,keyakinan agama,perubahan kehilangan yang dibawa
kedalam kehidupannya, kemampuan personal untuk mengatasi kehilangan dan
system pendukung yang ada.
Duka cita atau berduka dilihat sebagai suatu keadaan yang dinamis dan
selalu berubah-ubah. Duka cita tidak bebanding lurus dengan kedaan emosi,
pikiran dan perilaku seseorang. Duka cita adalah suatu proses yang ditandai
dengan beberapa tahapan atau bagian dari aktivitas untuk mencapai beberap
tujuan, yaitu menolak ( denial ), marah ( anger), tawar menawar ( bargaining),
depresi ( depression) dan menerima ( acceptance). Pekerjaan duka cita terdiri
dari berbagai tugas yang dihubungkan dengan situasi ketika seseoprang
melewati dampak dan efek dari proses perasaan kehilangan yang telah
dialaminya. Duka cita.
B. Rumusan Masalah
1. Mengindentifikasi dan memahami definisi kehilangan ?
2. Mengindentifikasi dan memahami bentuk kehilangan ?
3. Mengindentifikasi dan memahami tipe kehilangan ?
4. Mengindentifikasi dan memahami definisi kematian?
5. Mengindentifikasi dan memahamitanda tanda kematian?
6. Mengindentifikasi dan memahami tipe tipe perjalanan kematian ?
7. Mengindentifikasi dan memahami definisi berduka?
8. Mengindentifikasi dan memahami teori dari proses berduka?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami tentang defenisi kehilangan
2. Mengetahui dan memahami tentang bentuk kehilangan
3. Mengetahui dan memahami tentang tipe kehilangan
4. Mengetahui dan memahami tentang definisi kematian
5. Mengetahui dan memahami tentang tanda tanda kematian
6. Mengetahui dan memahami tentang tipe tipe perjalanan kematian
7. Mengetahui dan memahami tentang defines berduka
8. Mengetahui dan memahami tentang teori dari proses berduka
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kehilangan
D. Tipe Kehilangan
1. Actual Loss
3. Aticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum terjadi, individu memperhatikan
perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang akan
berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota) menderita
sakit terminal.
e. Kehilangan hidup
F. Tanda-tanda Kematian
Suhu klien tinggi, tetapi kaki, tangan dan ujung hidung klien terasa dingin
dan lembab
Kulit ekstremitas dan ujung hidung tanpa kebiruan, kelabu, atau pucat
Nadi mulai teratur dan cepat, tekanan darah menurun
Peredaran perifer terhenti
Kemunduran dalam sensasi
1) Rigor mortis (kaku), tubuh menjadi kaku 2-4 jam setelah kematian
2) Argor mortis (dingin), suhu tubuh perlahan-lahan turun
3) Livor mortis (pos mortem dikompersition) perubahan pada daerah yang
tertekan, jaringan yang melunak dan bakteri sangat banyak
1. Teori Engels
Menurut Engels (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang
dapat diaplikasikan pada seseorang yanag sedang berduka maupun
menjelang ajal.
a. Fase I (Shock dan Tidak Percaya)
Seseorang menolak kenyataan kehilangan dan mungkin menarik
diri, duduk malas atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik
termasuk pingsan , diaphoresis, mual, diare, detak jantung cepat,
tidak bisa istirahat, insomnia, dan kelelahan
b. Fase II (Berkembangnya Kesadaran)
Seseorang mulai kehilangan secara nyata atau akut dan mungkin
mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah,frustasi,
depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi
c. Fase III ( Restitusi )
Berusaha mencoba untuk sepakat atau damai dengan perasaan
yang hampa atau kosong, karena kehilangan masih tetap dapat
menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan
untuk mengalihkan kehilangan seseorang
d. Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negative dan bermusuhan dengan
almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang
kuranng perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
e. Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui atau
disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat
menerima kondisinya
2. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah
berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut
a) Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat
menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan.
Pernyataan sepert “tidak, mungkin tidak seperti itu” atau “Tidak
akan terjadi pada saya” umum dilontarkan klien.
b) Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak
lebih” pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan lingkingan.Pada fase ini orang akan lebih sensitive
sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan
koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan
manifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
c) Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang
halus atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien
sering kali mencari pendapat orang lain.
d) Depresi (Depression)
Terjadi kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna
kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
e) Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologis menurun dan interaksi social berlanjut.Kubler-
Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu
menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada
pengunduran diri atau berputus asa.
3. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menngambarkan 5 fase kesedihan, durasi kesedihan
bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi proses
kesedihan itu sendiri
4. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 kategori:
a. Penghindaraan, pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan
tidak percaya
b. Konfrontasi, pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat
tinggi Ketika klien secara berulang-ulang melawan kehilanagn
mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan
paling akut.
c. Akomodasi
PENUTUP
KESIMPULAN
Kehilangan dibagi dalam dua tipe yaitu: aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat
lima kategori kehilangan , yaitu: kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan
lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada
diri sendiri atau aspek diri, dan kehilangan kehidupan atau meniggal.
Mubarak, Wahid Iqbal.2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar I. Jakarta: Salemba
Medika