Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Konsep dasar asuhan dan kehilangan, berdukadan


menjelang ajal”

DISUSUN OLEH
Kelompok 2
Nama Anggota :
1.Anita Kurnia puspitasari (P05140320006)
2. Dara Ayu Az zahra (P05140320011)
3. Dinda oktaviani (P05140320015)
4. Mahffira piarti putri (P05140320023)
5. Novellya anggel tania (P05140320030)
6. Zilfha dwi izzarizki (P05140320050)

Dosen Pengampu :
Epti yorita ,S.ST,M.kes

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah  keterampilan dasar praktik
kebidanan dengan judul “Konsep dasar asuhan dan kehilangan, berdukadan menjelang ajal”.
Tim penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan
ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik
dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Terima kasih disampaikan kepada dosen yang telah membimbing dan memberikan materi demi
lancarnya tugas ini. Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat.

Bengkulu, 27 Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kehilangan ..............................................................................................................3
B. Jenis kehilangan.......................................................................................................4
C. Dampak kehilangan.................................................................................................5
D. Berduka ...................................................................................................................6
E. Jenis berduka............................................................................................................7
F. Respon ........................................................................................................................8
G. Sekarat dan kematian .............................................................................................9
H. Perubahan setelah kematian.....................................................................................10
I. Asuhan keperawatan pada masalah menjelang kematian dan kematian...........11
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................12
B. Saran......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada,
kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35).
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang
kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya
kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.

Duka cita dilihat sebagai suatu keadaan yang dinamis dan selalu berubah-ubah. Duka cita tidak
berbanding lurus dengan keadaan emosi, pikiran maupun perilaku seseorang. Duka cita adalah suatu
proses yang ditandai dengan beberapa tahapan atau bagian dari aktivitas untuk mencapai beberapa tujuan,
yaitu : menolak (denial), marah (anger), tawar-menawar (bargaining), depresi (depression), dan menerima
(acceptance). Pekerjaan duka cita terdiri dari berbagai tugas yang dihubungkan dengan situasi ketika
seseorang melewati dampak dan efek dari perasaan kehilangan yang telah dialaminya. Duka cita
berpotensi untuk berlangsung tanpa batas waktu.

Kematian merupakan peristiwa alamiah yang dihadapi oleh manusia. Namun, bencana gempa di
Bantul memaksa anak untuk melihat dan atau mengalami kematian secara tiba-tiba.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kehilangan dan dampaknya ?


2. Apa pengertian berduka dan dampaknya ?
3. Apa pengertian kematian dan dampaknya ?

C. Tujuan

1. Agar pembaca dapat memahami arti kehilangan dan dampaknya.


2. Agar pembaca dapat memahami arti berduka dan dampaknya.
3. Agar pembaca dapat memahami arti kematian dan dampaknya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kehilangan

Kehilangan (lass) adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu
ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan, atau
terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan. Kehilangan merupakan
pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupannya. Sejak lahir,
individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walupun
dalam bentuk yang berbeda. Setiap individu akan bereaksi terhadap kehilangan. Respons terakhir
terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh respons terhadap kehilangan sebelumnya (potterdan
perry,1997).

A. Individu

Kehilangan dapat memiliki beragam bentuk, sesui nilai dan prioritas yang dipengaruhi
oleh lingkungan seseorang yang, meliputi keluarga, teman, masyarakat dan budaya.
Kehilangan dapat berupa kehilangan yang nyata atau kehilangan yang dirasakan.
Kehilangan yang nyata (actual loss) adalah kehilangan orang atau objek yang tidak lagi
dirasakan, dilihat, diraba, atau dialami seseorang, misalnya anggota tubuh, anak,
hubungan, dan peran ditempat kerja. Kehilangan yang dirasakan (perceived loss)
merupakan kehilangan yang sifatnya unik menurut orang yang mengalami kedukaan,
misalnya kehilangan harga diri atau percaya diri.
2.2 Jenis kehilangan
1. Kehilangan objek eksternal (misalnya kecurian atau kehancuran akibat bencana alam)
2. Kehilangan lingkungan yang dikenal (misalnya berpindah rumah, dirawat dirumah sakit
atau berpindah pekerjaan)
3. Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti (misalnya pekerjaan, kepergian anggota
keluarga atau teman dekat, perawat yang dipercaya, atau binatang peliharaan)
4. Kehilangan suatu aspek diri (misalnya anggota tubuh dan fungsi psikologis atau fisik)
5. Kehilangan hidup (misalnya kematian anggota keluarga, teman dekat atau diri sendiri)

2.3 Dampak kehilangan


1. Pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk berkembang,
kadang-kadang akan timbul regresi serta rasa takut untuk ditingggalkan atau dibiarkan
kesepian.
2. Pada masa remaja atau dewasa muda, kehilangan dapat menyebabkan disintegrasi dalam
keluarga.
3. Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan hidup, dapat menjadi
pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang ditinggalkan.

2.4 Berduka

Berduka (grieving) merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan. Hal ini diwujudkan dalam
berbagai cara yang unik pada masing-masing orang dan didasarkan pada pengalaman pribadi,
ekspektasi budaya, dan keyakinan spiritual yang dianutnya. Sedangkan istilah kehilangan
(bereavement)mencakup berduka dan berkabung (morning), yaitu perasaan didalam dan reaksi
keluar orang yang ditinggalkan. Berkabung adalah periode penerimaan terhadap kehilangan dan
berduka. Hal ini terjadi dalam masa kehilangan dan sering dipengaruhi oleh kebudayaan atau
kebiasaan.

2.5 Jenis berduka


1. Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap
kehilangan. Misalnya, kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian dan menarik diri dari
aktifitas utuk sementara.
2. Berduka antisipatif, yaitu proses ‘melepaskan diri’ yang muncul sebelum kehilangan
ataau kematian yang sesungguhnya terjadi. Misalnya, ketika menerima diagnosis
terminal, seseorang akann memulai proses perpisahan dan meyelesaikan berbagai urusan
didunia sebelum ajalnya tiba.
3. Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya,
yaitu tahap kedukaan normal. Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir dan
dapat mengancam hubungan orang yang bersangkutan dengan orang lain.
4. Berduka tertutup, yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakuti secara
terbuka. Contohnya, kehilangan pasangan karena AIDS, , mengalami kematian orang tua
tiri, atau ibu yang kehilangan anak kandungnya atau ketika bersalin.

2.6 Respons

Berduka Respons berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap


berikut (kublerRoss, dalam potter dan perry, 1997)

1. Tahap Pengingkaran. Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok,
tidak percaya,mengerti,atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar benar
terjadi. Sebagai contoh orang atau keluarga dari orang yang menerima diagnosis terminal
akan terus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah
letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis,
gelisah, dan seringkali individu tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini berlangsung
dalam beberapa menit hingga beberapa tahun.
2. Tahap Marah. Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarah yang timbul
seringkali di proyeksi kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang yang mengalami
kehilangan juga tidak jarang menunjukan prilaku agresif, berbicara kasar, menyerang
orang lain, menolak pengobatan, bahkan menuduh dokter atau perawat tidak kompeten.
Respons fisik yang sering terjadi, antara lain muka merah, denyut nadi cepat, gelisah,
susah tidur, tangan mengepal, dan seterusnya
3. Tahap Tawar-menawar. Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran kenyataan terjadinya
kehilangan dan dapat mencoba untuk memiliki kesepakatan secara halus atau terang-
terangan seolah-olah kehilangan tersebut dapat di cegah. Individu mungkin berupaya
untuk melakukan tawar-menawar dengan memohon kemurahan Tuhan.
4. Tahap Depresi. Pada tahap ini pasien sering menunjukan sikap menarik
diri,kadangkadang bersikap sangat penurut, tidak mau berbicara, menyatakan keputusan,
rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul keinginan bunuh diri. Gejala fisik yang di
tunjukkan, antara lain menolak makan, susah tidur, letih, turunya dorongan libido, dan
lain-lain.
5. Tahap Penerimaan. Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran
yang selalu berpusat pada objek yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu
telah menerima kenyataan kehilangan yang di alaminya dan mulai memandang ke depan.
Gambaran tentang objek atau orang yang hilang akan mulai di lepaskan bertahap.
Perhatiannya akanberalihpadaobjek yang baru. Apabila individu dapat memulai tahap
tersebut dan menerima dengan perasaan damai, maka dia dapat mengakhiri proses
berduka serta dapat mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas. Kegagalan untuk
masuk ketahap penerimaan akan memengaruhi kemampuan individu terse but dalam
mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.
Secara khusus, tahan / rentang respons individual terhadap kedukaan adalah:
a. Tahap Pengingkaran
1. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasannya
dengan cara :
 Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan berdukanya.
 Meningkatkan kesabaran pasien secara bertahap tentang kenyataan dan
kehilangan, apabila sudah siap secara emosional
2. Menunjukan sikap menerima dengan iklas dan mendorong pasien untuk berbagi
rasa dengan cara :
 Mendengarkan dengan penuh perhatian dan minat mengenai hal yang
dikatakan oleh pasien tanpa menghukum atau menghakimi.
 Menjelaskan kepada pasien bahwa sikap tersebut bisa terjadi pada orang
yang mengalami kehilangan.
3. Memberi jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit,
pengobatan, dan kematian dengan cara :
 Menjawab pertanyaan pasien dengan bahas yang mudah di mengerti, jelas,
dan tidak berbelit-belit.
 Mengamati dengan cermat repons-respons pasien selama berbicara.
 Meningkatkan kesadaran secara bertahap.
b. Tahap Marah Mengizinkan dan mendorong pasien mengungkapkan rasa marah secara
verbal tanpa melawan kemarahan tersebut dengan cara :
 Menjelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan pasien sebenarnya tidak
di tujukan kepada mereka.
 Membiarkan pasien menangis.
 Mendorong pasien untuk membicarakan kemarahanya.
c. Tahap Tawar-menawar Membantu pasien mengungkapkan rasa bersalah dan takut
dengan cara:
 Mendengarkan ungkapan dengan penuh perhatian.
 Mendorong pasien untuk membicarakan rasa takut atau rasa bersalahnya.
 Membahas bersama pasien mengenai penyebab rasa bersalah atau rasa
takutnya.
d. Tahap Depresi
1) Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan takut dengan cara :
 Mengamati prilaku pasien dan bersama denganya membahas perasaanya.
 Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri sesuai derajat risikonya.
1) Membantu pasien mengurangi rasa bersalah dengan cara :
 Menghargai perasaan pasien.
 Membantu pasien menemukan dukungan yang positif dengan mengaitkan
terhadap kenyataan.
 Memberi kesempatan untuk menangis dan mengungkapkan perasaanya.
 Bersama pasien membahas pikiran negatif yang selalu timbul.
e. Tahap Penerimaan Membantu pasien menerima kehilangan yang tidak bisa dielakan
dengan cara :
 Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teratur
 Membantu keluarga berbagi rasa, karena setiap anggota keluarga tidak
berada pada tahap yang sama pada saat yang bersamaan.
 Membahas rencana setelah masa berkabung terlewati.
 Memberi informasi akurat tentang kebutuhan pasien dan keluarga.
2.7 SEKARAT DAN KEMATIAN

Sekarat (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang
memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal, kematian (death) merupakan
kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respons terhadap
stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas listrik otak, atau dapat juga dikatakan
terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau terhentinya kerja otak secara menetap.
Dying dan death memiliki proses atau tahapan yang sama seperti pada kehilangan dan berduka
sesuai dengan tahapan Kubler Ross, yaitu diawali dengan
penolakan,kemarahan,bergaining,deprisi,dan penerimaan.

2.8 Perubahan Tubuh Setelah Kematian

Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian, diantaranya: rigor mortis (kaku),
dapat terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian, algor mortis (dingin), suhu tubuh perlahan – lahan
turun, dan post mortemdecomposition, yaitu terjadi livor mortis pada daerah yang tertekan serta
melunaknya jaringan yang dapat menimbulkan banyak bakteri.

2.9 Asuhan Keperawatan pada Masalah Menjelang Kematian dan Kematian


A. Pengkajian Keperawatan Pengkajian masalah ini antara lain adanya tanda klinis saat
menghadapi kematian (sekarat), seperti perlu kajian adanya hilangnya tonus otot, relaksai
otot wajah, kesulitan untuk berbicara, kesulitan menelan, penurunan aktivitas
gastrointestinal, melemahnya tanda sirkulasi, melemahnya sensasi, terjadi sianosis pada
ekstremitas, kulit teraba dingin, terdapat perubahan tanda vital seperti nadi melambat dan
melemah, penuruna tekanan darah, pernapasan tidak teratur melalui mulut, adanya
kegagalan sensori seperti pandangan kaburdan menurunnya tingkat kesadaran. Pasien
yang mendekati kematian ditandai dengan dilatasi pupil, tidak mampu bergerak, reflek
hilang, nadi naik kemudian turun, respirasi cheyne stroke (napas terdengar kasar), dan
tekanan darah menurun. Kematian ditandai dengan terhentinya pernapasan, nadi, dan
tekanan darah, hilangnya terpos terhadap stimulus eksternal, hilangnya pergerakan otot,
dan terhentinya aktivitas otak.
B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian (proses sekarat)


2. Keputusasaan berhubungan dengan penyakit terminal
3.
C. Perencanaan dan Tindakan Keperawatan Hal yang dapat dilakukan dalam perencanaan
tujuan keperawatan adalah membantu mengurangi deperesi dan ketakutan pasien,
mempertahankan harapan, membantu pasien menerima kenyataan, serta memberikan rasa
nyaman. Rencana yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut,antara lain :
1. Memberi dukungan dan mengembalikan kontrol diri pasien dengan cara mengatur
tempat perawatan, mengatur kunjungan, jadwal aktivitas, dan penggunaan sumber
pelayanan kesehatan.
2. Membantu pasien mengatasi kesepian, depresi, dan rasa takut.
3. Membantu pasien mempertahankan rasa aman, percaya diri, dan harga diri
4. Membantu pasien mempertahankan harapan yang dimiliki
5. Membantu pasien menerima kenyataan
6. Memenuhi kebutuhan fisiologis
7. Memberi dukungan spiritual dengan memfasilitasi kegiatan spiritual pasien
D. Tindakan dalam Menghadapi Kematian
1. Perawatan Jenazah
1. Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis
2. Singkirkan pakaian atau alat tenun
3. Lepaskan semua alat kesehatan
4. Bersihkan tubuh dari kotoran dan noda
5. Tempatkan kedua tangan jenazah di atas abdomen dan ikat
pergelangannya (tergantung kepercayaan atau agama)
6. Tempatkan satu bantal dibah kepala
7. Tutup kelopak mata,jika tidak ada tutup bisa menggunakan
kapas basah.
8. Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat dan letakkan
gulangan hanuk di bawah dagu
9. Letakkan alas dibawah glutea.
10. Tutup sampai sebatas bahu,kepala ditutup dengan kain
tipis.
11. Catat semua milk pasien dan berikan kepada keluarga.
12. Beri kartu atau tanda pengenal.
13. Bungkus jenazah dengan kain panjang
2. Perawatan Jenazah yang Akan Diotopsi
a. Ikuti prosedur rumah sakit dan jangan lepas alat kesehatan
b. Beri label pada pembungkus jenazah
c. Beri label pada alat protesa yang digunakan
d. Tempatkan jenazah pada lemari pendingin
3. Perawatan terhadap Keluarga
a. Dengarkan ekspresi keluarga
b. Beri kesempatan bagi keluarga untuk bersama dengan jenazah selama beberapa
saat
c. Siapkan ruangan khusus untuk memulai rasa berduka
d. Bantu keluarga untuk membuat keputusan serta perencanaan pada jenazah

Beri dukungan jika terjadi difungsi berduka


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada,
kemungkinan menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan. Kehilangan merupakan
pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupan cenderung
mengalami kembali walaupun dalam bentuk berbeda.
2. Penyakit terminal merupakan penyakit yang dialami oleh seseorang dan tidak dapat
disembuhkan sehingga mengakibatkan kematian.

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa
Penulisan makalah mengenai konsep dasar asuhan dan kehilangan, konsep dasar dan
asuhan penyakit terminal, dan asuhan pada pasien menjelang ajal. Penulis berharap makalah ini
dapat menjadi referensi untuk penulis selanjutnya.
2. Bagi dosen
Penulis berharap makalah ini dapat memenuhi tugas Bunda Epti Yorita, SST. MPH mata kuliah
keterampilan dasar praktik kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

https://pdfcoffee.com/makalah-konsep-kehilangan-kematian-dan-berduka-pdf-free.html

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dr-rita-eka-izzaty-spsi-msi/gkematian-
menjelang-ajal.pdf

https://www.slideshare.net/ulfasakurai/berduka-dan-kehilangan-copy

Anda mungkin juga menyukai