Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

KEHILANGAN

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen pengampu: Ns. Andriati Reni, S.Kep., M.KM

Disusun Oleh:
1. Alya Febriyanti Sukmana (20211104)
2. Azriel Azzahra Deanova P (20211105)
3. Fadia Renita Putri (202111011)
4. Anggraeni Khairunisa W. (202111024)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI JAKARTA

2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu
kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih
banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi
sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari
bantuan kepada orang lain.
Pandangan- pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila
menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan
dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan
persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap
(Suseno, 2004).
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam linkungan asuhan
keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami
kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat
klien dan keluarga, perawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-keluarga-
perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi,
nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan
keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter&Perry, 2005).

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui konsep kehilangan dan berduka
b. Mengetahui asuhan keperawatan pada kehilangan dan dan berduka disfungsional

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui jenis-jenis kehilangan
b. Menjelaskan konsep dan teori dari proses berduka
c. Mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan
BAB II
TEORI
2.1 Kehilangan
A. Definisi Kehilangan
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah suatu
kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian
tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau
traumatik, diantisipasi atau tidak diharapkan/ diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak
dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan dimana individu berpisah dengan sesuatu yang semula ada
menjadi tidak ada baik terjadi secara keseluruhan atau sebagian (Suliswati, 2005).
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang
kehidupannya. Sejak lahir individu sudahh mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalami
kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana
seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau
pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada menjadi tida ada, baik sebagian atau seluruhnya.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kehilangan
1. Perkembangan
Anak-anak
a. Belum mengerti seperti orang dewasa, belum bisa merasakan
b. Belum menghambat perkembangan
c. Bisa mengalami regresi
Orang Dewasa
Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup, tujuan hidup, menyiapkan diri bahwa
kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari
2. Keluarga
Keluarga mempengaruhi respon dan ekspresi kesedihan. Anak terbesar biasanya
menunjukkan sikap kuat, tidak menunjukkan sikap sedih secara terbuka.
3. Faktor Sosial Ekonomi
Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi keluarga, berarti kehilangan
orang yang dicintai sekaligus kehilangan secara ekonomi, dan hal ini bisa mengganggu kelangsungan
hidup.
4. Pengaruh Kultural
Kultur mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi. Kultur “barat” menganggap kesedihan
adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga hanya diutrakan pada keluarga, kesedihan tidak
ditunjukkan pada orang lain.
5. Agama
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman. Menyadarkan bahwa kematian
sudah ada di konsep dasar agama. Tetapi ada juga yang menyalahkan tuhan akan kematian.
6. Penyebab kematian
Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan menyebabkan shock dan
tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang menganggap bahwa kematian akibat kecelakaan
diasosiasikan dengan kesialan.
C. Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe, yaitu:
1. Aktual atau nyata mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian
orang yang sangat berarti/ dicintai.
2. Persepsi hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang
berhenti bekerja/ PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.
D. Jenis - Jenis Kehilangan
Terdapat 5 kategori kehilangan, yaitu:
1. Kehilangan seseorang yang dicintai (actual loss)
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah
salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tipe kehilangan, yang mana harus
di tanggung oleh seseorang. Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai.
Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian
pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak
dapat ditutupi.
Contoh: kehilangan anggota badan, kehilangan suami/istri, kehilangan pekerjaan

2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)


Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang.
Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental,
peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau
menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang.
Contoh : misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
3. Kehilangan objek eksternal
Misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan.
Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan
kegunaan benda tersebut.
4. Kehilangan lingkungan yang dikenal
Kehilangan yang diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk
dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen
Contoh : pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
5. Kehilangan kehidupan/ meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan
orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda
tentang kematian.

E. Rentang Respon Kehilangan


1. Fase Denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan verbalisasi, “itu tidak mungkin”,
“saya tidak percaya itu terjadi”.
b. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat,
menangis, gelisah.
2. Fase anger/marah
a. Mulai sadar akan kenyataan
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik: muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal
d. Perilaku agresif
e.
3. Fase bergaining/tawar-menawar
Klien berunding dengan cara halus untuk mencegah kehilangan dan perasaan bersalah ada
beberapa permintaan seperti kesembuhan total, perpanjangan waktu hidup, terhindar dari rasa
kesakitan secara fisik datau berobat. “kenapa harus terjadi pada saya?” kalau saja yang sakit bukan
saya” “ seandainya saya hati-hati”.
4. Fase depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
b. Gejala; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Fase acceptance
Pikiran pada objek yang hilang berkurang. Reorganisasi perasaan kehilangan dan mulai
menerima kehilangan. Pikiran kehilangan mulai menurun. Mulai tidak bergantung pada orang lain
Verbalisasi; “apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “yah, akhirnya saya harus
operasi”, “ya sudah, saya ikhlaskan dia pergi”.

F. Dampak kehilangan
1. Pada masa anak- anak
Kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk berkembang, kadang akan timbul regresi
serta rasa takut untuk ditinggalkan atau dibiarkan kesepian. Pada saat lahir sampai usia 2 tahun: tidak
punya konsep tentang kematian. Dapat mengalami rasa kehilangan dan dukacita. Pengalaman ini
menjadi dasar untuk berkembangnya konsep tentang kehilangan dan dukacita.
Pada usia 2 sampai 5 tahun: menyangkal kematian sebagai suatu proses yang normal. Melihat
kematian sebagai sesutau dapat hidup kembali. Mempunyai kepercayaan tidak terbatas dalam
kemampuannya untuk membuat suatu hal terjadi
Pada usia 5 sampai 8 tahun melihat kematian sebagai akhir, tidak melihat bahwa kematian
akan terjadi pada dirinya. Melihat kematian sebagai hal yang menakutkan. Mencari penyebab
kematian.
Pada usia 8 sampai 12 tahun memandang kematian sebagai akhir hayat dan tidak dapat
dihindari. Mungkin tak mampu menerima sifat akhir dari kehilangan. Dapat mengalami rasa takut
akan kematian sendiri.
2. Pada masa remaja atau dewasa muda
Kehilangan dapat menyebabkan dengan orang dewasa. Harus menghadapi implikasi personal
tentang kematian. Menunjukkan perilaku berisiko. Dengan serius mencari makna tentang hidup lebih
sadar dan tentang masa depan.
3. Pada masa dewasa tua
Kehilangan khususnya kematian pasangan hidup dapat menjadi pukulan yang sangat berat
dan menghilangkan semangat hidup orang yang ditinggalkan.

2.2 Berduka
A. Definisi Berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan
adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak napas, susah tidur, dan lain-lain. Berduka merupakan
respon normal pada semua kejadian kehilangan.
Menurut NANDA merumusakan ada 2 tipe berduka, yaitu:
1. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek dan
ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal
2. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan,
objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal,
atau kesalahan/kekacauan.
B. Jenis Berduka
1. Berduka normal
Terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap kehilangan. Misalnya,
kesedihan, menangis, kesepia, dan menarik diri dari aktivitas untuk sementara
2. Berduka antisipatif
Yaitu proses”melepaskan diri” yang muncul sebelum kehilangan atau kematian yang
sesungguhnya terjadi. Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal, seseorang akan memulai
proses perpisahan dan menyesuaikan berbagai urusan didunia sebelum ajalnya tiba.
3. Berduka yang rumit
Berduka yang rumit dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya, yaitu
tahap kedukaan normal. Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir dan dapat mengacam
hubungan orang yang bersangkutan dengan orang lain.
4. Berduka tertutup
Yaitu kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka. Contohnya
kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami kematian orang tua tiri, atau ibu yang
kehilangan anaknya dikandungan atau ketika bersalin.

C. Teori Dari Proses Berduka


Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali
pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
1. Teori Engels
Menurut engel (1964), proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat diaplikasikan
pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
a. Fase I (syok dan tidak percaya) seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin
menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis,
mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
b. Fase II ( berkembang kesadaran ) seseorang mulai merakan kehilangan secara nyata/akut dan
mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan
jiwa tiba-tiba terjadi.
c. Fase III (restitusi) berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong,
karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang
bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
d. Fase IV menekan seluruh perasaan yang negatif dan bemusuhan terhadap almarhum bisa merasa
bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
e. Fase V kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini
diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.

2. Teori Kubler-Ross (1969)


Kerangka kerja yang ditawarkan adalah berorientasi pada perilaku proses berduka terhadap
kehilangan (kubler-Ross) meliputi 5 tahap, yaitu:
a. Tahap Denial (mengingkari kenyataan)
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya, atau mengingkari
kenyataan bahwa kehilangan benar-benar terjadi. Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah
letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan
sering kali individu tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berlangsung selama beberapa
menit hingga beberapa tahun.
Contoh: “tidak mungkin, berita kematian itu tidak benar, saya tidak percaya suami saya pasti nanti
kembali”
b. Tahap anger (marah)
Pada tahap ini individu menolah kehilangan. Kemarahan yang timbul sering diproyeksikan kepada
orang lain atau diri sendiri. Orang yang mengalami kehilangan juga tidak jarang menunjukkan
perilaku agresif, bebicara kasarm menyerang orang lain, menolak pengobatan, bahkan menuduh
dokter atau perawat tidak kompeten. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah, denyut
nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
Contoh: “saya benci dengan dia karena”ini terjadi karena dokter tidak sungguh-sungguh dalam
pengobatannya”
c. Tahap bergaining (tawar menawar, penundaan realita kehilangan)
Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan dan dapat mencoba
untuk membuat kesepakatan secara halus atau terang-terangan seolah kehilangan tersebut dapat
dicegah. Individu mungkin berupaya untuk melakukan tawar-menawar dengan memohon kemurahan
tuhan.
Contoh: “kalau saja saya sakit, bukan anak saya” “kenapa saya ijinkan pergi. Kalau saja dia dirumah
ia tidak akan kena musibah ini” “seandainya saya hati-hati, pasti hal ini tidak akan terjadi”
d. Tahap Depresi
Pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang-kadang bersikap sangat
menurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusan, rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul
keinginan bunuh diri. Gejala fisik ditunjukkan antara lain menolak makan, susah tidur, letih.
Contoh: “biarkan saya sendiri” “tidak usah bawa ke rumah sakit, sudah nasib saya”
e. Tahap Acceptance
Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat pada
objek yang hilang akan dimulai berkurang atau bahkan hilang. Perhatiannya akan beralih pada objek
yang baru. Apabila individu dapat memulai tahap tersebut dan menerima dengan perasaan damai,
maka dia dapat mengakhiri proses kehilangan secara tuntas. Kegagalan untuk masuk ke proses ini
akan mempengaruhi kemampuan dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.
Contoh: “ya sudah, saya ikhlaskan dia pergi” “ apa yang harus saya lakukan supaya saya cepat
sembuh” “ya pasti dibalik bencana ini ada hikmah yang tersembunyi”.

3. Teori Martocchio (1985)


Menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang tumpang tindih dan tidak
dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi
respon kesedihan itu sediri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12
bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.

4. Teori Rando(1993)
Mendefinisikan respon berduka menjadi 3 kategori:
a. Penghindaran, pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya
b. Konfrontasi, pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-
ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling takut
c. Akomodasi, pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai memasuki
kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar menjalani hidup dengan
kehidupan mereka.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus
Ny. K (45 th) dibawa ke rumah sakit “Senang Sehat” oleh keluarga dengan keluhan klien selalu
murung dan tiba-tiba menangis. Menurut keluarga, klien memiliki 2 orang anak. Klien mulai berubah
semenjak anaknya yang pertama (An. K 13 th) meninggal karena kecelakaan motor sejak 2 tahun
yang lalu. Setelah kejadian itu klien terlihat murung dan sering menangis sampai saat ini. Klien
sudah bercerai dengan suaminya sejak 4 tahun yang lalu dan sekarang ia tinggal dirumah orang
tuanya di Bogor bersama anaknya yang bungsu. Menurut keluarga pada saat kejadiannya anaknya
meninggal sampai dengan dimakamkan, klien belum bisa menerima dengan menanggap bahwa
anaknya sedang tidur dan akan kembali lagi nanti. Keluarga mengatakan sampai saat ini sepertinya
klien belum bisa menerima dengan ikhlas. Setelah itu klien lebih banyak diam, banyak melamun,
murung, tidak memperhatikan kebersihan, makan dan minum harus dimotivasi. Keluarga klien
mengatakan merasa khawatir dengan keadaan klien karena sebelumnya klien tidak pernah menderita
penyakit seperti yang dialaminya sekarang dan tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal
seperti ini. Pada saat klien dikaji oleh perawat klien mengatakan ia sangat mencintai anaknya dan
merasa kejadian ini terjadi karena kesalahan klien karena memberikan motor pada saat sekolah.
Klien mengatakan ia sangat merasa bersalah karena sebagai ibu tidak bisa menjaga anaknya. Klien
sering mengatakan biarkan saja saya sendiri, saya ingin menyusul An. K saja, saya sudah tidak punya
apa-apa didunia ini.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Nama Klien :; Ny. K


Diagnosa Medis :………………..
No. RM :
Ruangan :………………..

FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

RUANGAN: TANGGAL DI RAWAT:

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial: Ny. K (L/P) Tanggal Pengkajian:
Umur: 45 RM No:
Informan:

II. ALASAN MASUK


klien selalu murung dan tiba-tiba menangis. Menurut keluarga, klien memiliki 2 orang anak.
Klien mulai berubah semenjak anaknya yang pertama (An. K 13 th) meninggal karena
kecelakaan motor sejak 2 tahun yang lalu. Setelah kejadian itu klien terlihat murung dan sering
menangis sampai saat ini.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?( ) Ya ( √) Tidak
2. Pengobatan sebelumnya? ( ) Berhasil ( ) Kurang berhasil
( )Tidak berhasil
3. Trauma
Pelaku/ Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya fisik ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
Aniaya seksual ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
Penolakan ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
Kekerasan dalam keluarga ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
Tindakan kriminal ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
Jelaskan No. 1,2,3:

Masalah keperawatan:

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Hubungan Keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawatan
Tidak adaa

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Tidak ada

Masalah keperawatan:

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda-tanda vital: TD : 110/80 mmHg N : 82x/mnt
S : 36,8°C P : 20x/mnt
2. Ukur: TB :162 cm BB : 56 kg
3. Keluhan fisik : ( ) Ya (√ ) Tidak
Jelaskan:

Masalah keperawatan:

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram (Minimal 3 generasi)  klien sbg generasi ke-3
Jelaskan:

1. : Laki-laki

2. : Perempuan

3. : Sedarah

4. : Satu Rumah

5. : Pasien

Masalah keperawatan:

2. Konsep Diri
a. Gambaran diri: klien belum bisa menerima dengan menanggap bahwa anaknya sedang
tidur dan akan kembali lagi nanti.

b. Identitas :

c. Peran :

d. Ideal diri :

e. Harga diri :
Masalah keperawatan : HDR

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti: anaknya yang pertama

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok:

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:

Masalah keperawatan: ISOLASI SOSIAL

4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan: -

b. Kegiatan Ibadah: -

Masalah keperawatan:

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
( ) Tidak rapi ( ) Penggunaan pakaian tidak sesuai
( ) Cara berpakaian tidak seperti biasa
Jelaskan:-

Masalah keperawatan: DPD: Mandi, Berhias,

2. Pembicaraan
( ) Cepat ( ) Keras ( ) Gagap ( ) Inkohoren
( ) Apatis ( ) Lambat ( ) Membisu ( ) Tidak mampu memulai Pembicaraan
Jelaskan: -

Masalah keperawatan:
3. Aktifitas Motorik
( √ ) Lesu ( ) Tegang ( ) Gelisah ( ) Agitasi
( ) Tik ( ) Grimasen ( ) Tremor ( ) Kompulsif
Jelaskan:

Masalah keperawatan:

4. Alam Perasaan
( √ ) Sedih ( ) Ketakutan ( √ ) Putus Asa
( ) Khawatir ( ) Gembira Berlebihan
Jelaskan:

Masalah keperawatan:

5. Afek
( ) Datar ( ) Tumpul ( ) Labil ( ) Tidak Sesuai
Jelaskan: -

Masalah keperawatan:

6. Interaksi Selama Wawancara


( ) Bermusuhan ( ) Tidak kooperatif ( ) Mudah tersinggung
(√ ) Kontak mata kurang ( ) Defensif ( ) Curiga
Jelaskan:

Masalah keperawatan:

7. Persepsi
Halusinasi
( ) Pendengaran ( ) Penglihatan ( ) Perabaan
( ) Pengecapan ( )Penghidu
Jelaskan :

Masalah Keperawatan : GSP: Halusinasi Pendengaran/Penglihata/lainnya


8. Proses Pikir
( ) Sirkumstansial ( ) Tangensial
( ) Kehilangan asosisi ( ) Flight of ideas
( ) Pengulangan pembicaraan/persevarasi ( ) Blocking
Jelaskan:

Masalah Keperawatan:

9. Isi Pikir
( ) Obsesi ( ) Fobia ( ) Hipokondria
( ) Depersonalisasi ( ) Ide yang terkait ( ) Pikiran magis
Waham
( ) Agama ( ) Somatik ( ) Kebesaran
( ) Curiga ( ) Nihilistik ( ) Sisip pikir
( ) Siar pikir ( ) Kontrol pikir
Jelaskan:

Masalah keperawatan: PPP: Waham Kebesaran/Agama/lainnya

10. Tingkat Kesadaran


( ) Bingung ( ) Sedasi ( ) Stupor
Disorientasi
( ) Waktu ( ) Tempat ( ) Orang
Jelaskan:

Masalah keperawatan:

11. Memori
( ) Gangguan daya ingat jangka panjang
( ) Gangguan daya ingat saat ini
( ) Gangguan daya ingat jangka pendek
( ) Kofabulasi
Jelaskan:
Masalah keperawatan:

12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


( ) Mudah beralih
( √ ) Tidak mampu berkonsentrasi
( ) Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan:

Masalah keperawatan:

13. Kemampuan Penilaian


(√ ) Gangguan ringan ( ) Gangguan bermakna
Jelaskan:

Masalah keperawatan:
14. Daya Tilik Diri
( ) Mengingkari penyakit yang diderita
(√ ) Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan:

Masalah Keperawatan:

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
(√ ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
2. BAB/BAK
(√ ) Bantuan minimal ( ) Batuan total
3. Mandi
(√ ) Bantuan minimal ( ) Batuan total
Berpakaian/Berhias
(√ ) Bantuan minimal ( ) Batuan total
4. Istirahat dan tidur
( ) Tidur siang lama : 12.00 AM s/d. 15.00 PM
( ) tidur malam lama : 09.00 PM s/d 8.00 AM
( ) Kegiatan sebelum/sesudah tidur : Menangis
5. Penggunaan Obat
( ) Bantuan minimal ( ) Batuan total
6. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan ( √ ) Ya ( ) Tidak
Sistem pendukung ( √ ) Ya ( ) Tidak
7. Kegiatan di dalam rumah
Mempeersiapkan makanan di rumah ( √ ) Ya ( ) Tidak
Menjaga kerapian di rumah (√ ) Ya ( ) Tidak
Mencuci pakai (√ ) Ya ( ) Tidak
Pengaturan keuangan ( ) Ya ( √ ) Tidak
8. Kegiatan di luar rumah
Belanja ( )√ Ya ( ) Tidak
Transportasi ( √ ) Ya ( ) Tidak
Lain-lain ( ) Ya ( ) Tidak
Jelaskan:

Masalah keperawatan:

VIII. MEKANISME KOPING


( ) Adaptif ( √ ) Maladaptif
( ) Bicara dengan orang lain ( ) Minum Alkohol
( ) Mampu menyelesaikan masalah ( ) Reaksi lambat/berlebih
( ) Teknik relaksasi ( ) Menghindar
( ) Olah raga ( ) Menciderai diri
Jelaskan:

Masalah keperawatan:

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik….

Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik….


Masalah dengan pekerjaan, spesifik….

Masalah dengan perumahan, spesifik….

Masalah ekonomi, spesifik….

Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik….

Masalah lainnya, spesifik….

Masalah dengan dukungan lingkungan, spesifik….

Masalah keperawatan:

X. PENGETAHUAN KURANG
( ) Penyakit jiwa ( ) Sistem pendukung
( ) Faktor presipitasi ( ) Penyakit fisik
( ) Koping ( ) Obat-obatan
Jelaskan:

Masalah keperawatan:

XI. ASPEK MEDIK

Diagnosa Medik:

Terapi Medik:

XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Kehilangan dan berduka
2.. menarik diri
Tempat, Tanggal Pengkajian

Ttd

(Nama Pengkaji)

ANALISA DATA

Inisial Nama :. Ny. K Ruangan :.................... No RM .............


Tanggal/Jam Data Fokus Masalah Keperawatan
DS:
- keluarga klien mengatakan, klien selalu Berduka
murung dan tiba-tiba menangis
- Menurut keluarga pada saat kejadiannya
anaknya meninggal sampai dengan
dimakamkan, klien belum bisa menerima
dengan menanggap bahwa anaknya sedang
tidur dan akan kembali lagi nanti.
- klien belum bisa menerima dengan ikhlas

DO:
- Ny.K terlihat lesu karena sudah 2 hari ia
tidak dapat tidur dengan nyenyak
-Selama dilakukan pengkajian pasien
cenderung melihat ke satu arah dengan
pandangan kosong, dan sesekali berkaca-kaca
- Klien terlihat sulit berkonsentrasi
Ds : Harga Diri Rendah
- klien mengatakan ia sangat mencintai Situasional
anaknya dan merasa kejadian ini terjadi karena
kesalahan klien karena memberikan motor
pada saat sekolah.
- Klien mengatakan ia sangat merasa bersalah
karena sebagai ibu tidak bisa menjaga anaknya
Do :
- Klien tampak sulit berkonsentrasi  Cara
bica klien tampak pelan dan lirih  Selama
pengkajian
- klien cenderung menundunduk dan menatap
ke satu arah dan berkacakaca
Ds : Isolasi sosial
- Klien sering mengatakan biarkan saja saya
sendiri, saya ingin menyusul An. K saja, saya
sudah tidak punya apa-apa didunia ini.
Do :
-Selama dilakukan pengkajian pasien
cenderung melihat ke satu arah dengan
pandangan kosong, dan sesekali berkaca-kaca
-Klien terlihat sulit berkonsentrasi

POHON MASALAH (Minimal 3 masalah keperawatan)

Efek
Isolasi sosial
Core Problem
Harga Diri Rendah Kronis

Causa
Kehilangan seseorang

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Berduka (SDKI D.0081)
2. Harga Diri Rendah Situasional (SDKI D.0087)
3. Isolasi Sosial (SDKI D.0121)

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (NCP)

No Perencanaan
Tgl Dx. Keperawatan
dx Tujuan Kriteria Hasil intervensi
Isolasi sosial TUM: 1. Setelah….x 1.1. Bina hubungan saling
Klien dapat berinteraksi interaksi, klien percaya dengan:
dengan orang lain. menunjukkan  Beri salam setiap
tanda-tanda interaksi
TUK: percaya  Perkenalkan nama,
1. Klien dapat membina terhadap nama panggilan perawat
hubungan saling perawat: dan tujuan interaksi
percaya.  Wajah cerah, berkenalan
tersenyum  Tanyakan nama dan
 Mau nama panggilan
berkenalan kesukaan klien
 Ada kontak  Tunjukkan sikap jujur
mata dan menepati janji
 Bersedia setiap kali berinteraksi
menceritakan  Tanyakan perasaan
perasaannya klien dan masalah yang
 Bersedia dihadapi klien
mengungkapka  Buat kontrak yang jelas
n masalahnya

2. Klien mampu 2. Setelah…..x 2.1. Tanyakan pada klien


menyebutkan interaksi, klien tentang:
penyebab menarik diri dapat  Orang yang tinggal
menyebutkan serumah/teman sekamar
minimal satu klien
penyebab  Orang yang paling dekat
menarik diri dengan klien dirumah/di
dari: ruang perawatan
 Diri sendiri  Orang yang tidak dekat
 Orang lain dengan klien di
 Lingkungan rumah/di ruang
perawatan
 Apa yang membuat
klien tidak dekat
dengan orang tersebut
2.2. Diskusikan dengan klien
penyebab menarik diri
atau tidak mau bergaul
dengan orang lain
2.3. Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaanya.

3. Klien mampu 3. Setelah …..x 3.1 Tanyakan pada klien


meyebutkan keuntungan interaksi, klien
berhubungan dengan dapat tentang:
sosial (orang lain) dan meyebutkan:  Manfaat hubungan
kerugian menarik diri - Keuntungan sosial
berhubungan  Kerugian menarik diri
sosial (orang 3.2 Diskusikan bersama
lain) klien tentang manfaat
 Banyak berhubungan sosial dan
teman kerugian menarik diri
 Tidak 3.3 Beri pujian terhadap
kesepian kemampuan klien
 Saling mengungkapkan
menolong perasaanya
- Kerugian
menarik diri,
misalnya:
 Sendiri
 Kesepian
 Tidak bisa
diskusi

4. Klien dapat 4. Setelah …..x 4.1 Observasi perilaku klien


melaksanakan interaksi, klien saat berhubungan sosial
hubungan sosial secara dapat (orang lain)
bertahap. melaksanakan 4.2 Beri motivasi dan bantu
berhubungan klien untuk
sosial (orang berkenalan/berkomunikasi
lain) secara dengan;
bertahap:  Perawat lain
 Perawat  Klien lain
 Perawat lain  Kelompok
 Klien lain 4.3 Libatkan klien dalam
 kelompok terapi aktivitas kelompok
sosialisasi
4.4 Diskusikan jadual harian
yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan
kemampuan klien
bersoasialisasi
4.5 Beri motivasi klien
untuk melakukan kegiatan
sesuai jadual yang telah
dibuat
4.6 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
memperluas pergaulannya
melalui aktifitas yang
dilaksanakan

6. Klien mendapat 6.1 Setelah …..x 6.1.1 Diskusikan pentingnya


dukungan keluarga pertemuan peran serta keluarga
dalam memperluas keluarga dapat sebagai dukungan
hubungan sosial (orang menjelaskan untuk mengatasi
lain) tentang: perilaku menarik diri
 Pengertian 6.1.2 Diskusikan potensi
menarik diri keluarga untuk
 Tanda dan membatu klien
gejala menarik mengatasi perilaku
diri menarik diri
 Penyebab 6.1.3 Jelaskan pada keluarga
menarik diri tentang:

 Cara merawat  Pengertian menarik


klien dengan diri
menarik diri  Tanda dan gejala
menarik diri
 Penyebab menarik
diri
6.2 Setelah…..x
pertemuan  Cara merawat klien
keluarga dapat dengan menarik diri
mempraktikan 6.2.1 Latih keluarga cara
cara merawat merawat klien menarik
klien menarik diri
diri. 6.2.2 Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatih
6.2.3 Beri motivasi keluarga
agar membatu klien
untuk bersosialisasi
6.2.4 Beri pujian kepada
keluarga atas
keterlibatannya
merawat klien di
rumah sakit

CATATAN KEPERAWATAN

Nama Klien: Ny. K No CM:


Ruangan: Nama Perawat:
IMPLEMENTASI EVALUASI
Tgl 12 Juni 2023, Jam 09.00 WIB S: Klien mengatakan merasa senang setelah
ngobrol dengan perawat

Data: klien selalu murung dan tiba-tiba O: Klien terlihat kooperatif


menangis
A: Kesedihan masih ada, mampu bercakap-
cakap dengan orang lain
Dx Kep: Isolasi sosial ( SDKI D.0121)
P: Anjurkan latihan bercakap-cakap dengan
Tindakan; orang lain
Mengevaluasi jadual kegiatan harian,
melatih klien mengendalikan kesedihannya
dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

RTL
Latih cara mengendalikan kesedihan
dengan melakukan kegiatan Tekhnik
relaksasi napas dalam

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau
tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu
keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian
atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan NANDA merumuskan
ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka antisipasi
adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual
ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/ kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali
pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati. Kehilangan
dibagi dalam 2 tipe yaitu : aktual, atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 kategori kehilangan, yaitu :
kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek
eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/ aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/400626872/Makalah-Kehilangan-Dan-Berduka#
Buku kebutuhan dasar manusia jilid 2
http://repository.stikeshangtuah-sby.ac.id/497/1/2030077_Ni%20Made%20Wahyu%20Candra_KIA
%20Final_ACC.pdf

Anda mungkin juga menyukai