Anda di halaman 1dari 17

ASKEP KEHILANGAN DAN BERDUKA

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Ns. Wahyu Kirana, M. Kep. Sp. Jiwa

DISUSUN OLEH :

Arief Muttaqin Dharmawan (821191019)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap segala puji, dan syukur kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini pada waktunya.Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA yang berjudul “ASKEP
KEHILANGAN DAN BERDUKA”

Ada pun dalam pembuatan makalah ini kami mengalami banyak kesulitan,karena
kurangya pengetahuan. Namun berkat bimbingan dari berbagai pihak akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari
segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
diperlukan untuk penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan
bagi pembaca dan khususnya bagi kami juga.

Pontianak, 27 mei 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI............................................................................................

A. kehilangan ...............................................................................................................
B. berduka.....................................................................................................................

BAB III ASKEP.................................................................................................................

BAB IV PENUTUP............................................................................................................

A. Kesimpulan........................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kehilangan dan kematian adalah kenyataan yang sering terjadi di lingkungan asuhan
keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan berinteraksi klien dan
keluarga mengalami kehilangan dan kehilangan. Penting untuk Perawat memahami
kehilangan dan kehilangan. Saat merawat klien dan keluarga, Perawat juga
mengalami kerugian pribadi ketika hubungan klien-perawat berakhir karena
perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan
pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien
dan keluarga mereka selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Pengertian Kehilangan ?
2. Apa Itu Pengertian Berduka ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep kehilangan dan berduka dan asuhan keperawatan jiwanya
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Dan Memahami Pengertian kehilangan dan
berduka
b. Untuk Mengetahui Dan Memahami asuhan keperawatan kehilangan
dan berduka
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kehilangan
1. Definisi kehilangan
Kehilangan dan kesedihan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan.
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai
sesuatu yang tidak berarti sejak kejadian itu. Kehilangan dapat terjadi secara
bertahap atau tiba-tiba, tanpa kekerasan atau traumatis, diantisipasi atau tidak
terduga / dicurigai, sebagian atau seluruhnya dan dapat kembali atau tidak
dapat kembali. Kehilangan adalah keadaan individu yang dipisahkan sesuatu
yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, bisa terjadi sebagian atau
seluruhnya (Lambert dan Lambert, 1985, hlm. 35). Kehilangan merupakan
suatu kondisi yang dialami seseorang kekurangan atau tidak ada sesuatu yang
pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan adalah pengalaman yang pernah
ada dialami oleh setiap individu dalam rentang hidupnya. Sejak lahir individu
tersebut sudah mengalami kehilangan dan kemungkinan besar akan
mengalami kehilangan mengalaminya kembali meskipun dalam bentuk yang
berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, bergantung
pada:
a. Arti kehilangan
b. Sosial budaya
c. Keyakinan / spiritual
d. Peran seks
e. Status sosial ekonomi
f. kondisi fisik dan psikologis individu

B. Tipe Kehilangan
Kehilangan dibedakan menjadi 2 Tipe, yaitu:
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenali atau dikenali oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian
orang yang sangat penting / orang yang dicintai.
2. Persepsi
Hanya membantu seseorang dan sulit untuk membuktikannya, sebagai contoh;
seseorang yang berhenti bekerja / PHK, penyebabnya rasa kemandirian dan
kebebasannya berkurang.

C. Jenis Kehilangan
Ada 5 kategori Kehilangan yaitu:
1. Kehilangan seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat menyentuh atau orang yang
berarti adalah orang yang menghasilkan paling banyak stres dan mengalihkan
perhatian dari kehilangan, yang seharusnya ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga berdampak pada dampak merugikan bagi manusia tercinta.
Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan ikatan atau ikatan yang ada,
kematian pasangan / istri atau anak-anak biasanya memiliki dampak dan
pengaruh emosional yang luar biasa tidak bisa menempati.

2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)


Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang
mental seseorang. Anggapan ini termasuk perasaan terhadap daya tarik, diri,
kemampuan fisik dan mental, perannya dalam hidup, dan dampaknya. Hilang
dari aspek diri mungkin sementara atau permanen, sebagian atau Lengkap.
Beberapa aspek lain yang bisa hilang dari seseorang misalnya gangguan
pendengaran, ingatan, usia, fungsi tubuh.

3. Kehilangan objek eksternal


Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan properti sendiri atau bersama,
perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman duka yang dirasakan seseorang
terhadap objek yang ada hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda
tersebut.

4. Hilangnya lingkungan yang dikenal


Kehilangan didefinisikan sebagai dipisahkan dari lingkungan dikenal termasuk
dari latar belakang kehidupannya keluarga dalam satu periode atau bergantian
permanen. Misalnya, pindah ke kota lain, itu akan terjadi tetangga baru dan
prosa baru.

5. Kehilangan hidup / meninggal


Seseorang bisa mengalami kematian baik secara emosional, pemikiran dan
tanggapan terhadap aktivitas dan orang-orang di sekitarnya, hingga sampai
mati sebenarnya. Beberapa orang menanggapi berbeda tentang kematian

D. Rentang Respon Kehilangan


Penolakan —–> Kemarahan —–> Bergaining ——> Depresi ——> Penerimaan
1. Fase penyangkalan
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kebenaran
b. Verbalisasi; Itu tidak mungkin, saya tidak percaya itu terjadi .
c. Perubahan fisik; kelelahan, lemas, pucat, mual, diare, iritasi pernafasan, detak
jantung cepat, menangis, gelisah.

2. Fase kemarahan / kemarahan


a. Menyadari
b. Kemarahan diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; wajah merah, denyut nadi cepat, gelisah, insomnia, tangan
mengepal.
d. Perilaku agresif.

3. Fase tawar-menawar.
Verbalisasi; - Mengapa itu harus terjadi padaku? - jika hanya itu itu tidak
menyakitkan bagiku - kalau-kalau aku berhati-hati -.

4. Fase depresi
a. Menunjukkan penarikan diri, menolak untuk berbicara atau berkecil hati.
b. Gejala; menolak makan, insomnia, kelelahan, libido menurun.

5. Fase penerimaan
a. Pikiran tentang objek yang hilang berkurang.
b. Verbalisasi; ‖ Apa yang bisa saya lakukan untuk membuat saya cepat sembuh‖,
- yah, saya akhirnya menjalani operasi –

E. Berduka
1. Definisi berduka
Berduka adalah respons emosional yang diekspresikan Kehilangan yang
dimanifestasikan dengan perasaan sedih, gelisah, kecemasan, sesak nafas, sulit
tidur, dan lain-lain.
Berduka adalah respons yang wajar terhadap semua peristiwa Kehilangan.
NANDA merumuskan dua jenis duka, yaitu berduka yang diantisipasi dan
berduka disfungsional.
Duka yang diantisipasi adalah statusnya pengalaman individu dalam
menanggapi aktual atau aktual dirasakan oleh seseorang, hubungan /
kedekatan, objek atau Ketidakmampuan sebelum kejadian. Tipe ini masih
dalam batas normal.
Duka disfungsional adalah sebuah status pengalaman individu yang
tanggapannya dilebih-lebihkan pada saat individu Hilangnya aktual atau
potensial, hubungan, objek, dan cacat fungsional. Jenis ini terkadang
mengarah ke tipikal, abnormal, atau error / kebingungan.
2. Teori Proses Berduka
Tidak ada orang yang benar dan cara cepat untuk melakukannya proses
berduka. Konsep dan teori berduka hanyalah alat Dapat digunakan untuk
mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarga dan juga turun tangan
untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan mengatasinya.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka,
pengaruh berduka atas perilaku dan memberi dukungan dalam bentuk empati.
a. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka ada beberapa fase yang bisa
diterapkan pada seseorang yang sedang berduka dan hampir mati.
1) Fase I (syok dan tidak percaya) Seseorang hilang atau hilang
dan itu mungkin menarik diri, duduk diam, atau pergi tanpa tujuan.
Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak
jantung cepat, tidak ada bisa istirahat, susah tidur dan susah tidur.
2) Tahap II (pengembangan kesadaran) Seseorang mulai
merasakan kehilangan nyata / akut dan mungkin mengalami
keputusasaan. Marah, perasaan pulang, frustrasi, depresi, dan
kekosongan mental tiba-tiba terjadi.
3) Tahap III (restitusi) Mencoba mencoba menyetujui / berdamai
dengan perasaan itu kosong / kosong, karena Kehilangan masih tidak
bisa menerima perhatian baru yang ingin dialihkan perhatian seseorang
Kehilangan seseorang. 
4) Tahap IV Menekan semua perasaan negatif dan permusuhan
terhadap terlambat. Bisa merasakan dan sangat menyesal karena
kurang kepedulian masa lalu untuk almarhum. 
5) Fase V Kehilangan yang tidak bisa dihindari harus diakui /
direalisasikan. Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang bisa
menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.

b. Teori Kubler-Ross
Kerangka yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah Berorientasi
perilaku dan berbahaya 5 tahapan yaitu sebagai berikut:
1) Penolakan Individu bertindak seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan
tidak dapat melawan untuk percaya bahwa telah terjadi kehilangan.
Pernyataan seperti "Tidak, tidak mungkin seperti itu," atau "Itu tidak
akan terjadi padaku! ‖ klien umum terlempar.
2) Anger (Anger) Individu telah kehilangan dan mungkin "bertindak
lebih" setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih peka sehingga mudah
tersinggung dan marah. Ini adalah koping individu untuk menutupi
rasa kecewa dan merupakan manifestasi dari kekehilanganan yang
dihadapinya Kehilangan.
3) Penawaran (Tawar-menawar) Individu berusaha untuk membuat
pengaturan secara halus atau jelas untuk mencegah Kehilangan. Pada
tahap ini, klien sering mencari pendapat orang lain.
4) Depresi Terjadi ketika kehilangan disadari dan dampak makna terjadi
Kehilangan itu. Tahap depresi ini memberi kesempatan. Depresi
Terjadi ketika kehilangan disadari dan dampak makna terjadi
Kehilangan itu. Tahap depresif ini memberikan kesempatan untuk
gagal untuk melewati dan mulai memecahkan masalah.
5) Acceptance (penerimaan) Reaksi fisiologis menurun dan interaksi
sosial berlanjut. Kubler-Ross Tentukan sikap penerimaan yang ada bila
seseorang mampu menghadapinya dari hanya menyerah pada
pengunduran diri atau putus KAMI.
c. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menjelaskan 5 fase mengalami kesedihan cakupan
tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi
dan bergantung pada faktor-faktor yang memengaruhi respons kesedihan
itu sendiri. Reaksi konstan terhadap kesedihan biasanya reda dalam 6-12
bulan dan kesedihan yang mungkin ada di dalamnya hingga 3-5 tahun.
d. Teori rando
Rando (1993) mendefinisikan tanggapan berduka menjadi 3 kategori:
1) Penghindaran Pada tahap ini ada keterkejutan, penyangkalan dan
ketidakpercayaan.
2) Konfrontasi Pada tahap ini terjadi ledakan emosi yang sangat tinggi
saat klien berulang kali melawan mereka dan berduka mereka
adalah yang paling dalam dan paling terasa.
3) Akomodasi Pada tahap ini ada penurunan bertahap dalam
kesedihan akut Anda dan mulai memasuki kembali dunia
emosional dan sosial sehari-hari dimana klien belajar untuk
menjalani hidup mereka gagal untuk melewati dan mulai
memecahkan masalah.
BAB III

ASKEP DUKA DISFUNGSIONAL

A. PENGKAJIAN
Data yang dapat dikumpulkan adalah:
1. Perasaan sedih, menangis.
2. Perasaan putus asa, kesepian
3. Dering Kehilangan
4. Kesulitan mengungkapkan perasaan
5. Konsentrasi menurun
6. Kemarahan yang berlebihan
7. Tidak tertarik dengan dengan orang lain.
8. Merenungkan perasaan terlalu mempertimbangkan.
9. Reaksi emosional yang lambat
10. Ada perubahan kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas

B. Diagnosis keperawatan:
Definisi: sesuatu sebagai tanggapan atas kehilangan yang nyata atau yang dianggap
merugikan di mana individu tetap terpaku dalam satu tahap proses berduka periode
waktu yang terlalu lama, atau gejala berduka cita menjadi normal boros ke tingkat
yang mengganggu kehidupan.

C. Kemungkinan etiologi ("terkait dengan")


1. Kehilangan nilai nyata atau yang dirasakan untuk beberapa konsep individu
2. Kehilangan yang terlalu berat (akumulasi kesedihan karena kehilangan beberapa
yang belum terselesaikan)
3. Menghalangi tanggapan berduka atas kehilangan
4. Tidak ada antisipasi terhadap proses berduka
5. Perasaan yang disebabkan oleh hubungan yang ambivalen konsep kehilangan.
D. Batas Karakteristik ("sebagaimana dibuktikan dengan")
 Idealization Loss (konsep)
 Tolak Kehilangan
 Kemarahan yang berlebihan, diungkapkan secara tidak tepat
 Obsesi, pengalaman masa lalu
 Meren perasaan syaraf yang berlebihan dan tidak dilebih-lebihkan sesuai dengan
ukuran situasinya.
 Regresi perkembangan
 Gangguan konsentrasi
 Kesulitan dalam Menghadapi Kehilangan
 Mempengaruhi ketidakstabilan
 Kelainan pada kebiasaan makan, pola tidur, pola mimpi, tingkat aktivitas, libido.

Tujuan / Sasaran

Tujuan jangka pendek

Pasien akan mengekspresikan kemarahan terhadap konsep kehilangan dalam 1 minggu.

Tujuan jangka panjang

Pasien akan mampu bertingkah laku secara verbal terkait dengan tahap normal berduka.
Pasien akan bisa mengakui posisinya sendiri dalam proses berduka sehingga dia bisa dengan
kecepatannya sendiri untuk memecahkan masalah.

Intervensi dengan Alasan Tertentu

1. Tentukan pada tahap mana kesedihan pasien diperbaiki. Identifikasi perilaku yang terkait
dengan tahap ini.

Data asesmen dasar yang akurat penting untuk perencanaan keperawatan efektif untuk pasien
yang berduka.

1. Kembangkan hubungan saling percaya dengan pasien. Tunjukkan empati dan perhatian.
Jujurlah dan tepati semua janji
Kepercayaan adalah dasar dari kebutuhan terapeutik.

1. Tunjukkan penerimaan dan izinkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya secara


terbuka

Sikap menerima menunjukkan kepada pasien bahwa Anda yakin dia adalah seseorang yang
menyatakan. Kepercayaan meningkat.

1. Dorong pasien untuk mengungkapkan kemarahan. Jangan defensif jika permulaan ekspresi
marah ditransfer ke perawat atau terapis. Bantu pasien untuk mengeksplorasi perasaan marah
sehingga pasien dapat mengungkapkan langsung ke objek atau orang / orang yang dimaksud.

Mengekspresikan perasaan secara verbal di lingkungan yang tidak tindakan mengancam


dapat membantu pasien mengatasi masalah yang belum terpecahkan.

1. Bantu pasien membuang darah yang terpendam terlibat dalam aktivitas motorik kasar
(misalnya joging, bola bola voli, dll.)

Latihan fisik memberikan metode yang aman dan efektif untuk mengeluarkan darah yang
terpendam.

1. Ajarkan tentang tahapan dan perilaku berduka yang normal terkait dengan setiap tahap.
Bantu pasien untuk memahami itu perasaan seperti sakit dan marah pada konsep kehilangan
adalah perasaan yang normal dan dapat diterima selama proses berduka.

Pengetahuan tentang perasaan alami yang terkait dengan berduka yang normal dapat
membantu mengurangi beberapa perasaan yang diterima menyebabkan tanggapan ini.

1. Dorong pasien untuk meninjau kembali hubungannya dengan konsep Hilang. Dengan
dukungan dan kepekaan, menunjukkan realitas situasi di area di mana kesalahan presentasi
diekspresikan.
Pasien harus memiliki persepsi yang idealis dan dapat menerima kedua aspek tersebut baik
positif maupun negatif dari konsep kehilangan sebelum proses berduka selesai sepenuhnya.

1. Komunikasikan kepada pasien bahwa menangis mungkin saja diterima. Menggunakan


sentuhan adalah terapi dan tepat untuk kebanyakan pasien.

1. Bantu pasien dalam memecahkan masalah sebagai upaya untuk menentukan metode
koping yang lebih adaptif pengalaman kehilangan. Berikan umpan balik positif untuk
memperkuat strategi dan pengambilan keputusan.

Umpan balik positif meningkatkan harga diri dan mendorong pengulangan perilaku yang
diharapkan.

1. Dorong pasien untuk meraih dukungan spiritual selama waktu yang dalam ini bentuk apa
pun yang Anda inginkan. Kaji kebutuhan spiritual sabar dan bantu sesuai kebutuhan dalam
memenuhi kebutuhan tersebut.

Kriteria Hasil / Kepulangan Pasien yang Diharapkan

1. Pasien mampu menyatakan tahapan proses secara lisan berduka normal dan perilaku terkait
Langkah.

2. Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses berduka dan


mengungkapkan perasaannya terkait dengannya konsep kehilangan dengan jujur.

3. Pasien tidak mengekspresikan emosi dan perilaku yang terkait dengan berduka dan
disfungsi secara berlebihan mampu menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari secara
mandiri.
BAB IV

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi yang dialami seseorang suatu saat nanti
kekurangan atau tidak ada sesuatu yang dulu atau dulu dimiliki. Kehilangan adalah
kondisi individu untuk berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak
ada, baik sebagian maupun seluruhnya. Berduka adalah respons normal atas semua
peristiwa yang hilang. NANDA merumuskan ada dua jenis duka, yaitu duka yang
diantisipasi dan duka disfungsional. Duka yang diantisipasi adalah status yang
merupakan pengalaman individu dalam menanggapi yang sebenarnya atau apa yang
dirasakan seseorang, hubungan / kedekatan, objek atau ketidakmampuan sebelum
kejadian Kehilangan. Jenis ini masih dalam batas normal. Duka cita disfungsional
adalah status yang merupakan pengalaman individu yang tanggapannya dibesar-
besarkan ketika individu tersebut benar-benar kehilangan potensi, hubungan, objek
dan cacat fungsional. Jenis ini terkadang mengarah pada tipikal, abnormal, atau error /
kebingungan. Peran perawat adalah mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka,
pengaruh berduka mempengaruhi perilaku dan memberikan dukungan yang
mendalam bentuk empati.
Kehilangan dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu: aktual atau nyata dan perseptual. Ada 5
Kehilangan kategori, yaitu: Kehilangan orang yang dicintai, Hilangnya lingkungan
yang dikenal, hilangnya objek eksternal, Kehilangan apa yang ada dalam diri sendiri /
aspek diri, dan Kehilangan hidup mati. Elizabeth Kubler-rose, 1969.h.51, membagi
tanggapan berduka menjadi lima tahap, yaitu : penyangkalan, kemarahan, tawar-
menawar, depresi dan penerimaan

B. Saran

Kelompok tentunya masih menyadari jika pada pembuatan makalah di atas


masih terdapat banyak kesalahan & jauh dari kesempurnaan. Kelompok akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber dan kritik
yang membangun menurut para membaca.
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.

Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian dan
Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri, Pedoman


Untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

stikes.fortdekock.ac.id

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.

Anda mungkin juga menyukai