D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
MEI MELDA NAPITUPULU
180207008
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karuniaNyalah sehingga penulisan makalah ini yang berjudul “ASKEP KEHILANGAN DAN
BERDUKA”dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
penyempurnaannya.Harapan penulis, kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap
individual dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam
pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena
kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya. Dalam perkembangan
masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang
mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang
demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan
yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga
intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami
berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks
kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya
melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi,
mental dan sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian
besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi
perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami
kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan,
penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh
perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Kehilangan dan Berduka
a) Kehilangan
Menurut Iyus yosep dalam buku keperawatan jiwa 2007, Kehilangan adalah suatu keadaan
Individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik
terjadi sebagian atau keseluruhan.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang
kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya
kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehilangan merupakan suatu
keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang- orang yang menghadapi suatu keadaan
yang berubah dari keadaan semula (keadaan yang sebelumya ada menjadi tidak ada).
b) Berduka
Grieving adalah reaksi emosional dari kehilangan dan terjadi bersamaan dengan kehilangan
baik karena perpisahan, perceraian maupun kematian.Bereavement adalah keadaan berduka yang
ditunjukan selama individu melewati rekasi. Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan
terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas,
susah tidur, dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. Dukacita adalah proses
kompleks yang normal meliputi respon dan perilaku emosional, fisik, spritual, sosial, dan
intelektual yakni individu, keluarga, dan komunitas, memasukan kehilangan, yang aktual,
adaptif, atau dipersepsikan kedalam kehidupan sehari – hari mereka.
b) Sifat kehilangan
1. Tiba–tiba (Tidak dapat diramalkan)
Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada pemulihan dukacita
yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan, bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian diri
akan sulit diterima.
2. Berangsur-angsur (Dapat Diramalkan)
Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan yang ditinggalkan
mengalami keletihan emosional (Rando:1984). Penelitian menunjukan bahwa yang ditinggalkan
oleh klien yang mengalami sakit selama 6 bulan atau kurang mempunyai kebutuhan yang lebih
besar terhadap ketergantungan pada orang lain, mengisolasi diri mereka lebih banyak, dan
mempunyai peningkatan perasaan marah dan bermusuhan.
c) Tipe kehilangan
1. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama dengan individu
yang mengalami kehilangan.
2.Perceived Loss ( Psikologis )
Perasaan individual, tetapi menyangkut hal – hal yang tidak dapat diraba atau dinyatakan
secara jelas.
3.Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi.Individu memperlihatkan perilaku
kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang akan berlangsung. Sering terjadi pada
keluarga dengan klien (anggota) menderita sakit terminal.
Tipe dari kehilangan dipengaruhi tingkat distres. Misalnya, kehilangan benda mungkin tidak
menimbulkan distres yang sama ketika kehilangan seseorang yang dekat dengan kita. Nanun
demikian, setiap individunberespon terhadap kehilangan secara berbeda.kematian seorang
anggota keluargamungkin menyebabkan distress lebih besar dibandingkan kehilangan hewan
peliharaan, tetapi bagi orang yang hidup sendiri kematian hewan peliharaan menyebaabkan
disters emosional yang lebih besar dibanding saudaranya yang sudah lama tidak pernah bertemu
selama bertahun-tahun.
Kehilangan dapat bersifat aktual atau dirasakan.Kehilangan yang bersifat actual dapat dengan
mudah diidentifikasi, misalnya seorang anak yang teman bermainya pindah rumah. Kehilangan
yang dirasakan kurang nyata dan dapat di salahartikan ,seperti kehilangan kepercayaan diri atau
prestise.
2.3 Etiologi
Ungkapan kehilangan
Menangis
Gangguan tidur
Kehilangan nafsu makan
Sulit berkonsentrasi
Karakteristik berduka yang berkepanjangan,yaitu:
o Mengingkari kenyataan kehilngan terjadi dalam waktu yang lama
o Sedih berkepanjangan
o Adanya gejala fisik yang berat
o Keinginan untuk bunuh diri
BAB III
TINJAUAN KASUS
Di sebuah desa dikota A ada sepasang suami istri yang baru 1 bulan menikah, sang suami bernama Arza dan
sang istri bernama Ningrum. Mereka satu sama lain sangat mencintai. Apabila Arza sakit sang istri pun ikut
merasakan sakit, begitu pula sebaliknya.
Ketika itu Ningrum baru saja di ketahui positif hamil. Arza dan Ningrum pun sangat senang dan berusaha
semaksimal mungkin melindungi dan menjaga calon anak mereka itu.pada suatu hari arza mengalami
kecelakaan yang mengakibatkan arza meninggal.
Ibu ningrum mengatakan Hal ini membuat ningrum merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau
makan dan keluar kamar dia mengurung diri dan memandang foto arza dia menjadi jarang berbicara dan
terkadang sering teriak memanggil nama arza.
Dia sering berkata bahwa tidak percaya arza telah pergi selain itu dia sering terbangun dan menangis keras
memanggil arza. Saat pengkajian ningrum tampak lemas,wajah tampak kusut. Klien tampak putus asa dan sedih,
klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya.tampak kantung mata tanda-tanda vital N: 75x/mnt , S: 37
o
C , TD: 120/80 mmHg RR: 24x/mnt.
Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
- Ibu klien mengatakan klien merasa sangat - Klien tampak lemas
terpukul dia terus menangis, tidak mau makan - wajah tampak kusut, Klien tampak putus asa
dan keluar kamar Ibu klien mengatakan klien dan sedih,
sering mengurung diri dan memandang foto - klien susah berkosentrasi ketika perawat
arza bertanya.
- tampak kantung mata tanda-tanda vital
- Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang
berbicara dan terkadang sering teriak TTV
memanggil nama arza. TD: 120/80 mmHg
N: 75x/mnt S: 37oC
- Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza RR: 24x/mnt
telah pergi.
Do :
- Klien tampak lemas
- wajah tampak kusut, Klien tampak putus asa
dan sedih,
- klien susah berkosentrasi ketika perawat
bertanya.
- tampak kantung mata tanda-tanda vital
TTV
TD: 120/80 mmHg
N: 75x/mnt S: 37oC
RR: 24x/mnt
4. Tindakan Keperawatan
5. Evaluasi