Anda di halaman 1dari 75

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN

DENGAN LOSS AND GRIEVING

Mata Kuliah :
Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu :
Dr. Lilik Ma’rifatul.,S.Kep.Ns.,M.Kes
Disusun Oleh: Kelas 2B Kelompok 3
1. Maulitiya 202101050
2. Awilda tarisa putri 202101051
3. Anisaul syarifah 202101053
4. Rismatul husnah 202101055
5. Onnisfu dafiq sya'bana 202101068
6. Inda puspitasari 202101080
7. Saiyidah fatimatuz zuhroh 202101082
8. Rika putri evitasari 202101084
9. Dwi widya nurrohma 202101085

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah ini. Makalah ini kami
buat dalam memenuhi tugas mata kuliah ”Keperawatan Jiwa”. Makalah ini kami buat untuk
membantu memahami tentang“Loss and Grieving” baik teori maupun Asuhan Keperawatan
Jiwa yang di buat berdasarkan contoh kasus. Dengan adanya makalah ini, para pembaca
diharapkan mampu mengembangkan dan menambah pengetahuan mereka disamping adanya
buku– buku referensi dan makalah yang lain, makalah ini bukan suatu hasil yang sempurna,
dengan adanya waktu - waktu yang akan datang diperlukan proses perbaikan dan
penyempurnaan. Apabila makalah ini terdapat kekurangan - kekurangan, maka kami sebagai
penyusun makalah ini mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca. Harapan kami
semoga makalah ini berguna bagi semua pembaca. Kritik dan saran Yang membangun sangat
kami harapkan untuk pembelajaran berikutnya.

Terima kasih.

Mojokerto, 03 Mei 2023


Penyusun
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Loss (Kehilangan)
2.1.1 Definisi Loss (Kehilangan)
Kehilangan adalah suatu keadaan individu mengalami kehilangan sesuatu yang
sebelumnya ada dan dimiliki. Kehilangan merupakan sesuatu yang sulit dihindari (Stuart,
2005), seperti kehilangan harta, kesehatan, orang yang dicintai, dan kesempatan. Berduka
adalah reaksi terhadap kehilangan, yaitu respons emosional normal dan merupakan suatu
proses untuk memecahkan masalah. Seorang individu harus diberikan kesempatan untuk
menemukan koping yang efektif dalam melalui proses berduka, sehingga mampu
menerima kenyataan kehilangan yang menyebabkan berduka dan merupakan bagian dari
proses kehidupan.
Kehilangan dapat terjadi terhadap objek yang bersifat aktual, dipersepsikan, atau
sesuatu yang diantisipasi. Jika diperhatikan dari objek yang hilang, dapat merupakan
objek eksternal, orang yang berarti, lingkungan, aspek diri, atau aspek kehidupan.
2.1.2 Tanda dan Gejala Kehilangan
Menurut Ambarwati dan Sunarsih (2011), tanda dan gejala kehilangan diantaranya :
1) Ungkapan kehilangan
2) Menangis
3) Gangguan tidur
4) Kehilangan nafsu makan
5) Sulit berkonsentrasi
6) Karakteristik berduka yang berkepanjangan, yaitu :
a) Mengingkari kenyataan kehilangan terjadi dalam waktu yang lamaSedih
berkepanjangan
b) Adanya gejala fisik yang berat
c) Keinginan untuk bunuh diri
2.1.3 Tipe Kehilangan
Menurut Dian dan Puspita 2019 kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
1. Aktual atau nyata Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya
amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai.
2. 2. Persepsi Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya;
seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan
kebebasannya menjadi menurun.
2.1.4 Jenis-Jenis Kehilangan
Jenis kehilangan, menurut Ambarwati dan Sunarsih, 2011 yaitu:
1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai. Kehilangan seseorang yang dicintai
atau orang yang berarti adalah salah satu jenis kehilangan yang paling membuat
seseorang stress dan mengganggu dari tipe-tipe kehilangan lainnya. Kematian juga
membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena keintiman, intensitas
dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri
atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat
ditutupi.
2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self) Bentuk lain dari kehilangan
adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini
meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental,
peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin
sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat
hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi
tubuh.
3. Kehilangan objek eksternal. Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik
sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang
dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan
benda tersebut.
4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal Kehilangan diartikan dengan terpisahnya
dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga
dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota
lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
2.1.5 Dampak Kehilangan
Menurut Uliyah dan Hidayat (2011), kehilangan pada seseorang dapat memiliki berbagai
dampak, diantaranya :
1. Masa anak-anak, maka kehilangan akan dapat mengancam kemampuannya untuk
berkembang, terkadang akan timbul regresi serta merasa takut untuk ditinggalkan
atau dibiarkan kesepian.
2. Masa remaja atau dewasa muda, kehilangan dapat terjadi perpecahan dalam keluarga
3. Masa dewasa tua, khususnya kematian pasangan hidup dapat menjadi pukulan yang
sangat berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang ditinggalkan.
2.2 Konsep Greiving (Berduka)
2.2.1 Definisi Berduka Berduka
(Grief) adalah merupakan reaksi psikologis sebagai respon kehilangan sesuatu
yang dimiliki yang berpengaruh terhadap perilaku emosi, fisik, spiritual, sosial
maupun intelekstual seseorang (Amira dkk, 2020).
Berduka (grieving) merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan. Hal ini
diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada masing-masing orang dan didasarkan
pada pengalaman pribadi, ekspetasi budaya, dan keyakinan spiritual yang dianutnya.
Sementara itu, istilah kehilangan (bereavement) mencakup berduka dan berkabung
(mourning), yaitu perasaan di dalam dan reaksi keluar orang yang ditinggalkan.
Berkabung adalah periode penerimaan terhadap kehilangan dan berduka. Hal ini
terjadi dalam masa kehilangan dan sering dipengaruhi oleh kebudayaan atau
kebiasaan (Aziz Alimul, 2014).
2.2.2 Penyebab Berduka
Menurut Keliat, 2020 penyebab berduka antara lain:
1. Kematian anggota keluarga atau orang yang berarti
2. Antisipasi Kematian keluarga atau orang yang berarti
3. Kehilangan (Objek, pekerjaan, fungsi, status, bagian tubuh, hubungan sosial)
2.2.3 Tanda dan Gejala Berduka
Menurut Keliat, 2020 penyebab berduka antara lain: tanda subjektif mayor dan minor
tanda objektif minor
1. Tidak menerima kehilangan
2. Menyalahkan
3. Merasa bersalah
4. Merasa sedih
5. Merasa tidak ada harapan
6. Marah
7. Menangis
8. Pola tidur berubah
9. Tidak mampu berkonsentrasi
10. Memisahkan diri
11. Mimpi buruk
12. Merasa tidak berguna
13. Memelihara hubungan dengan orang yang hilang
14. Fungsi imunitas terganggu
2.2.4 Klasifikasi berduka
Klasifikais berduka antara lain:
1. Berduka normal: Terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap
kehilangan misalnya, kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan menarik diri
dari aktivitas untuk sementara.
2. Berduka antisipatif: Proses melepaskan diri yang muncul sebelum kehilangan atau
kematian yang sesungguhnya terjadi.Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal,
seseorang akan memulai proses perpisahan dan menyesuaikan beragai urusan didunia
sebelum ajalnya tiba
3. Berduka Disfungsional/Berpompilasi: Dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju
ke tahap berikutnya,yaitu tahap kedukaan normal.Masa berkabung seolah-olah tidak
kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan orang yang bersangkutan dengan
orang lain. 4. Berduka tertutup: Yang juga dikenalsebagai berduka marginal atau
tidak didukung, ketika hubungan mereka dengan orang yang sudah meninggal tidak
disetujui secara sosial, tidak dapat diakui secara terbuka didepan umum, atau terlihat
kurang signifikan Kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara
terbuka. Contohnya:Kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami kematian
orang tua tiri, atau ibu yang kehilangan anaknya di kandungan atau ketika bersalin.
2.2.5 Rentang Respons Berduka
Denial Anger Bergaining Depresi Acceptance
Fase akut berduka yang dialami seseorang pada umumnya 6 – 8 minggu
Penyelesaian kehilangan & berduka secara menyeluruh memerlukan waktu 1 bulan
sampai dengan 3 tahun. Menurut Yosep 2011 respons berduka seseorang terhadap
kehilangan dapat melalui tahap-tahap berikut
1. Tahap Pengingkaran (denial) Reaksi pertama individu yang mengalami
kehilangan adalah syok, tidak dipercaya, mengerti, atau mengingkari kenyataan
bahwa kehilangan benar-benar terjadi. Sebagai contoh,seseorang akan tidak
percaya akan kenyataan yang telah terjadi. Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini
adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernapasan, detak jantung
cepat, menangis, gelisah, dan sering kali individu tidak tahu harus berbuat apa.
Reaksi ini dapat berlangsung dalam beberapa menit hingga beberapa tahun.
2. Tahap Marah (anger) Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarahan
yang timbul sering tunjukan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang yang
mengalami kehilangan juga tidak jarang menunjukkan perilaku agresif, berbicara
kasar, menyerang orang lain, menolak pengobatan, bahkan menuduh dokter atau
perawat tidak kompeten. Respons fisik yang sering terjadi, antara lain muka
merah, denyut nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal, dan seterusnya.
3. Tahap Tawar-Menawar (bergining)
Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadi kehilangan dan
dapat mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus atau terang-terangan
seolah-olah kehilangan tersebut dapat dicegah. Individu mungkin berupaya untuk
melakukan tawar-menawar dengan memohon kemurahan Tuhan.
4. Tahap Depresi (depression) Pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap
menarik diri, kadangkadang bersikap sangat penurut, tidak mau bicara,
menyatakan keputusasaan, rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul keinginan
bunuh diri. Gejala fisik yang ditunjukkan, antara lain menolak makan, susah tidur,
letih, turunnya dorongan libido, dan lain-lain.
5. Tahap Penerimaan (acceptance) Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi
perasaan kehilangan. Pikiran yang berpusat pada objek yang hilang akan mulai
berkurang atau hilang. Individu telah menerima kenyataan kehilangan yang
dialaminya dan mulai memandang ke depan. Gambaran tentang objek atau orang
yang hilang akan mulai dilepaskan secara bertahap. Perhatiannya akan beralih
pada objek yang baru. Apabila individu dapat memulai tahap tersebut dan
menerima dengan perasaan damai, maka dia dapat mengakhiri proses berduka
serta dapat mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas. Kegagalan untuk masuk
ke tahap penerimaan akan memengaruhi kemampuan individu tersebut dalam
mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien: apa
yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku. Beberapa
percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang mereka
8iagn dan rasakan adalah :
 Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
 Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
 Perilaku koping yang adekuat selama proses
Terdapat 7 faktor yang mempengaruhi rentang respon kehilangan, yakni:
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
1) Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga
yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis
dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan
kehilangan.
2) Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang
teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik
3) Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang
mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya
pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka
dalam menghadapi situasi kehilangan.
4) Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan dengan
orang yang berarti pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi individu
dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen,
1991).
5) Struktur Kepribadian : Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah
diri akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif
terhadap stress yang dihadapi.
b. Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan. Kehilangan
kasih 9 iagno secara nyata ataupun imajinasi individu seperti: kehilangan sifat
bio-psiko-sosial antara lain meliputi:
1) Kehilangan kesehatan
2) Kehilangan fungsi seksualitas
3) Kehilangan peran dalam keluarga
4) Kehilangan posisi di masyarakat
5) Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
6) Kehilangan kewarganegaraan
c. Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain:
Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang
digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat
menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang
dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai
secara berlebihan dan tidak tepat.
d. Respon Spiritual
1) Kecewa dan marah terhadap Tuhan
2) Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
3) Tidak memilki harapan; kehilangan makna
e. Respon Fisiologis
1) Sakit kepala, insomnia
2) Gangguan nafsu makan
3) Berat badan turun
4) Tidak bertenaga
5) Palpitasi, gangguan pencernaan
6) Perubahan sistem 10iagno dan endokrin
f. Respon Emosional
1) Merasa sedih, cemas
2) Kebencian
3) Merasa bersalah
4) Perasaan mati rasa
5) Emosi yang berubah-ubah
6) Penderitaan dan kesepian yang berat
7) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda
yang hilang
8) Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
9) Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri
g. Respon Kognitif
1) Gangguan asumsi dan keyakinan
2) Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
3) Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
4) Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal adalah
pembimbing.
h. Perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
1) Menangis tidak terkontrol
2) Sangat gelisah; perilaku mencari
3) Iritabilitas dan sikap bermusuhan
4) Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang
yang telah meninggal.
5) Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin
membuangnya
6) Kemungkinan menyalahgunakan obat atau 11iagnos
7) Kemungkinan melakukan 11iagnos, upaya bunuh diri atau pembunuhan
8) Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian:
a) Perawat mengkaji pasien berduka dan anggota keluarga yang mengalami
kehilangan untuk menentukan tingkatan berduka.
b) Pengkajian terhadap gejala klinis berduka (Schulz, 1978) yang mencangkup:
sesak di dada, napas pendek, berkeluh kesah, perasaan penuh di perut,
kehilangan kekuatan otot, distress perasaan yang hebat.
c) Enam karakteristik berduka (Burgers dan Lazare, 1976)juga dikaji: respons
fisiologis, respons tubuh terhdapa kehilangan atau mengetahui lebih dulu
kehilangan dengan suatu reaksi stress. Perawat dapat mengkaji tanda klinis
respons tersebut.
d) Factor yang memengaruhi suatu reaksi kehilangan yang bermakna
bergantung pada persepsi individu terhadap pengalaman kehilangan, umur,
kultur, keyakinan spiritual, peran seks, status sosial-ekonomik.
e) Factor presdiposisi yang memengaruhi reaksi kehilangan yang mencakup
genetic, kesehatan fisik, kesehatan mental, pengalaman kehilangan di masa
lalu.
f) Factor pencetus mencakup perilaku yang ditunjukkan oleh individu yang
mengalami kehilangan, dan mekanisme koping yang sering digunakan oleh
individu. (Dr. Lilik Ma’rifatul Azizah, Skep., Ns. et al., n.d.)

3.2 POHON MASALAH

Efek
Harga Diri Rendah Kronis

Harga Diri Rendah Situasional

Koping tidak efektif

Core Problem
Kehilangan dan Berduka

Causa
Kehilangan Seseorang /yang ada
pada diri sendiri
(loss of self) / lingkungan /
kehidupan
3.3 DIAGNOSA
Setelah melakukan pengkajian diperoleh masalah keperawatan yang akan disusun
menjadi diagnose keperawatan. Diagnose keperawatan adalah penilauan klinis
tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan
dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung
gugat perawat. Diagnosa yang dapat ditegakkan dalam kasus ini adalah :
1. Berduka disfungsional berhubungan dengan kematian anggota keluarga atau orang
terdekat.
2. Harga diri rendah berhubungan dengan kehilangan dan berduka.
3. Isolasi sosial berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap respon
kehilangan pasangan (Eko Prabowo 2014).
3.4 PERENCANAAN
Setelah dirumuskan diagnosa keperawatan maka disusun rencana tindakan
keperawatan. Rencana tindakan keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku
spesifik yang diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat. Tindakan/intervensi keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam
mencapai hasil pasien yang diharapkan dan tujuan pemulangan.
N DIAGNO TUJUAN KRITERIA INTERVENS RASIONAL
O SA EVALUASI I
Berduka TUM : Klien mampu 1. Bina Hubungan
disfungsio
klien dapat membina hubungan saling
nal
memahami hubungan saling saling percaya. percaya
dan percaya dengan 2. Jelaskan merupakan
menerima perawat, dengan proses langkah awal
keadaan kriteria hasil : berduka. menentukan
kehilangan 1. Membalas 3. Beri keberhasilan
yang dialami sapaan perawat kesempatan rencana
TUK 1 : 2. Ada kontak kepada selanjutnya
1. Klien mata pasien untuk sehingga
dapat 3. Mau berjabat mengungkapk dapat terbina
membina tangan an hubungan
hubungan 4. Mau perasaannya. saling
saling menyebutkan 4. percaya dank
percaya nama Mendengarkan lien lebih
2. Klien 5. Mampu dengan penuh terbuka
mampu mengutarakan perhatian. merasa aman
mengungkap masalah yang 5. Secara dan mau
kan dihadapi verbal dukung berinteraksi
perasaan pasien,tapi
berduka. jangan dukung
pengingkaran
yang
dilakukan.
6. Teknik
komunikasi
diam
dan sentuhan.
7. Perhatikan
kebutuhan
dasar pasien
TUK 2 : 1. Klien mau 1. Dorong dan Mengungkap
1. Klien berbagi masalah beri waktu kan dan
dapat 2. Klien mampu kepada pasien mengatasi
mengungkap mengatasi untuk masalah
kan masalah dengan mengungkapk dengan
kemarahanny baik an kemarahan koping
a secara 3. Klien mampu secara verbal adaptif
verbal mengatasi tanpa melawan merupakan
2. Klien kemarahan dengan langkah yang
dapat dengan hal yang kemarahan, sangatbaik
mengatasi positif 2. Bantu dalam
kemarahan pasien atau pengontrolan
nya dengan keluarga untuk kemarahan.
koping yang mengerti
adaptif bahwa marah
adalah respon
yang normal
karena
merasakan
kehilangan
dan
ketidakberday
aan,
3. Fasilitasi
ungkapan
kemarahan
pasien dan
keluarga,
4. Hindari
menarik diri
dan dendam
karena
pasien
/keluarga
bukan marah
pada perawat,
5. Tangani
kebutuhan
pasien
pada segala
reaksi
kemarahan
nya.
TUK 3 : Klien mampu 1. Bantu Dengan
Klien dapat mengidentifikasi pasien untuk berbagi
mengidentifi depresi, mengidentifika masalah dan
kasi rasa mengurangi rasa si rasa mengetahui
bersalah dan bersalah dan bersalah dan masalah yang
perasaan perasaan takut, rasa takutnya, dialami klien
takutnya dengan kriteria 2. Dengarkan makaakan
hasil : dengan penuh menjadi
1. Klien merasa perhatian, terbuka dan
tenang 3. Ajak pasien merasa
2. Klien merasa bicara untuk dirinya
aman tanpa rasa mengurangi dipedulikan
takut rasa bersalah
dan ketakutan
yang tidak
rasional,
4. Berikan
dukungan
spiritual
TUK 4 : 1. Klien mampu 1. Dorong Reinforceme
1. Klien berhubungan klien untuk n dapat
dapat dengan mau meningkatka
kembali keluarganya berinteraksi n harga diri
berinteraksi 2. Klien mampu dengan baik
dan mengatasi dengan
berkumpul kesedihan yang keluarga
dengan orang dialami dengan 2. Dorong
lain terutama mendapatkan klien untuk
dengan dukungan dari tidak
keluarganya keluarga mengunci
2. Klien dirinya di
mampu dalam
mengatasi kamarnya
kesedihan 3. Bantu klien
dengan dan keluarga
mendapatkan agar semakin
dukungan dekat agar
dari keluarga keluarga dapat
dan orang memberikan
terdekat dukungan
lainnya yang optimal
kepada klien
dan klien
dapat
menerima
dukungan dari
keluarga
dengan baik.
TUK 5 : Klien mampu 1. Identifikasi Agar klien
1. Klien mengidentifikasi tingkat depresi lebih
dapat depresi, dan bantu mengenal
mengidentifi mengurangi rasa mengurangi dirinya
kasi tingkat bersalah dan rasa bersalah dengan baik
depresi menghindari 2. Berikan dan
2. Klien merusak diri kesempatan menemukan
dapat dengan kriteria kepada pasien cara
mengurangi hasil : untuk mengatasi
rasa 1. Klien dapat mengekspresik masalah
bersalahnya menyebutkan an sesuai
3. Klien depresi yang kesedihannya dengan
dapat dialami 3. Beri kehendak
menghindari 2. Klien dapat dukungan non hatinya
tindakan mengurangi rasa verbal dengan
yang dapat bersalahnya cara duduk
merusak diri pada keluarga disamping
3. Klien pasien dan
mengevaluasi memegang
tindakan selama tangan pasien
menghadapi 4. Bersama
masalah pasien bahas
pikiran negatif
yang sering
timbul Latih
pasien dalam
mengidentifika
si halpositif
yang masih
dimiliki
TUK 6 1. Klien mampu 1. Dorong dan Agar pasien
Klien dapat untuk beri waktu merasa lega
mengungkap mengungkapkan kepada pasien dan tidak
kan masalah untuk terbebani
kemarahan 2. Klien mampu mengungkapk oleh masalah
nya secara mengatasi an kemarahan
verbal dan masalah dengan secara verbal
klien dapat koping adaptif tanpa melawan
mengatasi dengan
kemarahan kemarahan.
nya dengan 2. Bantu
koping yang pasien atau
adaptif. keluarga untuk
mengerti
bahwa marah
adalah respon
yang normal
karena
merasakan
kehilangan
dan
ketidakberday
aan.
3. Fasilitasi
ungkapan
kemarahan
pasien dan
keluarga.
4. Hindari
menarik diri
dan
dendam
karena
pasien
/keluarga
bukan marah
pada perawat.
5. Tangani
kebutuhan
pasien pada
segala reaksi
kemarahan
nya
TUK 7 : 1. Klien mampu 1. Sediakan Agar
1. Klien menerima waktu untuk pemikiran
dapat kehilangan yang mengunjungi klien menjadi
menerima dialaminya pasien secara jernih dan
kehilangan 2. Klien mampu teratur kehidupanny
2. Klien berinteraksi dan 2. Bantu klien a penuh
dapat berkumpul untuk berbagi makna
bersosialisasi dengan keluarga rasa ,karena karena
lagi dengan dan orang lain biasanya tiap banyak
keluarga atau anggota tidak seseorang
orang lain berada ditahap yang peduli
yang sama terhadap
pada saat yang kehidupanny
bersamaan. a
3. Bantu
pasien dalam
mengidentifika
si rencana
kegiatan yang
akan
dilakukan
setelah masa
berkabung
telah dilalui.
4. Jika
keluarga
mengikuti
proses
pemakaman,ha
l yang dapat
dilakukan
adalah ziarah
(menerima
kenyataan),
melihat foto-
foto proses
pemakaman.
TUK 8 : 1 Klien dapat 1. Agar klien
1 Klien dapat menerima Mengevaluasi mampu
menerima kehilangan kegiatan yang mengasah
kehilangan dengan rasa lega lalu ketrampilan
2 Klien dapat tanpa adanya 2. Bantu klien dibidang lain
bersosialisasi beban untuk berbagi dan
lagi dengan 2 Klien mampu perasaan. mampu untuk
keluarga bercanda gurau 3. Bantu bangkit
dengan keluarga pasien dalam
untuk mengidentifika
menghilangkan si rencana
beban pikiran. kegiatan yang
akan
dilakukan
setelah masa
berkabung
telah dilalui.
TUK 9 : 1. Keluarga 1. Bina Agar klien
1. Klien dapat : hubungan mampu
dapat - Menjelaskan saling percaya mengatasi
memanfaatka perasaannya dengan masalah
n system - Menjelaskan keluarga secara
pendukung. cara merawat - mandiri dan
2. Klien klien berduka Mengucapkan menemukan
dapat disfungsional salam arti dirinya
menyusun - terapeutik sendiri dalam
caracara Mendemonstrasi - Menjelaskan menghadapi
menyelesaika kan cara tujuan masalah
n masalah perawatan klien interaksi dan
yang berduka membuat
dihadapi disfungsional kontak waktu,
- Berpartisipasi topik dan
dalam perawatan tempat
klien berduka 2.
disfungsional Mendiskusika
n pentingnya
peran keluarga
sebagai
pendukung
untuk
mengatasi
kesedihan
3.
Mendiskusika
n potensi
keluarga untuk
membantu
klien
mengatasi
kesedihan
4.
Memberikan
pendidikan
kesehatan
pada keluarga
tentang
pentingnya
dukungan
keluarga bagi
pasien
5. Latih
keluarga cara
memberi
dukungan
pada klien
TUK 10 : 1. Klien mampu 1. Gunakan Agar klien
1. Klien menerima komunikasi mampu
dapat terhadap terapeutik melanjutkan
menerima kematian/kehilan dalam aktivitasnya
sepenuhnya gan dengan rasa membangun dengan baik
Terhadap lega hubungan
kematian 2. Klien mampu saling percaya
orang mengontrol 2. Dorong
terdekat atau emosinya partisipasi
keluarganya dengan baik terkait dengan
2. Klien 3. Klien mampu keterlibatan
dapat tetap beraktivitas keluarga dan
menjaga sehari-hari orang terdekat
emosinya secara baik lainnya untuk
dengan baik tetap
3. Klien memberikan
dapat suport kepada
melanjutkan klien
aktivitas 3. Bantu klien
sehari hari untuk tetap
dengan baik bisa menjaga
emosinya
dengan baik
4. Bantu klien
untuk lebih
meningkatkan
kebutuhan
spiritualnya
3.5 Implementasi
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) BERDASARKAN PERTEMUAN
SP 1 Pasien
a) Bina hubungan saling percaya dengan klien
o Mengucapkan salam terapeutik
o Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
b) Identifikasi tanda berduka, seperti syok, penyangkalan, rasa marah, dan
kesedihan.
c) Secara verbal dukung pasien, tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukan
d) Gunakan teknik komunikasi diam dan sentuhan, Perhatikan kebutuhan dasar
pasien
e) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
SP 2 Pasien :
a) Evaluasi kemajuan keadaan klien
b) Anjurkan untuk mengekspresikan kemarahan, duka cita, rasa bersalah, dan
ketakutan diantara klien, orang terdekat, dan teman. Dengarkan setiap perkataan
klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat menghakimi.
c) Dorong pasien untuk mengekspresikan rasa marah sehingga pasien dapat
mengungkapkan secara langsung kepada objek atau orang pribadi yang
dimaksud.
d) Bantu pasien untuk mengeluarkan kemarahan yang terpendam dalam aktivtas
motorik kasar.
e) Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
SP 3 Pasien :
a) Mengevaluasi kegiatan yang lalu
b) Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya,
c) Dengarkan dengan penuh perhatian,
d) Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak
rasional,
e) Berikan dukungan spiritual
SP 4 Pasien
a) Dorong klien untuk mau berinteraksi dengan baik dengan keluarga b) Dorong
klien untuk tidak mengunci dirinya di dalam kamarnya
b) Bantu klien dan keluarga agar semakin dekat agar keluarga dapat memberikan
dukungan yang optimal kepada klien dan klien dapat menerima dukungan dari
keluarga dengan baik.
c) Atur kunjungan oleh individu yang mengalami gangguan serupa
SP 5 Pasien
a) Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah
b) Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannya
c) Beri dukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan memegang
tangan pasien
d) Hargai perasaan pasien
e) Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul
f) Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki
SP 6 Pasien
a) Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara
verbal tanpa melawan dengan kemarahan.
b) Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yang
normal karena merasakan kehilangan dan ketidak berdayaan.
c) Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga.
d) Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada
perawat.
e) Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya
SP 7 Pasien
a) Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur
b) Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak berada
ditahap yang sama pada saat yang bersamaan.
c) Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana kegiatan yang akan dilakukan
setelah masa berkabung telah dilalui.
d) Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang dapat dilakukan adalah
ziarah (menerima kenyataan), melihat foto-foto proses pemakaman.
SP 8 Pasien
a) Mengevaluasi kegiatan yang lalu
b) Bantu klien untuk berbagi perasaan.
c) Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana kegiatan yang akan dilakukan
setelah masa berkabung telah dilalui.
SP 1 Keluarga
a) Bina hubungan saling percaya dengan klien
o Mengucapkan salam terapeutik
o Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
b) Mendiskusikan pentingnya peran keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi
kesedihan
c) Mendiskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi kesedihan
d) Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang pentingnya dukungan
keluarga bagi pasien
e) Latih keluarga cara memberi dukungan pada klien
SP 2 Keluarga
a) Dorong partisipasi terkait dengan keterlibatan keluarga dan orang terdekat
lainnya untuk tetap memberikan suport kepada klien
b) Bantu klien untuk tetap bisa menjaga emosinya dengan baik
c) Bantu klien untuk lebih meningkatkan kebutuhan spiritualnya (richard oliver
( dalam Zeithml. 2021)
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) pada klien dengan
Berduka disfungsional

 Pertemuan ke-1
Strategi Pelaksanaan (SP 1 Pasien)

1. Fase Orientasi
“selamat pagi, Ny.N bagaimana perasaan ibu sekarang? Perkenalkan buk Saya
perawat A jadi buk hari ini saya akan membantu ibu untuk melewati masalah
ibu.Bagaimana ibu apa ibu punya waktu sekitar 10-15 menit. Saya akan
menemaniibu sampai kemakam sampai prosesi pemakaman nya selesai ya bu.”
2. Fase kerja
“apakah ibu mau menyampaikan sesuatu? Baiklah ibu saya paham dengan
perasaan ibu saat ini,ibu sedih dan kita semua disini juga sedih, tapi semua itu
sudah kehendak dari yang kuasa, kita sebagai manusia hanya bisa berserah diri
dan menerima semuaini, ibu mau minum? Saya ambilkan... ya. Bagaimana
dengan makan?coba sedikit ya bu,agar ibu tidak lemas,”apakah ibu mau
kemakam? Baiklah akan saya temani ya bu...
3. Fase Terminasi
“setelah kembali dari makam,bagaimana perasaan ibu? Ibu masih tampak
tampak sedih. Saya akan pulang dulu ya bu. Usahakan ibu makan,minum,dan
istirahatya.nanti,dua hari lagi saya akan datang kesini lagi ya bu,di jam yang
sama.kita.baiklah bu,sampai jumpa.”
 Pertemuan ke : 2
Srategi Pelaksaan (SP 2 pasien)
1. Fase Orientasi
“selamat pagi bu,masih ingat dengan saya? Saya perawat yang kemarin
kesini bu,tampak nya ibu sedang kesal ? Ibu bisa ceritakan kenapa ibu
tampak kesal, saya akan menemani ibu selama 20 menit ya. Kita ngobrol-
ngobrol disini aja bu? Dihalaman depan ? Oww..baiklah kalau begitu.”
2. Fase Kerja
“Apa yang membuat ibu kesal? Apa yang ibu rasakan saat kesal dan apa
yang telah ibu lakukan untuk mengatasi kekesalan ibu? Baiklah bu, saya
mengerti, ada beberapa cara untuk meredakan kekesalan ibu, yaitu tarik
nafas dalam, istigfar, berwudhu, shalat, dan bercakap- cakap dengan
anggota keluarga ibu yang lain. Ibu punya hobi olah raga atau hobi yang
lain nya? Oya...kalau begitu ibu bisa melakukan hobi ibu untuk dapat
mengatasi kekesalan ibu.”
3. Fase Terminasi
“nah,kalau masih muncul rasa kesal,coba lakukan cara yang kita bahas
tadi ya bu? mau coba cara yang mana ? mau dijadwalkan ?baiklah,dua
hari lagi kita bertemu lagi ya bu disini? membahas tentang perasaan ibu
lebih lanjut,bagaimana ibu? baiklah kalau begitu saya mohon pamit dulu
ya bu,sampai jumpa.”

 Pertemuan ke : 3
Srategi Pelaksaan (SP 3 Pasien)
1. Fase Orientasi
”selamat siang bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah
melakukan cara yang saya ajarkan untuk mengurangi perasaan kesal ibu?
Dapatkah kita berbicara tentang perasaan ibu sekarang ? kita bicara 20
menit saja.dimana kita bicara bu? Diruang ini saja? Heem..baiklah bu.”

2. Fase kerja
“saya dapat memahami perasaan ibu,silahkan bercerita tentang perasaan
ibu.tidak ada yang dapat kita salahkan,bu.saya mengerti,sulit bagi ibu
untuk menerima kehilangan ini.bagus, ibu mulai menyadari perasaan yang
sudah diungkapkan karena semua ini adalah kehendak Allah. Apabila
perasaan bersalah dan takut itu muncul kembali ibu berzikir,shalat,atau
melakukan kegiatan ibadah yang lain.bagaimana,bu? Apakah ibu akan
coba lakukan?”
3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincangbincang ? iya,bu.ibu terus
berdoa ya.ibu dapat bercerita dengan anggota keluarga ibu.bagus, ibu
sudah dapat mengungkapkan nya.nanti bapak dapat berzikir dan istigfar
setiap saat dan saat rasa bersalah itu munculkembali.ibu,dua hari lagi saya
akan.kita akan bicara tentang perasaan ibu.saya pamit dulu ya, bu.sampai
jumpa.”
 Pertemuan ke : 4
Srategi Pelaksaan (SP 4 Pasien)
1. Fase Orientasi
“Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya bu? Saya perawat A bu yang
kemarin kesini, saya dengar ibu tidak mau keluar kamar ya bu?Bagaimana
kalau ibu ceritakan sedikit kepada saya kenapa? Saya akan menemani ibu
selama 20 menit ya. Atau kita mencoba mengobrol di depan bu? Oh di
sini saja bu? Baiklah. ”
2. Fase kerja
“Bagaimana bu apa yang membuuat ibu tidak mau keluar dari kamar?
Apa yang ibu rasakan saat bertemu dengan orang lain? Oh baik bu saya
mengerti jadi begini ya ibu sebaiknya ibu tidak mmengunci diri dikamar
karena kkeluarga akan merasa khawair kepada ibu, bbagaimana jika lebih
baik mengobrol dengan keluarga dan tidak sendirian di dalam kamar,
nanti ibu pasti akan diberkan dukungan oleh keluarga bu, dan ibu dapat
berbagi tentang perasaan ibu, keluarga juga bisa ikut membantu
menenangkan hatinya ibu.”
3. Fase Terminasi
“Nah kalau perasaan ibu yang ingin sendirian dan menyendiri diikamar
ibu bisa lakukan yang saya sarankan tadi ya bu, yang sudah kita
diskusikan tadi. Mau untuk mencobanya bu? Baiklah bu kita 2 hari lagi
kita bertemu lagiya bu disini? Membahhas perasan ibu yang lebiih
lanjut.Saya mohon pamit dulu ya bu, sampai jumpa “.

 Pertemuan ke : 5
Srategi Pelaksaan (SP 5 Pasien)
1. Fase Orientasi
“Selamat siang bu.bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ada yang
ingin ibu ceritakan pada saya? Hari ini kita berbicara tentang kegiatan
positif yang dapat ibu lakukan. Berapa lama kita bicara,bu? Baiklah,20
menit ya bu.dimana kita bicara ?disini ? baiklah bu.”
2. Fase kerja
“baiklah bu,saya akan duduk disebelah ibu dan menemani ibu.saya siap
mendengarkan apabila apabila ada yang ingin disampaikan.ibu boleh
menangis,akanada perasaan lega.ibu,saya akan merasakan apa yang
sedang ibu rasakan.ibu dapat menggunakan kesempatan yang ada dengan
bercakap-cakap dengan anggota keluarga ibu seperti anak ibu yang dua
lagi, atau suami ibu.”(mulai membawa kerealitas aspek positif.) ”ibu
dapat berbicara dengan tetangga yang punya pengalaman yang sama
seperti ibu.sekarang,bagaimana kalau kita berdiskusi tentang kegiatan
positif yang ibu lakukan? Mulai dari yang biasa ibu lakukan dirumah
maupun kegiatan lain diluar rumah.bagaimana kalau kita buat daftar
kegiatan yang dapat ibu lakukan? Wow..bayak sekali kegiatan yang dapat
ibu lakukan.”
3. Fase Terminasi
“ibu,bagaimana perasaan ibu setelah kita bicara? Iya,benar,masih banyak
yang dapatibu lakukan.ibu dapat melakukan kegiatan yang tadi sudah kita
bahas.sayapercaya ibu bisa.saya pamit ya, bu.dua hari lagi saya akan
datang untuk membicarakan tentang perasaan ibu.kira-kira jm berapa saya
boleh datang? Baiklah, pak.sampai jumpa.”

 Pertemuan ke : 6 (SP 6 Pasien)


Srategi Pelaksaan
1. Fase Orientasi
“Halo ibu, selamat pagi, ketemu lagi nih bu sama saya, ibu masih ingat
kan? Bagaimana keadaan ibu hari ini, apa sudah baik dari kemarin? Kalau
begitu bagaimana jika kita berbincang bincang sebentar tentang keadaan
ibu?Tujuannya supaya ibu lebih tenang bu dalam menghadapi keadaan
ini.Ibu mau berapa lama kita berbincang bincang?20 menit? Baiklah, ibu
mau berbincang bincang dimana supaya lebih nyaman? Di teras depan?
Baiklah, mari kita ke teras depan bu
2. Fase kerja
“Sekarang coba ibu jelaskan kenapa ibu masih tidak bisa menerima suami
ibu telah meninggal? Saya mengerti ibu sangat sulit untuk menerima
kenyataan ini, tapi coba ibu pikir jika ibu pulang ke rumah nanti, ibu tidak
akan bertemu dengan suami ibu karena beliau memang sudah meninggal
bu, itu sudah menjadi kehendak Allah. Ibu sebenarnya hidup matinya
seseorang itu sudah diatur oleh Allah bu dan meninggalnya suami ibu juga
merupakan kehendak-Nya sebagai Maha Pemilik Hidup bu. Tidak ada
satu orang pun yang dapat mencegahnya, termasuk saya ataupun ibu
sendiri.Apa ibu paham? Sekarang ibu tidak perlu kesal atau marah, oh iya
bubagaimana kalau untuk mengurangi rasa kesal ibu, ibu melakukan
teknik relaksasi yang saya lakukan.Sekarang ibu coba tarik napas yang
dalam tahan sebentar kemudian ibu hembuskan perlahan lahan.Iya bagus
begitu bu.
3. Fase Terminasi
“bisa memahami kondisi ibu? Nah, setiap kali ibu merasa kesal atau ibu
merasa ingin marah dan setiap kali ibu merasa tidak terima dengan
kenyataan, ibu dapat mengingat perbincangan kita hari ini, ibu juga dapat
melakukan teknik relaksasi yang sudah saya ajarkan. Nah, sesuai dengan
kontrak kita tadi kita berbincang bincang selama 20 menit dan sekarang
sudah 20 menit bu. Bu, kapan ibu mau kita lanjutkan perbincangan lagi?
Bagaimana kalau besok kita membicarakan hobi ibu? Ibu maunya
dimana ? Baiklah sekarang ibu istirahat dulu saya permisi ya bu”

 Pertemuan ke : 7
Srategi Pelaksaan (SP 7 Pasien)
1. Fase Orientasi
“selamat sore ibu.bagaimana perasaan ibu hari ini?seperti janji saya dua
hari yang lalu, sekarang saya datang untuk berbicara tentang perasaan ibu
.bagaimana kalau kita bicara disini? 30 menit saja,setuju bu?baiklah bu.”
2. Fase kerja
“ibu tampak agak ceria dan sangat berbeda dengan 2 hari yang lalu.saya
dengar ibu sudah banyak melakukan aktifitas.bagus,kegiatan apa lagi yang
sudah ibu rencanakan untuk mengisi waktu?saya percaya ibu dapat
kembali semangat dalam mengisi kehidupan ini.kapan ibu akan berziarah
kemakam suami ibu? Ibu sudah melihat foto-foto proses pemakaman
suami ibu? Ya, ibu tampak sudah semangat lagi.”
3. Fase Terminasi
“ibu,tidak terasa kita sudah lama berbicara.bagaimana perasaan ibu?
syukurlah,ibu jangan lupa dengan jadwal aktivitas dan waktu untuk
berziarah kemakam anak ibu.saya pamit ya,bu.sampai jumpa.

 Pertemuan ke : 8
Srategi Pelaksaan (SP 8 Pasien)
1. Fase Orientasi
“selamat sore ibu.bagaimana perasaan ibu hari ini?seperti janji saya yang
kemaren, sekarang saya datang untuk berbicaratentang perasaan
ibu.bagaimana kalau kitabicara disini? 30 menit saja,setuju bu?
baiklahbu.”
2. Fase kerja
“ibu tampak ceria dan.saya dengar ibu sudah banyak melakukan aktifitas
yang sudah ibu jadwalkan sebelumnya?"bagus bu kegiatan apa lagi yang
sudah ibu rencanakan untuk mengisi waktu?saya percaya ibu pasti bisa
melewati ini semua.
3. Fase Terminasi
“ibu,tidak terasa kita sudah lama berbicara.bagaimana perasaan ibu
setelah melakukan kegiatan hari ini dan berbincangbincang dengan saya?
syukurlah,ibu jangan lupa dengan jadwalaktivitas yang sudah ibu buat?
bagus.
4. Kontrak
Besok saya akan kembali lagi kesini untuk melihat kondisi ibu,apakah
boleh?"bagus Besok ibuk mau ketemu di tempat mana?apa tetap disini
atai di tempat lain?baiklah, kira-kira berapa lama waktu yg ibu berikan
buat besok? Baiklah 30 menit ya? Baiklah bu saya pamit dlu bu sampai
jumpa.
 Pertemuan ke : 9 (SP 1 Keluarga)
Srategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu...” bicara disini? 30 menit saja,setuju bu?
baiklahbu.”
b. Evaluasi / Validasi
“Apa benar dengan keluarga mbak A? Kalau boleh tau dengan ibu
siapa yaa?”
c. Kontrak
Topik : “Jadi untuk hari ini, saya akan menjelaskan beberapa hal
yang berkaitan dengan kondisi mbak A ”
Waktu : “Untuk waktunya sekitar 10-15 menit saja yaa Bu”
Tempat : “Untuk tempat enaknya kita berbincang dimana Bu?”
2. Fase Kerja
“Jadi begini bu… apakah ibu mengetahui bagaimana kondisi mbak A
sekarang?” “Jadi mbak A sekarang mengalami berduka disfungsional.
Perasaan kehilangan yg berkepanjangan ” “Apabila masalah berduka
disfungsional ini tidak diatasi maka seseorang bisa terus menyangkal
dan menyalahkan Tuhan” “Untuk menghadapi keadaan yang demikian
ibu dan keluarga lainnya harus sabar menghadapi Nn. A. dan untuk
merawat Nn. A, keluarga perlu melakukan beberapa hal. Pertama,
keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan Nn.A yang
caranya adalah bersikap peduli dengan Nn. A. Kedua, keluarga perlu
memberikan semangat dan dorongan kepada Nn. A untuk mengurangi
kesedihannya. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi
pasien. “Selanjutnya, jangan biarkan Nn. A sendiri. Buat rencana atau
jadwal bercakap-cakap dengan Nn. A. Misalnya, sholat bersama,
makan bersama, rekreasi bersama, melakukan kegiatan rumah
bersama.” “Nah, bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk
melakukan semua cara itu?
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien Terhadap Tindakan Keperawatan
 Evaluasi Klien (Subjektif)
“Coba ibu ulangi lagi apa yang dimaksud dengan berduka
disfungsional dan tahabtahabnya” “Selanjutnya bisa ibu
sebutkan kembali cara mendukungnya?

 Evaluasi klien (objektif)


Klien mengetahui apa yang dimaksud dengan disfungsional dan
bagaimana tanda dan gejalanya. Klien mampu meperagakan
kembali bagaimana cara merawat klien dengan masalah
disfungsional.
b. Tindak Lanjut Klien
“nanti jika bertemu dengan Nn. A coba ibu lakukan. Dan tolong
ceritakan kepada semua keluarga agar mereka juga melakukan hal
yang sama”
c. Kontrak Yang Akan Datang
Topik : “Bagaimana jika pertemuan yang akan datang kita
mempraktekkan langsung dengan Nn. A ”
Waktu : “Baiklah bu, kita akan bertemu besok lagi. Apakah ibu
setuju?”
Tempat : “Untuk tempat kita mencoba di luar ruangan saja.
Bagaimana bu? Atau ibuingin di tempat lain?”
 Pertemuan ke : 10
Srategi Pelaksaan (SP 2 Keluarga)
1. Fase Orientasi
“Selamat pagi bu saya perawat A yang kemarin datang kesini pasti ibu
masih ingat dengan saya kan bu? Bagaimana keadaan ibu hari ini?
Baik- baik saja ya bu, alhamdulilah kalau begitu. Saya akan menemani
ibu hari ini selama 20 menit kedepan ya bu. Bisa kita berbincang
bincang bu? Disini saja ataukah ibu mau kita berbincang bincang
dihalaman depan seperti pertemuan kita sebelumnya bu? Oh baiklah
disini saja ya bu.”
2. Fase kerja
“Sekarang apakah ibu sudah benar-benar bisa menerima keadaan
bahwa suami ibu sudah meninggal bu? Baiklah alhamdulillah kalau
memang sekarang ibu sudah bisa menerima keadaan. Iya bu memang
hakikatnya manusia itu pasti akan meninggal apabila ibu merasakan
kegelisahan lagi saat melihat keadaan yang sekarang ibu bisa lebih
banyak beristighfar dan lebih banyak mendoakan suami ibu agar
tenang disana dan diberikan tempat yang terbaik. Dan ibu juga bisa
melakukan relaksasi dengan senam seperti yang saya ajarkan dan yang
sudah dilakukan ibu dihari yang lalu ya bu,supaya ibu bisa rileks.”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana bu perasaan ibu sekarang setelah kita berbincang-
bincang? Baiklah ibu sudah sangat baik ya bu kondisinya. Apabila ibu
mengalami kegelisahan ataupun ketidaknyamanan ibu bisa melakukan
yang saya sarankan dan kita perbincangkan tadi ya bu. Baiklah bu

saya mohon pamit dulu kita bisa bertemu lagi dilain waktu, ibu
sekarang silahkan beristirahat. Sampai jumpa bu.”
3.6 Evaluasi
PENILAIAN KEMAMPUAN KLIEN DAN KELUARGA KLIEN DENGAN
MASALAH BERDUKA DISFUNGSIONAL
Nama klien : ………………………..
Ruangan : ………………………..
Nama perawat : ………………………..
Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda (√) jika klien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah
ini.
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi

NO KEMAMPUAN TANGGAL

A. Pasien
1. Mampu mengenali peristiwa
kehilangan yang dialami klien
2. Mampu memahami hubungan antara
kehilangan yang dialami dengan
keadaan dirinya
3. Mampu mengidentifikasi cara-cara
mengatasi berduka yang dialaminya
4. Mampu memanfaatkan faktor
pendukung
B. Keluarga
1. Mampu mengenal masalah kehilangan
dan berduka
2. Mampu memahami cara merawat
klien berduka berkepanjangan
3. Mampu mempraktikkan cara merawat
klien berduka disfungsional
4. Mampu memanfaatkan sumber yang
tersedia di masyarakat
BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

4.1. Trigger Case


Ny Z 67 tahun mengatakan tidak dapat tidur, tidak napsu makan dan tidak memiliki
semangat hidup. Pasien mengatakan dulu sejak suaminya masih hidup pasien aktif di
kegiatan kemasyarakatan seperti pos yandu lansia maupun mengikuti kegiatan keagamaan
di masjid. Pasien juga mengatakan saat ini yang difikirkan hanya mendiang suaminya
pasien mengatakan setiap hari mengunjungi makam suaminya karena dengan mengunjungi
makan perasaannya menjadi tenang karena dapat mencurahkan semua yang dirasakan
sejak ditinggal suami.Bila teringat suami pasien hanya bisa menangis Penampilan bersih
dan rapih ekspresi wajah pasien tampak sedih, kelopak mata menghitam dan pada saat
bercerita suaminya pasien menangis dengan suara lirih.

4.2. PENGKAJIAN

4.2.1. IDENTITAS
Nama : Ny. Z
Umur : 67 tahun
Jenis kelamin : perempuan.
Status pernikahan : Sudah Menikah
4.2.2. ALASAN MASUK
Keluhan Utama : mengatakan tidak dapat tidur, tidak napsu makan dan tidak memiliki
semangat hidup.

4.2.3. FAKTOR PREDISPOSISI


1) Riwayat Penyakit Terdahulu :
Baik pasien maupun keluarga pasien tidak mangatakan riwayat penyakit dahulu
2) Pengobatan sebelumnya :
Pasien tidak melakukan pengobatan sebelumnya
3) Kekerasan dalam keluarga :
Pasien tidak mengatakan adanya kekerasan dalam keluarga

Masalah Keperawatan :

O Perubahan pertumbuhan dan perkembangan O sindroma trauma perkosaan


O Berduka antisipasi O Risiko tinggi kekerasan

O Berduka disfungsional O Tidak Terkaji

O Respon pasca trauma O Lain – Lain

-Anggota keluarga yang gangguan jiwa?


O Ada O Tidak ada

Bila ada : -

Hubungan keluarga : Klien mengatakan tidak ada

Gejala : Klien mengatakan tidak ada

Riwayat pengobatan : Klien mengatakan tidak ada

Masalah Keperawatan :

O Koping keluarga tidak efektif : Ketidakmampuan

O risikoTinggi Kekerasan

O Koping keluarga tidak efektif : Kompromi O Lain-lain, jelaskan : Tidak ada


masalah keperawatan jiwa pada
keluarga klien

- Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?

Pasien mengatakan tidak ada masa lalu yang tidak menyenangkan.

Masalah Keperawatan :

O Perubahan pertumbuhan dan perkembangan O Respon pasca trauma

O Berduka antisipasi O Sindroma trauma perkosaan

O Berduka disfungsional O Lain-lain, jelaskan...........

4.2.4. PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda vital : Tidak dikaji

2. Ukuran : Tidak dikaji


3. Keluhan fisik : Pasien mangatakan tidak dapat tidur

Jelaskan : Karena selalu mengingat suaminya yang sudah meninggal

Masalah Keperawatan :

O Insomnia O Lain-lain, jelaskan...........

4. Pemeriksaan Fisik (Fokus) : Tidak Terkaji

5. Pola Kesehatan : Tidak Terkaji

Masalah Keperawatan :

O Risiko tinggi perubahan suhu tubuh O Perubahan perlindungan

O Defisit Volume cairan O Kerusakan integritas jaringan

O Perubahan Volume cairan O Perubahan membran mukosa oral

O Risiko tinggi terhadap infeksi O Kerusakan integritas kulit

O Perubahan nutrisi: < kebutuhan tubuh O Perubahan eliminasi feses

O Perubahan nutrisi : > kebutuhan tubuh O Perubahan pola eliminasi uri

O Perubahan nutrisi : Potensial > kebutuhan tubuh O Lain-lain, jelaskan : Tidak Ada

4.2.5. Genogram
4.2.6. Konsep Diri

a. Gambaran diri : Setiap pasien teringat suaminya, pasien selalu menangis,


kelopak mata menghitam
b. Identitas diri : Pasien mengatan tidak bersemangat lagi semenjak
ditinggal suaminya meninggal
c. Peran : Tidak terkaji
d. Ideal diri : pasien mengatakan
e. Harga diri :klien merasa hidupnya sudah tidak bermakna lagi, dan klien marah
pada diri sendiri mengapa ia melakukan kesalahan besar.

Masalah Keperawatan :

O Pengabaian unilateral O Harga diri rendah kronik

O Gangguan citra tubuh O Harga diri rendah situasi

O Gangguan identitas diri O Lain-lain, jelaskan ....................

3. Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti : tidak terkaji


b. Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat : Pasien mengatakan dulu sejak suaminya masih
hidup pasien aktif kegiatan kemasyarakatan seperti posyandu lansia maupun kegiatan
masyarakat lain di masjid
c. Hambatan dalam berhbungan dengan orang lain : Tidak terkaji

Masalah Keperawatan :

O Kerusakan komunikasi O Isolasi sosial

O Kerusakan interaksi sosial O Lain-lain, jelaskan : Tidak terkaji

4. Spiritual:

a. Nilai dan keyakinan : Tidak terkaji


b. Kegiatan Ibadah : Tidak terkaji

Masalah Keperawatan :

O Disstress spiritual

O Lain-lain, jelaskan : Tidak terkaji

4.2.7. STATUS MENTAL

1. Penampilan :
Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, mandi, makan, toilet training dan
pemakaian sarana prasarana atau instrumentasi dalam mendukung penampilan, apakah klien :

O Tidak rapi O Penggunaan pakaian tidak sesuai

O Cara berpakaian tidak seperti biasanya O Lain-lain, jelaskan penampilan pasien


bersih dan rapi.

Masalah Keperawatan :

O Sindroma defisit perawatan diri ( makan, mandi, toilet training, instrumentasi )

O Lain – lain, jelaskan: Tidak terkaji

2. Pembicaraan :
O Cepat O Keras O Gagap

O Inkoherensi O Apatis O Lambat

O Membisu O Tidak mampu memulai pembicaraan

O Lain-lain, jelaskan

Jelaskan : Pada saat berbicara pasien tampak sangat lirih

Masalah Keperawatan :
O Kerusakan Komunikasi O Kerusakan kom.verbal O Lain-lain jelaskan

3. Aktifitas Motorik
O Lesu O Tegang O Gelisah

O Agitasi TIK O Grimas O Tremor

O Kompulsif O Lain – lain, jelaskan :

Masalah Keperawatan :

O Risiko tinggi cidera

O Kerusakan mobilitas fisik

O Defisit aktivitas deversional/hiburan

4. Afek dan Emosi


a. Afek :
O Datar O Tumpul O Labil
O Tidak sesuai O Lain-lain, jelaskan sedih
Jelaskan : , saat pasien bercerita terlihat sangat sedih

Masalah Keperawatan :

O Risiko tinggi cidera O Kerusakan komunikasi verbal

O Kerusakan komunikasi O Kerusakan interaksi sosial

O Lain-lain, jelaskan...

b. Alam perasaan ( emosi ) :


O Sedih O Ketakutan O Putus asa
O Kuatir O Gembira OLain–lain,jelaskan

Masalah keperawatan :

O Risiko tinggi cidera O Risiko diri menciderai diri

O Risiko diri menganiaya diri O Ansietas


O Ketakutan O Isolasi sosial

O Ketidakberdayaan O Risiko tinggi mutilasi diri

O Lain-lain, jelaskan : ………………………

5. Interaksi selama wawancara :


O Bermusuhan O Tidak kooperatif

O Mudah tersinggung O Kontak mata kurang

O Defensif O Curiga

O Lain-lain, Jelaskan : ………………………………

Masalah Keperawatan :

O Kerusakan komunikasi O Risiko tinggi penganiayaan diri

O Kerusakan interaksi sosial O Risiko tinggi mutilasi diri

O Isolasi sosial O Risiko tinggi kekerasan

O Risiko membahayakan diri O Lain-lain, jelaskan......................................

6. Persepsi – Sensori :
Apakah ada gangguan :

O ada O tidak ada

Halusinasi :

O Pendengaran O penglihatan O Perabaan

O pengecapan O penghidu O tidak ada

Illusi :

O ada O Tidak ada O lain-lain, jelaskan : ................

Masalah Keperawatan :
O Perubahan Persepsi Sensori (pendengaran, penghilatan, perabaan, pengecapan, penghidu)
O lain-lain, jelaskan : tidak ada perubahan sama sekali pada pasien. Pasien masih bisa
mendengar, melihat, meraba, dan pengecapan.

Masalah keperawatan : tidak ada

7. Proses Pikir:
a. Proses Pikir ( Arus dan Bentuk Pikir ) :
O Sirkumtasial O Tangensial O Blocking

O Kehilangan asosiasi O Flight of idea O Pengulangan pembicaraan/perseverasi

O lain-lain, jelaskan

Jelaskan : …………………………………………………………………….

b. Isi Pikir :
O Obsesi O Hipokondria O Depersonalisasi

O Pikiran Magis O Ide terkait

Waham :

O Agama O Somatik O Kebesaran

O Curiga O Nihilistik O Sisip pikir

O Siar pikir O Kontrol Pikir O Lain –lain, jelaskan : .................

Jelaskan :

Masalah Keperawatan : O Perubahan proses pikir, jelaskan ..........................

8. Tingkat Kesadaran :
O Bingung O Sedasi O Stupor

O Lain-lain, jelaskan ...................................

Adakah gangguan orientasi ( disorientasi ) :

O Waktu O Orang O Tempat


Jelaskan : tingkat kesadarn pasien normal pada saat pengkajian

Masalah Keperawatan :

O Risiko tinggi cidera O Perubahan Proses pikir,

O Lain-lain, jelaskan .................................................................

9. Memori :
O Ganggun daya ingat jangka panjang O Gangguan daya jangka menengah

O Gangguan daya ingat jangka pendek O Koafabulasi

O Lain-lain, tidak ada gangguan pada memori pasien

Masalah Keperawatan :

O Perubahan proses pikir, jelaskan .............................

10. Tingkat konsentrasi dan berhitung :


O Mudah beralih O tidak mampu berkonsentrasi

O tidak mampu berhitung sederhana

O Lain-lain, tidak ada

Jelaskan : Tingkat konsentrasi dan berhitung klien normal/tidak ada masalah

Masalah Keperawatan :

O Perubahan proses piker, jelaskan ………. O Isolasi social

O Lain-lain,tidak ada masalah pada tingkat kosentrasi

11. Kemampuan penilaian :


O Gangguan ringan O gangguan bermakna

O Lain –lain, jelaskan ..............

Jelaskan : Kemampuan penilaian klien dalam batas normal


12. Daya tilik diri :
O Mengingkari penyakit yang diderita O Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

O Lain-lain, jelaskan .......................................................................................

Jelaskan : pasien sangat berduka atas kepergian suaminya

Masalah Keperawatan :

O Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik

O Perubahan proses pikir, jelaskan ................................................................

O Ketidakpatuhan O Lain-lain, jelaskan .....................................................

4.2.8. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG

1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan :


Kemampuan memenuhi kebutuhan Ya Tidak

Makanan 

Keamanan 

Peawatan kesehatan 

Pakaian 

Transportasi 

Tempat tinggal 

Keuangan 

Lain-lain 

Jelaskan : pasien mampu melakukan semua aktivitas secara mandiri.

Masalah Keperawatan :

O Perubahan pemeliharaan kesehatan O Perilaku mencari bantuan kesehatan

O Lain-lain, tidak ada

2. Kegiatan Hidup sehari-hari ( ADL ) :


a. Perawatan Diri :
Kegiatan hidup sehari- hari Bantuan Total Bantuan Minimal

Mandi

Kebersihan

Makan

Buang air kecil / BAK

Buang air Besar / BAB

Ganti pakaian

Jelaskan : pasien mampu melakukan perawatan diri dalalm kegiatan sehari-hari secara
mandiri.

Masalah Keperawatan :

O Perubahan pemeliharaan kesehatan O Sindroma deficit perawatan diri

O Perubahan eliminasi feses O Perubahan eliminasi urin

O Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah O Lain – lain

Jelaskan : ............................................................................................................

b. Nutrisi :

* Apakah anda puas dengan pola makan anda?

O Puas O Tidak puas

Bila tidak puas, jelaskan : pasien mengatakan tidak nafsu makan

* Apakah anda makan memisahkan diri ?

O Ya O Tidak

Bila ya, jelaskan : ...........................................................................................

* Frekuensi makan sehari : .......X

* Nafsu makan :
O Meningkat O Menurun

O Berlebihan O Sedikit – sedikit

* Berat Badan :

O Meningkat O Menurun

BB saat ini : .............

Jelaskan : ............................................................................................................

Masalah keperawatan :

O Perubahan Nutrisi : < kebutuhan tubuh

O Perubahan Nutrisi : > kebutuhan tubuh

O Perubahan Nutrisi : potensial > kebutuhan tubuh

O Lain – lain, jelaskan .......................................................................................

c. Tidur :

* Apakah ada masalah tidur?

O Tidak ada O Ada, pasien mengatakan tidak dapat tidur

* Apakah merasa segar setelah bangun tidur?

O Segar O Tidak segar. Dikarnakan pasien tidak bisa tidur dimalam hari

* Apakah ada kebiasaan tidur siang?

O Ya, lamanya : ....jam, O Tidak

* Apakah ada yang menolong anda mempermudah untuk tidur?

O Ada, jelaskan : .................... O Tidak ada

* Tidur malam jam : - bangun jam : - rata – rata tidur malam : - jam
* Apakah ada gangguan tidur?

O Sulit untuk tidur O Bangun terlalu pagi

O Samnambulisme O Terbangun saat tidur

O Gelisah saat tidur O Berbicara saat tidur

O Lain – lain, jelaskan : .........................................

Jelaskan.........................................................................................................

Masalah Keperawatan : O Gangguan Pola Tidur, karena pasien masih teringat dengan
suaminya.

3. Kemampuan klien dalam hal – hal berikut ini :


- Mengantisipasi kehidupan sehari – hari : O Ya O Tidak
- Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri : O Ya O Tidak
- Mengatur penggunaan obat : O Ya O Tidak
- Melakukan pemeriksaan kesehatan : O Ya O Tidak
Jelaskan : ......................................................................................................

Masalah Keperawatan :

O Konflik pengambilan keputusan O Ketidakpatuhan

O Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik

O Lain-lain, jelaskan.............................

4. Klien memiliki sistem pendukung :


- Keluarga : O Ya O Tidak - Teman sejawad : O Ya O Tidak

- Terapis : O Ya O Tidak - Kelompok Sosial : O Ya O Tidak

Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

O Perilaku mencari bantuan kesehatan O Lain –lain, jelaskan ...............................


5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi?

O Ya/menikmati

O Tidak menikmati, pasien mengatakan saat ini yang difikirkan adalah mendiang suaminnya

Masalah keperawatan:

O Defisit aktifitas devesional/hiburan O Lainnya, jelaskan.

4.2.9. MEKANISME KOPING

Adaptif Mal adaptif

x Bicara dengan orang lain x Minum alkohol

X Mampu menyelesaikan masalah x Reaksi lambat/berlebihan

X Tehnik relaksasi x Bekerja berlebihan

X Aktifitas konstruktif  Menghindar

X Olah raga x Menciderai diri

Lain - lain Lain - lain

Jelaskan : ......................................................................................................

Masalah keperawatan :

O Kegiatan penyesuaian O Koping individu tidak efektif ( defensif )


O Koping individu tidak efektif ( menyangkal )

O lain – lain, jelaskan…

4.2.10. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

O Masalah dengan dukungan kelompok, pasien tidak pernah bercerita pada orang lain

O Masalah berhubungan dengan lingkungan, sejak suaminy meninggal pasien jarang berinteraksi
dengan orang disekitarnya

O Masalah dengan pendidikan, spesifiknya ......................................................

O Masalah dengan pekerjaan, pasien selalu memfikirkan suaminya jadi pasien sudah jarang
melakukan pekerjaannya

O Masalah dengan perumahan, spesifiknya .....................................................

O Masalah dengan ekonomi, spesifiknya ..........................................................

O Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya .......................................

O Masalah spiritual spesifiknya ..................................................

Masalah Keperawatan :

O perubahan pemeliharaan kesehatan O enuresis maturasi

O perubahan pada eliminasi urin O ketidakberdayaan

O perubahan pada eliminasi urin ( retensi uri ) O keputusasaan

O perubahan pada eliminasi urin ( inkontinensia total ) O perubahan kinerja peran

O perubahan eliminasi urin(inkontinensia disfungsional) O sindroma stres relokasi

O perubahan eliminasi urin(inkontinensia refleks) O Perilaku mencari bantuan

O perubahan eliminasi urin(inkontinensia stres) O gangguan konsep diri

O gangguan konsep diri ( Gg. Citra tubuh )

O gangguan konsep diri ( Gg. Identitas diri )

O gangguan konsep diri ( gg. Harga diri )

O gangguan konsep diri ( gg. Harga diri rendah kronik )

O gangguan konsep diri ( Gg. Harga diri rendah situasional )


O lain – lain, jelaskan ............................................................................................

4.2.11. PENGETAHUAN KURANG TENTANG

Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang tentang suatu
hal?

O Penyakit/gangguan jiwa O sistem pendukung

O faktor presipitasi O koping

O penyakit fisik O obat – obatan Olain-lain, jelaskan............................................

Jelaskan : .........

Masalah Keperawatan :

O perilaku mencari bantuan kesehatan

O penatalaksanaan terapeutik tidak efektif

O ketidakpuasan

O kurang pengetahuan ( spesifiknya ) klien tidak memahami nutrisi yang seimbang dan latihan
fisik yang baik.

4.2.12. ASPEK MEDIS

Diagnosa medik :

Terapi medik :

Masalah Keperawatan :

O efek terapi obat-obatan O efek terapi anti ansietas

O efek merugikan terapi anti depresi O efek terapi anti spikotik

O Masalah kolaboratif/potensial komplikasi: multisistem, spesifiknya....................


4.3. ANALISA DATA
No. Data Masalah
1. DS: Berduka SDKI D.0081
1. Pasien mengatakan tidak memiliki
semangat hidup
2. Pasien mengatakan saat ini yang dipikir
hanya mendiang suaminya
3. Pasien mengatakan setiap hari
mengunjungi makam suaminya

DO:
1. Pasien tampak sedih dan kelopak mata
terlihat menghitam

2. DS:
1. Pasien mengatakan tidak dapat tidur Koping Tidak Efektif SDKI
2. Pasien mengatakan menyesal ditinggal D.0096
suaminya
3. Pasien mengatakan setelah kepergian
suaminya tidak aktif dikegiatan
kemasyarakatan

DO:
1. Kelopak mata pasien terlihat menghitam
2. Pasien terlihat lemas
3. DS: Harga Diri Rendah
Pasien mengatakan dulu saat ada suaminya Situasional SDKI D.0087
pasien aktif mengikuti posyandu lansia maupun
mengikuti kegiatan keagamaan

DO:
Terlihat pasien tidak mau bersosialisasi saat
melakukan pengkajian

4.4. Diagnosis

1. Berduka b.d kematian anggota keluarga atau orang yang berarti


2. Koping tidak efektif b.d krisis situasional
3. Harga Diri Renda Situasional b.d riwayat kehilangan

4.5. Intervensi

N DIAGNO TUJUAN KRITERIA INTERVENS RASIONAL


O SA EVALUASI I
Berduka TUM : Klien mampu 1. Bina Hubungan
disfungsio
klien dapat membina hubungan saling
nal
memahami hubungan saling saling percaya. percaya
dan percaya dengan 2. Jelaskan merupakan
menerima perawat, dengan proses langkah awal
keadaan kriteria hasil : berduka. menentukan
kehilangan 1. Membalas 3. Beri keberhasilan
yang dialami sapaan perawat kesempatan rencana
TUK 1 : 2. Ada kontak kepada selanjutnya
1. Klien mata pasien untuk sehingga
dapat 3. Mau berjabat mengungkapk dapat terbina
membina tangan an hubungan
hubungan 4. Mau perasaannya. saling
saling menyebutkan 4. percaya dank
percaya nama Mendengarkan lien lebih
2. Klien 5. Mampu dengan penuh terbuka
mampu mengutarakan perhatian. merasa aman
mengungkap masalah yang 5. Secara dan mau
kan dihadapi verbal dukung berinteraksi
perasaan pasien,tapi
berduka. jangan dukung
pengingkaran
yang
dilakukan.
6. Teknik
komunikasi
diam
dan sentuhan.
7. Perhatikan
kebutuhan
dasar pasien
TUK 2 : 1. Klien mau 1. Dorong dan Mengungkap
1. Klien berbagi masalah beri waktu kan dan
dapat 2. Klien mampu kepada pasien mengatasi
mengungkap mengatasi untuk masalah
kan masalah dengan mengungkapk dengan
kemarahanny baik an kemarahan koping
a secara 3. Klien mampu secara verbal adaptif
verbal mengatasi tanpa melawan merupakan
2. Klien kemarahan dengan langkah yang
dapat dengan hal yang kemarahan, sangatbaik
mengatasi positif 2. Bantu dalam
kemarahan pasien atau pengontrolan
nya dengan keluarga untuk kemarahan.
koping yang mengerti
adaptif bahwa marah
adalah respon
yang normal
karena
merasakan
kehilangan
dan
ketidakberday
aan,
3. Fasilitasi
ungkapan
kemarahan
pasien dan
keluarga,
4. Hindari
menarik diri
dan dendam
karena
pasien
/keluarga
bukan marah
pada perawat,
5. Tangani
kebutuhan
pasien
pada segala
reaksi
kemarahan
nya.
TUK 3 : Klien mampu 1. Bantu Dengan
Klien dapat mengidentifikasi pasien untuk berbagi
mengidentifi depresi, mengidentifika masalah dan
kasi rasa mengurangi rasa si rasa mengetahui
bersalah dan bersalah dan bersalah dan masalah yang
perasaan perasaan takut, rasa takutnya, dialami klien
takutnya dengan kriteria 2. Dengarkan makaakan
hasil : dengan penuh menjadi
1. Klien merasa perhatian, terbuka dan
tenang 3. Ajak pasien merasa
2. Klien merasa bicara untuk dirinya
aman tanpa rasa mengurangi dipedulikan
takut rasa bersalah
dan ketakutan
yang tidak
rasional,
4. Berikan
dukungan
spiritual
TUK 4 : 1. Klien mampu 1. Dorong Reinforceme
1. Klien berhubungan klien untuk n dapat
dapat dengan mau meningkatka
kembali keluarganya berinteraksi n harga diri
berinteraksi 2. Klien mampu dengan baik
dan mengatasi dengan
berkumpul kesedihan yang keluarga
dengan orang dialami dengan 2. Dorong
lain terutama mendapatkan klien untuk
dengan dukungan dari tidak
keluarganya keluarga mengunci
2. Klien dirinya di
mampu dalam
mengatasi kamarnya
kesedihan 3. Bantu klien
dengan dan keluarga
mendapatkan agar semakin
dukungan dekat agar
dari keluarga keluarga dapat
dan orang memberikan
terdekat dukungan
lainnya yang optimal
kepada klien
dan klien
dapat
menerima
dukungan dari
keluarga
dengan baik.
TUK 5 : Klien mampu 1. Identifikasi Agar klien
1. Klien mengidentifikasi tingkat depresi lebih
dapat depresi, dan bantu mengenal
mengidentifi mengurangi rasa mengurangi dirinya
kasi tingkat bersalah dan rasa bersalah dengan baik
depresi menghindari 2. Berikan dan
2. Klien merusak diri kesempatan menemukan
dapat dengan kriteria kepada pasien cara
mengurangi hasil : untuk mengatasi
rasa 1. Klien dapat mengekspresik masalah
bersalahnya menyebutkan an sesuai
3. Klien depresi yang kesedihannya dengan
dapat dialami 3. Beri kehendak
menghindari 2. Klien dapat dukungan non hatinya
tindakan mengurangi rasa verbal dengan
yang dapat bersalahnya cara duduk
merusak diri pada keluarga disamping
3. Klien pasien dan
mengevaluasi memegang
tindakan selama tangan pasien
menghadapi 4. Bersama
masalah pasien bahas
pikiran negatif
yang sering
timbul Latih
pasien dalam
mengidentifika
si halpositif
yang masih
dimiliki
TUK 6 1. Klien mampu 1. Dorong dan Agar pasien
Klien dapat untuk beri waktu merasa lega
mengungkap mengungkapkan kepada pasien dan tidak
kan masalah untuk terbebani
kemarahan 2. Klien mampu mengungkapk oleh masalah
nya secara mengatasi an kemarahan
verbal dan masalah dengan secara verbal
klien dapat koping adaptif tanpa melawan
mengatasi dengan
kemarahan kemarahan.
nya dengan 2. Bantu
koping yang pasien atau
adaptif. keluarga untuk
mengerti
bahwa marah
adalah respon
yang normal
karena
merasakan
kehilangan
dan
ketidakberday
aan.
3. Fasilitasi
ungkapan
kemarahan
pasien dan
keluarga.
4. Hindari
menarik diri
dan
dendam
karena
pasien
/keluarga
bukan marah
pada perawat.
5. Tangani
kebutuhan
pasien pada
segala reaksi
kemarahan
nya
TUK 7 : 1. Klien mampu 1. Sediakan Agar
1. Klien menerima waktu untuk pemikiran
dapat kehilangan yang mengunjungi klien menjadi
menerima dialaminya pasien secara jernih dan
kehilangan 2. Klien mampu teratur kehidupanny
2. Klien berinteraksi dan 2. Bantu klien a penuh
dapat berkumpul untuk berbagi makna
bersosialisasi dengan keluarga rasa ,karena karena
lagi dengan dan orang lain biasanya tiap banyak
keluarga atau anggota tidak seseorang
orang lain berada ditahap yang peduli
yang sama terhadap
pada saat yang kehidupanny
bersamaan. a
3. Bantu
pasien dalam
mengidentifika
si rencana
kegiatan yang
akan
dilakukan
setelah masa
berkabung
telah dilalui.
4. Jika
keluarga
mengikuti
proses
pemakaman,ha
l yang dapat
dilakukan
adalah ziarah
(menerima
kenyataan),
melihat foto-
foto proses
pemakaman.
TUK 8 : 1 Klien dapat 1. Agar klien
1 Klien dapat menerima Mengevaluasi mampu
menerima kehilangan kegiatan yang mengasah
kehilangan dengan rasa lega lalu ketrampilan
2 Klien dapat tanpa adanya 2. Bantu klien dibidang lain
bersosialisasi beban untuk berbagi dan
lagi dengan 2 Klien mampu perasaan. mampu untuk
keluarga bercanda gurau 3. Bantu bangkit
dengan keluarga pasien dalam
untuk mengidentifika
menghilangkan si rencana
beban pikiran. kegiatan yang
akan
dilakukan
setelah masa
berkabung
telah dilalui.
TUK 9 : 1. Keluarga 1. Bina Agar klien
1. Klien dapat : hubungan mampu
dapat - Menjelaskan saling percaya mengatasi
memanfaatka perasaannya dengan masalah
n system - Menjelaskan keluarga secara
pendukung. cara merawat - mandiri dan
2. Klien klien berduka Mengucapkan menemukan
dapat disfungsional salam arti dirinya
menyusun - terapeutik sendiri dalam
caracara Mendemonstrasi - Menjelaskan menghadapi
menyelesaika kan cara tujuan masalah
n masalah perawatan klien interaksi dan
yang berduka membuat
dihadapi disfungsional kontak waktu,
- Berpartisipasi topik dan
dalam perawatan tempat
klien berduka 2.
disfungsional Mendiskusika
n pentingnya
peran keluarga
sebagai
pendukung
untuk
mengatasi
kesedihan
3.
Mendiskusika
n potensi
keluarga untuk
membantu
klien
mengatasi
kesedihan
4.
Memberikan
pendidikan
kesehatan
pada keluarga
tentang
pentingnya
dukungan
keluarga bagi
pasien
5. Latih
keluarga cara
memberi
dukungan
pada klien
TUK 10 : 1. Klien mampu 1. Gunakan Agar klien
1. Klien menerima komunikasi mampu
dapat terhadap terapeutik melanjutkan
menerima kematian/kehilan dalam aktivitasnya
sepenuhnya gan dengan rasa membangun dengan baik
Terhadap lega hubungan
kematian 2. Klien mampu saling percaya
orang mengontrol 2. Dorong
terdekat atau emosinya partisipasi
keluarganya dengan baik terkait dengan
2. Klien 3. Klien mampu keterlibatan
dapat tetap beraktivitas keluarga dan
menjaga sehari-hari orang terdekat
emosinya secara baik lainnya untuk
dengan baik tetap
3. Klien memberikan
dapat suport kepada
melanjutkan klien
aktivitas 3. Bantu klien
sehari hari untuk tetap
dengan baik bisa menjaga
emosinya
dengan baik
4. Bantu klien
untuk lebih
meningkatkan
kebutuhan
spiritualnya

4.6. Implementasi

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) BERDASARKAN PERTEMUAN


SP 1 Pasien
f) Bina hubungan saling percaya dengan klien
o Mengucapkan salam terapeutik
o Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
g) Identifikasi tanda berduka, seperti syok, penyangkalan, rasa marah, dan
kesedihan.
h) Secara verbal dukung pasien, tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukan
i) Gunakan teknik komunikasi diam dan sentuhan, Perhatikan kebutuhan dasar
pasien
j) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
SP 2 Pasien :
f) Evaluasi kemajuan keadaan klien
g) Anjurkan untuk mengekspresikan kemarahan, duka cita, rasa bersalah, dan
ketakutan diantara klien, orang terdekat, dan teman. Dengarkan setiap perkataan
klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat menghakimi.
h) Dorong pasien untuk mengekspresikan rasa marah sehingga pasien dapat
mengungkapkan secara langsung kepada objek atau orang pribadi yang
dimaksud.
i) Bantu pasien untuk mengeluarkan kemarahan yang terpendam dalam aktivtas
motorik kasar.
j) Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
SP 3 Pasien :
f) Mengevaluasi kegiatan yang lalu
g) Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya,
h) Dengarkan dengan penuh perhatian,
i) Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak
rasional,
j) Berikan dukungan spiritual
SP 4 Pasien
d) Dorong klien untuk mau berinteraksi dengan baik dengan keluarga b) Dorong
klien untuk tidak mengunci dirinya di dalam kamarnya
e) Bantu klien dan keluarga agar semakin dekat agar keluarga dapat memberikan
dukungan yang optimal kepada klien dan klien dapat menerima dukungan dari
keluarga dengan baik.
f) Atur kunjungan oleh individu yang mengalami gangguan serupa
SP 5 Pasien
g) Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah
h) Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannya
i) Beri dukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan memegang
tangan pasien
j) Hargai perasaan pasien
k) Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul
l) Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki
SP 6 Pasien
f) Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara
verbal tanpa melawan dengan kemarahan.
g) Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yang
normal karena merasakan kehilangan dan ketidak berdayaan.
h) Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga.
i) Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada
perawat.
j) Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya
SP 7 Pasien
e) Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur
f) Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak berada
ditahap yang sama pada saat yang bersamaan.
g) Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana kegiatan yang akan dilakukan
setelah masa berkabung telah dilalui.
h) Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang dapat dilakukan adalah
ziarah (menerima kenyataan), melihat foto-foto proses pemakaman.
SP 8 Pasien
d) Mengevaluasi kegiatan yang lalu
e) Bantu klien untuk berbagi perasaan.
f) Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana kegiatan yang akan dilakukan
setelah masa berkabung telah dilalui.
SP 1 Keluarga
f) Bina hubungan saling percaya dengan klien
o Mengucapkan salam terapeutik
o Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
g) Mendiskusikan pentingnya peran keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi
kesedihan
h) Mendiskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi kesedihan
i) Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang pentingnya dukungan
keluarga bagi pasien
j) Latih keluarga cara memberi dukungan pada klien
SP 2 Keluarga
4. Dorong partisipasi terkait dengan keterlibatan keluarga dan orang terdekat
lainnya untuk tetap memberikan suport kepada klien
5. Bantu klien untuk tetap bisa menjaga emosinya dengan baik
6. Bantu klien untuk lebih meningkatkan kebutuhan spiritualnya (richard
oliver ( dalam Zeithml. 2021).

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) pada klien dengan Berduka


disfungsional
 Pertemuan ke-1
Strategi Pelaksanaan (SP 1 Pasien)
1. Fase Orientasi
“selamat pagi, Ny.N bagaimana perasaan ibu sekarang? Perkenalkan buk Saya
perawat A jadi buk hari ini saya akan membantu ibu untuk melewati masalah
ibu.Bagaimana ibu apa ibu punya waktu sekitar 10-15 menit. Saya akan
menemaniibu sampai kemakam sampai prosesi pemakaman nya selesai ya bu.”
2. Fase kerja
“apakah ibu mau menyampaikan sesuatu? Baiklah ibu saya paham dengan
perasaan ibu saat ini,ibu sedih dan kita semua disini juga sedih, tapi semua itu
sudah kehendak dari yang kuasa, kita sebagai manusia hanya bisa berserah diri
dan menerima semuaini, ibu mau minum? Saya ambilkan... ya. Bagaimana
dengan makan?coba sedikit ya bu,agar ibu tidak lemas,”apakah ibu mau
kemakam? Baiklah akan saya temani ya bu...
3. Fase Terminasi
“setelah kembali dari makam,bagaimana perasaan ibu? Ibu masih tampak
tampak sedih. Saya akan pulang dulu ya bu. Usahakan ibu makan,minum,dan
istirahatya.nanti,dua hari lagi saya akan datang kesini lagi ya bu,di jam yang
sama.kita.baiklah bu,sampai jumpa.”
 Pertemuan ke : 2
Srategi Pelaksaan (SP 2 Pasien)

1. Fase Orientasi
“selamat pagi bu,masih ingat dengan saya? Saya perawat yang kemarin
kesini bu,tampak nya ibu sedang kesal ? Ibu bisa ceritakan kenapa ibu
tampak kesal, saya akan menemani ibu selama 20 menit ya. Kita ngobrol-
ngobrol disini aja bu? Dihalaman depan ? Oww..baiklah kalau begitu.”
2. Fase Kerja
“Apa yang membuat ibu kesal? Apa yang ibu rasakan saat kesal dan apa
yang telah ibu lakukan untuk mengatasi kekesalan ibu? Baiklah bu, saya
mengerti, ada beberapa cara untuk meredakan kekesalan ibu, yaitu tarik
nafas dalam, istigfar, berwudhu, shalat, dan bercakap- cakap dengan
anggota keluarga ibu yang lain. Ibu punya hobi olah raga atau hobi yang
lain nya? Oya...kalau begitu ibu bisa melakukan hobi ibu untuk dapat
mengatasi kekesalan ibu.”
3. Fase Terminasi
“nah,kalau masih muncul rasa kesal,coba lakukan cara yang kita bahas
tadi ya bu? mau coba cara yang mana ? mau dijadwalkan ?baiklah,dua
hari lagi kita bertemu lagi ya bu disini? membahas tentang perasaan ibu
lebih lanjut,bagaimana ibu? baiklah kalau begitu saya mohon pamit dulu
ya bu,sampai jumpa.”

 Pertemuan ke : 3
Srategi Pelaksaan (SP 3 Pasien)

1. Fase Orientasi
”selamat siang bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah
melakukan cara yang saya ajarkan untuk mengurangi perasaan kesal ibu?
Dapatkah kita berbicara tentang perasaan ibu sekarang ? kita bicara 20
menit saja.dimana kita bicara bu? Diruang ini saja? Heem..baiklah bu.”

2. Fase kerja
“saya dapat memahami perasaan ibu,silahkan bercerita tentang perasaan
ibu.tidak ada yang dapat kita salahkan,bu.saya mengerti,sulit bagi ibu
untuk menerima kehilangan ini.bagus, ibu mulai menyadari perasaan yang
sudah diungkapkan karena semua ini adalah kehendak Allah. Apabila
perasaan bersalah dan takut itu muncul kembali ibu berzikir,shalat,atau
melakukan kegiatan ibadah yang lain.bagaimana,bu? Apakah ibu akan
coba lakukan?”
3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincangbincang ? iya,bu.ibu terus
berdoa ya.ibu dapat bercerita dengan anggota keluarga ibu.bagus, ibu
sudah dapat mengungkapkan nya.nanti bapak dapat berzikir dan istigfar
setiap saat dan saat rasa bersalah itu munculkembali.ibu,dua hari lagi saya
akan.kita akan bicara tentang perasaan ibu.saya pamit dulu ya, bu.sampai
jumpa.”
 Pertemuan ke : 4
Srategi Pelaksaan (SP 4 Pasien)

1. Fase Orientasi
“Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya bu? Saya perawat A bu yang
kemarin kesini, saya dengar ibu tidak mau keluar kamar ya bu?Bagaimana
kalau ibu ceritakan sedikit kepada saya kenapa? Saya akan menemani ibu
selama 20 menit ya. Atau kita mencoba mengobrol di depan bu? Oh di
sini saja bu? Baiklah. ”
2. Fase kerja
“Bagaimana bu apa yang membuuat ibu tidak mau keluar dari kamar?
Apa yang ibu rasakan saat bertemu dengan orang lain? Oh baik bu saya
mengerti jadi begini ya ibu sebaiknya ibu tidak mmengunci diri dikamar
karena kkeluarga akan merasa khawair kepada ibu, bbagaimana jika lebih
baik mengobrol dengan keluarga dan tidak sendirian di dalam kamar,
nanti ibu pasti akan diberkan dukungan oleh keluarga bu, dan ibu dapat
berbagi tentang perasaan ibu, keluarga juga bisa ikut membantu
menenangkan hatinya ibu.”
3. Fase Terminasi
“Nah kalau perasaan ibu yang ingin sendirian dan menyendiri diikamar
ibu bisa lakukan yang saya sarankan tadi ya bu, yang sudah kita
diskusikan tadi. Mau untuk mencobanya bu? Baiklah bu kita 2 hari lagi
kita bertemu lagiya bu disini? Membahhas perasan ibu yang lebiih
lanjut.Saya mohon pamit dulu ya bu, sampai jumpa “.
 Pertemuan ke : 5
Srategi Pelaksaan (SP 5 Pasien)

1. Fase Orientasi
“Selamat siang bu.bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ada yang
ingin ibu ceritakan pada saya? Hari ini kita berbicara tentang kegiatan
positif yang dapat ibu lakukan. Berapa lama kita bicara,bu? Baiklah,20
menit ya bu.dimana kita bicara ?disini ? baiklah bu.”
2. Fase kerja
“baiklah bu,saya akan duduk disebelah ibu dan menemani ibu.saya siap
mendengarkan apabila apabila ada yang ingin disampaikan.ibu boleh
menangis,akanada perasaan lega.ibu,saya akan merasakan apa yang
sedang ibu rasakan.ibu dapat menggunakan kesempatan yang ada dengan
bercakap-cakap dengan anggota keluarga ibu seperti anak ibu yang dua
lagi, atau suami ibu.”(mulai membawa kerealitas aspek positif.) ”ibu
dapat berbicara dengan tetangga yang punya pengalaman yang sama
seperti ibu.sekarang,bagaimana kalau kita berdiskusi tentang kegiatan
positif yang ibu lakukan? Mulai dari yang biasa ibu lakukan dirumah
maupun kegiatan lain diluar rumah.bagaimana kalau kita buat daftar
kegiatan yang dapat ibu lakukan? Wow..bayak sekali kegiatan yang dapat
ibu lakukan.”
3. Fase Terminasi
“ibu,bagaimana perasaan ibu setelah kita bicara? Iya,benar,masih banyak
yang dapatibu lakukan.ibu dapat melakukan kegiatan yang tadi sudah kita
bahas.sayapercaya ibu bisa.saya pamit ya, bu.dua hari lagi saya akan
datang untuk membicarakan tentang perasaan ibu.kira-kira jm berapa saya
boleh datang? Baiklah, pak.sampai jumpa.”

 Pertemuan ke : 6
Srategi Pelaksaan (SP 6 Pasien)

1. Fase Orientasi
“Halo ibu, selamat pagi, ketemu lagi nih bu sama saya, ibu masih ingat
kan? Bagaimana keadaan ibu hari ini, apa sudah baik dari kemarin? Kalau
begitu bagaimana jika kita berbincang bincang sebentar tentang keadaan
ibu?Tujuannya supaya ibu lebih tenang bu dalam menghadapi keadaan
ini.Ibu mau berapa lama kita berbincang bincang?20 menit? Baiklah, ibu
mau berbincang bincang dimana supaya lebih nyaman? Di teras depan?
Baiklah, mari kita ke teras depan bu
2. Fase kerja
“Sekarang coba ibu jelaskan kenapa ibu masih tidak bisa menerima suami
ibu telah meninggal? Saya mengerti ibu sangat sulit untuk menerima
kenyataan ini, tapi coba ibu pikir jika ibu pulang ke rumah nanti, ibu tidak
akan bertemu dengan suami ibu karena beliau memang sudah meninggal
bu, itu sudah menjadi kehendak Allah. Ibu sebenarnya hidup matinya
seseorang itu sudah diatur oleh Allah bu dan meninggalnya suami ibu juga
merupakan kehendak-Nya sebagai Maha Pemilik Hidup bu. Tidak ada
satu orang pun yang dapat mencegahnya, termasuk saya ataupun ibu
sendiri.Apa ibu paham? Sekarang ibu tidak perlu kesal atau marah, oh iya
bubagaimana kalau untuk mengurangi rasa kesal ibu, ibu melakukan
teknik relaksasi yang saya lakukan.Sekarang ibu coba tarik napas yang
dalam tahan sebentar kemudian ibu hembuskan perlahan lahan.Iya bagus
begitu bu.
3. Fase Terminasi
“bisa memahami kondisi ibu? Nah, setiap kali ibu merasa kesal atau ibu
merasa ingin marah dan setiap kali ibu merasa tidak terima dengan
kenyataan, ibu dapat mengingat perbincangan kita hari ini, ibu juga dapat
melakukan teknik relaksasi yang sudah saya ajarkan. Nah, sesuai dengan
kontrak kita tadi kita berbincang bincang selama 20 menit dan sekarang
sudah 20 menit bu. Bu, kapan ibu mau kita lanjutkan perbincangan lagi?
Bagaimana kalau besok kita membicarakan hobi ibu? Ibu maunya
dimana ? Baiklah sekarang ibu istirahat dulu saya permisi ya bu”

 Pertemuan ke : 7
Srategi Pelaksaan (SP 7 Pasien)
1. Fase Orientasi
“selamat sore ibu.bagaimana perasaan ibu hari ini?seperti janji saya dua
hari yang lalu, sekarang saya datang untuk berbicara tentang perasaan ibu
.bagaimana kalau kita bicara disini? 30 menit saja,setuju bu?baiklah bu.”
2. Fase kerja
“ibu tampak agak ceria dan sangat berbeda dengan 2 hari yang lalu.saya
dengar ibu sudah banyak melakukan aktifitas.bagus,kegiatan apa lagi yang
sudah ibu rencanakan untuk mengisi waktu?saya percaya ibu dapat
kembali semangat dalam mengisi kehidupan ini.kapan ibu akan berziarah
kemakam suami ibu? Ibu sudah melihat foto-foto proses pemakaman
suami ibu? Ya, ibu tampak sudah semangat lagi.”
3. Fase Terminasi
“ibu,tidak terasa kita sudah lama berbicara.bagaimana perasaan ibu?
syukurlah,ibu jangan lupa dengan jadwal aktivitas dan waktu untuk
berziarah kemakam anak ibu.saya pamit ya,bu.sampai jumpa.

 Pertemuan ke : 8
Srategi Pelaksaan (SP 8 Pasien)
1. Fase Orientasi
“selamat sore ibu.bagaimana perasaan ibu hari ini?seperti janji saya yang
kemaren, sekarang saya datang untuk berbicaratentang perasaan
ibu.bagaimana kalau kitabicara disini? 30 menit saja,setuju bu?
baiklahbu.”
2. Fase kerja
“ibu tampak ceria dan.saya dengar ibu sudah banyak melakukan aktifitas
yang sudah ibu jadwalkan sebelumnya?"bagus bu kegiatan apa lagi yang
sudah ibu rencanakan untuk mengisi waktu?saya percaya ibu pasti bisa
melewati ini semua.
3. Fase Terminasi
“ibu,tidak terasa kita sudah lama berbicara.bagaimana perasaan ibu
setelah melakukan kegiatan hari ini dan berbincangbincang dengan saya?
syukurlah,ibu jangan lupa dengan jadwalaktivitas yang sudah ibu buat?
bagus.
4. Kontrak
Besok saya akan kembali lagi kesini untuk melihat kondisi ibu,apakah
boleh?"bagus Besok ibuk mau ketemu di tempat mana?apa tetap disini
atai di tempat lain?baiklah, kira-kira berapa lama waktu yg ibu berikan
buat besok? Baiklah 30 menit ya? Baiklah bu saya pamit dlu bu sampai
jumpa.
 Pertemuan ke : 9
Srategi Komunikasi (SP 1 Keluarga)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu...” bicara disini? 30 menit saja,setuju bu?
baiklahbu.”
b. Evaluasi / Validasi
“Apa benar dengan keluarga mbak A? Kalau boleh tau dengan ibu
siapa yaa?”
c. Kontrak
Topik : “Jadi untuk hari ini, saya akan menjelaskan beberapa hal
yang berkaitan dengan kondisi mbak A ”
Waktu : “Untuk waktunya sekitar 10-15 menit saja yaa Bu”
Tempat : “Untuk tempat enaknya kita berbincang dimana Bu?”
2. Fase Kerja
“Jadi begini bu… apakah ibu mengetahui bagaimana kondisi mbak A
sekarang?” “Jadi mbak A sekarang mengalami berduka disfungsional.
Perasaan kehilangan yg berkepanjangan ” “Apabila masalah berduka
disfungsional ini tidak diatasi maka seseorang bisa terus menyangkal
dan menyalahkan Tuhan” “Untuk menghadapi keadaan yang demikian
ibu dan keluarga lainnya harus sabar menghadapi Nn. A. dan untuk
merawat Nn. A, keluarga perlu melakukan beberapa hal. Pertama,
keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan Nn.A yang
caranya adalah bersikap peduli dengan Nn. A. Kedua, keluarga perlu
memberikan semangat dan dorongan kepada Nn. A untuk mengurangi
kesedihannya. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi
pasien. “Selanjutnya, jangan biarkan Nn. A sendiri. Buat rencana atau
jadwal bercakap-cakap dengan Nn. A. Misalnya, sholat bersama,
makan bersama, rekreasi bersama, melakukan kegiatan rumah
bersama.” “Nah, bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk
melakukan semua cara itu?
3. Fase Terminasi
d. Evaluasi Respon Klien Terhadap Tindakan Keperawatan
 Evaluasi Klien (Subjektif)
“Coba ibu ulangi lagi apa yang dimaksud dengan berduka
disfungsional dan tahabtahabnya” “Selanjutnya bisa ibu
sebutkan kembali cara mendukungnya?

 Evaluasi klien (objektif)


Klien mengetahui apa yang dimaksud dengan disfungsional dan
bagaimana tanda dan gejalanya. Klien mampu meperagakan
kembali bagaimana cara merawat klien dengan masalah
disfungsional.
e. Tindak Lanjut Klien
“nanti jika bertemu dengan Nn. A coba ibu lakukan. Dan tolong
ceritakan kepada semua keluarga agar mereka juga melakukan hal
yang sama”
f. Kontrak Yang Akan Datang
Topik : “Bagaimana jika pertemuan yang akan datang kita
mempraktekkan langsung dengan Nn. A ”
Waktu : “Baiklah bu, kita akan bertemu besok lagi. Apakah ibu
setuju?”
Tempat : “Untuk tempat kita mencoba di luar ruangan saja.
Bagaimana bu? Atau ibuingin di tempat lain?”
 Pertemuan ke : 10
Srategi Pelaksaan (SP 2 Keluarga)
1. Fase Orientasi
“Selamat pagi bu saya perawat A yang kemarin datang kesini pasti ibu
masih ingat dengan saya kan bu? Bagaimana keadaan ibu hari ini?
Baik- baik saja ya bu, alhamdulilah kalau begitu. Saya akan menemani
ibu hari ini selama 20 menit kedepan ya bu. Bisa kita berbincang
bincang bu? Disini saja ataukah ibu mau kita berbincang bincang
dihalaman depan seperti pertemuan kita sebelumnya bu? Oh baiklah
disini saja ya bu.”
2. Fase kerja
“Sekarang apakah ibu sudah benar-benar bisa menerima keadaan
bahwa suami ibu sudah meninggal bu? Baiklah alhamdulillah kalau
memang sekarang ibu sudah bisa menerima keadaan. Iya bu memang
hakikatnya manusia itu pasti akan meninggal apabila ibu merasakan
kegelisahan lagi saat melihat keadaan yang sekarang ibu bisa lebih
banyak beristighfar dan lebih banyak mendoakan suami ibu agar
tenang disana dan diberikan tempat yang terbaik. Dan ibu juga bisa
melakukan relaksasi dengan senam seperti yang saya ajarkan dan yang
sudah dilakukan ibu dihari yang lalu ya bu,supaya ibu bisa rileks.”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana bu perasaan ibu sekarang setelah kita berbincang-
bincang? Baiklah ibu sudah sangat baik ya bu kondisinya. Apabila ibu
mengalami kegelisahan ataupun ketidaknyamanan ibu bisa melakukan
yang saya sarankan dan kita perbincangkan tadi ya bu. Baiklah bu
saya mohon pamit dulu kita bisa bertemu lagi dilain waktu, ibu
sekarang silahkan beristirahat. Sampai jumpa bu.”

4.7. Evaluasi
PENILAIAN KEMAMPUAN KLIEN DAN KELUARGA KLIEN DENGAN
MASALAH BERDUKA DISFUNGSIONAL
Nama klien : ………………………..
Ruangan : ………………………..
Nama perawat : ………………………..
Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda (√) jika klien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah
ini.
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi
NO KEMAMPUAN TANGGAL

A. Pasien
1. Mampu mengenali peristiwa
kehilangan yang dialami klien
2. Mampu memahami hubungan antara
kehilangan yang dialami dengan
keadaan dirinya
3. Mampu mengidentifikasi cara-cara
mengatasi berduka yang dialaminya
4. Mampu memanfaatkan faktor
pendukung
B. Keluarga
1. Mampu mengenal masalah kehilangan
dan berduka
2. Mampu memahami cara merawat
klien berduka berkepanjangan
3. Mampu mempraktikkan cara merawat
klien berduka disfungsional
4. Mampu memanfaatkan sumber yang
tersedia di masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Lilik Ma’rifatul Azizah, Skep., Ns., M.Kes, M.Kes Dr. Imam Zainuri, Skep., Ns., M.Kep
Siti Khadijah, Skep., Ns., and M.Kes Amar Akbar, Skep., Ns. n.d. MODUL PRAKTIK
KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL.
Eko Prabowo. 2014. “Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.” Yogyakarta: Nuha
Medika.
ICES. 2021. “ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NN.I MASALAH UTAMA
DUKACITA DENGAN DIAGNOSA MEDIS COVID-19 DALAM KELUARGA DI
DESA DURUNG BEDUG, CANDI, SIDOARJO,” no. March: 1–19.
richard oliver ( dalam Zeithml., dkk 2018 ). 2021. “LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA.”
Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 2013–15.

Anda mungkin juga menyukai