Anda di halaman 1dari 14

ASKEP KEHILANGAN DAN BERDUKA

Dosen Pembimbing:Ns.Jek Amidos Pardede,M.Kep,Sp.Kep.J


Mata Kuliah: Keperawatan Jiwa

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:
MEI MELDA NAPITUPULU
180207008

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIAMEDAN
2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karuniaNyalah sehingga penulisan makalah ini yang berjudul “ASKEP KEHILANGAN DAN
BERDUKA”dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
penyempurnaannya.Harapan penulis, kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Medan, November 2020

Mei Melda Napitupulu


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap
individual dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam
pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena
kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya. Dalam perkembangan
masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang
mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang
demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan
yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga
intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami
berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks
kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya
melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi,
mental dan sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian
besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi
perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami
kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan,
penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh
perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kehilangan dan berduka?


2. Apa tanda dan gejala kehilangan?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan?
4. Apa saja tipe kehilangan?
5. Apa saja jenis-jenis kehilangan?
6. Bagaimana konsep ASKEP dan penyelesaian masalah pada kasus kehilangan dan berduka?
1.2 Tujuan Penulisan
Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang :
1. Apa pengertian kehilangan dan berduka
2. Apa tanda dan gejala kehilangan
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan
4. Apa saja tipe kehilangan
5. Apa saja jenis-jenis kehilangan
6. Bagaimana konsep ASKEP dan penyelesaian masalah pada kasus kehilangan dan berduka

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Kehilangan dan Berduka
a) Kehilangan
Menurut Iyus yosep dalam buku keperawatan jiwa 2007, Kehilangan adalah suatu keadaan
Individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik
terjadi sebagian atau keseluruhan.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang
kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya
kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehilangan merupakan suatu
keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang- orang yang menghadapi suatu keadaan
yang berubah dari keadaan semula (keadaan yang sebelumya ada menjadi tidak ada).
b) Berduka
Grieving adalah reaksi emosional dari kehilangan dan terjadi bersamaan dengan kehilangan
baik karena perpisahan, perceraian maupun kematian.Bereavement adalah keadaan berduka yang
ditunjukan selama individu melewati rekasi. Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan
terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas,
susah tidur, dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. Dukacita adalah proses
kompleks yang normal meliputi respon dan perilaku emosional, fisik, spritual, sosial, dan
intelektual yakni individu, keluarga, dan komunitas, memasukan kehilangan, yang aktual,
adaptif, atau dipersepsikan kedalam kehidupan sehari – hari mereka.

2.2 Bentuk, Sifat dan Tipe Kehilangan


a) Bentuk-bentuk kehilangan

1. Kehilangan orang yang berarti


2. Kehilangan kesejahteraan
3. Kehilangan milik pribadi

b) Sifat kehilangan
1. Tiba–tiba (Tidak dapat diramalkan)
Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada pemulihan dukacita
yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan, bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian diri
akan sulit diterima.
2. Berangsur-angsur (Dapat Diramalkan)
Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan yang ditinggalkan
mengalami keletihan emosional (Rando:1984). Penelitian menunjukan bahwa yang ditinggalkan
oleh klien yang mengalami sakit selama 6 bulan atau kurang mempunyai kebutuhan yang lebih
besar terhadap ketergantungan pada orang lain, mengisolasi diri mereka lebih banyak, dan
mempunyai peningkatan perasaan marah dan bermusuhan.

c) Tipe kehilangan
1. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama dengan individu
yang mengalami kehilangan.
2.Perceived Loss ( Psikologis )
Perasaan individual, tetapi menyangkut hal – hal yang tidak dapat diraba atau dinyatakan
secara jelas.
3.Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi.Individu memperlihatkan perilaku
kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang akan berlangsung. Sering terjadi pada
keluarga dengan klien (anggota) menderita sakit terminal.
Tipe dari kehilangan dipengaruhi tingkat distres. Misalnya, kehilangan benda mungkin tidak
menimbulkan distres yang sama ketika kehilangan seseorang yang dekat dengan kita. Nanun
demikian, setiap individunberespon terhadap kehilangan secara berbeda.kematian seorang
anggota keluargamungkin menyebabkan distress lebih besar dibandingkan kehilangan hewan
peliharaan, tetapi bagi orang yang hidup sendiri kematian hewan peliharaan menyebaabkan
disters emosional yang lebih besar dibanding saudaranya yang sudah lama tidak pernah bertemu
selama bertahun-tahun.
Kehilangan dapat bersifat aktual atau dirasakan.Kehilangan yang bersifat actual dapat dengan
mudah diidentifikasi, misalnya seorang anak yang teman bermainya pindah rumah. Kehilangan
yang dirasakan kurang nyata dan dapat di salahartikan ,seperti kehilangan kepercayaan diri atau
prestise.

2.3 Etiologi

 Kehilangan dan berduka dapat disebabkan oleh


1. Kehilangan seseorang yang dicintai
2. Kehilanganm yang ada pada diri sendiri ( lose of self ).
3. Kehilangan objek eksternal.
4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal.
5. Kehilangan kehidupan atau meninggal.

2.4 Tanda dan Gejala Kehilangan


1. Perasaan sedih, menangis.
2. Perasaan putus asa, kesepian
3. Mengingkari kehilangan
4. Kesulitan dalam mengekspresikan perasaan
5. Konsenterasi menurun
6. Kemarahan yang berlebihan
7. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
8. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
9. Reaksi emosional yang lambat
10. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas.

2.5 Jenis-Jenis Kehilangan

 Terdapat lima Kategori Kehilangan, yaitu :


1) Kehilangan objek eksternal.
Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi usang
berpinda tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam.Kedalaman berduka yang dirasakan
seseorang terhadap benda yang hilang bergantung pada nilai yang dimiliki orng tersebut terhadap
nilai yang dimilikinya, dan kegunaan dari benda tersebut.
2) Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal
mencakup lingkungan yang telah dikenal Selma periode tertentu atau kepindahan secara
permanen. Contohnya pindah ke kota baru atau perawatan diruma sakit. Kehilangan melalui
perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal dapat terjadi melalui situasi maturaasionol,
misalnya ketika seorang lansia pindah kerumah perawatan, atau situasi situasional, contohnya
mengalami cidera atau penyakit dan kehilangan rumah akibat bencana alam.
3) Kehilangan orang terdekat
Orang terdekat mencakup orangtua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung, guru,
teman, tetangga, dan rekan kerja.Artis atau atlet terkenal mumgkin menjadi orang terdekat bagi
orang muda.Riset membuktikan bahwa banyak orang menganggap hewan peliharaan sebagai
orang terdekat.Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan atau kematian.
4) Kehilangan aspek diri
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis, atau
psikologis.Kehilangan anggota tubuh dapat mencakup anggota gerak , mata, rambut, gigi, atau
payu dara. Kehilangan fungsi fsiologis mencakupo kehilangan control kandung kemih atau usus,
mobilitas, atau fungsi sensori. Kehilangan fungsi fsikologis termasuk kehilangan ingatan, harga
diri, percaya diri atau cinta.Kehilangan aspek diri ini dapat terjadi akibat penyakit, cidera, atau
perubahan perkembangan atau situasi.Kehilangan seperti ini dapat menghilangkan sejatera
individu.Orang tersebut tidak hanya mengalami kedukaan akibat kehilangan tetapi juga dapat
mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh dan konsep diri.
5) Kehilangan hidup
Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-detik dimana orang tersebut
akan meninggal. Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam hidup
kedalam enpat fase.Fase presdiagnostik terjadi ketika diketahui ada gejala klien atau factor
resiko penyakit.Fase akut berpusat pada krisis diagnosis. Dalam fase kronis klien bertempur
dengan penyakit dan pengobatanya ,yang sering melibatkan serangkain krisis yang diakibatkan.
Akhirnya terdapat pemulihan atau fase terminal Klien yang mencapai fase terminal ketika
kematian bukan hanya lagi kemungkinan, tetapi pasti terjadi.Pada setiap hal dari penyakit klien
dan keluarga dihadapkan dengan kehilangan yang beragam dan terus berubah Seseorsng dapat
tumbuh dari pengalaman kehilangan melalui keterbukaan, dorongan dari orang lain, dan
dukungan adekuat.

2.6 Rentang Respon Kehilangan


Denial—–> Anger—–> Bergaining——> Depresi——> Acceptance
1. Fase denial
 Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
 Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.
 Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,
detak jantung cepat, menangis, gelisah.
2. Fase anger/marah
 mulai sadar akan kenyataan
 marah diproyeksikan pada orang lain
 reaksi fisik : muka merah,nadi cepat, gelisah,susah tidur,tangan mengepal.
 perilaku agresif
3. fase bergaining/tawar menawar
 Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan saya “
seandainya saya hati-hati “.
4. Fase depresi
 Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Fase acceptance
 Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
 Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah, akhirnya
saya harus operasi “
2.2.1Teori dari Proses Berduka
Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep dan
teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan
emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi untuk membantu mereka
memahami kesedihan mereka dan mengatasinya.Peran perawat adalah untuk mendapatkan
gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan
memberikan dukungan dalam bentuk empati.
1. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
a. Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas,
atau pergi tanpa tujuan.Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak
jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
b. Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin mengalami putus
asa.Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
c. Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong, karena
kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan
untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
d. Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum.Bisa merasa
bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
e. Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari.Sehingga pada fase ini
diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya.Kesadaran baru telah berkembang.
2.2.2 Jenis-jenis Berduka
1. Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap
kehilangan.Misalnya, kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan menari diri dari aktivitas
untuk sementara.
2. Berduka antisipatif, yaitu proses’melepaskan diri’ yng muncul sebelum kehilangan atau
kematian yang sesungguhnya terjadi.Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal, seseorang
akan memulai proses perpisahan dan menyesuaikan beragai urusan didunia sebelum ajalnya tiba
3. Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap
berikutnya,yaitu tahap kedukaan normal.Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir dan
dapat mengancam hubungan orang yang bersangkutan dengan orang lain.
4. Berduka tertutup, yaitu kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara
terbuka.Contohnya:Kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami kematian orang tua tiri,
atau ibu yang kehilangan anaknya di kandungan atau ketika bersalin.

2.2.3 Tanda dan Gejala Berduka

 Ungkapan kehilangan
 Menangis
 Gangguan tidur
 Kehilangan nafsu makan
 Sulit berkonsentrasi
Karakteristik berduka yang berkepanjangan,yaitu:
o Mengingkari kenyataan kehilngan terjadi dalam waktu yang lama
o Sedih berkepanjangan
o Adanya gejala fisik yang berat
o Keinginan untuk bunuh diri
BAB III
TINJAUAN KASUS
Di sebuah desa dikota A ada sepasang suami istri yang baru 1 bulan menikah, sang suami bernama Arza dan
sang istri bernama Ningrum. Mereka satu sama lain sangat mencintai. Apabila Arza sakit sang istri pun ikut
merasakan sakit, begitu pula sebaliknya.
Ketika itu Ningrum baru saja di ketahui positif hamil. Arza dan Ningrum pun sangat senang dan berusaha
semaksimal mungkin melindungi dan menjaga calon anak mereka itu.pada suatu hari arza mengalami
kecelakaan yang mengakibatkan arza meninggal.
Ibu ningrum mengatakan Hal ini membuat ningrum merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau
makan dan keluar kamar dia mengurung diri dan memandang foto arza dia menjadi jarang berbicara dan
terkadang sering teriak memanggil nama arza.
Dia sering berkata bahwa tidak percaya arza telah pergi selain itu dia sering terbangun dan menangis keras
memanggil arza. Saat pengkajian ningrum tampak lemas,wajah tampak kusut. Klien tampak putus asa dan sedih,
klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya.tampak kantung mata tanda-tanda vital N: 75x/mnt , S: 37
o
C , TD: 120/80 mmHg RR: 24x/mnt.

Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
- Ibu klien mengatakan klien merasa sangat - Klien tampak lemas
terpukul dia terus menangis, tidak mau makan - wajah tampak kusut, Klien tampak putus asa
dan keluar kamar Ibu klien mengatakan klien dan sedih,
sering mengurung diri dan memandang foto - klien susah berkosentrasi ketika perawat
arza bertanya.
- tampak kantung mata tanda-tanda vital
- Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang
berbicara dan terkadang sering teriak TTV
memanggil nama arza. TD: 120/80 mmHg
N: 75x/mnt S: 37oC
- Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza RR: 24x/mnt
telah pergi.

- Klien mengatakan sering terbangun dan


menangis keras memanggil arza
1. Analisa Data
Data Masalah Keperawatan
Ds : Duka Cita Terganggu
- Ibu klien mengatakan klien merasa
sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau
makan dan keluar kamar
- Ibu klien mengatakan klien sering mengurung
diri dan memandang foto arza
- Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang
berbicara dan terkadang sering teriak
memanggil nama arza.
- Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza
telah pergi.
- Klien mengatakan sering terbangun dan
menangis keras memanggil arza

Do :
- Klien tampak lemas
- wajah tampak kusut, Klien tampak putus asa
dan sedih,
- klien susah berkosentrasi ketika perawat
bertanya.
- tampak kantung mata tanda-tanda vital

TTV
TD: 120/80 mmHg
N: 75x/mnt S: 37oC
RR: 24x/mnt

2. Diagnosa : Duka Cita Yang Terganggu


3. Intervensi
Tujuan umum: Pasien berperan aktif melalui proses berduka secara tuntas.
Tujuan khusus:
1. Mampu mengungkapkan perasaan berduka
2. Menjelaskan makna kehilangan
3. Klien dapat mengungkapkan kemarahan nya secara verbal
4. Klien dapat mengatasi kemarahan nya dengan koping yang adaptif
5. Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya
6. Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi
7. Klien dapat mengurangi rasa bersalah nya
8. Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri
9. Klien dapat menerima kehilangan 10. Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga atau orang lain

4. Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya


b. Jelaskan proses berduka
c. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya
d. Mendengarkan dengan penuh perhatian
e. Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukan
f. Teknik komunikasi diam dan sentuhan g. Perhatikan kebutuhan dasar pasien

5. Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai