Disusun untuk Memenuhi Tugas kelompok Mata Kuliah Psikososial & Budaya dalam
keperawatan yang diampu oleh Ns. Yuniar M. Soeli, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep. Jiwa
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan dalam
menyusun makalah ini guna memenuhi tugas Mata Kuliah Psikososial dan budaya
dalam keperawatan yang berjudul “konsep kehilangan, kematian dan berduka
dalam keperawatan” oleh Ns. Yuniar Mansye Soeli, S.Kep., M.Kep., SP. Kep Jiwa.
Materi yang dimuat dalam makalah ini berisi tentang materi “konsep kehilangan,
kematian dan berduka dalam keperawatan” Maka dengan ini diharapkan kepada
pembaca khususnya bagi mahasiswa yang mengambil jurusan keperawatan untuk dapat
memahami materi dengan baik. Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan di
dalamnya.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna
meningkatkan kualitas makalah ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………….................................. . 1
DAFTAR ISI………………………………………………………………......................... . 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………………................................. 3
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4
1.3. Tujuan .......................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Kehilangan ..............................................……...………………………....................... 6
2.2 Jenis Kehilangan ........................................................................................................... 6
2.3 Dampak Kehilangan ..................................................................................................... 7
2.4 Berduka ......................................................................................................................... 7
2.5 Jenis Beduka ................................................................................................................. 7
2.6 Respon Berduka.... ....................................................................................................... 8
2.7 Sekarat dan Kematian ................................................................................................10
2.8 Perubahan Tubuh setelah Kematian ........................................................................10
2.9 Asuhan Keperawatan Pada Masalah Menjelang Kematian dan Kematian.........11
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah kami antara lain:
1. Apakah arti dari kehilangan dan berduka?
2. Apa saja jenis-jenis berduka dan kehilangan?
3. Apa saja dampak dan respon dari berduka dan kehilangan?
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana berduka dan
kehilangan itu.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui arti dari berduka dan kehilangan.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis berduka dan kehilangan .
3. Untuk mengetahui dampak dan respon berduka dan kehilangan
4
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Kehilangan
Kehilangan (lass) adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami
individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau
keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang
kehidupannya. Sejak lahir, individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walupun dalam bentuk yang berbeda. Setiap individu akan bereaksi
terhadap kehilangan.
Kehilangan dapat memiliki beragam bentuk, sesui nilai dan prioritas yang dipengaruhi
oleh lingkungan seseorang yang, meliputi keluarga, teman, masyarakat dan budaya.
Kehilangan dapat berupa kehilangan yang nyata atau kehilangan yang dirasakan. Kehilangan
yang nyata (actual loss) adalah kehilangan orang atau objek yang tidak lagi dirasakan, dilihat,
diraba, atau dialami seseorang, misalnya anggota tubuh, anak, hubungan, dan peran ditempat
kerja.
Kehilangan yang dirasakan (perceived loss) merupakan kehilangan yang sifatnya unik
menurut orang yang mengalami kedukaan, misalnya kehilangan hrga diri atau percaya diri.
1. kehilangan objek eksternal (misalnya kecurian atau kehancuran akibat bencana alam)
2. kehilangan lingkungan yang dikenal (misalnya berpindah rumah, dirawat dirumah sakit
atau berpindah pekerjaan)
3. kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti (misalnya pekerjaan, kepergian anggota
keluarga atau teman dekat, perawat yang dipercaya, atau binatang peliharaan)
4. kehilangan suatu aspek diri (misalnya anggota tubuh dan fungsi psikologis atau fisik)
5. kehilangan hidup (misalnya kematian anggota keluarga, teman dekat atau diri sendiri)
5
2.3 Dampak kehilangan
2. pada masa remaja atau dewasa muda, kehilangan dapat menyebabkan disintegrasi dalam
keluarga.
3. pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan hidup, dapat menjadi
pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang ditinggalkan.
2.4 Berduka
1. Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap
kehilangan. Misalnya, kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian dan menarik diri dari
aktifitas utuk sementara.
2. Berduka antisipatif, yaitu proses ‘melepaskan diri’ yang muncul sebelum kehilangan ataau
kematian yang sesungguhnya terjadi. Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal,
seseorang akann memulai proses perpisahan dan meyelesaikan berbagai urusan didunia
sebelum ajalnya tiba.
3. Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya,
yaitu tahap kedukaan normal. Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir dan
dapat mengancam hubungan orang yang bersangkutan dengan orang lain.
4. Berduka tertutup, yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakuti secara
terbuka. Contohnya, kehilangan pasangan karena AIDS, , mengalami kematian orang
tua tiri, atau ibu yang kehilangan anak kandungnya atau ketika bersalin.
6
2.6 Respons Berduka
Respons berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap berikut (kubler-
Ross, dalam potter dan perry, 1997)
Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mual, diare,
gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan seringkali individu
tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini berlangsung dalam beberapa menit hingga
beberapa tahun.
2. Tahap Marah. Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarah yang timbul
seringkali di proyeksi kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang yang mengalami
kehilangan juga tidak jarang menunjukan prilaku agresif, berbicara kasar, menyerang
orang lain, menolak pengobatan, bahkan menuduh dokter atau perawat tidak
kompeten. Respons fisik yang sering terjadi, antara lain muka merah, denyut nadi
cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal, dan seterusnya
4. Tahap Depresi. Pada tahap ini pasien sering menunjukan sikap menarik diri,kadang-
kadang bersikap sangat penurut, tidak mau berbicara, menyatakan keputusan, rasa
tidak berharga, bahkan bisa muncul keinginan bunuh diri. Gejala fisik yang di
tunjukkan, antara lain menolak makan, susah tidur, letih, turunya dorongan libido, dan
lain-lain.
7
Secara khusus, tahan / rentang respons individual terhadap kedukaan adalah:
a. Tahap Pengingkaran
1. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasannya
dengan cara :
Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan berdukanya.
Meningkatkan kesabaran pasien secara bertahap tentang kenyataan dan
kehilangan, apabila sudah siap secara emosional
b. Tahap Marah
Mengizinkan dan mendorong pasien mengungkapkan rasa marah secara verbal
tanpa melawan kemarahan tersebut dengan cara :
Menjelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan pasien sebenarnya
tidak di tujukan kepada mereka.
Membiarkan pasien menangis.
Mendorong pasien untuk membicarakan kemarahanya.
c. Tahap Tawar-menawar
Membantu pasien mengungkapkan rasa bersalah dan takut dengan cara:
Mendengarkan ungkapan dengan penuh perhatian.
Mendorong pasien untuk membicarakan rasa takut atau rasa
bersalahnya.
Membahas bersama pasien mengenai penyebab rasa bersalah atau rasa
takutnya.
8
d. Tahap Depresi
1) Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan takut dengan cara :
Mengamati prilaku pasien dan bersama denganya membahas
perasaanya.
Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri sesuai derajat
risikonya.
2) Membantu pasien mengurangi rasa bersalah dengan cara :
Menghargai perasaan pasien.
Membantu pasien menemukan dukungan yang positif dengan
mengaitkan terhadap kenyataan.
Memberi kesempatan untuk menangis dan mengungkapkan
perasaanya.
Bersama pasien membahas pikiran negatif yang selalu timbul.
e. Tahap Penerimaan
Membantu pasien menerima kehilangan yang tidak bisa dielakan dengan cara :
Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teratur
Membantu keluarga berbagi rasa, karena setiap anggota keluarga tidak
berada pada tahap yang sama pada saat yang bersamaan.
Membahas rencana setelah masa berkabung terlewati.
Memberi informasi akurat tentang kebutuhan pasien dan keluarga.
Sekarat (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang
memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal, kematian (death) merupakan
kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respons terhadap
stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas listrik otak, atau dapat juga
dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau terhentinya kerja otak
secara menetap. Dying dan death memiliki proses atau tahapan yang sama seperti pada
kehilangan dan berduka sesuai dengan tahapan Kubler Ross, yaitu diawali dengan
penolakan,kemarahan,bergaining,deprisi,dan penerimaan.
Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian, diantaranya: rigor mortis (kaku),
dapat terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian, algor mortis (dingin), suhu tubuh perlahan –
lahan turun, dan post mortemdecomposition, yaitu terjadi livor mortis pada daerah yang
tertekan serta melunaknya jaringan yang dapat menimbulkan banyak bakteri.
9
2.9 Asuhan Keperawatan pada Masalah Menjelang Kematian dan Kematian
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian masalah ini antara lain adanya tanda klinis saat
menghadapi kematian (sekarat), seperti perlu kajian adanya hilangnya tonus
otot, relaksai otot wajah, kesulitan untuk berbicara, kesulitan menelan,
penurunan aktivitas gastrointestinal, melemahnya tanda sirkulasi, melemahnya
sensasi, terjadi sianosis pada ekstremitas, kulit teraba dingin, terdapat
perubahan tanda vital seperti nadi melambat dan melemah, penuruna tekanan
darah, pernapasan tidak teratur melalui mulut, adanya kegagalan sensori
seperti pandangan kaburdan menurunnya tingkat kesadaran. Pasien yang
mendekati kematian ditandai dengan dilatasi pupil, tidak mampu bergerak,
reflek hilang, nadi naik kemudian turun, respirasi cheyne stroke (napas
terdengar kasar), dan tekanan darah menurun. Kematian ditandai dengan
terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, hilangnya terpos terhadap
stimulus eksternal, hilangnya pergerakan otot, dan terhentinya aktivitas otak.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian (proses sekarat)
2. Keputusasaan berhubungan dengan penyakit terminal
10
D. Tindakan dalam Menghadapi Kematian
1. Perawatan Jenazah
a. Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis
b. Singkirkan pakaian atau alat tenun
c. Lepaskan semua alat kesehatan
d. Bersihkan tubuh dari kotoran dan noda
e. Tempatkan kedua tangan jenazah di atas abdomen dan ikat pergelangannya
(tergantung kepercayaan atau agama)
f. Tempatkan satu bantal dibah kepala
g. Tutup kelopak mata,jika tidak ada tutup bisa menggunakan kapas basah.
h. Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat dan letakkan gulangan hanuk
di bawah dagu
i. Letakkan alas dibawah glutea.
j. Tutup sampai sebatas bahu,kepala ditutup dengan kain tipis.
k. Catat semua milk pasien dan berikan kepada keluarga.
l. Beri kartu atau tanda pengenal.
m. Bungkus jenazah dengan kain panjang
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah sekarat dan kematian secara umum dapat di nilai
dari kemampuan untuk menghadapi atau menerima makna kematian,reaksi
terhadap kematian,dan perubahan perilaku, yaitu menerima arti kematian.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada
menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau
ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara actual maupun potensial, hubungan,
objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal,
atau kesalahan/kekacauan.
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori
kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang
sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan
kehilangan kehidupan/meninggal. Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka
dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
3.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13