KEHILANGAN
Disusun Oleh:
1. Alya Febriyanti Sukmana (20211104)
2. Azriel Azzahra Deanova P (20211105)
3. Fadia Renita Putri (202111011)
4. Anggraeni Khairunisa W. (202111024)
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui konsep kehilangan dan berduka
b. Mengetahui asuhan keperawatan pada kehilangan dan dan berduka disfungsional
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui jenis-jenis kehilangan
b. Menjelaskan konsep dan teori dari proses berduka
c. Mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan
BAB II
TEORI
2.1 Kehilangan
A. Definisi Kehilangan
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah suatu
kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian
tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau
traumatik, diantisipasi atau tidak diharapkan/ diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak
dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan dimana individu berpisah dengan sesuatu yang semula ada
menjadi tidak ada baik terjadi secara keseluruhan atau sebagian (Suliswati, 2005).
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang
kehidupannya. Sejak lahir individu sudahh mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalami
kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana
seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau
pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada menjadi tida ada, baik sebagian atau seluruhnya.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kehilangan
1. Perkembangan
Anak-anak
a. Belum mengerti seperti orang dewasa, belum bisa merasakan
b. Belum menghambat perkembangan
c. Bisa mengalami regresi
Orang Dewasa
Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup, tujuan hidup, menyiapkan diri bahwa
kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari
2. Keluarga
Keluarga mempengaruhi respon dan ekspresi kesedihan. Anak terbesar biasanya
menunjukkan sikap kuat, tidak menunjukkan sikap sedih secara terbuka.
3. Faktor Sosial Ekonomi
Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi keluarga, berarti kehilangan
orang yang dicintai sekaligus kehilangan secara ekonomi, dan hal ini bisa mengganggu kelangsungan
hidup.
4. Pengaruh Kultural
Kultur mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi. Kultur “barat” menganggap kesedihan
adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga hanya diutrakan pada keluarga, kesedihan tidak
ditunjukkan pada orang lain.
5. Agama
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman. Menyadarkan bahwa kematian
sudah ada di konsep dasar agama. Tetapi ada juga yang menyalahkan tuhan akan kematian.
6. Penyebab kematian
Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan menyebabkan shock dan
tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang menganggap bahwa kematian akibat kecelakaan
diasosiasikan dengan kesialan.
C. Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe, yaitu:
1. Aktual atau nyata mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian
orang yang sangat berarti/ dicintai.
2. Persepsi hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang
berhenti bekerja/ PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.
D. Jenis - Jenis Kehilangan
Terdapat 5 kategori kehilangan, yaitu:
1. Kehilangan seseorang yang dicintai (actual loss)
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah
salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tipe kehilangan, yang mana harus
di tanggung oleh seseorang. Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai.
Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian
pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak
dapat ditutupi.
Contoh: kehilangan anggota badan, kehilangan suami/istri, kehilangan pekerjaan
F. Dampak kehilangan
1. Pada masa anak- anak
Kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk berkembang, kadang akan timbul regresi
serta rasa takut untuk ditinggalkan atau dibiarkan kesepian. Pada saat lahir sampai usia 2 tahun: tidak
punya konsep tentang kematian. Dapat mengalami rasa kehilangan dan dukacita. Pengalaman ini
menjadi dasar untuk berkembangnya konsep tentang kehilangan dan dukacita.
Pada usia 2 sampai 5 tahun: menyangkal kematian sebagai suatu proses yang normal. Melihat
kematian sebagai sesutau dapat hidup kembali. Mempunyai kepercayaan tidak terbatas dalam
kemampuannya untuk membuat suatu hal terjadi
Pada usia 5 sampai 8 tahun melihat kematian sebagai akhir, tidak melihat bahwa kematian
akan terjadi pada dirinya. Melihat kematian sebagai hal yang menakutkan. Mencari penyebab
kematian.
Pada usia 8 sampai 12 tahun memandang kematian sebagai akhir hayat dan tidak dapat
dihindari. Mungkin tak mampu menerima sifat akhir dari kehilangan. Dapat mengalami rasa takut
akan kematian sendiri.
2. Pada masa remaja atau dewasa muda
Kehilangan dapat menyebabkan dengan orang dewasa. Harus menghadapi implikasi personal
tentang kematian. Menunjukkan perilaku berisiko. Dengan serius mencari makna tentang hidup lebih
sadar dan tentang masa depan.
3. Pada masa dewasa tua
Kehilangan khususnya kematian pasangan hidup dapat menjadi pukulan yang sangat berat
dan menghilangkan semangat hidup orang yang ditinggalkan.
2.2 Berduka
A. Definisi Berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan
adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak napas, susah tidur, dan lain-lain. Berduka merupakan
respon normal pada semua kejadian kehilangan.
Menurut NANDA merumusakan ada 2 tipe berduka, yaitu:
1. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek dan
ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal
2. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan,
objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal,
atau kesalahan/kekacauan.
B. Jenis Berduka
1. Berduka normal
Terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap kehilangan. Misalnya,
kesedihan, menangis, kesepia, dan menarik diri dari aktivitas untuk sementara
2. Berduka antisipatif
Yaitu proses”melepaskan diri” yang muncul sebelum kehilangan atau kematian yang
sesungguhnya terjadi. Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal, seseorang akan memulai
proses perpisahan dan menyesuaikan berbagai urusan didunia sebelum ajalnya tiba.
3. Berduka yang rumit
Berduka yang rumit dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya, yaitu
tahap kedukaan normal. Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir dan dapat mengacam
hubungan orang yang bersangkutan dengan orang lain.
4. Berduka tertutup
Yaitu kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka. Contohnya
kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami kematian orang tua tiri, atau ibu yang
kehilangan anaknya dikandungan atau ketika bersalin.
4. Teori Rando(1993)
Mendefinisikan respon berduka menjadi 3 kategori:
a. Penghindaran, pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya
b. Konfrontasi, pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-
ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling takut
c. Akomodasi, pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai memasuki
kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar menjalani hidup dengan
kehidupan mereka.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Ny. K (45 th) dibawa ke rumah sakit “Senang Sehat” oleh keluarga dengan keluhan klien selalu
murung dan tiba-tiba menangis. Menurut keluarga, klien memiliki 2 orang anak. Klien mulai berubah
semenjak anaknya yang pertama (An. K 13 th) meninggal karena kecelakaan motor sejak 2 tahun
yang lalu. Setelah kejadian itu klien terlihat murung dan sering menangis sampai saat ini. Klien
sudah bercerai dengan suaminya sejak 4 tahun yang lalu dan sekarang ia tinggal dirumah orang
tuanya di Bogor bersama anaknya yang bungsu. Menurut keluarga pada saat kejadiannya anaknya
meninggal sampai dengan dimakamkan, klien belum bisa menerima dengan menanggap bahwa
anaknya sedang tidur dan akan kembali lagi nanti. Keluarga mengatakan sampai saat ini sepertinya
klien belum bisa menerima dengan ikhlas. Setelah itu klien lebih banyak diam, banyak melamun,
murung, tidak memperhatikan kebersihan, makan dan minum harus dimotivasi. Keluarga klien
mengatakan merasa khawatir dengan keadaan klien karena sebelumnya klien tidak pernah menderita
penyakit seperti yang dialaminya sekarang dan tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal
seperti ini. Pada saat klien dikaji oleh perawat klien mengatakan ia sangat mencintai anaknya dan
merasa kejadian ini terjadi karena kesalahan klien karena memberikan motor pada saat sekolah.
Klien mengatakan ia sangat merasa bersalah karena sebagai ibu tidak bisa menjaga anaknya. Klien
sering mengatakan biarkan saja saya sendiri, saya ingin menyusul An. K saja, saya sudah tidak punya
apa-apa didunia ini.
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial: Ny. K (L/P) Tanggal Pengkajian:
Umur: 45 RM No:
Informan:
Masalah keperawatan:
Masalah keperawatan:
Masalah keperawatan:
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram (Minimal 3 generasi) klien sbg generasi ke-3
Jelaskan:
1. : Laki-laki
2. : Perempuan
3. : Sedarah
4. : Satu Rumah
5. : Pasien
Masalah keperawatan:
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri: klien belum bisa menerima dengan menanggap bahwa anaknya sedang
tidur dan akan kembali lagi nanti.
b. Identitas :
c. Peran :
d. Ideal diri :
e. Harga diri :
Masalah keperawatan : HDR
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti: anaknya yang pertama
4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan: -
b. Kegiatan Ibadah: -
Masalah keperawatan:
2. Pembicaraan
( ) Cepat ( ) Keras ( ) Gagap ( ) Inkohoren
( ) Apatis ( ) Lambat ( ) Membisu ( ) Tidak mampu memulai Pembicaraan
Jelaskan: -
Masalah keperawatan:
3. Aktifitas Motorik
( √ ) Lesu ( ) Tegang ( ) Gelisah ( ) Agitasi
( ) Tik ( ) Grimasen ( ) Tremor ( ) Kompulsif
Jelaskan:
Masalah keperawatan:
4. Alam Perasaan
( √ ) Sedih ( ) Ketakutan ( √ ) Putus Asa
( ) Khawatir ( ) Gembira Berlebihan
Jelaskan:
Masalah keperawatan:
5. Afek
( ) Datar ( ) Tumpul ( ) Labil ( ) Tidak Sesuai
Jelaskan: -
Masalah keperawatan:
Masalah keperawatan:
7. Persepsi
Halusinasi
( ) Pendengaran ( ) Penglihatan ( ) Perabaan
( ) Pengecapan ( )Penghidu
Jelaskan :
Masalah Keperawatan:
9. Isi Pikir
( ) Obsesi ( ) Fobia ( ) Hipokondria
( ) Depersonalisasi ( ) Ide yang terkait ( ) Pikiran magis
Waham
( ) Agama ( ) Somatik ( ) Kebesaran
( ) Curiga ( ) Nihilistik ( ) Sisip pikir
( ) Siar pikir ( ) Kontrol pikir
Jelaskan:
Masalah keperawatan:
11. Memori
( ) Gangguan daya ingat jangka panjang
( ) Gangguan daya ingat saat ini
( ) Gangguan daya ingat jangka pendek
( ) Kofabulasi
Jelaskan:
Masalah keperawatan:
Masalah keperawatan:
Masalah keperawatan:
14. Daya Tilik Diri
( ) Mengingkari penyakit yang diderita
(√ ) Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan:
Masalah Keperawatan:
Masalah keperawatan:
Masalah keperawatan:
Masalah keperawatan:
X. PENGETAHUAN KURANG
( ) Penyakit jiwa ( ) Sistem pendukung
( ) Faktor presipitasi ( ) Penyakit fisik
( ) Koping ( ) Obat-obatan
Jelaskan:
Masalah keperawatan:
Diagnosa Medik:
Terapi Medik:
Ttd
(Nama Pengkaji)
ANALISA DATA
DO:
- Ny.K terlihat lesu karena sudah 2 hari ia
tidak dapat tidur dengan nyenyak
-Selama dilakukan pengkajian pasien
cenderung melihat ke satu arah dengan
pandangan kosong, dan sesekali berkaca-kaca
- Klien terlihat sulit berkonsentrasi
Ds : Harga Diri Rendah
- klien mengatakan ia sangat mencintai Situasional
anaknya dan merasa kejadian ini terjadi karena
kesalahan klien karena memberikan motor
pada saat sekolah.
- Klien mengatakan ia sangat merasa bersalah
karena sebagai ibu tidak bisa menjaga anaknya
Do :
- Klien tampak sulit berkonsentrasi Cara
bica klien tampak pelan dan lirih Selama
pengkajian
- klien cenderung menundunduk dan menatap
ke satu arah dan berkacakaca
Ds : Isolasi sosial
- Klien sering mengatakan biarkan saja saya
sendiri, saya ingin menyusul An. K saja, saya
sudah tidak punya apa-apa didunia ini.
Do :
-Selama dilakukan pengkajian pasien
cenderung melihat ke satu arah dengan
pandangan kosong, dan sesekali berkaca-kaca
-Klien terlihat sulit berkonsentrasi
Efek
Isolasi sosial
Core Problem
Harga Diri Rendah Kronis
Causa
Kehilangan seseorang
No Perencanaan
Tgl Dx. Keperawatan
dx Tujuan Kriteria Hasil intervensi
Isolasi sosial TUM: 1. Setelah….x 1.1. Bina hubungan saling
Klien dapat berinteraksi interaksi, klien percaya dengan:
dengan orang lain. menunjukkan Beri salam setiap
tanda-tanda interaksi
TUK: percaya Perkenalkan nama,
1. Klien dapat membina terhadap nama panggilan perawat
hubungan saling perawat: dan tujuan interaksi
percaya. Wajah cerah, berkenalan
tersenyum Tanyakan nama dan
Mau nama panggilan
berkenalan kesukaan klien
Ada kontak Tunjukkan sikap jujur
mata dan menepati janji
Bersedia setiap kali berinteraksi
menceritakan Tanyakan perasaan
perasaannya klien dan masalah yang
Bersedia dihadapi klien
mengungkapka Buat kontrak yang jelas
n masalahnya
CATATAN KEPERAWATAN
RTL
Latih cara mengendalikan kesedihan
dengan melakukan kegiatan Tekhnik
relaksasi napas dalam
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau
tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu
keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian
atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan NANDA merumuskan
ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka antisipasi
adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual
ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/ kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali
pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati. Kehilangan
dibagi dalam 2 tipe yaitu : aktual, atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 kategori kehilangan, yaitu :
kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek
eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/ aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/400626872/Makalah-Kehilangan-Dan-Berduka#
Buku kebutuhan dasar manusia jilid 2
http://repository.stikeshangtuah-sby.ac.id/497/1/2030077_Ni%20Made%20Wahyu%20Candra_KIA
%20Final_ACC.pdf