Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PSIKOLOGI DAN KEBUDAYAAN DALAM KEPERAWATAN

“KONSEP KEMATIAN, KEHILANGAN, DAN BERDUKA”

Dosen Pengampuh :
Ns.Sheila Manawan,S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :
Nama : Karen Hary
NIM : 2214201094

Makalah ini disusun dengan mencantumkan jurnal asli dan bertujuan untuk
menyelesaikan project ujian tengah semester ganjil/ semester III

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS


PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas
berkat rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktunya.
Tak lupa pula saya mengucapkan terima kasih juga kepada dosen Mata Kuliah
psikologi dan kebudayaan dalam keperawatan yang telah memberikan tugas ini
kepada saya sebagai upaya untuk menjadikan saya manusia yang berilmu dan
berpengetahuan.
Keberhasilan saya dalam menyelesaikan makalah ini tentu tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak dan sumber referensi. Untuk itu, saya menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penulisahan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Sehingga
saya mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Manado, November 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………...2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………..3
A. Pengertian Kehilangan…………………………………………………...4
B. Jenis – Jenis Kehilangan…………………………………………………4
C. Dampak Kehilangan……………………………………………………...5
D. Pengertian Berduka……………………………………………………....5
E. Jenis – Jenis Berduka …………………………………………………….6
F. Respons Berduka…………………………………………………………6
G. Pengertian Sekarat Dan Kematian……………………………………….10
H. Perubahan Tubuh Setelah Kematian……………………………………..10
BAB III PENUTUP…………………………………………………..................11
A. Kesimpulan………………………………………………………………11
B. Saran……………………………………………………………………..11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan
perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi
perawatan yang tidak tetap. Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian
yang universal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam
pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah
yang dalam pandangan umum berarti sesuatu yang kurang enak atau kurang
nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih
banyak melibatkan emosi/ego dari diri yang bersangkutan atau disekitarnya.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat
apabila menghadapi kondisi yang demikian. (Suseno, 2004).
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka
sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini
ada keinginan untuk mencari bantuan kepada orang lain. Perawat atau bidan
bekerja sama dengan pasien yang mengalami berbagai tipe kehilangan dan
membantu pasien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks
kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Perawat berkerja
sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme
koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan
menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan
mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya
melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya,
maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe
kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk
memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga
kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak
berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar
artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan
asuhan keperawatan.
Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang
mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami
kehilangan dan dukacita.
Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan
pribadi ketika hubungan klien, keluarga, dan perawat berakhir karena
perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi,
nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat
mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter &
Perry, 2005).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kehilangan?
2. Apa saja jenis – jenis dari kehilangan?
3. Bagaimana dampak dari kehilangan?
4. Apa pengertian dari berduka?
5. Apa saja jenis – jenis dari berduka ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian kehilangan
2. Untuk mengetahui tentang jenis – jenis kehilangan
3. Untuk mengetahui tentang dampak kehilangan
4. Untuk mengetahui tentang pengertian berduka
5. Untuk mengetahui tentang jenis – jenis berduka
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kehilangan
Kehilangan (lass) adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat
dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik
sebagian atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga
terjadi perasaan kehilangan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah
dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupannya. Sejak lahir,
individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya
kembali walupun dalam bentuk yang berbeda. Setiap individu akan bereaksi
terhadap kehilangan.
Respons terakhir terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh respons
individu terhadap kehilangan sebelumnya (potterdan perry, 1997).
Kehilangan dapat memiliki beragam bentuk, sesui nilai dan prioritas yang
dipengaruhi oleh lingkungan seseorang yang, meliputi keluarga, teman,
masyarakat dan budaya. Kehilangan dapat berupa kehilangan yang nyata atau
kehilangan yang dirasakan. Kehilangan yang nyata (actual loss) adalah
kehilangan orang atau objek yang tidak lagi dirasakan, dilihat, diraba, atau
dialami seseorang, misalnya anggota tubuh, anak, hubungan, dan peran
ditempat kerja.
Kehilangan yang dirasakan (perceived loss) merupakan kehilangan yang
sifatnya unik menurut orang yang mengalami kedukaan, misalnya kehilangan
hrga diri atau percaya diri.

B. Jenis – Jenis Kehilangan


a) Kehilangan objek eksternal (misalnya kecurian atau kehancuran
akibat bencana alam)
b) Kehilangan lingkungan yang dikenal (misalnya berpindah rumah,
dirawat dirumah sakit atau berpindah pekerjaan)
c) Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti (misalnya
pekerjaan, kepergian anggota keluarga atau teman dekat, perawat yang
dipercaya, atau binatang peliharaan)
d) Kehilangan suatu aspek diri (misalnya anggota tubuh dan fungsi
psikologis atau fisik)
e) Kehilangan hidup (misalnya kematian anggota keluarga, teman dekat
atau diri sendiri)

C. Dampak Kehilangan
a) Pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan
untuk berkembang, kadang-kadang akan timbul regresi serta rasa takut
untuk ditingggalkan atau dibiarkan kesepian.
b) Pada masa remaja atau dewasa muda, kehilangan dapat
menyebabkan disintegrasi dalam keluarga.
c) Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan
hidup, dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan
semangat hidup orang yang ditinggalkan.

D. Pengertian Berduka
Berduka (grieving) merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan. Hal
ini diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada masing-masing orang dan
didasarkan pada pengalaman pribadi, ekspektasi budaya, dan keyakinan
spiritual yang dianutnya. Sedangkan istilah kehilangan (bereavement)
mencakup berduka dan berkabung (morning), yaitu perasaan didalam dan
reaksi keluar orang yang ditinggalkan. Berkabung adalah periode penerimaan
terhadap kehilangan dan berduka. Hal ini terjadi dalam masa kehilangan dan
sering dipengaruhi oleh kebudayaan atau kebiasaan.

E. Jenis – Jenis Berduka


a) Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang
normal terhadap kehilangan. Misalnya, kesedihan, kemarahan,
menangis, kesepian dan menarik diri dari aktifitas utuk sementara.
b) Berduka antisipatif, yaitu proses ‘melepaskan diri’ yang muncul
sebelum kehilangan ataau kematian yang sesungguhnya terjadi.
Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal, seseorang akann
memulai proses perpisahan dan meyelesaikan berbagai urusan didunia
sebelum ajalnya tiba.
c) Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke
tahap berikutnya, yaitu tahap kedukaan normal. Masa berkabung
seolah-olah tidak kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan
orang yang bersangkutan dengan orang lain.
d) Berduka tertutup, yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat
diakuti secara terbuka. Contohnya, kehilangan pasangan karena AIDS,
, mengalami kematian orang tua tiri, atau ibu yang kehilangan anak
kandungnya atau ketika bersalin.

F. Respons Berduka
Respons berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap
berikut (kubler-Ross, dalam potter dan perry, 1997) :
a) Tahap pengingkaran.
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok,
tidak percaya, tidak mengerti, atau mengingkari kenyataan bahwa
kehilangan benar benar terjadi.
Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat,
mual, diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis,
gelisah, dan seringkali individu tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi
ini berlangsung dalam beberapa menit hingga beberapa tahun.
b) Tahap marah.
Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarah yang timbul
seringkali di proyeksi kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang
yang mengalami kehilangan juga tidak jarang menunjukan prilaku
agresif, berbicara kasar, menyerang orang lain, menolak pengobatan,
bahkan menuduh dokter atau perawat tidak kompeten. Respons fisik
yang sering terjadi, antara lain muka merah, denyut nadi cepat, gelisah,
susah tidur, tangan mengepal, dan seterusnya
c) Tahap tawar-menawar.
Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran kenyataan terjadinya
kehilangan dan dapat mencoba untuk memiliki kesepakatan secara
halus atau terang-terangan seolah-olah kehilangan tersebut dapat di
cegah. Individu mungkin berupaya untuk melakukan tawar-menawar
dengan memohon kemurahan Tuhan.
d) Tahap depresi.
Pada tahap ini pasien sering menunjukan sikap menarik diri,
kadang-kadang bersikap sangat penurut, tidak mau berbicara,
menyatakan keputusasaan, rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul
keinginan bunuh diri. Gejala fisik yang di tunjukkan, antara lain
menolak makan, susah tidur, letih, turunya dorongan libido, dan lain-
lain.
e) Tahap penerimaan.
Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.
Pikiran yang selalu berpusat pada objek yang hilang akan mulai
berkurang atau hilang. Individu telah menerima kenyataan kehilangan
yang di alaminya dan mulai memandang ke depan. Gambaran tentang
objek atau orang yang hilang akan mulai di lepaskan bertahap.
Perhatiannya akan beralih pada objek yang baru. Apabila individu
dapat memulai tahap tersebut dan menerima dengan perasaan damai,
maka dia dapat mengakhiri proses berduka serta dapat mengatasi
perasaan kehilangan secara tuntas. Kegagalan untuk masuk ketahap
penerimaan akan memengaruhi kemampuan individu tersebut dalam
mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.

Secara khusus, tahan / rentang respons individual terhadap kedukaan


adalah:
a) Tahap pengingkaran
 Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasannya dengan cara :
 Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan
berdukanya.
 Meningkatkan kesabaran pasien secara bertahap tentang
kenyataan dan kehilangan, apabila sudah siap secara
emosional
 Menunjukan sikap menerima dengan iklas dan mendorong pasien
untuk berbagi rasa dengan cara :
 Mendengarkan dengan penuh perhatian dan minat mengenai
hal yang dikatakan oleh pasien tanpa menghukum atau
menghakimi.
 Menjelaskan kepada pasien bahwa sikap tersebut bisa terjadi
pada orang yang mengalami kehilangan.
 Memberi jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang
sakit, pengobatan, dan kematian dengan cara :
 Menjawab pertanyaan pasien dengan bahasa yang mudah di
mengerti, jelas, dan tidak berbelit-belit.
 Mengamati dengan cermat repons-respons pasien selama
berbicara.
 Meningkatkan kesadaran secara bertahap.
b) Tahap marah
Mengizinkan dan mendorong pasien mengungkapkan rasa marah
secara verbal tanpa melawan kemarahan tersebut dengan cara :
 Menjelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan pasien
sebenarnya tidak di tujukan kepada mereka.
 Membiarkan pasien menangis.
 Mendorong pasien untuk membicarakan kemarahanya.
c) Tahap tawar-menawar
Membantu pasien mengungkapkan rasa bersalah dan takut dengan
cara:
 Mendengarkan ungkapan dengan penuh perhatian.
 Mendorong pasien untuk membicarakan rasa takut atau rasa
bersalahnya.
 Membahas bersama pasien mengenai penyebab rasa bersalah
atau rasa takutnya.
d) Tahap depresi
 Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan takut dengan
cara :
 Mengamati prilaku pasien dan bersama denganya membahas
perasaanya.
 Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri sesuai
derajat risikonya.
 Membantu pasien mengurangi rasa bersalah dengan cara :
 Menghargai perasaan pasien.
 Membantu pasien menemukan dukungan yang positif dengan
mengaitkan terhadap kenyataan.
 Memberi kesempatan untuk menangis dan mengungkapkan
perasaanya.
 Bersama pasien membahas pikiran negatif yang selalu
timbul.
e) Tahap penerimaan
Membantu pasien menerima kehilangan yang tidak bisa dielakan
dengan cara :
 Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teratur
 Membantu keluarga berbagi rasa, karena setiap anggota
keluarga tidak berada pada tahap yang sama pada saat yang
bersamaan.
 Membahas rencana setelah masa berkabung terlewati.
 Memberi informasi akurat tentang kebutuhan pasien dan
keluarga.
G. Pengertian Sekarat Dan Kematian
Sekarat (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi
kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.
Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan
tekanan darah, serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai
dengan terhentinya aktivitas listrik otak, atau dapat juga dikatakan terhentinya
fungsi jantung dan paru secara menetap atau terhentinya kerja otak secara
menetap.
Dying dan death memiliki proses atau tahapan yang sama seperti pada
kehilangan dan berduka sesuai dengan tahapan Kubler Ross, yaitu diawali
dengan penolakan,kemarahan,bergaining,deprisi,dan penerimaan.

H. Perubahan Tubuh Setelah Kematian


Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian, diantaranya: rigor
mortis (kaku), dapat terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian, algor mortis
(dingin), suhu tubuh perlahan – lahan turun, dan post mortemdecomposition,
yaitu terjadi livor mortis pada daerah yang tertekan serta melunaknya jaringan
yang dapat menimbulkan banyak bakteri.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah
dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau
seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. Peran
perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka,
mengenali pengaruh berdukaterhadap perilaku dan memberikan dukungan
dalam bentuk empati.

B. Saran
Sebagai Penulis, kami merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan
makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca sangat kami harapkan agar kami bisa memperbaikinya di makalah
yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Andershed, B., Wallerstedt, B. (2007). Caring for dying patients outside


specialpalliative care setting: experiences from a nursing perspective : Journal of
Adanced Nursing. 21: 32–40.

Amir, C. D., Ibrahim, & Rahmawati. (2021). Tingkat Depresi, Ansietas, Stres
pada lansia selama pandemi Covid-19. JIM Fkep, 5(3), 36–45.

Ahmadi, A. (2019, Juni). Narasi Kematian dalam Fiksi Indonesia Modern:


Perspektif Psikologi Kematian. Jurnal Bahasa Lingua Scientia, Vol.11, No.1.

Dagun, D. S. (2002). In Psikologi Keluarga (p. 169). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai